Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN Telur ayam adalah telur yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena mudah didapatkan dan harganya relatif terjangkau. Kandungan protein telur sangat tinggi sehingga dapat menggantikan protein daging. Telur ayam memiliki berbagai ukuran bergantung dari pakan, lingkungan dan ukuran tubuh. Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak bertujuan untuk mengetahuai cara perhitungan rata-rata, simpangan bakau, indeks telur, koefisien keragaman berat dan indeks telur, mengetahui pendugaan heritabilitas berat dan indeks telur dan mengetahui pendugaan nilai korelasi genetik antara berat telur dan indeks telur. Manfaat dari praktikum adalah para praktikan dapat mengetahui sifat-sifat yang diwariskan dari tetua kepada keturunannya dan dapat mengetahui adanya sifat korelasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Telur Ayam Telur ayam merupakan salah satu produk peternakan yang banyak diminati

kalangan luas. Misalnya adalah telur ayam. Telur tersebut merupakan bahan pangan yang berkualitas tinggi bagi manusia dan sebagai sumber pakan embrio ayam (Yuwanta, 2004). Telur ayam dibagi menjadi dua jenis, yaitu telur ayam ras dan telur ayam buras. Telur ras adalah telur yang dihasilkan oleh ayam jenis ras, banyak dari telur ras sebagian besar adalah lonjong dengan bagian tumpul di salah satu ujung (Suprijatna et al., 2005). Telur ayam terdiri dari kuning telur 31%, albumin 59% dan kulit telur 10% (Anggorodi, 1994). Ukuran telur ayam ras lebih besar dibanding dengan telur ayam yang lain (Hadiwiyoto,1983). Telur ayam buras adalah telur yang dihasilkan oleh ayam bukan ras. Bentuk telur kebanyakan lonjong dengan warna cangkang yang lebih terang dibandingkan dengan telur ayam ras (Sastroamidjojo, 1971). 2.2. Berat Telur Berat telur yang sering dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ayam petelur, kriteria sangat besar (ekstra large) yaitu telur dengan berat 57,8 gram keatas, besar (large) yaitu telur dengan berat 49,7-57,7 gram, sedang (medium) yaitu dengan berat 42,7-49,6 gram dan kecil (small) yaitu telur dengan berat kurang dari 42,6 gram, telur ayam buras termasuk dalam golongan kecil (Hardjosubroto, 1994). Berat ayam ras normal antara 55-65 gram sedangkan berat ayam buras berkisar antara 32-41 gram (Hadiwiyoto, 1983). Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik, tingkat dewasa kelamin induk, umur induk, obatobatan dan pakan (Anggorodi, 1994).

2.3.

Warna Telur Warna telur adalah warna kerabang telur. Warna kerabang telur ayam ras

adalah coklat tua, coklat hingga coklat muda (Winarno dan Koswara, 2002). Pigmen yang dihasilkan diuterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab tehadap warna. Pigmen coklat pada kerabang pada telur adalah porpirin, secara merata disebarkan keseluruh kerabang (Suprijatna et al., 2005). Dijelaskan lebih lanjut oleh Yuwanta (2004) bahwa warna kerabang dipengaruhi oleh pigmenpigmen melanin dan porpirin, kerabang warna coklat merupakan hasil sintesis dari pgmen porpirin, bangsa atau strain unggas mempengaruhi dan menentukan warna kerabang telur. Ketebalan kerabang telur berkisar antara 0,28-0,38 mm (Iskandar, 2007). 2.4. Indeks Bentuk Telur Bentuk telur secara umum dikarenakan faktor genetis, dimana setiap induk bertelur dengan bentuk yang sama, yaitu bulat, lonjong dan sebagainya. Besar dan bobot telur yang berasal dari satu ayam bervariasi (Suprijatna et al., 2005). Bentuk telur yang baik adalah proposional, tidak benjol-benjol, tidak terlalu lonjong dan tidak terlalu bulat (Sudaryani, 1996). Bentuk telur dinyatakan dengan indeks telur, yaitu perbandingan antara diameter lebar dan diameter panjang telur yang dinyatakan dengan persen. Nilai indeks telur beragam antara 65 - 82 % dan yang paling ideal antara 70-75 %. Penyebab terjadinya variasi indeks telur diduga sebagai akibat dari perputaran telur di dalam alat reproduksi pada ayam tersebut (Yuwanta, 2004). Perhitungan indeks bentuk telur melibatkan penentuan nilai sifat-

