Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FOLIKULITIS, FURUNKEL DAN KARBUNKEL

OLEH: SGD 3 Komang Adi Aprihantara A.A Sagung Citra Kumala Dewi Ni Putu Eva Juli Widiantari Putu Diah Astari Putu Andyna Natami Ni Wayan Budi Arthini Putu Juniari Listuayu Made Meilan Purnamasari B.W Ni Made Alit Nopiyanti Nyoman Sri Wulandari A.A Gede Putra Sumadi A. A. Sagung Istri Kusuma Dewi ( 0802105017) (0802105018) (0802105019) (0802105020) (0802105021) (0802105023) (0802105024) (0802105025) (0802105028) (0802105029) (0802105054) (0802105064)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2010

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi FOLIKULITIS Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel), yang disebabkan oleh staphylokokus aureus. Folikulitis adalah peradangan dari satu atau lebih folikel rambut. Kondisi ini dapat terjadi di kulit mana pun.

FURUNKEL Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya. Furunkel atau bisul ialah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan perifolikuler, bulat, nyeri, berbatas tegas yang berakhir dengan supurasi di tengah. Jika lebih dari satu disebut furunkulosis. Furunkel merupakan infeksi kulit berupa benjolan kecil berwarna kemerahan, kemudian membesar dan berisi nanah dengan kepala berwarna putih kekuningan di tengahnya. Jangan memencet atau menusuk bisul karena kuman dapat menyebar ke daerah lain. Gangguan ini dapat tumbuh di semua bagian tubuh.

KARBUNKEL Karbunkel adalah sekumpulan bisul (furunkel) yang menyebabkan pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut. Karbunkel adalah infeksi yang dalam oleh S.aureus pada sekelompok folikel rambut yang berdekatan. Karbunkel merupakan gabungan beberapa furunkel yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat. Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis penderita. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.

2. Epidemiologi/Insiden Kasus Insidensi karbunkel agak jarang. Insidensinya terutama pada usia setelah pubertas yaitu remaja dan dewasa muda. Karbunkel cenderung mudah diderita oleh penderita diabetes, gangguan sistem kekebalan, dan dermatitis. Furunkel atau karbunkel jarang didapatkan pada anak-anak kecuali terdapat keadaan imunodefisiensi (misalnya dapat muncul pada anak wanita dengan sindrom stafilokokal hiperimunoglobulin E [sindrom Job]). Insidensi pada laki-laki sama dengan perempuan. Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan rawat inap. 54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan 46% pasien adalah perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun. 72% berusia 15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun. 3. Penyebab/Faktor Predisposisi Penyebab utama folikulitis adalah bakteri staphylokokus aureus. Faktor predisposisi yang paling sering pada folikulitis adalah : Gesekan pada saat bercukur atau gesekan pakaian Keringat berlebihan yang dapat menyumbat folikel Inflamasi kulit, termasuk diantaranya dermatitis dan akne Cidera pada kulit, termasuk abrasi, luka bedah ataupun abses Terpajan terhadap ter yang terbuat dari batu bara ataupun kayu

Faktor Resiko Setiap orang dapat terkena folikulitis, tetapi beberapa faktor tertentu dapat mempermudah terjadinya folikulitis, antara lain :

Faktor medis yang dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi, seperti Penyakit kulit seperti dermatitis atau akne Trauma kulit akibat pembedahan atau abses

diabetes mellitus, leukimia, transplantasi organ dan HIV/AIDS

Terapi antibiotik jangka panjang untuk pengobatan akne Terapi kortikosteroid topikal Folikulitis lebih sering pada seseorang dengan berat badan lebih. Iklim panas higyene yang buruk sindrom hiper Ig E carier kronik S. aureus (hidung)gangguan kemotaktik sebagai komplikasi dari dermatitis atopi, ekscoriasi, scabies atau pedikulosis

(adanya lesi pada kulit atau kulit tidak utuh bisa juga karena garukan atau sering bergesekan) Penyebab furunkel juga sama dengan penyebab furunkulosis yaitu bakteri staphylokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lainnya atau jamur. Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Secara garis besar ada 3 pemicu munculnya furunkel, yaitu: a. Faktor kebersihan Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak menjaga kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang tinggal di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di tempat yang bersih tapi kalau jarang mandi dan membersihkan badan, dengan sendirinya kuman pun akan bersarang. b. Daerah tropis

Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah satu pemicu munculnya bisul. Terutama bisul yangterjadi pada kelenjar keringat. c. Menurunnya daya tahan tubuh Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya kurang gizi, gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit keganasan seperti kanker, atau penyakit lain seperti diabetes dan sebagainya. Biasanya faktor pemicu itu tak muncul sendirian, melainkan ada beberapa sekaligus. Misalnya karena selalu berkeringat kemudian muncul biang keringat. Karena gatal, lalu digaruk, ditambah lagi kebersihannya jelek dan gizinya pun rendah, akhirnya jadi bisul. Faktor Predisposisi lain yang menyebabkan terjadinya furunkel yaitu : - Alkoholisme. - Malnutrisi - Gangguan fungsi neutrofil - Faktor menurunnya daya tahan tubuh termasuk AIDS dan DM. KARBUNKEL Karbunkel biasanya terbentuk ketika satu atau beberapa folikel rambut terinfeksi oleh bakteri stafilokokus (Stafilokokus aureus). Bakteri ini, yang merupakan flora normal pada kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran hidung. Sekitar 25-30% populasi membawa bakteri ini pada hidungnya tanpa menjadi sakit dan sekitar 1% populasi membawa MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus). MRSA merupakan strain dari S.aureus yang resisten terhadap antibiotik beta laktam, termasuk methicillin, penisilin, amoksisilin, oxacilllin, dan nafcillin sehingga sering menyebabkan infeksi karbunkel yang serius dan sering berulang. Bakteri S.aureus berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5 1,5 m, memiliki susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu. Bakteri ini bertanggung jawab untuk sejumlah penyakit penyakit serius seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis dan endokarditis. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan penyakit yang didapat dari makanan.

Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa orang dalam sebuah rumah menderita karbunkel pada saat yang sama. Faktor resiko terjadinya karbunkel adalah: Tingkat kebersihan yang buruk Keadaan fisik yang menurun Gesekan dengan pakaian Pakaian yang ketat kulit, membuat bakteri mudah untuk masuk kedalam tubuh. -

- Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang ketat dapat menyebabkan luka pada Pencukuran Karier S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina) Diabetes Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga membuat tubuh sulit untuk melawan infeksi.
-

Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit, masalah kulit seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan menjadi furunkel atau karbunkel.

Penggunaan kortikosteroid Hal ini terkait dengan efek kortikosteroid berupa supresi sistem imun tubuh.

- Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat kemoterapi atau

mendapat obat omeprazole Penyakit imunodefisiensi primer Seperti penyakit granulomatosa kronik, sindrom Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3, hipogammaglobulinemia transient, timoma dengan imunodefisiensi, dan sindrom Wiskott-Aldrich.

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Folikulitis dimulai ketika folikel rambut rusak oleh gesekan dari pakaian, penyumbatan folikel, atau bercukur. Dalam banyak kasus folikulitis, folikel yang rusak tersebut kemudian terinfeksi dengan bakteri staphylococcus (Staph). Furunkel berawal dari adanya infeksi pada kulit oleh bakteri Staphylococcus. Bakteri ini dalam kondisi normal biasanya memang sudah tinggal atau ditemukan di atas permukaan kulit. Kerusakan pada lapisan folikel rambut kulit menjadikan bakteri itu masuk lebih dalam ke jaringan folikel rambut dan jaringan kulit sehingga menyebabkan infeksi lokal. Memang pada dasarnya kerusakan tersebut merupakan jalan masuk kuman. Folikel rambut dapat terinfeksi atau meradang di atas permukaan kulit atau di area mana pun pada badan. Sementara penyumbatan pada kelenjar keringat atau pertumbuhan rambut yang terganggu dapat menjadi faktor pencetus munculnya furunkel. Penyakit ini lebih banyak menyerang bagian kulit yang lecet, berkeringat, atau terluka akibat kontak/gesekan dengan baju atau benda lain. Furunkel bermula sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Furunkel bisa pecah spontan atau dipecahkan dan mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah. Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah, dan bokong. KARBUNKEL Bakteri stafilokokus yang menyebabkan furunkel atau karbunkel umumnya masuk melalui luka, goresan, atau robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal ini menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus

(gabungan dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati). Pembentukan dan penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat dibandingkan bisul tunggal dan bisa menyebabkan demam serta lelah karena merupakan infeksi yang lebih serius. Beberapa bisul bersatu membentuk massa yang lebih besar, yang memiliki beberapa titik pengaliran nanah. Massa ini letaknya bisa lebih dalam di bawah kulit dibandingkan dengan bisul biasa. 5. Klasifikasi Folikulitis terbagi menjadi 2 bentuk:
1. Folikulitis superfisialis atau Impetigo Bockhart (pada lapisan kulit bagian luar

atau epidermis). Pada bentuk kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul ) berkembang di sekeliling satu atau beberapa folikel. Infeksi terasa gatal dan agak sakit, tetapi biasanya tidak terlalu menyakitkan.. Etiologi : Staphylococcus aureus Epidemiologi : Semua umur, terutama pd anak-anak Lokalisasi: Daerah berambut biasanya tungkai bawah Predisposisi : Sering di daerah tropis & iklim panas Kebersihan & higiene kurang DM , kelelahan, kurang gizi Lingkungan kotor

Differensial diagnosis : Acne vulgaris : terutama di wajah & punggung Penatalaksanaan : Jaga kebersihan kulit Makanan tinggi protein & kalori Antibiotik sistemik: Eritromisin, Penisilin Antibiotik topikal: Kemicetin 2% Eksudasi: kompres

Gambaran klinik: Banyak papul erytematous superfisialis & pustula pada muara rambut Tempat predileksi di kulit (muka, gluteus, tungkai) Suatu kondisi kronik yang diperberat dengan mencukur Papul kadang-kadang mengandung pus ( pustul ), ditengahnya mengandung rambut serta adanya krusta disekitar daerah inflamasi. Tempat predileksi folikulitis superfisial yaitu di tungkai bawah

Bentuk folikulitis superfisial, diantaranya :


Pseudomonas Folikulitis

Sekitar 12 sampai 48 jam terpajan, akan timbul papul kemerahan sampai dengan adanya pustul. Ruam akan bertambah berat pada bagian tubuh yang tertutup pakaian renang dengan air yang terkontaminasi dengan pseudomonas.
Tinea Barbae

Lebih sering disebabkan oleh

jamur Trychopyton verrucosum atau

Trychopyton mentagrophytes daripada bakteri. Folikulitis tipe ini juga terjadi di daerah dagu pria ( jenggot ). Tinea barbae menyebabkan timbulnya bintikbintik putih yang gatal.
Pseudofolikulitis Barbae

Pada inflamasi folikel rambut di daerah jenggot, pseudofolikulitis barbae menyebabkan jenggot menjadi keriting.
Pityrosporum Folikulitis

Lebih sering terjadi pada dewasa muda. Folikulitis tipe ini menimbulkan gejala kemerahan, pustul dan gatal pada daerah punggung, dada dan kadang-kadang daerah bahu, lengan atas dan wajah. Disebabkan oleh infeksi ragi, seperti Malassezia furfur, sama halnya seperti jamur yang menyebabkan ketombe.

