Anda di halaman 1dari 5

Tanaman yang sehat membutuhkan semua nutrisi untuk dapat tumbuh dan berproduksi, dan nutrisi yang dibutuhkan

tanaman tersebut terdapat pada tanah yang subur. Jika dianfaatkan dengan teknik dan pengelolaan yang baik, maka kesuburan tanah akan semakin meningkat sehingga produktivitas tanah akan terjaga dan bahkan meningkat. Asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh sehat tersedia pada tanah yang subur dan tanah ini dapat dikategorikan memiliki kualitas yang baik. Kualitas tanah yang lebih baik tidak hanya meningkatkan jumlah produksi, akan tetapi juga meningkatkan kualitas produksi. Hal ini berhubungan langsung kepada gizi yang baik. Kualitas tanah yang lebih baik berarti kualitas produksi yang lebih baik dengan gizi yang lebih banyak. Jika kualitas suatu tanah baik maka tanah tersebut akan memiliki kandungan air dan unsure hara yang cukup untuk tanaman yang tumbuh agar terhindar dari kekeringan, penyakit maupun hama, tanah yang kulitasnya baik hanya membutuhkan pengairan yang lebih sedikit karena tanah dapat menahan dan menampung air lebih banyak dan tanah lebih mudah menyerap air ketika musim hujan seperti kerja spon. Tanah yang subur lebih mudah untuk diolah dan digarap karena gembur, selain itu tanah mempunyai jutaan penggarap tanah yang mengatur keberadaan dan penyimpanan unsur hara, serta meningkatkan jumlah udara di dalam tanah. Tanah yang sehat atau memiliki kualitas yang baik mengandung humus. Humus ini menyediakan makanan untuk biota tanah, yang berguna sebagai pengurai tanah dan mengubahnya menjadi makanan untuk tanaman, menyimpan unsur hara bagi tanaman, membantu menyatukan partikel tanah yakni meningkatkan kualitas struktur tanah, mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang dimana tanah liat mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase / penyaluran air, dan ketika tanah ditekan seharusnya bersifat padat (tidak berhamburan seperti pasir dan lengket seperti tanah liat). Tanah yang sehat itu hidup, maksudnya mengandung jutaan biota tanah yang mengubah bahan-bahan organik dan unsur hara menjadi makanan untuk tanaman. Biota tanah meliputi bakteri, mikro-organisme, semut, cacing tanah dan banyak organisme kecil, serangga, dan binatang kecil lainnya.

Oleh karena itu, tanah yang berkualitas merupakan faktor yang paling penting dalam kesuksesan pertanian dan perkebunan, yang tidak terlepas dari teknik dan pengelolaan yang baik. Banyak defenisi mengenai kualitas tanah diantaranya Doran & Parkin (1994), dan Johnson (1997). Doran & Parkin (1994) memberikan batasan kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas biologi, memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan. Johnson (1997) mengusulkan bahwa kualitas tanah adalah ukuran kondisi tanah dibandingkan dengan kebutuhan satu atau beberapa spesies atau dengan beberapa kebutuhan hidup manusia. Tingkat kesuburan tanah di daerah beriklim basah umumnya rendah, dicirikan oleh kandungan hara dan bahan organik serta kejenuhan basa rendah, kemasaman dan kandungan alumunium tinggi. Sifat-sifat fisik tanahnya umumnya kurang baik, seperti struktur tanah massif dan lapisan tanah atas (topsoil) tipis. Tanah-tanah tersebut berada pada wilayah dengan curah hujan tinggi dan mempunyai topografi berlereng sehingga tanah peka erosi. Kondisi kesuburan tanah rendah ditambah dengan adanya erosi maka produktivitas tanah akan semakin rendah. Tanah-tanah di wilayah Indonesia bagian timur, seperti di Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya umumnya didominasi oleh Inceptisols dan Alfisols yang tingkat kesuburannya lebih baik daripada Ultisols dan Oxisols. Kendala utama di wilayah ini adalah sifat fisik tanah yang kurang baik (topsoil tipis dan solum dangkal), curah hujan rendah, dan minimnya sarana dan prasarana. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah.

Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah. Fungsi tanah yang hendak dinilai, dipilih beberapa indikator yang sesuai. Pemilihan indikator berdasarkan pada konsep minimum data set (MDS), yaitu sesedikit mungkin tetapi dapat memenuhi kebutuhan. Menurut Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah harus (1) menunjukkan proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah, kimia tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat diterapkan di berbagai kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut merupakan komponen yang biasa diamati pada data dasar tanah. Sedangkan Karlen (1996) berpendapat bahwa pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya yaitu: 1. Melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis 2. Mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya 3. Menyaring, menyangga, merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan organik, meliputi limbah industri dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer. 4. Menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur lain dalam biosfer. 5. Mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi peninggalan arkeologis terkait dengan permukiman manusia.

Tugas Individu

KUALITAS TANAH

NAMA : MUHAMMAD NASHRAYANSAR NIM : G211 07 007

JURUSAN ILMU TANAH FAULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Tugas Individu

BIOTEKNOLOGI TANAH

NAMA : MUHAMMAD NASHRAYANSAR NIM : G211 07 007

JURUSAN ILMU TANAH FAULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Anda mungkin juga menyukai