sifat yang diseleksi secara terpisah. Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk mengukur prestasi genetik seekor ternak, dengan cara ini sifat-sifat yang memiliki nilai lebih rendah masih dapat dikompensasikan oleh sifat-sifat yang memiliki nilai tinggi (Noor, 1996). 2.5. Heritabilitas Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Dalam teori heritabilitas dapat berkisar antara 0 sampai 1,0. Suatu sifat dengan heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman disebabkan oleh pengaruh lingkungan, sebaliknya heritabilitas bernilai 1 akan menunjukkan suatu sifat kuntitatif dimana semua keragaman disebabkan oleh keturunan (Warwick et al., 1987). Nilai angka pewarisan untuk ukuran telur 4050%. Sedang untuk berat telur 60 %. Angka pewarisan dikatakan rendah bila nilainya berkisar antara 00,1, bernilai sedang apabila 0,10,3 dan tinggi bila melebihi 0,3 (Hardjosubroto, 1994).

2.5.

Korelasi Genetik Korelasi genetik adalah hubungan dua ubahan secara statistik yang biasanya

dinyatakan dalam korelasi dan regresi dalam pemuliaan ternak, hubungan korelasi dibedakan atas korelasi fenotip, korelasi genotip dan korelasi lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Korelasi dibedakan menjadi dua, yaitu korelasi positif dan negatif. Korelasi positif adalah dimana kedua sifat yang mempengaruhi berjalan

searah atau beriringan. Korelasi negatif terjadi apabila kedua sifat yang saling mempengaruhi berjalan berlawanan. Nilai korelasi genetik berkisar antara 0-1 dan nilai dugaan korelasi tergantung pada metode pendugaan, jumlah data dan asal data (Kurnianto, 2009). Koefisien korelasi (r) mengukur derajat hubungan antara 2 sifat atau peubah (variabel). Nilai r berkisar dari -1,0 sampai 1,0 dan merupakan nilai abstrak tanpa satuan. Korelasi ini dapat positif, yaitu apabila satu sifat meningkat sifat yang lain juga meningkat. Sebaliknya, korelasi dapat negatif, korelasi total atau keseluruhanan ini dikenal sebagai korelasi fenotipik. Korelasi sama dengan 1,0 berarti menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan satu variabel I akan terjadi satu unit peningkatan pada sifat yang berkorelasi itu. Jika bernilai 0 maka tidak ada hubungan antara kedua peubah (Warwick et al., 1987). Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan genetik untuk seleksi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan genetik untuk seleksi 2 sifat atau lebih adalah korelasi genetik antara sifat yang diseleksi. Korelasi antara 2 sifat dikatakan ada apabila gengen yang mempengaruhi sifat kedua nilai korelasi tersebut dapat berkisar antara -1 sampai dengan +1 yang disebut sebagai korelasi sempurna (Noor, 1996). BAB III MATERI DAN METODE Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak dilaksanakan pada hari Jumat, 13 November 2009 pada pukul 15.0017.00 WIB di Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.

Materi Bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak adalah

telur ayam sebanyak 50 butir. Alat yang digunakan adalah jangka sorong untuk mengukur panjang dan lebar telur, timbangan untuk mengukur berat telur dan alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran. 3.2. Metode Tiap kelompok dibagi menjadi beberapa regu, tiap regu terdiri dari 2 orang dimana orang pertama melakukan pengukuran panjang dan lebar sedangkan orang kedua menimbang telur dan mengamati warna kulit. Hal pertama yang dilakukan adalah memberi nomor pada telur kemudian mengukur panjang dan lebar telur dengan jangka sorong, menimbang berat telur dengan timbangan. Mencatat hasilhasil pengukuran untuk mencari ratarata, simpangan baku, koefisien keragaman, heritabilitas dan korelasi genetik antara berat telur dan bentuk telur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Telur Ayam Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa telur ayam memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil dibanding telur itik dan lebih besar dari telur puyuh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1983) bahwa telur ayam ras adalah telur dengan ukuran lebih besar dibanding telur-telur ayam lain. Bentuk telur ayam adalah lonjong dan berwarna coklat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastroamidjojo (1971) yang menyatakan bahwa bentuk telur kebanyakan lonjong dengan warna cangkang yang lebih terang dibandingkan dengan telur ayam ras. 4.2. Berat Telur Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan berat rata-rata telur ayam ras adalah 56,52 gram. Hasil tersebut menunjukkan bahwa telur ayam ras yang

digunakan dalam praktikum beratnya normal dan termasuk dalam kategori sangat besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1983) yang menyatakan bahwa berat telur ayam ras normal antara 55-65 gram dan ditambahkan oleh Hardjosubroto (1994) bahwa telur ayam dibagi atas 4 kriteria, yaitu kriteria sangat besar dengan berat 57,8 gram keatas.

