Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KHUTBAH PERTAMA
Kaum muslimin sesungguhnya nikmat yang paling agung yang diberikan kepada kita, adalah nikmat iman dan nikmat berjalan di atas sunah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya dua nikmat ini, hanya diberikan oleh Allah Subhanahu wa Taala kepada hamba-hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh mengikuti sunah Rasul-Nya yaitu dengan menuntut ilmu syari yang bersumber dari Alquran dan sunnah dengan pemahaman salaful ummah. Mengamati realitas para dai pada zaman kita sekarang ini, alhamdulillah semangat untuk menyeru kepada Islam sangat banyak sekali, akan tetapi sangat disayangkan wahai saudaraku betapa sedikitnya dai yang berdakwah dengan ilmu dan metode yang dilandasi dengan firman Allah Subhanahu wa Taala, sunnah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan fatwa-fatwa para ulama baik dari kalangan sahabat nabi maupun ulama-ulama rabbani setelah mereka. Semoga di kemudian hari akan lahir generasi yang menyeru umat agar kembali kepada Islam dengan berlandaskan ilmu dan dengan cara yang penuh hikmah.
Wahai saudaraku kaum muslimin rahimakumullah dengarkanlah petuah-petuah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang telah beliau sampaikan untuk umatnya pada 14 abad yang silam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wajib atas muslim untuk mendengar dan taat kepada hal-hal yang disukai maupun yang dibenci. Selama tidak diperintah dalam hal kemaksiatan dan jika diperintah dalam hal kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat. (HR. Bukhari, no.2955 dan Muslim, no.1839) Dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Barang siapa yang membenci sesuatu yang dilakukan pimpinannya maka hendaklah bersabar, karena sesungguhnya barang siapa yang keluar sejengkal saja dari (ketaatan kepada) pemimpin, maak sungguh matinya seperti matinya orang-orang jahiliyyah. (HR. Bukhari, no.7054 dan Muslim, no.1849) Dan masih banyak sekali hadis-hadis yang memerintahkan kita untuk mentaati pemimpin kita, meskipun mereka adalah pemimpin yang zalim yang selalu membuat kerusakan di muka bumi ini.
KHUTBAH KEDUA
: Maasyiral muslimin, sidang shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Jika kita harus selalu taat dan bersabdar atas perlakuan pemimpin terhadap diri kita, lalu bagaimana cara yang benar untuk menasihati para pemimpin yang terjerumus dalam kesalahan!? Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya Islam adalah agama yang telah sempurna yang tidak didapati di dalamnya kekurangan sedikitpun dna tidak didapati pula di dalamnya suatu permasalahan kecuali Islam telah mambahasnya. Islam mengajarkan adabadab yang berkenaan dengan masalah yang kita anggap sepele, lalu bagaimana dengan permasalahan yang sangat agung ini, permasalahan yang berkaitan dengan kemaslahatan (kebaikan) umat. Seperti halnya dengan kepemimpinan, tentu saja Islam memberikan perhatian ekstra dan membahasnya secara detail, tidak ada kekurangan di dalamnya. Wahai saudara-saudaraku, Islam telah mengajarkan kita cara yang benar dalam menasihati para pemimpin yang terjerumus dalam kesalahan yaitu dengan mendoakan mereka dengan kebaikan dan keistiqomahan dalam agama. Selalu berusaha memperingatkan mereka dari kesalahan-kesalahan dengan cara yang sangat rahasia supaya tidak diketahui oleh khalayak. Ada kalanya dengan mengajak mereka berbicara empat mata atau mengirim surat kepada mereka atau semisalnya dari bentuk nasihat yang rahasia. Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang ingin menasihati para pemimpin maka janganlah menampakkan pembicaraan dengan di hadapan khalayak, tapi hendaklah ia menggandeng tanganna dan menyendiri dengannya maka jika dia menerimanya (itulah kebaikannya) dan jika tidak maka sungguh dia telah menunaikan kewajibannya dan telah memenuhi hak pemimpinnya. (HR. Hakim 3:290 dan Ahmad 3:404) Dan cara seperti inilah yang telah dipraktikkan oleh para ulama kita. Alangkah indahnya apa yang telah dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Andai saja kami memiliki suatu doa yang terkabukan, niscaya kami akan berdoa denagnnya untuk kebaikan para pemimpin. Begitulah para pendahulu kita dari kalangan orang-orang shalih, sungguh mereka telah memberikan suri tauladan yang baik bagi kita. Tentunya kewajiban kita sebagai generasi yang datang setelah mereka adalah meneladani mereka dan mengikuti jejak yang telah mereka tempuh karena mereka adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Taala. Semoga Allah merahmati Imam Malik bin Anas, yang telah mengatakan, Tidak akan baik akhir umat ini kecuali sebagaimana apa yang membuat baik pada awalnya. Sungguh betapa benarnya ucapan beliau yang mulia ini. Akhirnya kita memohon kepada Allah supaya memperbaiki para pemimpin kita dan rakyatnya, serta menjadikan antara keduanya saling sayang-menyayangi.
Related Posts
No related posts.
pemerintah di atas mimbar. Ujung-ujungnya terjadilah tindakan anarkis, kekerasan, dan pengrusakan. Itulah sekelumit fenomena yang dapat kita rekam di tengah-tengah masyarakat. Ketahuilah, wahai saudaraku, tindakan-tindakan itu semua tidaklah menyelesaikan perkara tetapi justru memperparah dan memperumit masalah. Sikap ini termasuk penyakit jiwa. Apbila melihat seuatu yang tidak selaras dengan kehendaknya dan tidak disepakati oleh hawa nafusnya, maka muncullah di dalam jiwanya keluh kelas. Sebagaimana Allah berfirman, {21 } } 91{ } 02{
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh keash lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan maka ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan maka ia amat kikir. (QS. Al-Maarij: 19-21) Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah, Demonstrasi dan unjuk rasa bukanlah jalan dakwah sebagaimana yang diutarakan oleh sebagian orang. Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya untuk mengetahui terlebih dahulu apakah aktivitas semacam ini dibenarkan secara syari ataukah tidak. Mungkinkah kita memperjuangkan Islam, menasihati pemerintah melalui demonstrasi dan unjuk rasa di pinggir-pinggir jalan dan di gedung-gedung parlemen? Adakah hal ini semua dipraktikkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat, dan tabiin, yang mana mereka merupakan generasi terbaik umat ini. Tidak pernah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperjuangkan Islam dengan cara ini, bahkan hal ini akan menimbulkan banyak madharat (kerugian) yang lebih besar. Tidak ada kebaikan sedikit pun yang kita peroleh kecuali kalau kita mencontoh suri teladan umat ini yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam para sahabatnya, dan para tabiin yang sudah mapan ilmunya dalam berdakwah. Cukuplah mereka kita jadikan panutan dalam bersikap dan bertindak untuk meraih kembali kejayaan Islam yang kini telah terlepas dari kaum muslimin. Hendaklah kita mengingat perkataan Imam Malik
Tidak akan baik penghujung umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah memperbaiki generasi awalnya. (Lihat Hal al-Muslimu Mudzaman Bittibai Madzhab Muayyan oleh Muhammad Sulthon al-Mashumi al-Khunjadi: 100) Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Tidak tersembunyi lagi bahwa mafsadat (kerusakan) yang diakibatkan demonstrasi amatlah besar. Demonstrasi bukanlah jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Jika memang tujuannya untuk menasihati pemerintah bukanlah seperti itu caranya melainkan dengan menasihati mereka (pemerintah) dengan cara yang syari dan ittiba (ikut) kepada salaf sholih. Nasihatilah mereka dengan cara sembunyi-sembunyi, bukan dengan demonstrasi, bukan dengan mengerahkan massa sambil membawa spanduk bertuliskan kritikan (baca: hujatan) kepada pemerintah. Waliyadzu billah. Cukuplah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi renungan kita dalam masalah ini. Beliau bersabda,
Barang siapa yang hendak menasihati penguasa pada suatu masalah, maka janganlah dia tampakkan dengan terang-terangan. Akan tetapi, hendaklah ia pegang tangannya dan menyendiri dengannya. Kalau dia menerima (nasihat itu) maka itu bagus, namun jika tidak maka dia telah menunaikan kewajibannya untuk memberikan nasihat. (HR. Ahmad dalam Musnadnya-nya: 3:403 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Zhilal al-Jannah:1096) Sebab itu, kita harus memahami bahwa nasihat bagi pemerintah adalah dengan menaati mereka dalam perkara yang maruf, mendoakan mereka, dan menunjuki mereka ke jalan yang benar serta menjelaskan kekeliruan yang mereka lakukan supaya dapat dihindari. Dan hendaknya nasihat itu diberikan secara rahasia (empat mata) antara si pemberi nasihat dan penguasa tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,
Barang siapa melihat sebuah kemungkaran hendaklah ia ubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka bencilah kemungkaran itu dalam hatinya. (HR. Muslim: 49) Di antara para ulama yang menyebutkan dampak buruk demonstrasi adalah Syaikh Muhammad bin Shalih alUtsaimin. Beliau berkata, Sesungguhnya demonstrasi adalah perkara baru yang tidak dikenal pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak pula pada zaman Khulafaur Rasyidin dan para sahabat lainnya. Kemudian pada demonstrasi juga terdapat kericuhan dan kekacau-balauan, keributan, dan gangguan keamanan, sehingga menyebabkan hal ini dilarang. Pada demonstrasi juga sering terdapat pengrusakan; pemecahan kaca, pintu, dan selainnya (tindakan anarkis), begitu pula ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita) serta mengakibatkan kerusakan kemungkaran dan yang semisalnya. (Lihat Al-Jawab al-Abhar, Hal.75) Syaikh Al-Alamah Ahmad bin Yahya Muhammad an-Najmi, tatkala mengomentari kelompok Ikhwanul Muslimin beliau berkata, Tanzhim berupa gerakan pengerahan massa dan demonstrasi, Islam tidak mengenal tindakan semacam ini dan tidak pula mengakuinya. Ini merupakan perkara yang baru (ada akhir-akhir ini). Bahkan demonstrasi adalah perbuatan orang-orang kafir yang telah ditiru oleh kebanyakan kaum kita (umat Islam). Lantas apakah setiap kali orang-orang kafir melakukan suatu perbuatan mengharuskan kita menyetujui perbuatan mereka? Sesungguhnya Islam ini tidak akan menang apabila diraih dengan cara pengerahan dan unjuk rasa. Namun, Islam akan menang dengan jihad yang dibangun di atas aqidah yang shahih dan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya para rasul dan pengikutnya telah mendapatkan berbagai macam cobaan tetapi mereka tidak diperintah selain untuk bersabar. (Al-Maurid al-Adzbuz Zulal, Hal.225) . ,
KHOTBAH KEDUA
Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. Aku berkata, Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu? Beliau bersabda, Dengarlah dan taat kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat kepada mereka. (HR. Muslim no. 1847).
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS. Al-Anam: 129) Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sadi berkata, Apabila hamba banyak melakukan kezhaliman dan dosa-dosa, maka Allah akan menjadikan bagi mereka para pemimpin zhalim yang mengajak kepada kejelekan. Sebaliknya, apabila mereka baik, shalih, dan istiqomah dalam ketaatan, maka niscaya Allah akan mengangkat bagi mereka para pemimpin yang adil dan baik. (Tafsir Karimi ar-Rohman, Hal.239) Jadi, semua yang terjadi di negeri kita tercinta ini merupakan takdir yang sudah ditentukan oleh Allah. Semestinya kita menyikapinya dengan sabar, tenang, dan tawakal kepada Allah. Itulah yang diwajibkan oleh syariat, bukan menyikapinya dengan penuh emosi, sibuk mencaci maki pemerintah, melakukan kudeta, berdemonstrasi, dan melakukan tindakan anarkis yang keluar dari jalur Islam. Namun, ini tidak berarti kita harus bersikap pasrah, pesimis, putus asa, dan mengeluh. Kita harus tetap optimis dan berusaha memperbaiki nasib dan keadaan, asalkan tetap dalam koridor syari. Allah berfirman,
sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Rad: 11) Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Di penghujung khotbah ini kita memohon semoga Allah menjadikan negeri Indonesia seabgai negeri yang aman sentosa dan menjadikan pemimpin-pemimpinnya berlaku adil kepada rakyatnya menjauhkan mereka dari perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Marilah kita bahu-membahu membangun negeri tercinta ini dengan perkara-perkara yang baik. Jangan gegabah dalam mengambil sikap yang berkaitan dengan keputusan pemerintah.
. . . .
Artikel terkait: Syirik, kufur, khutbah jumat, materi khutbah jumat, naskah khotbah jumat, aqidah, tauhid, islam. Keyword/Kata Kunci : Demonstrasi Related Posts
No related posts.
Pilih untuk berlangganan diskusi pada topik Khutbah Jumat Ini Takwa, Introspeksi Diri Pasca Ramadhan Persatuan Umat Islam dari Mimpi Menuju Kenyataan
o o o o
Definisi Khutbah Jumat Doa Khutbah Jumat Keutamaan Hari Jumat Mukaddimah Khutbah Jumat Panduan Khutbah Hukum Berbicara Ketika Khotbah Jumat Kreatif Memilih Khutbah Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jumat Menghindari Penggunaan Hadis Dhaif dan Maudhu Sebagai Dalil
Akhlak dan Muamalah (13) Artikel Khutbah Jumat (4) Bersih Hati (20) Fikih (10) Jalan Kebenaran(18) Khutbah Idul Fitri (1) Khutbah Jumat Pilihan (51) Nasehat (49) Panduan Khutbah Jumat (2) Pondasi Agama (18) Rumah Tangga (5) Video Khutbah Jumat (1) Wallpaper (1)
Donasi
Aplikasi Yufid