2. Folikulitis profunda atau Deep Folliculitis/ Sycosis (infeksi folikel rambut

hingga ke bagian bawah kulit atau subkutan). Biasanya merusak seluruh folikel

rambut sampai ke subkutan sehingga akan teraba infiltrat di subkutan dan dapat menimbulkan gejala yang lebih berat yaitu sangat sakit, adanya pus yang akhirnya dapat meninggalkan jaringan ikat apabila telah sembuh. Etiologi : Staphylococcus aureus Epidemiologi : Pria dewasa Lokalisasi : Dagu/janggut, kumis Gejala klinis : Rasa terbakar daerah dagu pustula kecil meluas Pertumbuhan rambut terganggu &mudah dicabut Predisposisi : 1. 2. Kebersihan kurang DM Tinea barbe : lokasi di mandibula unilateral Acne Sistika Jaga kebersihan kulit Obat topikal Obat sistemik

Differensial Diagnosis :

Penatalaksanaan :

Bentuk Folikulitis Profunda, diantaranya : Folikulitis Gram negatif Lebih sering berkembang pada seseorang dengan terapi antibiotik jangka panjang dengan pengobatan akne. Antibiotik mengganggu keseimbangan normal bakteri pada hidung, yang akan mempermudah berkembangnya bakteri yang berbahaya ( Bakteri Gram-negatif ). Pada umumnya hal ini tidak membahayakan, karena flora di hidung akan kembali normal apabila pemakaian antibiotik dihentikan. Karbunkel Karbunkel terjadi apabila folikel rambut terinfeksi oleh bakteri stafilokokus sampai ke bagian yang lebih dalam. Karbunkel terjadi secara tiba-tiba disertai

benjolan merah yang terasa sakit dengan diameter sekitar inch. Dalam waktu 24 jam, benjolan akan terisi dengan pus. Kemudian, dalam waktu lima sampai tujuh hari, benjolan akan membesar dan semakin sakit, kadang dapat mencapai ukuran sebesar bola golf baru kemudian ruptur dan pus akan mengalir keluar. Folikulitis Eosinofilik Terutama terjadi pada penderita dengan HIV positif. Folikulitis tipe ini memiliki gejala khas yaitu inflamasi yang berulang, luka yang bernanah (pus), terutama terjadi pada wajah tetapi dapat juga terjadi pada punggung dan lengan atas. Luka biasanya menyebar, sangat gatal dan seringkali menimbulkan hipopigmentasi. 6. Gejala Klinis Gejala klinis folikulitis berbeda beda tergantung jenis infeksinya. Pada bentuk kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul) berkembang di sekeliling satu atau beberapa folikel. Papul kadang-kadang mengandung pus (pustul), di tengahnya mengandung rambut serta adanya krusta di sekitar daerah inflamasi. Infeksi terasa gatal dan agak sakit, tetapi biasanya tidak terlalu menyakitkan. Tempat predileksi folikulitis superfisial yaitu di tungkai bawah. Folikulitis profunda akan merusak seluruh folikel rambut sampai ke subkutan sehingga akan teraba infiltrat di subkutan dan dapat menimbulkan gejala yang lebih berat yaitu sangat sakit, adanya pus yang akhirnya dapat meninggalkan jaringan ikat apabila telah sembuh. Pustula supertisial atau nodul inflamasi sekitar rambut mungkin menjadi kronik terutama pada daerah jenggot (sikosis barbe). Furunkulosis nodul menjadi pustula dengan nekrosis di bagian tengah dan pengeluaran cairan yang mengandung bahan nekrotik purulen, dan bercampur darah dapat hilang timbul. Gejala folikulitis antara lain : - Ruam (daerah kulit memerah) - Jerawat atau pustula yang terletak di sekitar folikel rambut - Gatal di kulit - Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.

Gejala furunkel adalah : - Furunkel berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula).
- Furunkel berbentuk kerucut dan bermata yang mudah pecah dan mengeluarkan

cairan dari dalamnya. - Furunkel yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk bulat seperti kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Furunkel jenis ini biasanya tidak mudah pecah. - Furunkel bisa pecah spontan atau dipecahkan dan mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah. - Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang. Keluhan nyeri dengan nodus eritematus berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul, kemudian lunak menjadi abces berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu pecah. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan. - Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau meradang. - Kadang disertai demam, lelah, dan tidak enak badan. Gejala karbunkel antara lain :
- Pada kulit yang terkena ditemukan beberapa bisul yang bersatu disertai nyeri yang

sifatnya ringan atau sedang.


- Kulit tampak merah dan membengkak. Karbunkel yang pecah akan mengeluarkan

nanah lalu mengering dan membentuk keropeng.


- Karbunkel biasanya pertama muncul sebagai tonjolan yang nyeri, permukaannya

halus, berbentuk kubah dan berwarna merah. Tonjolan tersebut biasanya juga indurasi. Ukuran tonjolan tersebut meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih. Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang multipel (multiple follicular orifices). - Demam dan malaise sering muncul dan pasien biasanya tampak sakit berat.

- Karbunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning

keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi. Walaupun beberapa karbunkel menghilang setelah beberapa hari, kebanyakan memerlukan waktu dua minggu untuk sembuh. - Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas. 7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus, bisa dilakukan pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi di laboratorium atau bias dilakukan biopsy. Furunkulosis ekstensif atau karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis. S.aureus merupakan penyebab utama. Pemeriksaan histologis dari karbunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan lemak subkutan. Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir folikel rambut, mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) dan kultur bakteri pada medium agar darah domba memberikan gambaran koloni yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Pemeriksaan Khusus folikulitis : Biakan dan tes kepekaan Hitung jenis mungkin diperlukan Urinalisis Biopsi kulit dapat digunakan untuk membantu dokter mengkonfirmasikan diagnosis. Diagnosis furunkel kebanyakan dapat ditegakkan secara klinis mengingat gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul), kemudian melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus. Tetapi untuk lebih menegakkan diagnosisnya yaitu dari segi : 1. anamnesis : timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.

2. pemeriksaan fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk kerucut, dan ditengahnya terdapat core 3. pemeriksaan penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas 8. Diagnosis Banding Diagnosis banding karbunkel yaitu :
a.

Kista epidermal Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan, dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa banding berupa kista epidermal yang mengalami inflamasi ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material purulen.

b. Hidradenitis suppurativa (apokrinitis)

Diagnosa banding seperti hidradenitis suppurativa (apokrinitis) juga sering membuat salah diagnosis karbunkel. Berbeda dengan karbunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan karbunkel yaitu pada aksila, lipat paha, pantat, atau di bawah payudara. Adanya jaringan parut yang lama, adanya sinus dan fistel serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis penyakit ini dan juga membedakannya dengan karbunkel.
c.

Sporotrikosis, blastomikosis dan akne konglobata Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur Sporotrichum schenkii dan ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran limfe. Blastomikosis ditandai nodula kronik dengan multipel fistula. Akne konglobata ditandai oleh nodulnodul merah hitam dengan kebanyakan berada pada daerah punggung daripada wajah dan lengan.

9. Therapy/Tindakan Penanganan Terapi folikulitis :


- Kadang folikulitis dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada

beberapa kasus yang persisten dan rekurens perlu penanganan lebih lanjut. - Pengobatan dapat diberikan antibiotik sistemik. - Antibiotik topikal serta penggunaan antiseptik (contoh, chlorhexidine) dapat diberikan sebagai terapi tambahan, tetapi jangan digunakan tanpa pemberian antibiotik sistemik. Dianjurkan pemberian antibiotik sistemik dengan harapan dapat mencegah terjadinya infeksi kronik. Terapi furunkel yaitu : a. Kompres hangat
-

Furunkel dapat pecah, mengering dan kemudian sembuh dengan sendirinya tanpa diberi pengobatan. Hal ini biasanya terjadi tidak lebih dari satu minggu. Pengompresan dengan air hangat di atas penyakit itu dapat membantu mengeluarkan cairan dan pengeringan.

b.

Antibiotik Pemberian antibiotik dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi berkepanjangan. Namun efek samping dari pemberian antibiotik ini dapat menyebabkan keluhan pada perut, diare, dan pada beberapa kasus terjadi reaksi alergi.
-

Jika furunkel timbul di sekitar hidung biasanya akan diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) karena infeksi bisa dengan segera menyebar ke otak. Jika hanya beberapa buah, cukup antibiotik topikal, jika banyak beri antibiotik dan sistemik.

c.

Pembedahan Kadang-kadang perlu dilakukan pembedahan kecil untuk membantu mengeluarkan cairan di dalamnya.

d.

Cari dan hilangkan faktor predisposisi (kalau berulang / DM).

Perawatan a. b. c. Untuk mempercepat pematangan furunkel, kompres dengan kain basah dan hangat sekitar 20 menit. Lakukan 3 kali sehari. Jangan memencet furunkel karena dapat menyebarkan kuman ke sekitarnya. Jika furunkel pecah, bersihkan dengan cairan antiseptik dan jika perlu dibalut.

Terapi karbunkel :
- Untuk mengendalikan infeksi diberikan sabun anti-bakteri, antibiotik topikal (salep

atau krim) dan antibiotik per-oral.


- Kompres hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan. Jangan pernah

memencet atau mencoba memecahkan karbunkel di rumah, karena bisa memperburuk dan menyebarkan infeksi.
- Jika nanahnya sudah mengering, luka yang tertinggal harus sering dibersihkan dan

sesudah menangani karbunkel, tangan harus dicuci bersih-bersih.


- Pengobatan karbunkel sama saja dengan pengobatan furunkel. Karbunkel atau

furunkel dengan selulitis disekitarnya atau yang disertai demam, harus diobati dengan antibiotik sistemik. Untuk infeksi berat atau infeksi pada area yang berbahaya, dosis antibiotik maksimal harus diberikan dalam bentuk perenteral. Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) atau dicurigai infeksi serius, dapat diberikan vankomisin (1 sampai 2 gram IV setiap hari dalam dosis terbagi). Pengobatan antibiotik harus berlanjut paling tidak selama 1 minggu. Pengobatan furunkel atau karbunkel:
-

Topikal Sistemik Lini pertama Mupirocin 2x1 Asam fusidat 2x1 Dikloxacillin 250-500 mg PO 4x1 selama 5-7 hari Amoksisilin + asam klavulanat (cephalexin) 25 mg/kgBB 3x1; 250-500 mg 4x1 Azitromisin 500 mg x1, kemudian 250 mg sehari selama 4 hari Klindamisin 15 mg/kgBB/hari 3x1 Eritromisin 250-500 mg PO 4x1 selama 5-7 hari Mencuci tangan dan menjaga kebersihan penting dalam semua regimen. Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan.