4.3.

Warna Telur Ayam

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa persentase telur yang berwarna coklat adalah 44%, warna coklat tua adalah 34% dan warna coklat muda adalah 22%. Hal tersebut menunjukkan bahwa warna paling dominan adalah warna coklat sesuai dengan pendapat Winarno dan Kusworo (2002) bahwa warna kerabang telur ayam ras berkisar antar coklat tua, coklat hingga coklat muda dan ditambahkan oleh Yuwanta (2004) menyatakan bahwa warna coklat pada kulit telur dipengaruhi oleh pigmen-pigmen melanin dan porpirin. 4.4. Indeks Bentuk Telur Berdasarkan perhitungan dalam menentukan nilai indeks bentuk telur, rata rata nilai indeks bentuk telur dari 50 butir telur ayam adalah 76,67%. Hal ini menunjukkan bahwa telur-telur tersebut berbentuk bulat hampir penuh dikarenakan nilai indeks telurnya 76,67%. Nilai indeks tersebut tergolong indeks normal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa nilai indeks bentuk telur beragam antara 65-82 % dan yang paling ideal antara 70-75 %. Penyebab terjadinya variasi indeks bentuk bentuk telur diduga sebagai akibat dari perputaran telur di dalam alat reproduksi. 4.2. Heritabilitas Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai heritabilitas pada berat telur yaitu 0,25, sedangkan pada indeks bentuk telur didapat nilai 0,07. Nilai heritabilitas pada berat telur termasuk sedang, sedangkan nilai heritabilitas pada indeks bentuk telur termasuk rendah. Nilai heritabilitas dipengaruhi oleh asal data kurang jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurnianto (2009) bahwa heritabilitas dikategorikan

rendah bila bernilai 0-0,15, tergolong sedang bila bernilai 0,15-0,30 dan tergolong tinggi bila bernilai 0,30 dan nilai heritabilitas dipengaruhi oleh asal data, metode pendugaan dan jumlah data. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hardjsubroto (1983) yang menyatakan bahwa angka pewarisan dikatakan rendah bila nilainya 0,1-0,3 dan tinggi bila melebihi 0,3. 4.5. Korelasi Genetik Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan nilai korelasi genetik antara bentuk telur dengan berat telur adalah 1,16 yang artinya tidak normal atau diluar kisaran. Ketidaknormalan salah satunya disebabkan oleh asal data. Telur ayam yang digunakan pada praktikum hanya diasumsikan sebagai telur yang pertama kali ditelurkan oleh setiap induk. Nilai korelasi seharusnya berkisar antara -1,0 1,0. Hal ini sesuai dengan pendapat Warwick et al., (1987) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi (r) mengukur derajat hubungan antara 2 sifat atau peubah (variabel). Nilai r berkisar dari -1,0 sampai 1,0 dan merupakan nilai abstrak tanpa satuan. Korelasi sama dengan 1,0 berarti menunjukkan untuk setiap peningkatan satu variabel I akan terjadi satu unit peningkatan pada sifat yang berkorelasi itu. Jika bernilai 0 maka tidak ada hubungan antara kedua peubah. Berdasarkan hasil praktikum nilai korelasi termasuk korelasi positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurnianto (2009) yang menyatakan bahwa korelasi positif adalah dimana kedua sifat yang mempengaruhi berjalan searah atau beriringan, sedangkan korelasi negatif terjadi apabila kedua sifat yang saling mempengaruhi berjalan berlawanan.

10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak dengan materi Telur Ayam adalah bahwa telur ayam yang digunakan sebagai materi adalah telur ayam ras yang berbentuk oval dengan salah satu ujung agak lancip dan ujung lainnya tumpul. Berat rata-rata telur ayam adalah normal dan termasuk dalam kategori ukuran sangat besar. Warna kerabang telur berkisar antara coklat tua, coklat hingga coklat muda. Warna coklat pada kerabang disebabkan oleh pigmen porpirin. Nilai heritabilitas bentuk telur adalah sedang dan nilai heritabilitas berat telur adalah rendah. Pendugaan nilai korelasi genetik antara bentuk dan berat telur adalah tidak normal atau diluar kisaran. Nilai heritabilitas dan korelasi genetik ditentukan oleh metode pandugaan, asal data dan jumlah data. 5.2. Saran Pelaksanaan Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak sudah cukup baik tapi dalam penjelasan materi praktikum kurang dapat dimengerti sapenuhnya. Penyampaian materi hendaknya lebih jelas agar praktikan dapat memahami dengan jelas.

11

DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susus, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty, Yogyakarta. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta. Iskandar, S. 2002. Penanganan Pasca Panen Produk Ayam Lokal. Balai Pembibitan Ternak, Bogor. Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta. Noor, R. R. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Warwick, E. J., M. Astuti. W. Hardjosubroto. 1987. Pemuliaam Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta

12

LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Data Bentuk Telur Tabel 1. Indeks Bentuk Telur Pejantan Ke I II X X2 X X2 77,54 6012,45 73,52 5405,19 75,14 5646,02 78,71 6195,26 76,37 5832,38 77,88 6065,29 73,91 5462,69 78,19 6113,68 77,74 6043,51 75,88 5757,77 76,37 6832,38 79,18 6269,47 72,30 5227,29 80,07 6411,20 76,29 5820,16 75,17 5650,53 79,49 6318,66 75,63 5719,89 75,77 5741,09 78,28 6127,76 760,92 57936,63 772,51 59716,04 Pejantan Ke IV X 79,27 77,88 77,02 74,47 75,66 76,25 77,26 72,36 78,25 80,96 769,38 X 6283,73 6065,29 5932,08 5545,78 5724,44 5814,06 5969,11 5235,97 6123,06 6554,52 59248,04
2

III X X2 75,96 5769,92 76,71 5884,42 80,53 6485,08 73,66 5425,79 73,95 5444,96 77,76 6046,62 75,97 5771,44 81,09 6575,59 76,09 5789,69 75,86 5754,74 767,58 58948,25

V X 70,47 75,22 74,86 76,89 76,65 73,52 84,23 78,29 79,02 74,86 764,01 X2 4966,02 5658,05 5604,02 5912,07 5875,22 5405,19 7094,69 6129,32 6244,16 5604,02 58492,76

13

Lampiran 1. Analisis Data Bentuk Telur (lanjutan) A. Perhitungan Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku, Koefisien Keragaman 1. Indeks Bentuk Telur ( X ) a. Rata-Rata X =

( X 1 + X 2 + X 3 + X 4 + ... + X n )

n 77,54 + 75,14 + 76,37 + 73,91 + ... + 74,86 = 50 3834,4 = 50 = 76,67

b. Simpangan Baku ( x)

= = =

( x)
n -1

n
2

294341,72 ( 3834,4 ) / n 50 1 5,9

= 2,43 c. Koefisien Keragaman (KK) =


X X x100%

2,43 x100% 76,69

= 3,17%

14

Lampiran 2. Analisis Data Berat Telur ( Y ) Tabel 2. Berat Telur I Y 53,2 58,1 57,0 51,3 59,4 52,5 55,3 60,8 54,1 39,6 541,3 Y 2830,24 3375,61 3249,00 2631,69 3528,36 2756,25 3058,09 3696,64 2926,81 1568,16 29620,85
2

Pejantan Ke II Y Y2 58,2 3387,24 53,2 2830,24 59,5 3540,25 49,0 2401,00 54,0 2916,00 54,8 3003,09 68,1 4637,61 61,5 3782,25 57,7 3329,29 62,0 3844,00 578,0 33670,92

III Y 57,0 67,1 57,4 57,2 54,7 51,9 57,6 57,9 56,5 48,3 565,6 Y2 3249,00 4502,41 3294,76 3271,84 2992,09 2693,61 3317,76 3352,41 3192,25 2332,89 32199,02

Pejantan Ke IV Y Y2 62,9 3956,41 51,9 2693,61 54,5 2970,25 50,0 2500,00 62,8 3943,84 55,6 3091,36 57,2 3271,84 62,4 3893,76 58,8 3457,44 58,0 3364,00 574,1 33142,51 a. Rata-Rata Y V Y 56,7 62,6 53,6 53,0 52,2 58,6 60,0 59,9 50,7 59, 5 566,8 = Y2 3214,89 3918,76 2872,96 2809,00 2724,84 3433,96 3600,00 3588,01 2570,49 3540,25 3273,16

( Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + ... + Yn )

n 53,2 + 58,1 + 57 + 51,3 + ... + 59,5 = 50 2825,8 = 50 = 56,52 %

15

Lampiran 2. Analisis Data Berat Telur ( Y ) (lanjutan) b. Simpangan Baku ( x)

y
2

( y)

n
2

n -1

( 2825,8 ) = 160906,46 50 49 = 24,56


= 4,95

c. Koefisien Keragaman (KK) =

x100% Y 4,95 x100% = 56,52 = 8,76%

16

Lampiran 3. Perhitungan Presentase Telur yang Berwarna Sama Persen warna telur yang sama = Jumlah telur seragam x100% Jumlah telur yang diamati 22 x100% 50

