Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yuliana Eka Anggraeni NIM : F1D009011 AGAMA DAN DEMOKRASI

REVIEW Agama dan Kehidupan Publik Berhubungan dengan agama dalam kehidupan politik, menimbulkan banyaknya pendapat mengenai hubungan agama dan politik. Kaum sekuler berpendapat bahwa agama sebagai persoalan yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan urusan takdir dan rohani setiap orang, serta berkaitan dengan iman seseorang yang tidak dapat dipaksakan. Sedangkan politik bersifat komunal, berkaitan dengan urusan keduniaan yang memberikan hukuman bagi pelanggarnya. Karenanya, menurut pandangan kaum sekuler agama dan politik harus dipisahkan. Terdapat dua versi yang menyoroti masalah tersebut. Pertama, versi lemah. Pemisahan antara agama dan negara, negara seharusnya tidak beleh memihak atau mengutamakan salah satu agama. Meskipun dalam penentuan kebijakan dan pembuatan keputusan dilakukan dalam pertimbangan religius. Namun walaupun demikian negara harus tetap nenunjukan sikap netral yang tegas terhadap agama. Sebenarnya, hukum secara tidak langsung mengandung unsur-unsur dalam agama, namun dalam hal ini bukan berarti bahwa warga negara harus mengikuti kepercayaan terhadap agama yang memberi unsur dalam hukum, tetapi lebih kepada menghormati kekuasaan dari hukum tersebut. Secara lebih tegas, warga negara memang berada pada keyakinan agama masingmasing, namun apabila berkaitan dengan politik, mereka harus bersikap sekuler. Kedua, versi kuat. Ada pula yang berpendapat bahwa pemikiran sekuler tidak netral secara politis dan budaya. Secara tidak langsung sekulerisme melarang

warga negara mengungkapkan pandangan politiknya yang dilihat dari perspektif kepercayaannya di muka umum. Kebiasaan masyarakat, orang-orang yang religius selalu membentuk kelompok mayoritas yang umumnya sulit untuk hidup berdemokrasi. Tujuan sekuler memang masuk akal jika dikaitkan dengan hal tersebut, dimana hanya sebagian kecil masyarakat yang mempersoalkan masalah agama, meskipun agama merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Banyaknya pemikiran bahwa orang religius umumnya mencari kesempurnaan dalam hidup dan tidak berpikir adanya kemungkinan untuk memisahkan kepentingan pribadi dan politik. Hal tersebut berbeda dengan gerakan pada rezim komunis, seperti Nazi. Orang-orang yang tergabung dalam gerakan Nazi merupakan orang-orang yang taat pada agama mereka, namun gerakan tersebut bisa meruntukkan lembaga-lembaga politik dan sipil di Jerman. Tuntutan yang mengharuskan pemisahan antara agama dan negara menjadikan sebuah diskriminasi bagi warga negara yang berpikiran religius dalam sistem politik. Hal tersebut juga menghilangkan kehidupan politik dari wawasan keagamaan. Karena dalam politik juga harus mengenal yang disebut menghargai segala perbedaan yang ada. Dalam kehidupan politik selalu terdapat kondisi yang dapat menimbulkan perdebatan termasuk perdebatan dalam soal agama. Dalam negara modern, perdebatan tersebut menjadi hal yang wajar, namun berbanding terbalik dalam negara sekuler. Apabila dalam kehidupan negara sekuler, dimana memisahkan antara agama dan negara, maka tidak ada bahasa agama yang bisa melawan argumen politik. Sebenarnya banyak contoh-contoh agama yang berhubungan dengan politik. Seperti adanya larangan dari Gereja Katolik untuk melarang aborsi. Selain berupa aturan agama, larangan tersebut mengandung nilai kemanusiaan dalam kehidupan sosial yang harus dipertimbangkan. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari pengaruh agama. Tidak hanya kehidupan sosial da politik, agama dapat difungsikan sebagai sarana untuk mengkritik dirinya sendiri (pribadi). Dalam hal tersebut agama

menekankan moralitas dalam kehidupan batin dan memaksa mereka untuk melihat kedalam diri mereka sendiri, atau dapat disebut dengan introspeksi. Hal tersebut merupakan kelebihan dari agama. Masyarakat yang religius tidak pernah lari dari pemikiran-pemikiran yang rasional akan kepercayaan-kepercayaan dan praktekpraktek mereka yang relevan dengan politik. Meskipun agama dan negara secara tidak langsung saling berkaitan, namun sebenarnya agama dan negara berbeda walaupun hanya berbeda tipis. Kita perlu menghargai bahwa masalah agama sangat berbarti bagi kehidupan masyarakat. Agama dapat memberikan sumbangan besar bagi kehidupan politik sehingga harus ditemukan jalan untuk menghargai dan menerimanya. Sebaliknya agama juga harus bisa menerima pembatasan-pembatasan masyarakat secara demokratis, menerima kebeasan dalam mengemukakan pendapat, dan kerumitan dalam hidup berpolitik. Jadi harus adanya sikap saling menghargai antara keduanya.

Anda mungkin juga menyukai