Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan saat ini terdapat lebih dari satu milyard penduduk dunia mempunyai berat badan lebih (Overweight) dan sedikitnya 300 juta dari mereka mempunyai berat badan dalam kategori obesitas.1 Insiden obesitas di negara-negara berkembang saat ini juga semakin meningkat, sehingga banyaknya orang dengan obesitas di wilayah tersebut hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita kelaparan. Di Indonesia sendiri, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang baku mengenai obesitas, data yang ada saat ini ternyata menunjukkan terjadinya penambahan jumlah penduduk dengan obesitas, khususnya pada kota besar. Hal ini diwakili dengan hasil penelitian di Depok pada tahun 2003 yang mendapatkan 44 % penduduk dengan berat badan lebih dan obes. Angka ini ternyata meningkat tajam apabila dibandingkan dengan angka yang diperoleh pada tahun 1992 di Jakarta pusat yang hanya sebesar 17,1 %.2 Saat ini sangat jelas terlihat bahwa obesitas mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan. Sebagaimana yang diperoleh dalam suatu studi yang menyebutkan bahwa hampir 10 % dari seluruh total biaya kesehatan disuatu negara terserap pada penyakit-penyakit yang berhubungan dengan obesitas.3 Beberapa kondisi medik yang serius sering dialami oleh penderita obesitas yang

Universitas Sumatera Utara

nantinya akan menyebabkan kualitas hidup yang rendah, angka kesakitan dan angka mortalitas yang tinggi pada usia muda.4 Selain hal diatas, menurut beberapa studi pasien obesitas dikatakan juga mempunyai stigma yang negatif dan diskriminatif dalam hal hubungan interpersonal yang biasa dialami dalam dunia pendidikan, pekerjaan serta dalam kehidupan masyarakat lainnya sehingga tingkat produktifitas pasien obesitas akan menjadi lebih rendah.5 Apakah sedemikian dahsyatnya potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh obesitas ?,Apakah pengobatan pada obesitas bukan merupakan hal yang berlebihan ?dan masih banyak lagi pertanyaan yang terkait dengan hal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan diataslah yang menjadi latar belakang kenapa obesitas saat ini menjadi topik yang banyak didiskusikan di berbagai negara. Kampanye tersebut tidak hanya dilakukan oleh para petugas medis, tetapi juga media massa. Media berperan cukup besar dalam penyebarluasan pemahaman bahwa obesitas merupakan penyakit sehingga membutuhkan terapi yang benar. Disisi lain peningkatan prevalensi obesitas menyadarkan semua pihak akan

pentingnya obesitas, bagaikan bom waktu bagi dunia modern yang siap meledak.6 Konsep patogenesis obesitas sebagai penyakit adalah akibat masa lemak dan substansi yang dihasilkan oleh lemak itu sendiri. Keadaan resistensi insulin pada obesitas juga kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran asam lemak dari sel lemak/fat yang kemudian berkumpul dihati dan otot, yang kemudian diduga sebagai penyebab sindrom metabolik.2,7Seperti diketahui insulin mempunyai

Universitas Sumatera Utara

peran penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan lemak maupun sistesis lemak dalam jaringan adiposa, sehingga dengan adanya resintensi insulin dapat menyebabkan terganggunya proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak.2 Dislipidemia yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi trigliserida dan penurunan kolesterol HDL merupakan pengaruh insulin terhadap Cholesterol Ester Transfer (CETP) yang mempelancar transfer (CE) dari HDL ke VLDL (trigliserida) dan mengakibatkan terjadinya katabolisme dari apoA, komponen protein HDL. Hal tersebutlah juga yang dapat menerangkan hubungan sebab-akibat (kausatif) antara resistensi insulin yang terjadi pada penderita obes dengan terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.2,7 Intoleransi glukosa merupakan salah satu manifestasi sindrom metabolik yang dapat menjadi awal suatu diabetes mellitus (DM). Penelitian penelitian yang ada menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara toleransi glukosa terganggu (TGT) dengan resiko kardiovaskular pada pasien sindrom metabolik.6 The Diabetes Prevention Program (DPP) telah memastikan bahwa dengan kegiatan fisik sedang dan perubahan pola makan akan menurunkan berat badan 5-7 % dan juga menurunkan 58 % resiko menjadi diabetes.8 Menurunkan berat badan, merubah pola makan dan gerak badan yang efektif ternyata juga dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan

memperbaiki fungsi vaskular.9 Bahkan terdapat bukti yang kuat bahwa dengan adanya penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah, serum trigliserida, total kolesterol, LDL maupun kadar glukosa darah pada individu berat badan lebih atau obes tanpa diabetes mellitus.2

Universitas Sumatera Utara

Fakta lainnya mendapatkan juga bahwa modifikasi gaya hidup atau saat ini dikatakan sebagai pola hidup medik (PHM) merupakan terapi awal yang harus dilakukan pada pasien obesitas. Nurses Health Study dan the Health Professionals' Study melaporkan bahwa dengan peningkatan aktivitas fisik sedang (moderate) disamping masukan diet yang standar selama 12 minggu atau lebih pada populasi beresiko diabetes akan menurunkan resiko sebesar 26 hingga 38 %.10 Secara umum penurunan berat badan sangat sulit didapat hanya dengan perubahan pola hidup saja dan terkadang pendekatan farmakoterapi sangat dibutuhkan. Hal lain yang juga sejak lama telah diketahui bahwa metformin sebagai golongan biguanide mempunyai efek menghambat produksi glukosa dihati, menurunkan absorbsi disaluran cerna dan meningkatkan sensitivitas insulin.11 Penelitian terbaik metformin pada pasien obesitas adalah penelitian Diabetes Prevention Program (DPP) yang menilai efek metformin dengan dosis 2 x 850 mg pada pasien dengan sindroma metabolik yang mendapatkan hasil adanya penurunan berat badan hingga 2,5 % dan hasil ini bermakna dibandingkan dengan plasebo. Walaupun hasil ini jauh dari batasan yang diwajibkan Food Drugs Administration (FDA) sebesar 5 % penurunan berat badan minimal yang harus dihasilkan oleh terapi obesitas, tetapi pemberian metformin dikatakan sangat baik bagi pasien DM dengan obesitas karena disamping menurunkan berat badan juga dapat menurunkan resistensi insulin.11

Universitas Sumatera Utara

Metformin sendiri juga sudah beberapa kali diteliti sebagai bagian dari terapi pasien berat badan lebih dan obesitas tanpa diabetes, walaupun dinyatakan masih terdapat kekurangan data yang mendukung penggunaannya tersebut. 12 Oleh karena beberapa latar belakang tersebutlah penulis mencoba meneliti pengaruh modifikasi pola hidup dengan metformin terhadap kadar glukosa darah dan profil lipid pada penderita obesitas.

1.2 Perumusan Masalah. Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian diatas , dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah dengan pola hidup medik (PHM) akan didapatkan perbaikan parameter antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid penderita obesitas setelah 12 minggu ? 2) Apakah dengan penambahan metformin disamping pola hidup medik (PHM) akan didapatkan peningkatan perbaikan parameter antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid pada pasien obesitas setelah 12 minggu ?

1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dari penelitian ini sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1) Pola hidup medik (PHM) yang meliputi aktifitas fisik sedang (moderate) dan pengaturan pola makan memperbaiki parameter antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid pasien obesitas setelah 12 minggu.

2) Penambahan

metformin

dalam

pola

hidup

medik

(PHM)

dapat

meningkatkan perbaikan antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid pasien obesitas setelah 12 minggu.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk menilai pengaruh pola hidup medik (PHM) dengan atau tanpa pemberian metformin terhadap parameter antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid pada penderita obesitas.

1.4.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui apakah dengan pola hidup medik (PHM) pada penderita obesitas akan mendapatkan perbaikan antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid setelah 12 minggu. 2) Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan perbaikan antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid, apabila ditambahkannya terapi metformin didalam pola hidup medik (PHM) penderita obesitas selama 12 minggu.

Universitas Sumatera Utara

3) Untuk

melihat

apakah

terdapat

perbedaan

tingkat

perbaikan

antropometri, kadar glukosa darah dan profil lipid pada kelompok obesitas yang mendapatkan tambahan terapi metformin pada pola hidup medik (PHM) dibandingkan dengan kelompok kontrol yang

menggunakan plasebo. 1.5 Manfaat Penelitian. 1) Untuk mengetahui besarnya peranan pola hidup medik dengan atau tanpa metformin dalam pencegahan diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular pada penderita obesitas. 2) Ikut mendidik penderita obes untuk melakukan perubahan pola hidup menjadi lebih baik. 3) Menurunkan biaya perawatan kesehatan dengan mencegah terjadinya diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular pada penderita obesitas.

1.6 Kerangka Konsepsional Pemeriksaan Antropometri Tekanan Darah Kadar Glukosa Darah Profil Lipid

Pasien Obesitas

Intervensi Pola Hidup Medik (PHM) (Pengaturan Pola Makan + Aktifitas Fisik Sedang ) Dengan atau tanpa Metformin selama 12 minggu

Pemeriksaan Antropometri Tekanan Darah Kadar Glukosa Darah Profil Lipid

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai