Anda di halaman 1dari 11

TERJEMAHAN SISTEM OPERASI CHAPTER 5 PENJADWALAN CPU

Disusun oleh: Petrus Hari Kuntoro (065314007) Antonius Totok Dwi A (065314020) Cornelius Flory Saputra (065314085) Stefanus Lugas Prastowo (065314078)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

PENJADWALAN CPU Penjadwalan CPU adalah dasar dalam OS multi programming. Dengan mengaktifkan (switching) antar proses CPU, sistem operasi dapat membuat komputer lebih maksimal. Dalam bab
ini, kita mengenal dasar konsep-konsep scheduling (pengaturan) dan mengenal beberapa perbedaan algoritma pengaturan (scheduling) CPU. Kita juga mempertimbangkan masalah pilihan algoritma untuk sistem partikular.

5.1 KONSEP DASAR Sasaran multipemrograming adalah untuk memperoleh beberapa proses yang bekerja setiap saat, untuk memaksimalkan pemanfaatan CPU. Untuk sistem uniprossesor, di sana tidak akan menjalankan lebih dari satu proses yang berjalan. Jika terdapat lebih dari satu proses, uniprosesor akan menunggu sampai CPU bebas dan kembali menjadwal ulang (rescheduled). Maksud dari multiprogramming adalah mudah secara relatif (sederhana). Proses akan dijalankan sampai harus menunggu , secara khusus untuk penyelesaian dari beberapa permintaan I/O. Di dalam system computer sederhana, computer hanya akan menunggu. Semua ini akan menyianyiakan waktu; pekerjaan yang tidak berguna yang telah terjadi. Dengan multi pemrograming, kita mencoba menggunakan waktu lebih produktif. Beberapa proses akan disimpan dalam memori dalam waktu tertentu. Ketika suatu proses menunggu, system operasi mengambil CPU keluar dari proses yang sedang berjalan dan memberikan CPU pada proses yang lain. Proses ini akan berjalan terus menerus. Setiap waktu satu proses menunggu, proses lain boleh mengambil lebih kegunaan dari
CPU Pengaturan (Scheduling) merupakan pokok-pokok dari fungsi sistem operasi. Hampir semua computer mencari penjadwalan sebelum digunakan. CPU merupakan salah satu dari rangkaian utama sumber daya komputer. Dengan begitu, penjadwalan computer merupakan pusat untuk membangun

system operasi. 5.1.1 CPU I/O BRUST CYCLE Berhasilnya penjadwalan CPU bergantung pada pengikut-pengikutnya memperhatikan sifat dari proses. Proses eksekusi terdiri dari putaran eksekusi CPU dan waktu menunggu I/O. Proses-proses mengubah kembali antar dua status ini. Pelaksanaan proses dimulai dengan CPU burst . Diikuti oleh satu I/O Burst, yang diikuti oleh I/O burst yang lain, begitu seterusnya, Akhirnya, CPU burst
yang terakhir akan berakhir dengan permintaan sistem mengakhiri eksekusi, dari pada dengan I/O burst yang lain.

Jangka waktu CPU bursts ini telah teratur. Walaupun mereka sering bertukar dari proses komputer ke komputer yang lain, mereka cenderung mempunyai frekuensi garis lengkung (liku) yang similar untuk itu ditunjukkan pada figur 5.2. Kurva secara umum menandai ketika eksponen atau hyperexponential. Ada salah satu terbesar dari CPU bursts pendek, dan di sana sebagian kecil CPU bursts yang lama. Porgram I/O bound program akan secara khas mempunyai banyak CPU burst yang sangat pendek. Program CPU-bound boleh mempunyai sedikit ledakan CPU yang sangat panjang.
Distribusi (penyaluran) ini dapat menjadi penting dalam pilihan dari algoritma penjadwalan CPU yang tepat.

