Anda di halaman 1dari 5

1.

a) 3 Jenis Sifat Konstitusi:

1. Konstitusi bersifat singkat Hanya memuat aturan pokok & garis besar sbg instruksi pemerintah & badan penyelenggara negara utk menyelenggarakan kehidupan negara & kesejahteraan sosial Shg aturan pelaksananya diatur oleh undang2 yg lbh mudah membuat, mengubah / mencabutnya 2. Konstitusi bersifat luwes Dapat mengikuti dinamika masyarakat, sekarang maupun yg akan datang 3. Konstitusi bersifat sebagai hukum dasar Konstitusi = hukum dasar yg tertulis : Hukum yg menjadi dasar berlakunya & legalitas hukum positif negara Hakikatnya mrpk pernyataan kehendak bangsa, sbg perintah pd penyelenggara negara & pemerintah utk mengatur kehidupan negara ke dalam (hub negara-penduduk) & ke luar (hub internasional) b) Pengertian Konstitusi menurut Ferdinand Lasalle : 1) Pengertian sosiologis dan politis (sociologische atau politische begrip). Konstitusi dilihat sebagai sintesis antara faktor-faktor kekuatan politik yang nyata dalam masyarakat (de riele machtsfactoren), yaitu misalnya raja, parlemen, kabinet, kelompokkelompok penekan (preassure groups), partai politik, dan sebagainya. Dinamika hubungan di antara kekuatan-kekuatan politik yang nyata itulah sebenarnya apa yang dipahami sebagai konstitusi; 2) Pengertian juridis (juridische begrip). Konstitusi dilihat sebagai satu naskah hukum yang memuat ketentuan dasar mengenai bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan negara. 2. Hal dasar yang harus dipenuhi kaidah hukum agar berlaku dengan baik : a) Secara yuridis: jika penentuannya di didasarkan pada kaidah yg lebih tinggi (Kelsen) / jika terbentuk menurut cara yg ditetapkan (Zeven Bergen) / jika menunjukkan hubungan keharusan suatu kondisi & akibatnya (Logemann). Jika berlaku secara yuridis saja disebut kaidah mati; b) Secara sosiologis: kaidah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walau tidak diterima oleh rakyat (teori kekuasaan) /kaidah tadi berlaku karena diterima & diakui

oleh masyarakat (teori pengakuan). Jika hanya kekuasaan) menjadi aturan pemaksa;

berlaku secara sosiologis (teori

c) Secara filosofis : sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif tertinggi. Jika hanya berlaku secara filosofis saja menjadi hukum yg dicita-citakan (ius constituendem) 3. Konstitusi menjadi landasan yang sangat penting dan mendasar bagi penyelenggaraan negara yang menganut sistem politik demokrasi, atau negara modern saat ini. Konstitusi menjadi hukum dasar dan tertinggi (the supreme law of the land ), yang melandasi setiap bentuk hukum atau perundang-undangan lainnya. Konstitusi juga dipahami sebagai konsep yang berkembang, artinya tidak dapat dilihat sebagai dokumen yang mati atau statis, tetapi hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana prinsip dasar penyelenggaraan negara yang selalu hidup mengikuti perkembangan dan dinamika masyarakat dan jamannya (the living constitution ). Dalam perspektif kedudukannya, konstitusi adalah kesepakatan umum (general consensus ) atau persetujuan bersama (common agreement ) dari seluruh rakyat mengenai hal-hal dasar yang terkait dengan prinsip dasar kehidupan dan penyelenggaraan negara, serta struktur organisasi suatu negara. 4. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu: a) Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of government), yaitu berkenaan dengan citacita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme di suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu, di suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. b) Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government), yaitu kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan atau konsensus kedua ini juga

sangat prinsipil, karena dalam setiap negara harus ada keyakinan bersama bahwa apapun yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan negara haruslah didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama. Istilah yang biasa digunakan untuk itu adalah the rule of law yang dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang sarjana Inggris kenamaan. Bahkan di Amerika Serikat istilah ini dikembangkan menjadi jargon, yaitu The Rule of Law, and not of Man untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang. c) Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures), yaitu berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya; (b) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama lain; serta (c) hubungan antara organ-organ negara itu dengan warga negara. Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitutional state).

1. a) 3 Jenis Sifat Konstitusi:

1. Konstitusi bersifat singkat Hanya memuat aturan pokok & garis besar sbg instruksi pemerintah & badan penyelenggara negara utk menyelenggarakan kehidupan negara & kesejahteraan sosial Shg aturan pelaksananya diatur oleh undang2 yg lbh mudah membuat, mengubah / mencabutnya 2. Konstitusi bersifat luwes Dapat mengikuti dinamika masyarakat, sekarang maupun yg akan datang 3. Konstitusi bersifat sebagai hukum dasar Konstitusi = hukum dasar yg tertulis : Hukum yg menjadi dasar berlakunya & legalitas hukum positif negara Hakikatnya mrpk pernyataan kehendak bangsa, sbg perintah pd penyelenggara negara & pemerintah utk mengatur kehidupan negara ke dalam (hub negara-penduduk) & ke luar (hub internasional) b) Pengertian Konstitusi menurut Ferdinand Lasalle : 1) Pengertian sosiologis dan politis (sociologische atau politische begrip). Konstitusi dilihat sebagai sintesis antara faktor-faktor kekuatan politik yang nyata dalam masyarakat (de riele machtsfactoren), yaitu misalnya raja, parlemen, kabinet, kelompokkelompok penekan (preassure groups), partai politik, dan sebagainya. Dinamika hubungan di antara kekuatan-kekuatan politik yang nyata itulah sebenarnya apa yang dipahami sebagai konstitusi; 2) Pengertian juridis (juridische begrip). Konstitusi dilihat sebagai satu naskah hukum yang memuat ketentuan dasar mengenai bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan negara. 2. Hal dasar yang harus dipenuhi kaidah hukum agar berlaku dengan baik : a) Secara yuridis: jika penentuannya di didasarkan pada kaidah yg lebih tinggi (Kelsen) / jika terbentuk menurut cara yg ditetapkan (Zeven Bergen) / jika menunjukkan hubungan keharusan suatu kondisi & akibatnya (Logemann). Jika berlaku secara yuridis saja disebut kaidah mati; b) Secara sosiologis: kaidah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walau tidak diterima oleh rakyat (teori kekuasaan) /kaidah tadi berlaku karena diterima & diakui

oleh masyarakat (teori pengakuan). Jika hanya kekuasaan) menjadi aturan pemaksa;

berlaku secara sosiologis (teori

c) Secara filosofis : sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif tertinggi. Jika hanya berlaku secara filosofis saja menjadi hukum yg dicita-citakan (ius constituendem) 3. Dalam demokrasi terdapat sendi identitas dan dalam monarki terdapat sendi representasi. Demokrasi, baik langsung maupun tidak langsung, bersendi pada rakyat yang memerintah dirinya sendiri, sehingga antara yang memerintah dan yang diperintah bersifat identik yaitu sama-sama rakyat. Dalam monarki, asas yang dipakai adalah representasi karena baik raja maupun kepala negara dalam negara yang demokratis hanya merupakan wakil atau mandataris dari rakyat, karena pada dasarnya kekuasaan itu ada pada rakyat dan berasal dari rakyat. 4. Pembentukan Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi dalam arti positif atau bukan? Dikarenakan pembuatan Undang-Undang Dasar 1945 hanya merupakan salah satu di antara keputusan-keputusan politik yang tinggi, maka ia belum merupakan Konstitusi dalam arti positif. Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah suatu Konstitusi dalam arti positif, karena ia merupakan satu-satunya keputusan politik yang tertinggi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia yang merubah dari suatu bangsa yang dijajah menjadi bangsa yang merdeka. Undang-Undang Dasar 1945 dilahirkan sesudah proklamasi kemerdekaan, sebagai tindak lanjut dari proklamasi kemerdekaan itu.

Anda mungkin juga menyukai