Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN LH (Luteinizing Hormone)

LH bekerja sama dengan FSH menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari folikel de graff. LH juga menyebabkan penimbunan sustansi dari progesteron dalam sel granulose. Apabila estrogen dibentuk dalam jumlah yang cukup besar akan menyebabkan pengurangan produksi FSH sedangkan produksi LH bertambah higga mencapai suatu rasio. Produksi FSH dan LH dapat merangsang terjadinya ovulasi. LH juga merupakan glikoprotein dengan berat molekul 28.000 dalton, dan terdiri dari 2 rantai. Rantai terdiri dari 89 asam asam amino sedangkan rantai terdiri dari 115 asam asam amino. Rantai juga sangat menentukan khasiat biologis yang khas dan perangai imunologis dari hormone tersebut. LH memicu sintesis steroid seks di ovarium dan testis. Steroid seks yang dikeluarkan oleh ovarium kedalam sirkulasi darah berasal dari teka interna, yang meliputi androstendion, testosterone, dan dehidrostesteron. Sedangkan estradiol selain di buat di dalam sel-sel teka interna juga dibuat didalam selsel granulose. Sintesis steroid- steroid ini di mulai di sel-sel teka. dari berbagai androgen, androstendion yang paling banyak dipakai sebagai pembakal estrogen. Dibawah pengaruh LH, androstendion dimetabolisasi didalam sel-sel teka, sedangkan androgen lainnya masuk ke dalam sel-sel granulosa. Sel-sel granulose ini tidak memiliki reseptor- reseptor LH, maka kerjanya sangat bergantung pada persendian pembakal-pembakal dari teka interna. FSH merangsang aromatisasi, sehingga zalir folikel cukup mengandung estradiol. Estradiol terlihat merangsang sintesis reseptor FSH di dalam granulose, tetapi pada pihak lain estradiol dan FSH tersebut secara sinergis mempengaruhi proliferasi dan biosintesis dari sel-sel granulose sendiri. Pembentukan reseptor-reseptor LH di lapisan granulose baru akan dimulai apabila terjadi peningkatan konsentrasi gonadotropin praovulasi. Oleh karena itu, meski belum ada ovulasi, LH dapat dijumpai dalam jumlah besar di dalam sel-sel granulose dan zalir folikel. Dengan demikian Fase ini meletakkan dasar bagi kerja korpus luteum kelak selama fase luteal. Sejak saat ini kelangsungan hidup dan kegiatan korpus luteum sudah direncanakan.esis steroid dari estrogen menjadi progesterone. Sebelum ovulasi, didalam sel-sel granulose terjadi perubahan sint Diduga progesterone ikut berperan dalam proses pecahnya folikel sampai terjadinya ovulasi. Kemudian berkat meningkatnya vaskularisasi pada lapisan granulose maka kadar progesterone pun eningkat didalam serum. Puncak LH yang berada didalam serum menyebabkan konsentrasi LH dalam folikel menvapai puncaknya pula, sehingga poliferasi dari sel-sel granulose yang

berikutnya akan terhambat dan menyebabkan berkurangnya sintesis estrogen, sedangkan pembentukan androgen dan progesterone bertambah. Kejadian tersebut diperkirakan disebabkan oleh berkurangnya reseptor FSH dan bertambahnya reseptor LH , atau karena meingginya kadar prolaktin yang menekan jumlah reseptor LH. Hal ini menggambarkan bahwa sintesis progesterone dalam folikel de graff dihambat oleh prolaktin yang tinggi. Pada fase praovulasi FSH sangat berperan terhadap pembentukan reseptorreseptor LH. Setelah ovulasi, sel-sel granulose berubah menjadi sel-sel luteal. Proses perubahan ini sangat bergantung pada jumlah reseptor LH. Kemampuan korpus luteum dalam mensekresikan progesterone selama fase luteal bergantung pada kadar LH yang reseptor-reseptornya mencapai maksimum pada hari ke 22 hingga hari ke 23 siklus haid. Kemudian setelah terjadinya haid, reseptor LH lenyap dari korpus luteum. Kadar LH yang tinggi akan mengurangi pengeluaran LHRH dari hipotalamus.Meskipun dikendalikan oleh hormone pelepas yang sama, tetapi selama satu siklus sekresi LH dan FSH tidak selalu tetap. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh inhibin yang terbentuk selama pematangan folikel. Gonadotropin diatur oleh 2 jenis meknisme yang berlainan. Sekresi LH dan FSH pada fase folikuler yang relative konstan da tonik itu berada dibawah pengaruh progesterone dan estrogen. Tetapi jika folikel yang matang itu mendekati saatnya ovulasi maka akan terjadi perubahn penting. Pada akhir fase folikuler, konsentrasi estrogen didalam serum perlahan-lahan meningkat. Sekitar hari ke 14 siklus haid, konsentrasi estrogen yang tiba-tiba melonjak sangat tinggi akan mengakibatkan pelepasan LHdan terjadi sekitar 16-20 jam.

OVARIUM
Estradiol memacu sintesis selain reseptor FSH didalam sel-sel granula, juga reseptor LH di sel-sel teka. Adanya khasiat estrogen pada system reproduksi wanita dapat dilihat dengan mudah tanpa pemeriksaan hormon serum atau urin. Estradiol juga mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa dalam genetalia wanita agar dapat menembus selubung ovum.

SIKLUS HAID
Peningkatan estradiol ketika akan terjadi ovulasi mengakibatkan terjadinya pengeluaran LH yang banyak. Puncak LH akan memicuovarium dan terjadilah ovuulasi

pada hari ke 14. dalam waktu yang sama suhu basal badan juga meningkat kira-kira 0,5C. Selam ovulasi getah serviks encer dan bening dan mulut serviks sedikit terbuka, yang memungkinkan masuknya spermatozoa. Bila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesterone akan menghambat FSH dan LH, sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat pengaruh estradiol dan progesterone itu terjadi penyempitan pembuluh-pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemi, sehingga endometrium terlepas dan timbul haid.

ASPEK ENDOKRIN DALAM SIKLUS HAID


Perubahan kadar hormone sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormone steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negative pada FSH sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin ini pada hipotalamus. Dengan bertambahnya folikel, produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH, folikel akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folike-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Dengan lonjakan LH pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH turun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikeL. Menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik negative yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup tidak menjamin terjadinya ovulasi, folikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH. Untuk berfungsinya korpus liteum diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH. 14 hari sesudah ovulasi, terjadi haid. Pada siklus haid normalumumnya terjadi varasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh varasi dalam fase folikuler. Kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen. Ovulasi terjadi oleh lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantung pada kadar minimum LH

yang terus-menerus. Jadi hubungan antara folikel dan hipotalamustergantung pada fungsi estrogen yang menyampaikan peasan-peasan berupa umpan balik positif atau negative. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.

Anda mungkin juga menyukai