- Bila infeksi terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan komorbiditas, kultur dapat dilakukan. - Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan berubah apalagi ketika hasil kultur tersedia. - Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi dan mencuci tangan harus sering dilakukan. Perawatan kulit secara umum Tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun adalah penting (solusi sabun antimikrobial seperti solusi klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi kolonisasi stafilokokus pada kulit). Pasien harus menghindari trauma pada kulit, seperti halnya iritan kulit potensial misalnya sabun dan deodoran. Lap badan (dan handuk) yang terpisah harus digunakan dan secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.
-

Pengurusan pakaian Pakaian yang menyerap keringat, ringan, dan longgar harus digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya. Dalam kasus ini, adalah bukan tidak beralasan untuk menyarakan bahwa item ini (seprai dan pakaian dalam) harus secara hati-hati dan secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.

Perawatan berpakaian Ganti pakaian harus sering bila terkumpul drainase purulen. Pakaian tersebut harus dibuang dengan hati-hati dalam kantong yang tertutup dan dibuang secepatnya.

10. Pencegahan Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada folikel rambut dan infeksi tindakan yang perlu dilakukan antara lain: Meminimalkan gesekan pakaian. Hindari mencukur di daerah yang sering timbul gatal (jika memang harus dicukur, gunakan silet baru yang bersih atau pisau cukur listrik).

Menjaga kebersihan daerah yang gatal. Perbaikan/peningkatan kebersihan pribadi dan lingkungan Menggunakan sabun antiseptik/antikuman Menghindari atau sedikit mungkin menggunakan obat-obatan suntikan intravena Menggunakan pakaian yang ringan yang memudahkan udara atau angin bersikulasi dalam tubuh. Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat antibakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan. 11. Komplikasi Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak menimbulkan komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta menimbulkan plak. Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu : a. Selulitis Sering terjadi pada kaki, lengan, atau wajah. Meskipun infeksi awal hanya superfisial, akhirnya akan mengenai jaringan di bawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus dan aliran darah. b. Furunkulosis Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke jaringan dibawah kulit (subkutan). Furunkel biasanya berawal sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi beberapa hari kemudian dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan lebih sakit. c. Skar yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan ikat Folikulitis d.

(hipertropik/skar keloid) atau hipopigmentasi. Kerusakan folikel rambut Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen. Komplikasi furunkel dan karbunkel :
a. Penyebaran bakteremia dari infeksi dan masalah rekurensi

Masalah utama pada furunkel dan karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari infeksi dan masalah rekurensi. Bakteri dari furunkel atau karbunkel dapat masuk ke dalam aliran darah dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada lesi dapat memfasilitasi penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi yang menyebar, umumnya diketahui sebagai septikemia dapat dengan cepat mengancam nyawa. b. Tanda septicemia Awalnya, septikemia memberikan tanda dan gejala seperti menggigil, demam disertai gelisah, denyut jantung yang cepat dan perasaan menderita sakit sangat berat. Tetapi kondisi ini dapat dengan cepat berkembang menjadi syok, yang ditandai dengan turunnya tekanan darah dan temperatur tubuh, bingung, serta manifestasi kelainan pembekuan dan pendarahan pada kulit. Septikemia merupakan keadaan emergensi medis yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian.
c. Infeksi metastasis (endokarditis, vertebral osteomyelitis/discitis, septik arthritis,

abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis,atau abses jaringan) Invasi bakteri ke dalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak, menyebabkan infeksi metastasis seperti endokarditis, vertebral osteomyelitis/discitis, septik arthritis, abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis, atau abses jaringan. Frekuensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar 31%. Manipulasi pada lesi berbahaya dan dapat memfasilitasi penyebaran infeksi melalui aliran darah. Untungnya, komplikasi seperti ini jarang. Infeksi metastasis seperti endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia akibat S.aureus. Insidensi endokarditis disebabkan S.aureus meningkat selama 20 tahun terakhir dan sekarang menjadi penyebab utama endokarditis di seluruh dunia, terhitung sekitar 25-30% kasus. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan penggunaan alat TEE (Transesophageal Echocardiography) yang dikatakan memiliki insidensi 25% dari seluruh kasus S.aureus bakteremia dan penggunaan kateter intrvasular. Faktor lain yang terkait dengan peningkatan resiko endokarditis adalah penggunaan obat injeksi, hemodialisa, penggunaan alat prosetetik intrvaskular dan keadaan system imun tubuh yang lemah. Lesi pada bibir dan

hidung menyebabkan bakteremia melalui vena-vena emisaria wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus.
d. Trombosis sinus kavernosus e. Resistensi obat pada strain Stafilokokus aureus.

Stafilokokus aureus yang resisten methicillin (methicillinresistant Staphylococcus aureus/MRSA) sekarang meningkat jumlahnya, terutama didapatkan pada siswa militer, penghuni penjara, atlet, bahkan anak-anak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 1 persen orang Amerika membawa MRSA pada tubuh mereka. MRSA sangat menular dan menyebar dengan cepat pada daerah yang padat atau tidak higienis atau dimana handuk atau peralatan atletik dipakai bersamasama. Walaupun MRSA memiliki respon baik terhadap beberapa antibiotik, MRSA resisten terhadap penisilin dan sulit untuk diobati. Furunkulosis rekuren menjadi masalah yang dapat berlanjut betahun-tahun.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Data Subjektif : - Klien mengeluh terdapat benjolan seperti jerawat di kulit
-

Klien mengeluh kulit terasa gatal

- Klien mengatakan sering menggaruk-garuk benjolan tersebut - Klien mengeluh nyeri pada benjolan tersebut