5.1.2 Penjadwalan CPU setiap saat CPU dapat menjadi idle, sistem operasi harus memilih salah satu dari proses-proses di dalam antrian yang siap untuk dieksekusi. Proses Pemilihan proses dilaksanakan oleh penjadwalan short-term (masa pendek) (atau penjadwalan CPU). Penjadwal memilih di antara proses-proses di dalam memori yang disiapkan untuk melaksanakan, dan menyediakan CPU untuk salah satu dari
mereka. Catatan bahwa antrian siap tidak memerlukan first-in, first-out (FIFO) antrian. Seperti kita dapat melihat ketika kita mempertimbangkan bermacam-macam algoritma penjadwalan, antrian siap sedia boleh diimplementasikan sebagai antrian FIFO, antrian yang harus didahulukan (prioritas), pohon, atau daftar link sederhana tanpa perintah.. Secara konsep, bagaimanapun, semua proses di dalam antrian ready

adalah yang utama menungu untuk perubahan CPU berjalan. Record-record di dalam antrianantrian adalah secara umum PCBs proses-proses. Keistimewaan penjadwalan: Keputusan CPU untuk melakukan penjadwalan diperbolehkan berlangsung dalam empat keadaan: 1. Ketika proses switch dari menjalankan status sampai menunggu status, sebagai contoh pemanggilan I/O dari menunggu untuk perhentian dari salah satu proses. 2. Ketika proses switch dari menjalankan status sampai menyatakan ready, sebagai contoh bila interupsi terjadi 3. Ketika proses switch dari menjalankan status sampai menyatakan ready, sebagai contoh penyelesaian I/O 4. Ketika satu proses berakhir.
Untuk keadaan 1 dan 4, di sana tidak ada pilihan dalam dalam masa penjadwalan (scheduling) . Satu

proses baru (jika satu ada di dalam antrian ready yang terpilih harus segera dilaksanakan. Disana terdapat satu pilihan yaitu keadaan 2 dan 3.
Ketika penjadwalan mengambil tempat hanya dalam keadaan 1 dan 4, kita menyebutkan skema penjadwalan adalah nonpreemptive; sebaliknya, skema penjadwalan adalah preemptive. Dalam penjadwalan nonpreemptive sesekali CPU sampai mengakhiri atau masuk switching untuk

menunggu status. Metode penjadwalan digunakan oleh Microsoft Windows. Hanya metode yang dapat digunakan di platform-platform perangkat keras tertentu, sebab itu tidak memerlukan perangkat keras khusus (untuk contoh, pengaturan waktu) yang diperlukan yang dibutuhkan untuk
preemptive scheduling.

Sungguh disayangkan, preemptive scheduling mendatangkan kerugian. Mempertimbangkan kasus dari dua proses sharing data. Satu bisa di tengah-tengah membaharui data adalah preempted dan proses kedua berjalan. Proses yang kedua boleh mencoba untuk membaca data, yang mana ini dalam keadaan tidak tetap. Mekanisme baru dengan begitu memerlukan suatu koordinat untuk mengkoordinasikan akses data bersama-; topic ini dibahas di bab 6.
Preemption juga mempunyai pengaruh dalam rancangan dari sistem operasi kernel. Sepanjang

memproses system pemanggilan, kernel bisa sibuk dengan satu aktifitas dalam satu proses. Demikian aktivitas boleh melibatkan perubahan penting kernel data (misalnya, antrian I/O). Apa yang

terjadi jika proses preempted pada pertengahan perubahan-perubahan ini, dan kernel perlu membaca atau memodifikasi struktur yang sama? Kekacauan akan terjadi. Beberapa system operasi, termasuk kebanyakan versi-versi UNIX, masalah ini dapat diatasi dengan sukses dengan menunggu yang manapun untuk satu panggilan system yangt lengkap, atau selama satu I/O menghambat untuk berjalan, sebelum melakukan satu masukan dari keyboard. Rencana ini memastikan bahwa struktur kernel bersifat sederhana, karena kernel tidak akan mengambil satu proses selagi proses berjalan. Sayang, model eksekusi kernel ini suatu yang kurang bagus (jelek) untuk
men-support perhitungan real-time dan multiprocessing. Masalah ini, dan solusi-solusinya, digambarkan dalam Section 5.4 dan 5.5. Dalam kasus dari UNIX, di sana masih ada bagian kode yang kemungkinan beresiko. Sebab interupsi-

interupsi dapatdengan definisi,tyerjadi pada setiap waktu, dan k arena interupsi-interupsi tidak bisa selalu diabaikan dari penggunaan bersama. System yang beroperasi harus menerima interupsiinterupsi pada hampir setiap waktu, karena jika tidak masukan akan jadi hilang atau keluaran tidak ada. Sehingga bagian dari kode ini tidak mengakses secara bersamaan oleh beberapa proses, mereka
melumpuhkan interrupt saat masuk dan kembali mampu saat keluar. 5.1.4 Dispatcher Komponen lain yang ada dalam fungsi pengaturan CPU adalah dispatcher. Dispatcher adalah sebuah modul yang memberikan control pada CPU untuk proses yang telah dipilih oleh short term scheduler. Fungsi ini meliputi: Pergantian konteks Pegantian ke user mode Loncat ke sebuah program tertentu di dalam user program untuk me-restart program tersebut

Dispatcher bias jadi secepat yang dibutuhkan,sesuai dengan pengaruhnya dalam setiap pergantian proses. Waktu yang dibuthkan dispatcher untuk menghentikan sebuah proses dan menjalankan proes lain disebut dispatch latency.

5.2 Kriteria Penjadwalan Banyak criteria telah diberikan untuk membandingkan algoritma CPU scheduling. Dimana karakteristik2 digunakan untuk pembanding bisa membuat sebuah elemen pengganti yang berbeda dalam determinasi algoritma yang baik.Kriteria yang digunakan antara lain: CPU utilization Penggunaan CPU berkisar antara 0 sampai 100 persen. Kenyataannya berkisar antara 40% ( untuk system ringan) dan 90% ( untuk menjalankan system berat).

Throughput Turnaround time Waiting Time (Waktu tunggu) Reponse Time 5.3 Algoritma Penjadwalan

5.3.1 First Come, First-Served Scheduling Sejauh ini algoritma penjadwalan CPU yang paling simple adalah yang pertama dating,yang pertama dilayani (First Come, First-Served Scheduling/FCFS). Dengan skema ini,sbuah proses yang melakukan request pada CPu pertama kali akan diprioritaskan oleh CPU. Saat sebuah proses telah siap memasuki antrian,PCBnya terhubung ke ekor antrian. 5.3.2 Shortest-job-First Scheculing

5.3.3

Daftar Prioritas

Algoritma SJF adalah bagian yang special dari algoritma priority scheduling pada umumnya. Priority dihubungkan dengan setiap proses dan CPU ditempatkan pada proses dengan prioritas tertinggi. Proses equal priority dijadwal pada perintah FCFS. Sebuah algoritma SJF priority algoritma yang sederhana dimana priority (p) adalah kebalikan dari CPU yang penuh berikutnya. Penuhnya CPU, rendahnya priority dan sifat buruk versa.

Mengingat kembali hal yang sudah kita pelajari pada kondisi prioritas tinggi dan prioritas rendah. Prioritas umumnya adalah sejumlah tingkatan nomor, seperti 0 sampai 7 atau 0 sampai 4095. walau tidak ada persetujuan umum apakah 0 adalah prioritas tertinggi atau prioritas terendah. Beberapa system menggunakan nilai yang kecil untuk mewakili prioritas rendah, yang lain menggunakan nomor yang kecil untuk prioritas tinggi. Perbedaan ini pasti membingungkan. Pada text ini menganggap nilai yang rendah(low number) mewakili prioritas tinggi(high priority) Sebagai contoh, mari kita perhatikan beberapa proses, yang diasumsikan tiba pada saat waktu 0, dalam urutan P1, P2, ..., P5, dengan lama waktu CPU burst yang disajikan dalam milisecond : Proses P1 P2 P3 P4 P5 Kedatangan 10 1 2 1 5 Burst Time 3 1 3 4 2

5.3.4 Round-Robin Scheduling

Algoritma Round Robin (RR) scheduling di design khususnya untuk system time-sharing. Ini hamper mirip dengan FCFS Scheduling tapi hak lebih dulu diperoleh untuk meng-switch antar proses. Sebagian kecil dari waktu yang dinamakan quantum waktu atau irisan waktu digambarkan. Waktu quantum umumnya dari 10 sampai 1000 milisecond. Antrian yang siap melangkah antrian yang bundar. CPU scheduler mengelilingi antrian yang siap, interval penempatan CPU untuk setiap proses berkisar satu kali quantum. Untuk melaksanakan RR scheduling, kita menyimpan natrian yang siap sebagai antrian proses FIFO. Proses baru ditambahkan untuk mengikuti proses yang sudah siap. CPU Scheduler mengambil proses pertama dari proses yang sudah siap, kemudian mengeset waktu untuk memerintah satu kali quantum dan mengirim proses tersebut. Beberapa hal kemungkinan akan terjadi. Proses mungkin mendeteksi CPU kurang dari satu kali quantum. Dalam hal ini proses sendiri akan melepaskan CPU dengan sukarela. Scheduler kemudian akan meneruskan ke proses berikutnya pada antrian yang sudah siap. Sebaliknya, jika CPU sedang penuh dengan proses yang sedang berjalan lebih dari satu kali quantum, timer akan mati dan akan menyebabkan interrupt pada operating system. Sebuah context switch akan dieksekusi dan proses akan diletakan pada bagian belakang pada proses yang sudah siap. CPU scheduler kemudian akan memilih proses selanjutnya pada antrian yang sudah siap(ready queue) Rata rata waktu tunggu kurang dari kebijaksanaan RR(round Robin) walaupun terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama, tergantung perangkat dari proses yang dating pada waktu 0(nol), dengan panjang waktu CPU burst dalam millisecond.

Process p1 p2 p3

Burst time 24 3 3

5.3.5 Multilevel Queue Scheduling Proses secara permanen diberikan pada satu antrian, umumnya didasarkan pada beberapa property dari proses, seperti ukuran memori, prioritas proses, atau jenis proses. Setiap antrian (queue) mempunyai algoritma penjadwalan (scheduling algorithm) sendiri. Sebagai contoh, antrian-antrian yang terpisah mungkin digunakan untuk proses foreground dan background. Sebuah algoritma queue-shceduling multilevel membagi ready queue dalam beberapa antrian terpisah. (gambar 5.6) Mari kita lihat sebuah contoh dari sebuah algoritma penjadwalan antrian multilevel (multilevel queue scheduling algorithm) dengan 5 antrian: (gambar 5.6)

1. 2. 3. 4. 5.

Proses system Proses interaktif Proses editing interaktif Proses batch Proses student

5.3.6 Multilevel Feedback Queue Scheduling Secara normal, dalam sebuah algoritma queue-scheduling multilevel, proses secara permanent diberikan ke sebuah antrian pada masukan ke system. Proses tidak dapat berpindah antara antrian. Jika ada antrian terpisah dari proses foreground dan background, sebagai contoh, proses tidak dapat berpindah dari satu antrian ke antrian lainnya, karena proses tidak mengganti dasar foreground atau background mereka. Susunan ini mempunyai keuntungan dari low scheduling overhead, tapi tidak fleksibel. Multilevel feedback queue schedulingmengijinkan sebuah proses berpindah antara antrian. Maksudnya adalah memisahkan proses dengan karakteristik CPU-burst yang berbeda. Jika sebuah proses menggunakan terlalu banyak waktu CPU, itu akan dipindahkan ke antrian lower-priority. Pola ini meninggalkan I/O bound dan proses interaktif dalam antrian higher-priority. Dengan cara yang sama, sebuah proses menunggu terlalu lama dalam antrian lower-priority mugnkin dipindahkan ke antrian higher-priority. Bentuk ini mencegah starvation. Definisi dari multilevel feedback queue scheduler membuat itu menjadi algoritma penjadwalan CPU yang paling umum. Itu dapat diatur untuk mencocokan sebuah specific system under design. Sayangnya, itu juga membutuhkan beberapa cara dari pemilihan nilai dari semua parameter untuk mendefinisikan penjadwal (scheduler) terbaik.Walaupun, antrian multilevel feedback adalah skema paling umum, antrian itu juga paling rumit.

5.4 Penjadwalan Multiple-Processor Proses dengan sebuah multiprosesor bersifat serupa (homogeneous) dalam hubungannya dengan kemampuan mereka. Banyak tersedia prosesor yang kemudian dapat digunakan untuk menjalankan banyak proses dalam antrian. Jika prosesor berbeda (a heterogeneous system), hanya program yang dikompile yang diberikan instruksi set prosesor dapat dijalankan pada prosesor tersebut. Kadang-kadang ada pembatasan pada penjadwalan bahkan dalam homogeneous multiprocessor. Mengingat sebuah system dengan sebuah alat I/O yang dipasang pada bus tersendiri dari satu prosesor. Proses menginginkan untuk menggunakan alat harus dijadwal untuk berjalan pada prosesor itu, cara lainnya alat itu tidak tersedia.

5.5 Penjadwalan Real-Time Real-time computing dibagi dalam 2 jenis.

1.Sistem hard real-time dibutuhkan untuk melengkapi tugas kritis dalam sebuah jumlah yang dijamin dari waktu. Secara umum, sebuah proses yang disampaikan bersama dengan sebuah pernyataan dari jumlah waktu di mana itu dibutuhkan untuk melengkapi atau performa I/O. Penjadwal (scheduler) kemudian juga mengijinkan proses, menjamin bahwa proses akan lengkap tepat pada waktunya, atau menolak permintaan (request) sebagai hal yang tidak mungkin. Ini diketahui sebagai resource reservation. 2.Soft real-time computing sedikit bersifat membatasi. Itu membutuhkan proses kritis menerima prioritas melebihi sedikit keuntungan. Walaupun menambah kemampuan soft real-time kepada sebuah sistem time-sharing mungkin menyebabkan alokasi ketidakwajaran dari sumber dan mungkin menghasilkan delay yang lebih panjang, Implementasi soft real-time secara fungsional membutuhkan design yang baik dari penjadwal dan aspekaspek yang berhubungan dengan sistem. Pertama, sistem harus mempunyai prioritas penjadwalan, dan proses real-time harus mempunyai prioritas tertinggi.

5.6.1 Deterministic Modelling

Untuk algoritma FCFS, kita dapat menjalankan proses seperti P1 0 10 P2 39 P3 42 P4 49 P5 61

Waktu tunggu adalah 0 milliseconds dari proses P1, 10 millisecond dari proses P2, 39 millisecond dari proses P3, 42 millisecond dari proses P4 dan 49 millisecond dari proses P5. Dengan demikian rata rata waktu menunggu adalah (0+10+39+42+49)/5 = 28 millisecond. Dengan penjadwalan nonpreemptive SJF, kita menjalankan program sebagai berikut

P1 0 3

P2 10

P3 20

P4 32

P5 61

Waktu tunggu adalah 10 millisecond dari proses P1, 32 millisecond dari proses P2, 0 millisecond dari proses P3, 3 millisecond dari proses P4 dan 20 millisecond dari proses P5. Dengan demikian rata rata waktu menunggu adalah (10+32+0+3+20)/5 = 13 millisecond. Dengan algoritma RR, kita mulai P2, tetapi setelah 10 millisecond akan diletakkan di belakang antrian :

P1 0 10

P2 20

P3 23

P4 30

P5 40

P2 50 52

P5 61

P2

Waktu tunggu adalah 0 millisecond dari proses P1, 32 millisecond dari proses P2, 20 millisecond dari proses P3, 23 millisecond dari proses P4 dan 40 millisecond dari proses P5. Dengan demikian rata rata waktu menunggu adalah (0+32+20+23+40)/5 = 23 millisecond.

5.6.2 Model Antrian (Queueing Models) Algoritma multilevel queue mengijinkan banyak algoritma untuk digunakan dalam berbagai class dari proses. Yang paling biasa adalah bagian depan interaksi antrian, yang menggunakan penjadwalan RR, dan bagian tumpukan belakang pada antrian menggunakan penjadwalan FCFS. Multilevel feedback queues mengijinkan proses berpindah dari 1 antrian ke antrian yang lain. Perbedaan terbesar dari permintaan algoritma penjadwalan bahwa kita mempunyai metode untuk memilih antara algoritma. Metode analitic memakai analisis matematika dalam menentukan performa dari sebuah algoritma. Metode simulasi menentukan performa dengan meniru algoritma penjadwalan pada sebuah contoh representative dari proses, dan penghitungan menghasilkan performa. Pemrosesan komputer digambarkan sebagai network server. Masing masing server memiliki antrian dari proses tunggu. CPU adalah sebuah server dengan antrian yang siap didalamnya, sebagai sistem I/O dengan perlengkapan antriannya. Mengetahui kedatangan rates dan pelayanan rates, kita dapat menghitung pemanfaatan, rata rata panjang antrian, rata rata waktu tunggu dan yang lainnya. Area belajar ini disebut queueing-network analysis. Sebagai contoh, n adalah rata rata panjang antrian (melarang proses melayani), W adalah rata rata waktu tunggu dari antrian dan adalah kedatangan rate dari proses baru di dalam antrian (3 proses per detik). Kita berharap selama waktu W bahwa sebuah proses menunggu, x W proses baru akan tiba di antrian. Jika sistem berada pada tampat yang tetap, ketika nomer dari proses meninggalkan antrian harus sama dengan nomer pada proses kedatangan. Maka :

n=xW

Persamaan ini diketahui sebagai Littles formula. Littes formula sangat bermanfaat karena valid dari algoritma penjadwalan dan distribusi kedatangan, dengan menggunakan Littles formula untuk menghitung satu dari tiga variable, jika kita mengetahui dua yang lain. Sebagai contoh, jika kita tahu bahwa tujuh proses datang setiap detik (sebagai rata rata), dan normalnya 14 proses dalam antrian, ketika kita dapat menghitung rata rata waktu tunggu setiap proses 2 detik. Queueing analysis dapat digunakan untuk membandingkan algoritma penjadwalan, tetapi ini juga memiliki keterbatasan. Pada suatu contoh, class dari algoritma dan distribusi dapat diatasi yaitu agak terbatas. Matematika dari algoritma lengkap atau distribusi dapat menjadi sulit untuk dikerjakan. Dengan demikian kedatangan dan pelayanan distribusi sering didefinisikan tidak nyata, tetapi secara matematik dapat dipelajari. Hal ini juga kebutuhan secara umum untuk membuat sebuah nomer bebas penerima, yang mana tidak boleh akurat. Dengan demikian mereka akan menghitung jawaban, model antrian sering juga diperkirakan dalam sistem nyata. Sebagai hasil, keakuratan hasil perhitungan dapat diragukan/dipertanyakan.

5.7 Ringkasan Penjadwalan CPU adalah sebuah seleksi program melalui proses tunggu dari antrian yang tersedia dan menyediakan CPU untuknya. CPU ditempatkan untuk diseleksi oleh dispatcher. Pengaturan First-Come, First-served (FCFS) adalah algoritma penjadwalan paling sederhana, itu karena proses pendek untuk menunggu proses yang sangat panjang. Penjadwalan Shortet-job-first (SJF) terbukti optimal, buktinya memiliki rata rata waktu tunggu paling pendek. Implememtasi penjadwalan SJF sulit karena sulit memperkirakan panjang dari CPU selanjutnya. Algoritma SJF adalah sebuah case yang spesial dari prioritas algoritma pemjadwalan pada umumnya, dimana peletakkan sederhana CPU untuk proses prioritas paling tinggi. Kedua prioritas dan penjadwalan SJF bisa menderita kelaparan. Penuaan adalah proses untuk mencegah kelaparan. Penjadwalan Round-Robin (RR) untuk sistem time-shared. Penjadwalan RR menempati CPU untuk proses yang pertama dalam antrian untuk q timre unit, dimana q adalah time quantum. Setelah q time unit, CPU mendahului dan proses menempati bagian belakang antrian yang tersedia. Masalah utama adalah pemilihan time quantum. Jika quantum sangat lebar, maka penjadwalan RR tidak lebih baik dari penjadwalan FCFS, jika quantum sangat kecil, penjadwalan memiliki pengeluaran tambahan dalam bentuk context-swtch time menjadi berlebihan. Algoritma FCFS adalah nonpreemptive, algoritma RR adalah preemptive. SJF dan algoritma prioritas menjadi salah satunya preemptive atau nonpreemptive.

Algoritma multilevel queue mengijinkan banyak algoritma untuk digunakan dalam berbagai class dari proses. Yang paling biasa adalah bagian depan interaksi antrian, yang menggunakan penjadwalan RR, dan bagian tumpukan belakang pada antrian menggunakan penjadwalan FCFS. Multilevel feedback queues mengijinkan proses berpindah dari 1 antrian ke antrian yang lain. Perbedaan terbesar dari permintaan algoritma penjadwalan bahwa kita mempunyai metode untuk memilih antara algoritma. Metode analitic memakai analisis matematika dalam menentukan performa dari sebuah algoritma. Metode simulasi menentukan performa dengan meniru algoritma penjadwalan pada sebuah contoh representative dari proses, dan penghitungan menghasilkan performa.

Anda mungkin juga menyukai