1. Warna telur coklat

= 44% 2. Warna telur coklat tua =


17 x100% 50

= 34% 3. Warna telur coklat muda =


11 x100% 50

= 22%

17

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Heritabilitas Tabel 3. Daftar Sidik Ragam Bentuk Telur Sumber Keragaman db JK KT Antar pejantan 4 JKs KTs Antara telur dalam pejantan 45 JKw KTw Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak, 2009 Komponen Ragam 2w + k 2 s 2w

FK

( X ..) 2

n. ( 3834,4) 2 = 50 = 14.702.623,36 50 = 294.052,47 =

JKs

( 760,92 ) 2 ( 772,51) 2 ( 767,58) 2 ( 769,38) 2 ( 764,01) 2 + + + + = 10 10 10 10 10 = 578.99,93 + 59.677,17 + 58.917,91 + 59.194,56 + 58.371,13 = 294.060,70 -294.052,47 = 8,23 JKw = i k(XiK2) - I {( Xi )2 / n} = (77,542 + 75,142 + 76,372 + + 74,862) 294.060,70 = 294.341,72 294.060,70 = 281,02 = JKs = 8,23 = 2,06 db 4 JKw 281,02 = = 6,24 db 45

i [( Xi )

/ ni FK

KTs

KTw =

2 w = KTw = 6,24 2s
=

( KTs KTw)
k

2,06 6,24 10

= 0,418

18

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Heritabilitas (lanjutan) h2 = 4. 2 s 2s + 2w = 4.0,418 0,418 + 6,24 = 0,25

Tabel 4. Daftar Sidik Ragam Berat Telur Sumber Keragaman db JK KT Antar pejantan 4 JKs KTs Antara telur dalam pejantan 45 JKw KTw Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak, 2009

Komponen Ragam 2w + k 2 s 2w

FK

( X ..) 2

n. ( 2825,8) 2 = 50 = 159702,91 =

JKs

( 541,3) 2 ( 576,0 ) 2 ( 565,6 ) 2 ( 574,1) 2 ( 566,8) 2 + + + + = 159702 ,91 10 10 10 10 10 = 29300,57 + 33408,40 + 31990,34 + 32959,08 + 32126,22 159702,91 = 159784,61 159702,91 = 81,70 JKw = i k(XiK2) - I {( Xi )2 / n} = (53,22 + 58,12 + 57,02 + + 59,52) 159784,61 = 160906,46 159784,61 = 1121,85 KTs = JKs = 81,70 = 20,43 db 4 JKw 1121,85 = = 24,93 db 45

i [( Xi )

/ ni FK

KTw =

2 w = KTw = 24,93 Lampiran 4. Perhitungan Nilai Heritabilitas (lanjutan)

19

2s

( KTs KTw)
k 4. 2 s 2s + 2w =

20,43 24,93 10

= 0,45

h2

4.0,45 0,45 + 24,93

= 0,07

20

Lampiran 5. Perhitungan Nilai Korelasi Genetik Tabel 5. Daftar Sidik Peragam Sumber Keragaman db JHK HKR Antar pejantan 4 JHKs HKRs Antara telur dalam pejantan 45 JHKw HKRw Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak, 2009 JHK = i [ (Xi ) (Yi) / ni] - FK{(X..) (Y..)}/ ni = {(1760,92 . 541,3) + + (764,01.566,8)/10} - {(3834,4) (2825,8)}/ 50 = (411885,99 + + 433040,87)/10 (3834,4 . 2825,8)/50 = 2167281,95/10 10835247,52/50 = 2167281,95 216704,95 = 23,24 JHKw = i k {(Xik) (Yik)}- i [{(Xi) (Yi)}/ ni] = {(77,54 . 53,2) + (75,14 . 58,1) + + (74,86 . 59,5)} 216728,19 = 216765,43 216728,19 = 37,24 JHKs 23,24 = = 5,81 db 4 JHKw 37,24 = = 0,83 HKRw = db 45 CoVw = HKRw = 0,83 HKRs = CoVs = HKRs HKRw K = = 5,81 0,83 = 0,498 10 CoVs = = 0,498 0,418.0,45 0,498 Komponen Ragam CoVw + K Cov s CoVw

Korelasi Genetik (rg)

2 s ( x) 2 s( y)

0,1881 0,498 = 0,43 = 1,158

Anda mungkin juga menyukai