- Klien mengeluh badan terasa hangat


-

Klien mengatakan malu dengan kulitnya yang kemerahan dan bisulan

Data Objektif : - Kulit klien tampak kemerahan - Pasien tampak menggaruk-garuk benjolan pada tubuhnya - Tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh klien. - Terdapat pustule di sekitar folikel rambut - wajah pasien tampak meringis - Skala nyeri 2-4 - Tekanan darah >120/80 mmHg - Denyut nadi >100kali/menit - Rrespirasi rate >20 kali/menit. - Suhu tubuh klien >37.5 C
-

Terdapat benjolan dengan pus di wajah dengan diameter 5cm Pasien tampak menutup bisul dan kulitnya yang kemerahan

- Klien menolak untuk bertemu dengan perawat - Klien tidak ada kontak mata saat diajak bicara. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS 1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi dan peningkatan tekanan local akibat agen cidera biologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah benjolan, wajah pasien tampak meringis, skala nyeri 2-4, terdapat pustule sekitar

folikel rambut, tekanan darah >120/80 mmHg, denyut nadi >100kali/menit, respirasi rate >20 kali/menit.
2. Hipertermia

berhubungan dengan respon inflamasi akibat invasi bakteri

Staphylococus ditandai dengan pasien mengeluh badan terasa hangat, suhu badan klien

>37.5 C, denyut nadi >100kali/menit, respirasi >20 kali/menit. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mekanik (tekanan, gesekan, garukan) ditandai dengan pasien tampak menggaruk-garuk benjolan tersebut, tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh klien. 4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh). 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hiperemi dan pembengkakan sekunder akibat penyakit ditandai dengan klien mengatakan malu dengan badannya yang kemerahan, pasien tampak menutup bagian tubuhnya yang kemerahan, klien menolak untuk bertemu dengan perawat, klien tidak ada kontak mata saat diajak bicara.

3.

INTERVENSI BERDASARKAN NIC 1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi dan peningkatan tekanan local akibat agen cidera biologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah benjolan, wajah pasien tampak meringis, skala nyeri 2-4, terdapat pustule sekitar folikel rambut, tekanan darah >120/80 mmHg, denyut nadi >100kali/menit, respirasi rate >20 kali/menit. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil : Pain level (level nyeri): - Klien tidak melaporkan adanya nyeri (skala 5 = none) - Klien tidak merintih ataupun menangis (skala 5 = none)

- Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri (skala 5 = none) - Klien tidak tampak berkeringat dingin (skala 5 = none) - Klien tidak mengalami ketegangan otot (skala 5 = none)
- RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) (skala 5 = normal) - Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) (skala 5 = normal) - Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) (skala 5 = normal)

Pain control (kontrol nyeri): - Klien dapat mengenali onset nyeri (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab nyeri (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologis (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi. (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien melaporkan nyeri terkontrol. (skala 5 = consistently demonstrated) Intervensi: Pain management (manajemen nyeri): 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri. Rasional: pengkajian berguna untuk mengidentifikasi nyeri yang dialami klien meliputi lokasi, karasteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri serta factor-faktor yang dapat memicu nyeri klien sehinggga dapat menentukan intervensi yang tepat. 2. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari ketidaknyamanan. Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non verbal maka dapat membantu mengetahui tingkat dan perkembangan nyeri klien. 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam mengkaji pengalaman nyeri dan menyampaikan penerimaan terhadap respon klien terhadap nyeri. Rasional: membantu klien dalam menginterpretasikan nyerinya.

4.

Kaji tanda-tanda vital klien.

Rasional: peningakatan tekanan darah, respirasi rate, dan denyut nadi umumnya menandakan adanya peningkatan nyeri yang dirasakan. 5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. Rasional: membantu memodifikasi dan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan klien. 6. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non farmakologi, (mis: teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll). Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien, serta membantu klien untuk mengontrol nyerinya. 7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien.

2. Hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi akibat invasi bakteri Staphylococus ditandai dengan pasien mengeluh badan terasa hangat, suhu badan

klien >37.5 C, denyut nadi >100kali/menit, respirasi >20 kali/menit. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24jam diharapkan suhu tubuh klien normal dengan kriteria hasil :
1.

Thermoregulation (Termoregulasi)

- Suhu tubuh klien normal (36,5C-37,5C) (skala 5 = normal)


- Klien melaporkan rasa nyaman. ( skala 5 = not compromised)

- Klien tidak menggigil. (skala 5 = none)


2.

Vital signs (Tanda vital)

- Suhu : 36,5C-37,5C (skala 5 = normal) - Nadi: 60-100x/mnt (skala 5 = normal) - RR: 16-20 x/mnt (skala 5 = normal) - TD: 120/80 mmHg (skala 5 = normal)

Intervensi : Fever treatment (penatalaksanaan demam) 1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi rate secara berkala (min. tiap 2 jam) Rasional: suhu 38,90 41,10 menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.
2.

Berikan kompres hangat.

Rasional: membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu mengurangi demam. 3. Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan adekuat. Rasional: untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi. 4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotic sesuai indikasi. Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mekanik (tekanan, gesekan, garukan) ditandai dengan pasien tampak menggaruk-garuk benjolan tersebut, tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh klien. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24jam diharapkan integritas kulit pasien membaik dengan kriteria hasil : Tissue Integrity: Skin & mucous membran (integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa) Temperatur kulit (skala 5 = not compromised) Sensasi kulit (skala 5 = not compromised) Elastisitas kulit(skala 5 = not compromised) Hidrasi kulit (skala 5 = not compromised) Warna kulit (skala 5 = not compromised)

Tekstur kulit (skala 5 = not compromised) Ketebalan kulit (skala 5 = not compromised) Bebas lesi jaringan (skala 5 = none) Kulit intak (tidak ada eritema dan nekrosis) (skala 5 = none)

Intervensi : Skin care: Topical treatments (perawatan kulit: terapi topikal)655 1. Pantau adanya kerusakan kulit klien setiap hari. Rasional: mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat. 2. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab, dan tidak kusut. Rasional: keadaan linen. 3. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari. Rasional: untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi kulit serta mencegah terjadinya infeksi sekunder. 4. Kolaborasi pemberian antibiotic/antiinflamasi/antijamur topical sesuai indikasi. Rasional: untuk mengatasi keluhan dan lesi pada kulit akibat infeksi jamur. yang lembab dapat meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya lesi kulit akibat gesekan dengan

4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit

tidak utuh). Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24jam diharapkan integritas kulit pasien membaik dengan kriteria hasil : Infection Severity (Keparahan infeksi)

Kemerahan (Skala 5 = None) Hipertermia (Skala 5 = None) Nyeri (Skala 5 = None)

Risk Control (Kontrol resiko) Mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi ( Skala 5 = Consistenly demonstrated) Monitor lingkungan penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Monitor tingkah laku pasien (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Dapat menghindari paparan saat tindakan keperawatan (Skala 5 = Consistenly demonstrated)

Intervensi : Kontrol Infeksi


-

Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh klien. Rasional : Agar bakteri dan penyakit tidak menyebar dari lingkungan dan orang lain.

Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar lingkungan dengan cara menutup dengan kasa streril. Rasional : Mengurangi paparan dari lingkungan

Batasi jumlah pengunjung Rasional : Mengurangi organism pathogen masuk ke tubuh pasien.

Ajarkan pasien tekhnik mencuci tangan yang benar.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang ada di tangan


-

Pergunakan sabun anti microbial untuk mencuci tangan Rasional : Mencuci tangan menggunakan sabun lebih efektif untuk membunuh bakteri.

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan Rasional : Mencegah infeksi nosokomial

Terapkan Universal precaution Rasional : Mencegah infeksi nosokomial


-

Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan

Rasional : untuk meminimalkan terkontaminasi mikroba atau bakteri.


-

Anjurkan klien untuk memenuhan asupan nutrisi dan cairan adekuat Rasional : Menjaga ketahanan sistem imun. - Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi Rasional : infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi pada klien - Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi Rasional : agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga penangan lebih efisien - Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu Rasional : untuk mempercepat perbaikan kondisi klien

Proteksi terhadap infeksi


-

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Rasional : agar memudahkan pengambilan intervensi

Monitor hitung granulosit, WBC Rasional : sebagai monitor adanya reaksi infeksi. Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional : untuk mengetahui tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada klien, sehingga memudahkan pengambilan intervensi

Berikan perawatan kulit Rasional : kulit merupakan pertahanan pertama dari bakteri. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase Rasional : merupakan tanda-tanda terjadinya inspeksi. Inspeksi kondisi luka Rasional : untuk mempermudah pengambilan intervensi selanjutnya Dorong masukan nutrisi yang cukup Rasional : nutrisi yang adekuat dapat mempermudah penyembuhan luka. Dorong masukan cairan dan istirahat Rasional : untuk memperbaiki status cairan agar terbentuk turgor kulit yang normal.

Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi Rasional : untuk mencegah terjadinya efek toksik pada obat.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hiperemi dan pembengkakan sekunder akibat penyakit ditandai dengan klien mengatakan malu dengan badannya yang kemerahan, pasien tampak menutup bagian tubuhnya yang kemerahan, klien menolak untuk bertemu dengan kontak mata saat diajak bicara. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ... jam diharapkan pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh, dengan kriteria hasil: Body image: - Gambaran dalam diri klien positif (skala :5). - Kesesuaian antara body reality dengan body ideal positif (skala :5). - Perilaku menggunakan strategi untuk meningkatkan penampilan positif (skala : 5) perawat, klien tidak ada

- Kepuasan terhadap penampilan tubuh positif (skala:5)

Intervensi : Body image enhancement : 1. Tentukan gambaran citra tubuh yang diharapkan klien berdasarkan perkembangan penyakit. Rasional : mengetahui realita dan keinginan dari citra tubuh klien. 2. Tentukan perasaan ketidaksukaan klien terhadap perubahan fisiknya yang menyebabkan gangguan citra tubuh. Rasional : perubahan fisik yang tidak disukai menyebabkan penurunan citra tubuh. 3. Bantu klien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat penyakitnya. Rasional : dengan berdiskusi dapat menentukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan citra tubuh klien. 4. Beri kesempatan berbagai rasa dengan individu yang mengalami pengalamna yangg sama. Rasional: Untuk memberikan motivasi pada klien dari orang-orang yang memiliki penyakit yang sama sehingga dapat meningkatkan citra tubuh. 5. Bantu klien untuk mendiskusiskan stressor yang memepengaruhi citra behubungan dengan penyakit. Rasional : dengan berdiskusi dapat menentukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan citra tubuh klien. 6. Tentukan persepsi klien dengan keluarga mengenai perubahan citra tubuh dengan kenyataan. Rasional: menyesuaikan persepsi dari klien dan keluarga dengan realita dapat meningkatkan citra tubuh. 7. Indetifikasi hal-hal yang dapat menutupi kekurangan bagian tubuh klien dengan menggunakan pakaian, kosmetik jika memungkinkan. Rasional: menutupi kekurangan bagian tubuh klien salah satu intervensi meningkatkan citra tubuh. 8. Bantu orang terdekat untuk mengidentifikasi aspek positif dalam diri klien. Rasional: Untuk meningkatkan citra tubuh. tubuh

