Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i Daftar isi...................................................................................................................ii Modul 3 : Perilaku Terpuji..................................................................................1 A. Tadarus.............................................................................................2 B. Pendahuluan.....................................................................................3 C. Adab Berpakaian dan Berhias..........................................................3 D. Adab Dalam Perjalanan..................................................................12 E. Adab Bertamu dan Menerima Tamu..............................................17 F. Evaluasi...........................................................................................21 Modul 4 : Perilaku Tercela................................................................................22 A. Tadarus...........................................................................................23 B. Pendahuluan...................................................................................24 C. Hasud..............................................................................................24 D. Riya................................................................................................29 E. Aniaya.............................................................................................33 F. Evaluasi...........................................................................................38 Daftar Pusaka........................................................................................................39

-ii-

MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI


A. PEMBELAJARAN
Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji. Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan atau menerima tamu. 2. Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu atau menerima tamu. 3. Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman Belajar
1. Membaca literatur yang berkaitan dengan tata krama berpakaian dan berhias, perjalanan, tata krama bertamu dan menerima tamu. 2. Mendiskusikan tata krama berpakaian dan berhias trend busana masa kini dan berbagai permasalahannya.

Materi 1. Kebiasaan berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran Islam. 2. Kebiasaan menempuh perjalanan sesuai dengan ajaran Islam. 3. Kebiasaan bertamu dan menerima tamu sesuai dengan ajaran Islam. Alokasi waktu : 4 x 45 menit.

-1-

TADARUS
Q.S. Al Ahzaab (33) : 59

Artinya : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 59) Q.S. An Nuur (24) : 27 29

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(27) Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(28) Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (29)

-2-

URAIAN MATERI
1. Adab Berpakaian dan Berhias
Pada prinsipnya berpakaian berfungsi untuk menutup aurat (sebagai hijab). Hijab dalam syariat mempunyai aturan-aturan tertentu yang tidak dapat digantikan oleh oleh tradisi (urf), yaitu, hendaklah wanita menyembunyikan (menutupi) tubuhnya selain wajahnya dan kedua telapak tangannya, dan ia tidak boleh keluar rumah dengan menampakkan perhiasannya dengan gaya berdandan seperti orang-orang Jahiliyah dahulu. Bagaimana bentuk hijab, dan bagaimana pakaian yang harus dipakai, maka hal ini kembali kepada urf (tradisi) dan kembali kepada wanita sendiri. Fungsi utama pakaian ini dapat kita lihat pada QS. Al Araf [7]: 26

Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Berdasarkan ayat di atas kita bisa mengerti bahwa fungsi utama pakaian adalah sebagai penutup aurat dan penghias diri secara wajar. Yang dimaksud penghias diri adalah bahwa ketika kita memakai pakaian, maka kita akan menjadi terhormat, bila dibandingkan dengan makhluk lain yang tidak berpakaian. Penghias diri bukanlah bertujuan agar orang lain tertarik kepada kita. Menghias diri dengan berpakaian dan bertujuan untuk menarik perhatian, bahkan syahwat orang lain adalah terlarang.

-3Meskipun secara bentuk bisa beragam, namun pada prinsipnya dalam berbusana atau berpakaian harus memenuhi syarat sebagaimana yang dikemukakan Nashiruddin Al Albani dalam bukunya Jilbab Al Marah Al Muslimah fi Al Kitab wa As Sunnat sebagai berikut : Menutupi seluruh badan (aurat) selain yang dikecualikan Aurat laki-laki adalah bagian tubuh mulai dari pusar sampai dengan lutut. Sedangankan aurat perempuan adalah seluruh anggota tubuhnya, selain muka dan telapak tangan. Perhatikan QS. An Nur [24] : 31 di bawah ini!

Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. Bukan sebagai perhiasan yang membangkitkan syahwat Nabi Muhammad saw bersabda: Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya. (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).

-4Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. Tabarruj juga bisa diartikan sebagai cara berdandan orang-orang jahiliyah yang sangat berlebihan dengan maksud untuk menarik perhatian orang lain.

Kainnya harus tebal, tidak transparan atau tipis. Fungsi pakaian sebagai penutup aurat tidak akan terwujud jika kain pakaian tersebut transparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk. (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232). Dan dalam hadits lain disebutkan : Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu : - Kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam). - Perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak akan bisa masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian (H.R. Muslim) Longgar (tidak ketat), sehingga tidak dapat menggambarkan lekuk-lekuk tubuh Tidak menyerupai pakaian laki-laki Lebih baik tidak memakai wangi-wangian jika memang bau badan tidak menimbulkan fitnah dalam pergaulan. Jika dikhawatirkan bau badan tersebut menimbulkan fitnah, maka boleh memakai wangi-wangian secukupnya, asalkan tidak berbau keras. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir Tidak untuk mencari popularitas (libasusy syuhrah)

Fungsi Pakaian :
a. Penutup aurat b. Sebagai pelindung tubuh c. Sebagai perhiasan d. Menghindari dari gangguan iblis dan syetan e. Berpakaian merupakan ibadah kepada Allah SWT

-5Allah s.w.t. berfirman :

Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata (Q.S. Al Ahzab : 36).


Artinya : Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. al-Araf (7) : 31) f. Menjadi ciri khas orang Islam Allah s.w.t. berfirman :

Artinya : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 59) Perhatikan firman Allah SWT berikut ini.

Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah utnuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS al-Araaf [7]:26) -6Ayat di atas menunjukan juga bahwa fungsi busana bagi seseorang tidak hanya sekedar penutup aurat dan badan tetapi juga sebagai simbol dan cermin bagi jati diri, keimanan, dan akhlak pribadi seseorang. Betapa pun indah dan mahalnya suatu model busana jika tidak mencerminkan jati diri pemakainya maka itu semua tidak mengandung nilai yang luhur. Adab Berpakaian : a. Mengenakan pakaian yang menutupi aurat b. Pastikan pakaian tersebut tidak ketat dan tipis c. Membaca doa berpakaian dan berhias


Artinya : Ya Allah aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian ini dan dari kebaikan sesuatu yang ada pada pakaian ini, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan/kejahatan pakaian ini dan kejahatan apa yang ada pada pakaian ini. (H.R. Ibnu Sinni dari Abu Said al Khudri) Doa ketika melepaskan pakaian


Artinya : Dengan menyebut nama Allah yang tiada tuhan hanya melainkan Dia. Rasulullah s.a.w. bersabda :


Artinya : Penghalang antara pandangan jin dan aurat anak Adam (manusia) ialah hendaknya seorang muslim bila hendak melepaskan pakaiannya seraya berdoa :, bismillahilladzi laa ilaha illahuwa. (H.R. Ibnu Sinni dari Anas r.a.) d. Membiasakan mengenakan pakaian mendahulukan anggota badan sebelah kanan Rasulullah s.a.w. bersabda :


Artinya : Bahwa Rasulullah s.a.w. dalam menggunakan tangan kanan, untuk makan, minum, dan memakai pakaian, sedangkan tangan kiri beliau gunakan untuk selain hal tersebut (H.R. Abu Dawud dan Baihaqi dari ummul mukminin Siti Hafshah r.a.)

-7e. Mengenakan pakaian dan berhias di tempat yang semestinya f. Mengenakan pakaian yang bersih dan baik g. Mengenakan sepatu sambil duduk h. Mengenakan pakaian yang tidak menyerupai pakain lawan jenisnya Pakaian Wanita dan Sejenisnya Pegangan utama yang harus diperhatikan dalam berpakaian adalah tidak perlu berlebihan, tetapi sederhana yang menutupi, contoh : a. Pakaian baju kurung dan berkerudung b. Pakaian nasional yang menutup aurat c. Pakaian muslimah, berjilbab atau berkerudung Beberapa pakaian yang harus dihindari pemakaiannya, antara lain : a. You can see : pakaian tanpa lengan, sehingga ketiaknya terlihat b. Tang top : pakaian bertali kecil di bahunya sehingga bagian dada dan punggung atas terlihat c. Back lest : pakaian yang terbuka lebar bagian belakang d. Street : pakaian yang sangat ketat sehingga terlihat lekukan tubuh e. Tubetop : pakaian kemben yang terlihat pusar dan perutnya f. Midi : pakaian panjang yang telihat betis dan pahanya g. Mini : pakaian yang pendek/ kecil h. Bikini : pakaian untuk renang Pakaian Pria Dalam ketentuan ilmu fikih, aurat laki laki adalah di antara pusar sampai lutut sehingga pakaian pria tidak sama dengan pakaian wanita dalam menutup auratnya. Pakaian laki laki pada umumnya adalah sebagai berikut : 1. Kemeja dan celana panjang serta dasi 2. Jas untuk pakaian resmi 3. Kemeja atau batik

4. Pakaian bergaya timur seperti gamis disertai sorban 5. Pakaian yang memenuhi kaidah kesopanan dan menutupi aurat laki-laki Ketika kita berinteraksi dengan sesama manusia, maka kita harus bersikap hati-hati dalam berpakaian, baik itu pakaian yang tampaknya bagus maupun jelek. Tujuannya adalah agar kita tidak terjerumus dalam fitnah.

-8Akan tetapi ketika kita berinteraksi dengan Allah SWT dalam ibadah makhdhah, maka Allah dengan tegas memerintahkan kita agar kita mengenakan pakaian yang terbaik kita. Perhatikan QS. Al Araf [7]: 31

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al Araf [7]: 31)

Pedoman Berhias menurut Islam


Allah telah memperbolehkan hamba-Nya untuk memakai perhiasan yang baik-baik, serta berhias yang pantas, terutama ketika menghadap kepada-Nya. Allah s.w.t. berfirman : Artinya : Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat [536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayatayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S. Al Araaf : 32 ) Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja. Ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi s.a.w. : Sesungguhnya seseorang suka pakaiannya bagus dan sandalnya bagus, beliau, nabi s.a.w. bersabda :

( (
Artinya : Sesungguhnya Allah itu indah lagi menyukai keindahan. (H.R. Muslim). Bagi kaum perempuan, berhias sudah merupakan kegiatan rutin untuk memperindah dan mempercantik dirinya. Dalam berhias, tidak perlu berlebih-lebihan, cukup sederhana saja. Begitu pula ketika memakai perhiasan, seperti kalung, gelang emas, atau cincin emas, tidak perlu berlebih-lebihan, pakailah seadanya. Jika memakainya secara berlebih-lebihan tentunya akan mengundang niat jahat orang lain. -9Begitu pula bagi kaum laki-laki, berhiaslah serapi mungkin. Jika rambut kita panjang, sebaiknya dipangkas. Sebab yang berambut panjang itu adalah perempuan. Zaman sekarang, banyak laki-laki yang sudah menyalahi kodrat. Ada yang memakai anting, hidung atau bibirnya ditindik, rambutnya dibuat seperti bulu landak, memakai rantai dan gelang, dan lain-lain. Alasannya mengikuti perkembangan mode, sikap dan perilaku yang demikian harus dihindari oleh seorang muslim, agar tidak mendapat murka Allah. Itulah sebabnya Islam memberi tuntunan mengenai tata cara berhias. Pada intinya Islam tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan. Allah SWT sendiri dangat menyenangi orang-orang yang senantiasa bersikap sederhana dalam menjalani kehidupan ini, termasuk dalm soal berhias.

Tatakrama Berhias
1. Wanita muslim hendaknya memahami dan melaksanakan tatakrama berhias sebagai berikut : Tidak boleh bersolek seperti orang-orang pada zaman jahiliyah Istilah yang digunakan Al Quran adalah tabarruj, tabarruj berarti berhias dengan memperlihatkan kecantikan dan menampakkan keindahan tubuh dan kecantikan wajah selain kepada suaminya. Allah s.w.t melarang tabarruj melalui dua ayat, perhatikan Q.S. An Nuur (24) : 60, dan Q.S. Al Ahzaab (33) : 33. Saat akan bercermin hendaknya membaca doa bercermin

-
Artinya : Ya Allah sebagaimana Engkau telah ciptakan sebaik ini, maka baguskanlah akhlakku atau

Artinya : Segala puji bagi Allah yang menyempurnakan bentuk persendianku, memperindah raut mukaku dan melebih aku dari yang lain (H.R. Al Bazzaar)

Selain larangan mengenakan make up tebal, hindari juga mengenakan perhiasan yang berlebihan

Dilarang menyambung rambut Tidak diperbolehkan bagi seorang wanita memotong rambutnya kecuali karena ada suatu hal yang mengharuskan untuk itu, dan tidak boleh juga menyambung rambutnya, baik dengan rambut sendiri maupun rambut orang lain. -10-

( (
Artinya : Rasululloh s.a.w melaknat wanita yang menyambung rambut atau minta disambungkan rambutnya. (H.R. Bukhari dari Aisyah, Asma, Ibnu Masud, dan Ibnu Umar)

Tidak menggunakan minyak wangi yang baunya sangat tajam yang aromanya dapat menimbulkan fitnah (penebar pesona). Dari Ghanim bin Qais dari Abu Musa Al Asyary r.a., ia menceritakan : Rasululloh s.a.w. telah bersabda ; Setiap wanita mana saja yang memakai wangi-wangian lalu dia berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium bau wanginya itu, berarti dia telah berzina. (H.R. Ahmad, An Nasai, Abu Daud, dan At Tirmidzi).

Tidak memakai gelang dan anting yang banyak tindikannya dan rambut dicat warna warni Tidak mentato atau melukis tubuh, serta larangan mengikir gigi Rasulullah s.a.w. bersabda :

( (
Artinya : Rasulullah s.a.w. melaknat perempuan yang mentato dan yang minta ditato, yang mengikir gigi dan yang minta dikikir gigi (H.R. Thabrani) Dalam hadits lainnya, Rasululloh s.a.w. bersabda : Allah s.w.t. melaknat wanita yang membuat tato pada kulitnya dan wanita yang meminta dibuatkan tato, yang mencukur

alisnya dan wanita yang meminta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri. Mereka semua (bagian dari) merubah ciptaan Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim). Disunnahkan memotong kuku, menyisir rambut, mencabut bulu ketiak, serta bulu kemaluan. Rasululloh s.a.w. bersabda : Dari Abu Hurairah r.a., dia mengatakan, Rasululloh s.a.w. bersabda : Lima perkara yang merupakan bagian dari fitrah, yaitu memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan khitan. (H.R. Bukhari dan Muslim). Diperbolehkan memakai pakain sutera bagi wanita Untuk perempuan yang sedang berkabung (karena meninggal suaminya), tidak boleh menggunakan perhiasannya. -11Tidak berhias diri dengan mengubah wujud aslinya seperti mengeriting rambut dan mencukur alis mata. Larangan mencukur botak sebagian kepala. Hendaknya saat berhias mengingat Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya

2. Perhiasan Laki-laki Hendaknya ketika kaum laki laki berhias agar memperhatikan hal hal sebagai berikut : Dandanannya tidak menyerupai perempuan Tidak memakai anting anting dan menindik telinganya Tidak menggunakan aksesoris seperti perempuan Tidak mentato bagian tubuhnya Tidak menggunakan pakaian yang sengaja disobek Tidak menghiasi pakaian dengan pernak pernik hiasan yang berlebihan Tidak memakai kutek dikuku dan mencat rambut Tidak memakai perhiasan dari emas atau pakaian dari sutera Dianjurkan memotong kuku, menyisir rambut, memendekkan kumis, merapikan jenggot, mencabut bulu ketiak, serta bulu kemaluan Dilarang mencukur botak sebagian kepala Memakai minyak wangi yang baunya tidak terlalu tajam

2. Adab dalam Perjalanan

Ajaran Islam sangatlah lengkap. Tidak hanya hal-hal yang besar, hal-hal yang tampaknya kecil juga dibahasnya. Salah satunya adalah dalam hal perjalanan (safar). Ajaran ini bukan untuk mengekang umatnya dalam menjalankan aktifitas kehidupanya sehari-hari, melainkan untuk mengatur dan memberi rambu-rambu agar segala aktifitas umatnya tetap dalam batasan fungsi kekhalifahan dan tujuan peribadatan. Adab dalam perjalanan yang seyogyanya kita ketahui adalah sebagai berikut: 1. Niat Ikhlas Semata-mata untuk Allah Niat melakukan perjalanan untuk suatu kemashiyatan adalah terlarang. Suatu perjalanan untuk suatu kemashiyatan akan menggugurkan aturan-aturan Islam yang berkenaan dengan perjalanan. Misalnya: Ketika kita dalam perjalanan, kita mendapat keringanan dari Allah berupa kebolehan menjama dan mengqasar, selama perjalan itu bukan untuk suatu kemashiyatan. Perjalanan dengan tujuan kemashiyatan menggugurkan bolehnya menjama dan mengqasar.

-122. Hendaknya perempuan bepergian dengan disertai mahramnya, apalagi jika melebihi satu satu malam dalam suatu hadits melebihi tiga hari. Dalam hal perjalanan perempuan ada dua pendapat yang patut kita cermati untuk diambil sebagai dasar dalam bertindak. Pendapat pertama mewakili mereka yang melihat nash-nash hadits secara zahir/harfiyah. Dengan pendekatan itu, maka memang banyak sekali kita temukan dalil yang melarang wanita bepergian kecuali harus disertai mahramnya. Lihatlah misalnya hadits berikut ini :

( )

"Tidak halal bagi wanita (muslim) beriman kepada Allah dan hari akhir bepergian selama sehari semalam kecuali bersama mahramnya." (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.)

Pendapat lain menyebutkan bahwa keharaman itu tidak bersifat mutlak. Maksudnya bila fitnah terjadi di mana-mana dan keamanan tidak terjamin, barulah diharamkan. Sebaliknya, bila aman dan tidak ada fitnah, maka keharaman itu menjadi sedikit lebih longgar. Mereka berdalil dengan sebuah hadits yang menyebutkan bahwa akan datang suatu masa di mana seorang wanita bebas aman bepergian sendirian dari kota ke kota. Lalu diistimbah (diambil analisa) dari hadits itu menjadi sebuah syarat dari dibolehkannya wanita bepergian tanpa mahram bila keadaan aman dan tidak adanya fitnah. Lengkapnya hadits itu adalah sebagai berikut: Dari Ady bin Hatim ra berkata bahwa Rasulullah bertanya padanya, "Ya Adiy, pernahkah kamu melihat negeri Hirah?". Aku menjawab,"Belum, tapi aku pernah mendengarnya". Rasulullah bersabda, "Bila umurmu panjang, pasti kamu akan menyaksikan seorang wanita di dalam haudaj (tenda di atas punuk unta) bepergian dari Hirah ke Kabah dan bertawaf tanpa merasa takut atas apapun kecuali kepada Allah saja." (HR Bukhari). Rasanya tidak salah kalau hadits ini menjadi syarat kebolehan wanita bepergian sendirian tanpa mahram bila memang suasana aman dari fitnah dan kekacauan. Paling tidak, atas pemahaman seperti inilah barangkali para senior anda itu berhujjah, dengan pemahaman atau tidak.

-133. Selama dalam perjalanan, ibadah-ibadah makhdlah tetap wajib dikerjakan. Hanya saja Allah memberikan keringanan dalam mengerjakannya. Sebagai contoh:
Shalat lima waktu tetap wajib dilakukan, namun Allah memberi keringanan dengan

cara boleh dikerjakan dengan cara jama dan qasar. Allah memberri keringanan khusus dalam ibadah puasa Ramadlan bagi orang yang melakukan perjalanan (musafir). Seorang musafir boleh tidak puasa, namun wajib menggantinya di lain hari.

Tatakrama dalam perjalanan


1. Adab atau sopan santun ketika akan bepergian atau dalam perjalanan Rencanakan dengan matang Rencana yang matang dan persiapan bekal yang cukup agar selamat dan sampai tujuan. Dan selalu berdoa ketika keluar rumah sebagai berikut :


Artinya : Dengan nama Allah aku berserah diri kepada-Nya dan tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu jika aku tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menganiaya atau dianiaya, bodoh atau dibodohi. (H.R. Abu dawud, Tirmidzi dan lainnya) Ketika sampai kembali ke rumah, hendaklah membaca doa :


Artinya : Kami bertaubat, kami bertaubat, hanya kepada Rabb-lah (Allah-lah) kami kembali tanpa meninggalkan suatu dosa-pun (H.R. Ibnu Sinni dari Ibnu Abbas r.a) Membaca doa Ketika naik kendaraan, hendaknya bacalah doa berikut ini :


Artinya : Maha suci Allah, Tuhan yang telah memudahkan kendaraan ini bagi kami, sedangkan kami tidak bisa memudahkannya, dan kepada Allah-lah kami kembali. -14Tetapi menggunakan perahu atau berlayar di laut, hendaknya membaca doa berikut ini :


Artinya : Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Mohon ijin orang tua Senantiasa menjaga kesucian selama dalam perjalanan Menjaga diri dari tergesa gesa, menjaga sopan santun, menjaga silaturahim serta menebar kebaikan

Sebelum berangkat pastikan tubuh dalam keadaan sehat Jika berpergian bersama keluarga, pastikan rumah sudah terkunci, kompor dan listrik sudah diperiksa Lapor kepada tetangga dan RT/RW agar rumah aman selama ditinggalkan Apabila perjalanan cukup jauh melebihi jarak 84 km, sebaiknya kita menjama dan mengqashar sholat dzuhur, ashar, maghrib dan isya Perjalanan yang jauh bersama keluarga hendaknya memperhitungkan biaya dan perbekalan.

Dan ketika hendak berangkat berjalan menuju suatu tempat yang dituju/akan bepergian hendaklah berdoa :


Artinya : Ya Allah, ringankanlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah kejauhannya. Ya Allah, Engkaulah yang menyertai dalam perjalanan dan pelindung dalam keluarga (yang kami tinggalkan). Apabila ingin menginap di rumah orang lain atau penginapan, jaga suasana serta kondisi diri dengan baik. Hendaknya baca doa bila bermalam di tempat menginap dengan bacaan :


Artinya : Aku berlindung dengan segala firman Alloh yang lengkap dan sempurna dari gangguan semua makhluk.

-152. Beberapa adab ketika berjalan kaki

Ketika berjalan kaki, hendaknya berada di sisi kiri jalan raya Pada saat berjalan bersama teman-teman hindari berkelakar atau mengejek orang lain Ketika berjalan kaki jangan sambil makan dan minum apalagi membuang sampah sembarangan Tidak buang air kecil di sembarang tempat Hindari berbicara melalui handphone saat sedang berjalan kaki Saat menyeberang berhati-hatilah

Jika membawa barang berharga, pastikan aman dari gangguan copet Hendaklah ditemani ketika berjalan kaki Waspada terhadap orang orang yang tidak dikenal

3. Sopan santun/adab dikendaraan umum

Hindari menaiki mobil yang kosong Pastikan dompet dan barang berharga yang dibawa berada pada tempat yang aman Memberikan tempat duduk jika ada penumpang yang sudah lanjut usia/wanita hamil atau orang lain yang sangat membutuhkan Jika bersama teman-teman hindari tindakan-tindakan seperti bercanda, berteriak dll Hindari tawaran orang lain yang akan memberikan minuman atau makanan apalagi dari penumpang yang tidak dikenal Berhati-hati jika ada penumpang yang mengajak ngobrol atau mendekati terlalu dekat Gunakan uang pas saat membayar ongkos Hindari tidur dalam kendaraan agar tidak kebablasan Pastikan tidak salah naik kendaraan umum

4. Beberapa adab ketika berkendaraan pribadi Pastikan surat-surat kendaraan seperti SIM /STNK sudah terbawa dan kondisi kendaraan bagus Tidak ngebut Menggunakan helm bagi pengguna sepeda motor dan sabuk pengaman bagi pengendara mobil Perhatikan rambu rambu lalu lintas Tidak berkomunikasi atau berbicara saat mengendarai apalagi menggunakan handphone

-16-

3. Bertamu dan Menerima Tamu


(1). Pengertian bertamu Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat silaturrahim, persaudaraan serta keakraban dengan tujuan baik. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi, dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjenguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa,

membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga, dan sebagainya. Orang yang suka bersilaturrahim akan dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, Mempererat tali sillaturahim baik dengan tetangga, sanak keluarga, maupun teman sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, dan salign membantu antara yang kaya dengan yang miskin. Silahturahmi tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat berinteraksi terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dan sebagainya. (2). Adab bertamu a. Membiasakan diri bertamu sesuai ajaran Islam Dalam bertamu, ada beberapa tata cara yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut. 1. Ketika hendak bertamu, sebelum memasuki rumah seseorang hendaknya meminta izin terlebih dahulu dengan mengucapkan salam. Apabila tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, baru memasuki rumahnya dengan sopan. Perhatikan firman Allah berikut ini. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jangnlah kamu memasuki rumah yang buakn rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (QS an-Nuur [24]:27) 2. Hendaknya memberi tahu sebelumnya bahwa kita akan berkunjung. 3. Memperhatikan keperluan atau keadaan orang yang akan menerima tamu. 4. Niat bertamu dengan ikhlas dan bertamu tidak dalam urusan maksiat atau jahat. 5. Masuk dan duduk dengan sopan. -176. Tamu lelaki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita. 7. Janganlah mengintip ke dalam rumah. 8. Memperkenalkan diri sebelum masuk, diriwayatkan dari Jabir r.a. :

:;. : "",""""

( )
Artinya : Dari Jabir r.a. ia berkata : Aku pernah datang kepada Nabi s.a.w., lalu mengetuk pintu rumah beliau, Nabi s.a.w. bertanya : Siapakah itu ? Aku menjawab : Saya. Beliau menjawab : Saya, saya ! seakan beliau marah. (H.R. Bukhari) 9. Pada saat bertamu hendaknya berpakaian rapi, bersih dan disesuaikan dengan keperluan dan keadaan. 10. Sebagai tamu, apabila tidak mendapati tuan rumah atau merasa tidak diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal, tinggalkanlah rumah itu dengan segera. Lalu jangan pula sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap perlakuan tuan rumah tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT: Artinya: Jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka jangnlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, Kembali (saja) lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS an-Nuur [24]:28) 11. Apabila sudah diterima dengan baik, janganlah berbuat seenaknya di rumah orang meskipun sudah dikatakan oleh tuan rumah untuk menganggap rumahnya seperti milik sendiri. 12. Menjadi tamu di rumah teman dekat pun harus tetap menjaga kesopanan. Jangan sampai mata melihat-lihat semua benda yang ada di rumah itu kecuali benar-benar dipersilahkan oleh tuan rumah.

-1813. Jika dihidangkan makanan dan minuman maka cicipilah makanan dan minuman tersebut setelah dipersilahkan oleh tuan rumah untuk mencicipinya. Seandainya makanan dan minuman itu tidak sesuai dengan selera maka jangan tampakkan perasaan tidak suka. Untuk itu, cicipi sekedarnya saja.Kalau dirasa sudah cukup bertamunya, hendaknya berpamitan untuk pulang. Tak lupa pula untuk menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas sambutan pemilik rumah dengan harapan lain waktu bisa berbalas tamu di lain waktu. (3). Adab menerima tamu.

Menerima kehadiran tamu yang datang kepada kita hendaknya dapat menunjukkan kesan yang baik kepada tamu kita, seperti pesan Rasulullah :

) )
Artinya : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklan memuliakan tamunya ( H.R Bukhari dan Muslim ). Alasan mengapa tamu harus diperlakukan dengan baik yaitu sebagai berikut : Tamu dengan niat ziarah atau silaturahmi. Tamu telah menyempatkan datang dan telah mengorbankan waktu untuk menemui kita, sehingga kita harus membayar pengorbanan itu dengan menunjukkan sikap yang ramah dan gembira. Dengan kedatangan tamu berarti tamu menghormati kita sebagi tuan rumah. Setiap tamu membawa rahmat Allah, sehingga menyambutnya mendapat pahala dan nilai kebaikan di sisi Allah. Tata krama dan tata cara menerima tamu : 1. Sambutlah tamu dengan : a) Gapuh, menampakkan kegembiraan hati atas kedatangannya, jawablah salamnya, songsonglah kedatangannya, dan jabatlah tangannnya. b) Saguh, menciptakan suasana keakraban dan persaudaraan yang ikhlas dan semarak. Pandai-pandailah mencari topik pembicaraan dan menciptakan suasana yang hangat. c) Lungguh, mempersilahkan duduk pada tempat yang tersedia. d) Suguh, memberikan suguhan atau jamuan makanan dan minuman. 2. Menyambut tamu dengan ikhlas.

-193. Waspada menjaga diri dari prasangka buruk kepada tamu. Oleh sebab itu terhadap tamu yang belum dikenal perlu kiranya ditanya identitas dan keperluannya sehingga kita bisa mensikapi sabda Rasulullah ) , ) Artinya : Apabila tamu telah masuk ke rumah seseorang maka dia masuk dengan membawa rizkinya, dan jika dia keluar maka dia keluar dengan membawa pengampunan bagi tuan rumah dan keluarganya ( H.R Ad Dailami dan Anas ).

Tamu yang datang dengan maksud jelek dapat kita tolak dengan baik, dan tamu yang datang dengan maksud baik dapat kita temui, kita hormati, dan kita jaga keselamatannya. 4. Sopan dalam menerima, lembut dalam bertutur kata, berseri wajah kita, dan banyak memberi kesempatan kepada tamu menyampaikan maksud tujuannya. 5. Tidak membeda-bedakan sikap tamu yang hadir ke rumah kita kecuali dalam masalah takwa dan tingkat kekerabatannya. 6. Menjamu tamu sesuai dengan kemampuan dan keadaan kita, serta menyediakan keperluan tamu apabila menginap. 7. Apabila kita tidak menginginkan kedatangannya, jangan sekali kali kita menunjukkan sikap yang membuatnya sakit hati atau tersinggung. 8. Bila tamu yang datang adalah tamu terhormat, kita boleh memberikan sambutan yang lebih baik sebagai penghormatan kepadanya. 9. Jika tamu akan berpamitan pulang, nyatakan perasaan sedih atas kedatangan yang singkat dan ucapkan terima kasih karena telah dikunjungi. 10. Antarkanlah tamu hingga pintu gerbang/pagar dan ucapkan selamat tinggal.

( (
Artinya : Sesungguhnya termasuk perbuatan sunnah apabila seseorang (tuan rumah) keluar bersama-sama tamunya sampai ke pintu halaman. (H.R. Ibnu Majah). 11. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki ke dalam rumah tanpa izin suaminya/orang tua.

-20-

Evaluasi
A. Evaluasi Kognitif Skill
Jawablah pertanyaan berikut ini ! 1. Jelaskan cara berpakaian yang sesuai dengan Islam dan tidak sesuai dengan Islam!

2. Apa yang dimaksud dengan pada Q.S Al Araf 26 ? 3. Kemukakan manfaat berpakaian yang menutupi aurat bagi kaum wanita ! 4. Jelaskan batasan aurat bagi laki-laki dan bagi wanita ! 5. Jelaskan tata krama bertamu ! 6. Sebutkan waktu-waktu yang tidak tepat untuk bertamu : a.kepada teman wanita / laki-laki b. guru 7. Sebutkan hal-hal yang tidak pantas dilakukan ketika menerima tamu! 8. Tuliskan hadist yang memotivasi menghormati tamu! 9. Bagaimana pendapat Anda tentang jilbab dan penggunaannya? 10. Sebutkan hal-hal yang tidak patut dilakukan pada waktu berdandan, berhias diri, dan berpakaian

B. Evaluasi Psikimotor Skill


1. Kegiatan Individual Salin dan terjemahkanlah QS. An-nuur {24}:60 dan Al-Ahzab {33}:33 dan jelaskan isi kandungannya ! 2. Kegiatan Kelompok Diskusikanlah dengan tema Pengaruh perkembangan mode busana Barat terhadap trend berpakaian anak muda Muslim yang sesuai nilai-nilai Islam. Buat laporan dan presentasikan ! -21-

Menghindari Perilaku Tercela


A. PEMBELAJARAN Standar kompetensi Menghindari perilaku tercela Kompetensi dasar.

1. Menjelaskan pengertian hasad, riya, aniaya dan diskriminasi 2. Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya, aniaya dan diskriminasi 3. Menghindari hasad, riya, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari Pengalaman belajar. 1. Mendisikusikan dengan kelompok tentang sifat hasud, riya, dan aniaya. 2. Membaca dan mempelajari Q.S An Nisa 32 dan 45, Q.S Al Baqarah 229, 35, dan 254, Q.S An Nisa 9 dan 30, Q.S Al Hujurat 11, Q.S Yunus 13, Q.S Al Maidah 39. 3. membiasakan diri berperilaku menghindari perbuatan hasud, riya dan aniaya Materi 1. Sifat hasud. 2. Sifat riya 3. Sifat aniaya. Alokasi waktu : 4 x 45 menit

-22-

TADARRUS
Q.S. An Nisa (4) : 32

Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An Nisa (4) : 32). Q.S. Al Baqarah (2) : 264

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[168]. [168]. Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat. Q.S. Yunus (10) : 13

Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. -23-

URAIAN MATERI
Pendahuluan

Dalam pergaulan sehari-hari, umat Islam harus membiasakan dan mengembangkan sikap terpuji. Hal itu akan menjalin hubungan yang serasi, persahabatan yang kokoh serta persaudaraan yang kuat di antara umat Islam yang disebut Ukhuwah Islamiah. Di lain pihak, umat Islam juga harus mewaspadai serta menjauhi sikap perilaku tercela. Karena hal itu akan merusak pergaulan serta memutuskan tali silaturahim. Dalam pembahasan berikut ini akan diuraikan beberapa sikap tercela, hasud, ria, dan aniaya, faktor penyebabnya dan cara menghindarinya.

1. Hasud
Salah satu penyakit hati yang sangat besar adalah hasud. Hasud ( dengki ) adalah sikap batin tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Imam Ghazali mengatakan bahwa hasud itu adalah cabang dari syukh ( )yaitu sikap batin yang bakhil berbuat baik. Kata hasud berasal dari bahasa Arab, yaitu hasadun yang berarti dengki, benci. Dengki merupakan suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa marah, tidak suka karena iri. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata hasud diartikan membangkitkan hati seseorang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebagainya). Dengan demikian yang dimaksud dengan hasud pada hakikatnya sama dengan hasad, yakni suatu perbuatan tercela sebagai akibat adanya rasa iri hati dalam hati seseorang. Rasululloh s.a.w. bersabda :

) (
Artinya : Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut. (H.R. Ahmad dan Tirmidzi) Lebih jauh para ulama mengemukakan pengertian hasud atau hasad sebagai berikut : 1. Menurut Al Jurjani Al Hanafi dalam kitabnya Al Tarifaat, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki).

-242. Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, hasad ialah membenci nikmat Allah S.W.T. yang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.

3. Menurut Sayyid Qutub dalam tafsir Al Manar, hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nimat yang diberikan Allah S.W.T. kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, ataau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan. Hal inilah, seperti yang dijelaskan Al Quran sebagai berikut :

( 4 :( ..
Artinya : Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya . (Q.S. An Nisa : 54) Jadi hasud/hasad menurut istilah membenci nikmat Allah SWT yang dianugerahkan kepada orang lain, dengan keinginan agar nikmat yang didapat orang tersebut segera hilang atau terhapus. Rasulullah saw menggambarkan betapa tercelanya kedengkian itu dengan sabdanya: ( )

Kedengkian memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar (HR.Abu Daud dari Abu Hurairah). Ketika seseorang mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki maka saat itu ia telah berlaku hasad, karena sesungguhnya kedengkian adalah membenci nikmat dan menginginkan lenyapnya nikmat itu dari orang yang mendapatkannya. Pantaslah jika Rasulullah saw pernah menyebut seseorang sebagai penghuni surga akan lewat di depan sahabat-sahabatnya, yang ketika kejadian itu berulang tiga kali dalam tiga hari Rasulullah menyebutnya sebagai seorang dari penghuni surga, dan ketika ditelusuri oleh Abdullah bin Amer bin al-Ash dengan bermalam di rumah orang tersebut selama tiga malam, ia tidak pernah melihat amalan orang tersebut yang berlebihan, bahkan orang itu juga tidak bangun malam, kecuali jika berbalik dari tempat tidurnya ia menyebut Allah, ia tidak bangun kecuali untuk shalat subuh, dan tidak pernah mendengarnya berkata kecuali kebaikan. Bahkan hampir saja Abdullah meremehkan amalannya. Ketika Abdullah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda begini dan begitu, kemudian ia bertanya : Apakah gerangan yang membuatmu mencapai tingkatan tersebut?"

-25Orang tersebut menjawab: Tidak ada apa-apa kecuali yang kamu lihat, hanya saja aku tidak punya rasa benci dan dengki kepada salah seorang pun dari kaum muslimin yang dikaruniai Allah kebaikan.

Di sinilah Abdullah menemukan jawaban itu, ia berkata :Itulah rupanya yang membuatmu mencapai tingkatan itu, dan itulah yang tidak mampu kami lakukan. Demikianlah nikmatnya jika kita dapat menghidarkan diri dari berlaku hasad pada orang lain yakni surga, yang sesungguhnya terlihat sangatlah sepele persoalannya meskipun sesungguhnya berat dalam pengamalannya. Cukuplah menjadi renungan kita bersama bahwasanya penyebab pembunuhan pertama kali di muka bumi ini terjadi yaitu anak Adam membunuh saudaranya adalah disebabkan oleh kedengkiannya pada saudaranya atas nikmat yang dimilikinya lalu kita bertanya masihkah kita harus mendengki? Rasulullah bersabda: Janganlah kamu sekalian saling mendengki, membenci, dan saling belakang-membelakangi; tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu. ( H.R Bukhari dan Muslim )
Setiap muslim/muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat hasud karena hasud termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Simaklah QS. An Nisa [4]: 32

Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

-26-

Dalam kitab Tanbihul Ghafilin yang dinyatakan Imam Abu Laits Samarqandi, dijelaskan bahwa orang hasud itu telah menentang Allah SWT dalam beberapa hal, : 1. Membenci nikmat atau anugerah Allah SWT yang diberikan kepada orang lain. 2. Tidak rela menerima pembagian karunia Allah SWT atas dirinya. 3. Pelit terhadap pemberian Allah SWT, kalau bisa semua anugerah Allah dan kebajikan jatuh pada dirinya sendiri, tak perlu orang lain. Kalaupun orang lain memperolehnya diharapkan di bawah derajat dirinya. 4. Mengikuti pengaruh Ibnlis/syetan yang sebetulnya sangat merugikan dan menghinakan dirinya sendiri Bahaya-bahaya sifat hasud antara lain sebagai berikut : 1) Merusak iman orang yang hasud.

) )
Artinya : Hasud itu dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu (H.R Ad Dailami) 2) Menghanguskan segala macam kebaikan yang pernah dilakukan.

( )
Artinya : Jauhilah darimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikankebaikan seperti api memakan kayu bakar. ( H.R Abu Dawud ) 3) Tersiksa batinnya untuk selama-lamanya, sebab di dunia ini tidak sepi dari orang-orang yang mendapat nikmat dari Allah baik berupa ilmu, pangkat, atau harta benda sementara dia selalu diliputi rasa dengki terus menerus. Ada 2 macam hasud yang dibolehkn, Rasulullah bersabda : ) ) Artinya : Tidak boleh iri hati kecuali dalam 2 hal : 1. Seorang yang diberi oleh Allah SWT harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak ( kebenaran ) dan 2. Seorang yang diberi Allah SWT ilmu hikmah, maka ia pergunakan dan ia ajarkan. ( H.R Bukhari ) -27-

4) Mengarah pada perbuatan maksiat, dengan berlaku hasud otomatis seseorang pasti melakukan hal-hal lain seperti ghibah (mengumpat/menggosip orang), berdusta, mencela, bahkan mengadu domba. 5) Jauh dari rahmat Allah SWT dan sesama manusia 6) Menghancurkan persatuan dan kesatuan 7) Menyakiti orang lain atau dapat mencelakakan orang lain 8) Terkena hinaan dan kegelisahan apalagi ia menyadari bahwa orang lain telah memahami hasutannya, maka ia akan dipandang rendah dan pasti dijauhi. 9) Kerisauan dan kegelisahan akibat kebencian tak terputus-putus 10) Akan selalu menderita di atas kesenangan orang lain. Ia tidak pernah merasa bahagia selama ada orang lain yang melebihinya 11) Dapat memutuskan hubungan silaturrahim dan persaudaraan 12) Berpotensi akan menjadi provokator yang dapat menimbulkan bencana atau kerugian, baik untuk dirinya ataupun orang lain 13) Menjerumuskan pelakunya masuk neraka. Cara menghindari sifat hasud : a) Selalu meningkatkan iman kepada Allah SWT b) Berupaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT c) Mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya d) Meningkatkan sifat Qanaah (menerima dengan ridlo setiap anugerah Allah SWT) e) Menyadari kedudukan harta dan jabatan dalam kehidupan manusia di dunia. Kebiasaan-kebiasaan yang harus dilatih agar terhindar dari sifat hasud a. Membiasakan diri menghormati pendapat orang lain agar terhibdar dari konflik b. Membiasakan diri melakukan perbuatan baik, karena Allah bersama orang yang berbuat baik (Q.S. 16 :128) c.Membiasakan diri senang dan bersyukur serta memberikan selamat atas keberhasilan/kebahagiaan orang lain d. Membiasakan diri memelihara hubungan baik/silaturrahim e. Membiasakan diri mempelajari, memahami dan memperaktikkan ayat-ayat Allah f. Kemitmen untuk selalu meningkatkan ke-Islaman terutama salat lima waktu g. Membiasakan diri mensyukuri nikmat/pemberian Allah sekecil apapun -28-

2. Riya
Menurut bahasa artinya pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya, sedang menurut istilah yaitu memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain. Sedang memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sumah (ingin didengar). Riya dan sumah merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin.
Simak QS. An Nisa [4] 142!

Artinya : Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka? Allah menjawab, Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu. Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan.
Allah SWT berfirman QS. Al-Furqan [25] : 23

Artinya : Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.

-29Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman. Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, Apakah keselamatan itu? Jawab Rasulullah, Apabila kamu tidak menipu Allah. Orang tersebut bertanya lagi, Bagaimana menipu Allah itu? Rasulullah menjawab, Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah. Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia. Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, Takutlah kamu kepada syirik kecil. Para shahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil? Rasulullah berkata, Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka Amal perbuatan yang diridhai Allah a. Niat karena Allah b. Ikhlas c. Sesuai dengan kemampuan d. Tidak pilih kasih e. Rahmat bagi seluruh alam Amal perbuatan ria a. Niat bukan karena Allah b. Tidak ikhlas c. Mengada-ada d. Pilih kasih e. Ingin dipuji f. Mengharap imbalan

-30Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :

a. Ria dalam niat


Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah s.aw. bersabda : ( ) Artinya : aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan (H.R. Bukhari Muslim)

b. Ria dalam perbuatan


Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat belajar dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang dia minta dari orang tuanya cepatcepat terkabul. Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Quran sehubungan dengan riya dalam perbuatan antara lain : a) Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di masyarakat. (Q.S. Al Maun (107) : 4-6), dan Q.S. An Nisa (4) : 142.

Artinya : Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. (Q.S. Al Maun: 4-6) b) Bersedekah didasari riya laksana riya batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. (Q.S. Al Baqarah (2) : 264) c) Allah melarang pergi berperang didasari riya dan menghalangi (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). (Q.S. Al Anfaal (8) : 47)

-31Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat ria dalam perbuatan a. Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya b. Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan (Q.S. 17 : 36) c. Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang. d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu. Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya a. Bahaya riya yang merugikan diri sendiri 1) Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi dan mengambil hak orang lain 2) Selalu ingin dipuji dan dihormati 3) Ketidakpuasan, sakit hati, dan penyesalan ketika orang lain tidak menghargainya. 4) Sombong dan membanggakan diri 5) Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah maupun berinteraksi dengan sesama manusia. 6) Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain yang melihatnya atau tidak ada imbalannya 7) Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti 8) Perbuatan ria termasuk syirik kecil : ( ( Artinya : Dari Mahmud Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya." Riwayat Ahmad dengan sanad hasan. 9) Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatan ria (terhapusnya pahala yang sudah diperbuat) 10) Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka. b. Bahaya riya yang merugikan orang lain 1) Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya kepada orang lain. 2) Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak senang terhadapnya 3) Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya menimbulkan pengrusakan

-32Tanda-tanda riya Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela. Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh dan meminta imbalan e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau kesenangan f. Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain g. Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain h. Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah i. Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang dimiliki adalah dari Allah dan akan kembali kepada-Nya j. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT Allah SWT berfirman :

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim (14) : 7)

3. Aniaya (adh-Dhulm)
Kata adh-dhulm berasal dari fil (kata kerja) dhalama yadhlimu artinya : rugi, gelap, aniaya atau yang berarti Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dalam hal ini sepadan dengan kata al-Jawr. Dalam bahasa Indonesia, zalim biasa disebut dengan istilah aniaya, artinya melampaui batas, keterlaluan, atau tindakan/perbuatan yang melampaui batas yang dapat merugikan dirinya dan orang lain. Menganiaya berarti menyiksa, menyakitidan berbagai bentuk kesewenangan lainnya seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lain. Demikian juga definisi yang dinukil oleh Syaikh Ibnu Rajab dari kebanyakan para ulama. Dalam hal ini, ia adalah lawan dari kata al-Adl (keadilan).

-33Dengan demikian yang dimaksud dengan aniaya (dhulm) adalah meletakkan, menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Siapakah orang yang
dhalim itu? Q.S Al Baqarah [2]: 229 menjawab :

Artinya : Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. Dari Ibnu Umar -radhiallaahu anhuma- dia berkata: Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam bersabda: Kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. (Muttafaqun alaih) Dari Jbir bin Abdillah bahwasanya Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam bersabda: berhatihatilah terhadap kezhaliman, sebab kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. Dan jauhilah kebakhilan/kekikiran karena kekikiran itu telah mencelakakan umat sebelum kamu. (H.R.Muslim) Hadits diatas dan semisalnya merupakan dalil atas keharaman perbuatan zhalim dan mencakup semua bentuk kezhaliman, yang paling besarnya adalah syirik kepada Allah Tala sebagaimana di dalam firman-Nya: Sesungguhnya syirik itu merupakan kedhaliman yang besar. Di dalam hadits Qudsiy, Allah Tala berfirman: Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman terhadap diriku dan menjadikannya diharamkan antara kalian. Ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar tentang keharaman perbuatan dhalim dan penjelasan tentang keburukannya banyak sekali. Oleh karena itu, hadits diatas memperingatkan manusia dari perbuatan zhalim, memerintahkan mereka agar menghindari dan menjauhinya karena akibatnya amat berbahaya, yaitu ia akan menjadi kegelapan yang berlipat di hari Kiamat kelak. Ketika itu, kaum Mukminin berjalan dengan dipancari oleh sinar keimanan sembari berkata: Wahai Rabb kami! Sempurnakanlah cahaya bagi kami. Sedangkan orang-orang yang berbuat zhalim terhadap Rabb mereka dengan perbuatan syirik, terhadap diri mereka dengan perbuatanperbuatan maksiat atau terhadap selain mereka dengan bertindak sewenang-wenang terhadap darah, harta atau kehormatan mereka; maka mereka itu akan berjalan di tengah kegelapan yang teramat sangat sehingga tidak dapat melihat arah jalan sama sekali.

-34Klasifikasi Kezhaliman Syaikh Ibn Rajab berkata: Kezhaliman terbagi kepada dua jenis: Pertama, kezhaliman seorang hamba terhadap diri sendiri; Bentuk paling besar dan berbahaya dari jenis ini adalah syirik sebab orang yang berbuat kesyirikan menjadikan makhluk sederajat dengan Khaliq. Dengan demikian, dia telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Jenis berikutnya adalah perbuatanperbuatan maksiat dengan berbagai macamnya; besar maupun kecil. Kedua, kezhaliman yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa, harta atau kehormatan. Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam telah bersabda ketika berkhuthbah di haji Wada : Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, di bulan haram kalian ini dan di negeri (tanah) haram kalian ini. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallhu alaihi wasallam, beliau bersabda: Barangsiapa yang pernah terzhalimi oleh saudaranya, maka hendaklah memintakan penghalalan (maaf) atasnya sebelum kebaikan-kebaikannya (kelak) akan diambil (dikurangi); Bila dia tidak memiliki kebaikan, maka kejelekan-kejelekan saudaranya tersebut akan diambil lantas dilimpahkan (diberikan) kepadanya. Ciri-ciri orang zalim berdasarkan Al Quran Al Quran memberikan informasi banyak sekali tentang identitas atau cirri orang zalim yang sikap perilakunya atau cara memimpinnya dinisbatkan kepada firman di antaranya sebagai berikut : a. Senantiasa rakus terhadap kekuasaan.


Artinya : Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (Q.S. An Naml : 34) b. Sikap zalim dapat juga diketahui dari sifat-sifat sombong, congkak, arogan, sewenang-wenang, sok kuasa, mentang-mentang dan mengklaim bahwa (seolah-olah) semua kesuksesan, dialah penggagasnya. c. Kaki tangannya (anak buahnya) sebagai perpanjangan kekuasaannya menindas dan menggusur si lemah.

d. Merencanakan pembunuhan/menghilangkan nyawa kepada golongan tertentu agar keinginan (nafsu) memimpin lebih lama lagi terus berlangsung. -35e. Akan lebih berbuat sadis, bila intimidasi yang pertama tidak mampu menimbulkan rasa gentar terhadap pihak lawannya. Macam-macam sifat zalim/aniaya Pada dasarnya secara umum zalim atau perbuatan aniaya dapat diklasifikasi 4 macam : a. Zalim kepada Allah, dengan cara tidak mau melaksanakan perintah allah dan melaksanakan laranganNya. Contoh : meninggalkan ibadah shalat, puasa, zakat dan ibadah lainnya, bahkan berbuat syirik, sihir dan perbuatan terlarang lainnya. b. Zalim kepada diri sendiri, contohnya : membiarkan diri sendiri tetap bodoh, miskin, malas, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain-lain. c. Zalim kepada orang lain (sesama manusia), contohnya : mengumpat, mengado domba, memfitnah, mencuri, merampok, penyiksaan, pembunuhan, dan lain-lain. d. Zalim kepada makhluk lain atau alam sekitarnya, contohnya : menebang pohon tanpa aturan, membuang sampah sembarangan, menyembelih binatang dengan senjata tumpul, dan lain-lain. Penyebab terjadinya Ibnu al-Jauziy menyatakan: kedhaliman mengandung dua kemaksiatan: mengambil milik orang lain tanpa hak, dan menentang Rabb dengan melanggar ajaran-Nya Ia juga terjadi akibat kegelapan hati seseorang sebab bila hatinya dipenuhi oleh cahaya hidayah tentu akan mudah mengambil itibar (pelajaran). Penyebab kedhaliman juga dapat dikembalikan kepada definisinya sendiri, yaitu tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama sehingga tidak mengetahui bahwa : Hal itu amat dilarang bahkan diharamkan Ketidakadilan akan menyebabkan adanya pihak yang terzhalimi Orang yang memiliki sifat sombong dan angkuh akan menyepelekan dan merendahkan orang lain serta tidak peduli dengan hak atau perasaannya Orang yang memiliki sifat serakah selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya sehingga membuatnya lupa diri dan mengambil sesuatu yang bukan haknya

Orang yang memiliki sifat iri dan dengki selalu bercita-cita agar kenikmatan yang dirasakan oleh orang lain segera berakhir atau mencari celah-celah bagaimana menjatuhkan harga diri orang yang didengkinya tersebut dengan cara apapun -36Kebiasaan perbuatan pelajar yang berpotensi menjadi zalim a. Kebiasaan membolos sekolah b. Kebiasaan malas mencatat dan belajar. Sering tidur di kelas dan sering mengerjakan pekerjaan (PR) di sekolah. c. Kebiasaan usil / jahil yang berpotensi menimbulkan permusuhan d. Berkelahi antar pelajar (tawuran) e. Kebiasaan merokok/ mabuk f. Kebiasaan telat masuk sekolah dengan sengaja karena malas g. Kebiasaan mengobrol/tidak memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran h. Kebiasaan mencuri, atau menyembunyikan harta milik teman-teman sekelasnya. i. Memprovokasi teman-temannya dalam pelanggaran sekolah Bahaya sifat zalim o Akan merugikan kehidupan diri sendiri baik di dunia maupun akhirat o Akan memperoleh adzab /laknat dari Allah (Q.S. 5 : 78-80) o Akan memperoleh siksaan allah di akhirat (Q.S. 5 : 33) o Amal perbuatannnya akan menjadi sia-sia di sisi Allah (Q.S. 18 : 103 105) Cara-cara menghindari dari sikap aniaya/zalim Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap menghadapi masalah Jangan membuka aib atau cacat orang lain Menumbuhkan rasa persaudaraan, kasih sayang, dan persaudaraan kepada antarsesama Menyadari bahwa setiap perbuatan mempunyai sebab akibat sesuai dengan sunnatullah Menyadari doa orang yang teraniaya itu makbul Mengamalkan ajaran agama dengan memperbanyak berbuat kebaikan sehingga tak ada waktu untuk berbuat aniaya Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT Berhati-hati dalam bertindak, berbicara dan dalam menerima setiap informasi yang ada Meluruskan / memahami ketauhidan Membiasakan menjaga amanah, yaitu memberikan hak orang lain Membiasakan bersikap adil dalam memutuskan suatu perkara Hukuman Allah terhadap pemimpin yang zalim Akan dipertanggungjawabkan segenap perbuatannya. (Q.S. 36 ; 65, 45 ; 15) Akan mendapatkan balasan setimpal dengan apa yang telah dikerjakannya. (Q.S. 10 ; 27) Akan mendapatkan siksaan di neraka selama-lamanya. (Q.S. 16 ; 88, 98 ; 6)

Akan mendapatkan siksaan yang besar, dibunuh dan disalib (Q.S. 5 ; 33)

-37-

Evaluasi
A. Evaluasi Kognitif Skill
Jawablah pertanyaan di bawah ini ! 1. Jelaskan perbedaan antara hasud dengan iri hati ! 2. Jelaskan mengapa sifat hasud harus dijauhi ! 3. Sebutkan sifat iri yang diperbolehkan menurut hadits Rasulullah SAW : 4. Sebutkan bahaya hasud ! 5. Bagaimana kiat menghindari hasud ? 6. Jelaskan ciri-ciri orang yang tekena sifat riya ! 7. Kemukakan contoh-contoh riya dalam niat, riya dalam perbuatan, dan riya dalam urusan duniawi !

8. Sebutkan bahaya riya ! 9. Sebutkan alasan mengapa perbuatan aniaya harus dijauhi ! 10. Bagaimana langkah-langkah menghindari sifat aniaya ?

B. Evaluasi Psikomotor Skill


1. Kegiatan Individual Salin dan terjemahkanlah QS. An-Nisa {4}: 54-56 ! 2. Kegiatan Kelompok Diskusikan tentang isi kandungan QS. Al-Baqarah {2}: 264 kemudian buat laporan dan presentasikan !

-38-

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas karunia dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan baginda Rasulullah saw. yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Sebagai wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan siswa-siswi di SMAN 52 Jakarta, khususnya untuk kelas sepuluh. Penulis menyusun Modul Bahan Ajar ini berdasarkan fakta yang penulis dapat berbagai sumber-sumber yang dijamin kebenarannya. Penulis menyadari dalam pembuatan Modul Bahan Ajar ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Demikian pentingnya mata pelajaran agama islam tentang Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela, maka perlu diadakan makalah yang mampu merangsang kreativitas para siswa-siswi. Penulis juga mengharapkan saran yang bersifat positif untuk menyempurnakan buku ini. Semoga buku ini dapat menambah khazanah kepustakaan dan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiin.

Jakarta, Mei 2012

Penulis

-i-

DAFTAR PUSAKA

http://www.esnips.com/displayimage.php? pid=20873452 http://www.esnips.com/displayimage.php? pid=20873450 http://kerandasyahid.blogspot.com/2011/06/materipai-kelas-x-semester-genap.html http://www.scribd.com/doc/49858527/makalah-agama http://www.scribd.com/chendyec/d/82536998Makalah-Agama-Tentang-Perilaku-Terpuji-Kelas-X

-39-

Anda mungkin juga menyukai