9. Dorong kunjungan dari teman terdekat. Rasional: kunjungan teman terdekat dapat memberikan persepsi pada klien bahwa dirinya masih diterima dengan perubahan pada tubuhnya. 10.Anjurkan untuk berbagi dengan individu tentang nilai-nilai dan hal yang penting untuk mereka. Rasional: dengan berbagi dapat mengurangi beban klien. 11.Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional. Rasional: dapat meningkatkan citra tubuh klien. 12.Dukung keluarga untuk beradaptasi. Rasional: keluarga orang terdekat pada klien, dengan keluarga dapat beradaptasi dengan perubahan fisik klien dapat meningkatkan citra tubuh klien. 4. EVALUASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi dan peningkatan tekanan local

akibat agen cidera biologis. Subjektif: -

Klien tidak mengeluh nyeri Klien mengatakan dapat mengenali onset nyeri Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab nyeri Klien melaporkan nyeri terkontrol Klien tidak merintih kesakitan Klien tidak gelisah Wajah klien tampak relaks Klien tidak tampak berkeringat dingin RR dalam batas normal (16 20 x/mnt) Nadi dalam batas normal (60 100 x/mnt) Tekanan darah dalam batas normal (120/80mmHg)

Objektif:

2. Hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi akibat invasi bakteri Staphylococus.

Subjektif : -

Klien melaporkan rasa nyaman. Klien tidak menggigil. Suhu tubuh klien normal (36,5C-37,5C) Nadi dalam batas normal: 60-100x/mnt. RR dalam batas normal: 16-20 x/mnt. TD dalam batas normal: 120/80 mmHg (skala 5 = normal)

Objektif :

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mekanik (tekanan, gesekan,

garukan). Subjektif : - Klien tidak mengeluh nyeri pada lesi kulit. Objektif :
- Temperatur jaringan, sensasi, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, perspirasi, warna,

tekstur, ketebalan kulit baik. - Bebas lesi jaringan - Kulit intak (tidak ada eritema dan nekrosis)

4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak

utuh). Subjektif :
- Klien dapat menyebutkan factor resiko yang dapat menyebabkan penyebaran

infeksi. Objektif :
-

Klien tidak menunjukkan tanda dan gejala penyebaran infeksi.

Klien mampu melakukan tekhnik mencuci tangan yang benar dan

menggunakan sabun antimicrobial.

5.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hiperemi dan pembengkakan sekunder akibat penyakit Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak malu dengan keadaannya.

Objektif -

Klien mau berinteraksi dengan perawat Saat berinteraksi klien mau kontak mata dengan lawan interaksinya. Klien tampak tidak menutup bagian tubuhnya yang kemerahan.

C. PENDIDIKAN KELUARGANYA

YANG

PERLU

DIBERIKAN

KEPADA

PASIEN

DAN

1. Pasien dan keluarga perlu mengetahui penjelasan tentang Folikulitis, Furunkel dan

Karbunkel, meliputi :

Apa definisi Folikulitis, Furunkel dan Karbunkel Apa penyebab-penyebabnya Bagaimana penyakit tersebut bisa terjadi Apa saja tanda dan gejala Folikulitis, Furunkel dan Karbunkel Pilihan terapi apa saja yang tepat yang bisa diberikan kepada klien. Meminimalkan gesekan pakaian. Hindari mencukur di daerah yang sering timbul gatal (jika memang harus dicukur, gunakan silet baru yang bersih atau pisau cukur listrik). Menjaga kebersihan daerah yang gatal. Perbaikan/peningkatan kebersihan pribadi dan lingkungan Menggunakan sabun antiseptik/antikuman Menghindari atau sedikit mungkin menggunakan obat-obatan suntikan intravena Menggunakan pakaian yang ringan yang memudahkan udara atau angin bersikulasi dalam tubuh. Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.

2. Pasien dan keluarganya perlu mengetahui cara-cara pencegahan penyakit ini, antara lain :

3. Pasien dan keluarga pasien perlu mengetahui pentingnya melakukan terapi dan minum obat secara teratur dengan dosis yang tepat agar dapat membantu proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Auliya. 2010]

2006.

Folikulitis,

Bisul,

dan

Karbunkel.

http://ny-amie-

napitupulu.blog.friendster.com/2006/01/follikulitis-bisul-karbunkel/. [Akses: 13 Oktober Dava, 2010. Folikulitis, Bisul, dan Karbunkel. http://anto-dava.blogspot.com/2010/06/follikulitisbisul-karbunkel.html. [Akses: 13 Oktober 2010] Faizal. 2008. Karbunkel. http://www.scribd.com/doc/8648890/Karbunkel. [Akses: 13 Oktober 2010] McCloskey&Bulechek. 2004. Nursing Interventions Classification, Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier Midiasari, Ika. 2010. Karbunkel pada Pasien Kebersihan Kurang. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php? page=Karbunkel+pada+Pasien+dengan+Kebersihan+kurang+. [Akses: 13 Oktober 2010] NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: Prima Medika Nurcahyo. 2008. Folikulitis, Bisul, dan Karbunkel. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13383follikulitis-bisul-and-karbunkel/. [Akses: 13 Oktober 2010] Rudi, Saa. 2009. Folikulitis. http://jangan-sakit.blogspot.com/2009/10/folikulitis.html. [Akses: 13 Oktober 2010] Satter Kline, Elizabeth, MD, MPH.2010.Folikulitis.http://www.emedicine/emedicinespesialisasi/dermatologi/penyakit-adneksa/folikulitis.[Akses: 13 Oktober 2010] University IOWA. 2008. Nursing Outcomess Classification, Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai