Anda di halaman 1dari 3

Siapapun bisa jadi Duta Negara (Mahasiswa IELSP di Amerika Serikat sebagai Duta Budaya Indonesia) Nama Tempat,

Tanggal Lahir Nama Orangtua Motto : Sucita Pri Ramadinda : Padang, 30 Maret 1990 : Edi Moddin dan Efrinda Anak pertama dari 3 bersaudara : Always do everything with the best effort you can and do it with your heart (Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan usaha terbaikmu dan lakukanlah hal tersebut dengan hati) Hidup adalah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya : Mahasiswa Hubungan Internasional UNAND-Skripsi Aktif Organisasi (Pengurus DPD KNPI Sumbar Periode 20112013 & Pengurus AMPI Sumbar Periode 2012-2017) : Olahraga(renang, bersepeda, & jogging), membaca, travelling : - Grantee Beasiswa IELSP (Indonesia English Language Study Program)Cohort-8, Iowa State University, USA, 2011 - Sabuk Hitam-Karate - Delegasi Sumbar dalam International Youth Climate Forum (IYCF) Makassar 2010.

Kegiatan

Hobby Prestasi

Halo, perkenalkan saya Suci, saat ini saya mahasiswa tingkat akhir HI UNAND dan sedang menyelesaikan skripsi. Ya, saya mengambil jurusan Hubungan Internasional(HI) bukan karena suatu kebetulan. Saya sudah berniat untuk mengambil jurusan HI semenjak saya kelas 2 SMA. Meskipun semasa SMA jurusan saya IPA, tetapi entah mengapa saya lebih merasa cocok untuk belajar ilmu sosial dibandingkan ilmu eksakta. Oleh karena, berkat terinspirasi dari berbagai cerita dan buku bacaan PPKn di kelas 2 SMA mengenai Hubungan Luar Negeri, Diplomasi dan Diplomat, saya kemudian telah menanamkan cita-cita saya sejak saat itu Saya juga akan menjadi seorang diplomat atau duta besar dan saya juga akan keliling dunia dan menyinggahi banyak negara di dunia ini. CIta-cita saya sebelumnya untuk menjadi dokter pun telah saya kubur dalam-dalam, mengingat cara belajar saya yang tidak akan cocok dengan gaya belajar yang dituntut pada seorang mahasiswa kedokteran (yang

super rajin). Cita-cita ini tetap saya pegang dan saya coba realisasikan dengan mengambil jurusan HI di beberapa PTN di beberapa tes masuk perguruan tinggi. Alhamdulillah saya kemudian diterima sebagai mahasiswa HI UNAND. Hal ini tentu menjadi salah satu dream comes true, satu langkah lebih dekat dengan cita-cita saya. Berbagai mata kuliah/pelajaran di kuliah saya dan beberapa kegiatan yang saya ikuti selama saya kuliah pun kemudian sangat sesuai dan mendukung dengan minat dan bakat saya bahasa Inggris dan segala hal yang berkaitan dengan hubungan internasional- . Di semester 7, saya beruntung dapat lulus menjadi salah satu penerima beasiswa IELSP, yaitu beasiswa untuk belajar bahasa Inggris dan kebudayaan Amerika di Amerika Serikat selama delapan minggu. Kesempatan ini tentu menjadi salah satu impian saya yang lain yang menjadi kenyataan. Saya sendiri tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan untuk keluar negeri secepat ini. Ke Amerika Serikat pula! Sebuah negara adidaya, negara maju yang cukup memiliki pengaruh besar di dunia saat ini, baik itu militer-keamanan, sosialekonomi, bahkan budaya. Pengalaman belajar di Amerika Serikat tentu saja menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup saya. Saya bersama 18 orang mahasiswa lainnya dari seluruh Indonesia ditempatkan untuk belajar di Iowa State University, Kota Ames, Iowa, Amerika Serikat. Banyak hal baru yang saya temui dan pelajari disana. Tidak hanya saja pelajaran dari dalam kelas, dari kehidupan sehari-hari saat di Amerika pun memberikan sebuah kesan dan pelajaran tentang bagaimana budaya suatu bangsa mempengaruhi karakter dan kepribadian orang-orang disana dan tentunya kemajuan bangsa tersebut. Waktu menjadi hal yang sangat penting disana. Telat 1 atau 2 menit merupakan suatu hal yang memalukan. Bahkan tidak hanya mahasiswa saja yang merasa canggung dan malu jika terlambat masuk kelas, para dosen pun akan meminta maaf pada mahasiswanya jika mereka merasa terlambat semenit saja. Di Amerika saya bertemu orang dari berbagai negara selain orang Amerika itu sendiri tentunya, seperti teman-teman saya dari Arab, Qatar, China, Korea, Mesir, Malaysia, India, Rusia dan Niger(Afrika). Dan tidak lupa saya juga bertemu dengan saudara-saudara se-tanah air yang sedang menuntut ilmu di negeri Paman Sam ini. Bertemu dan menjalin pertemenan dengan orang-orang baru dari berbagai macam latar belakang budaya dan bangsa sangatlah menarik dan berkesan. Diversitas budaya maupun agama yang tinggi yang kami rasakan saat tinggal di Amerika ini tidaklah mengurangi rasa solidaritas, bahkan rasa solidaritas dan saling menghargai terhadap orang yang berbeda agama sangat terasa. Koordinator kami, Ms. Alyssa Xiong, merupakan seorang Amerika dan bukan seorang muslim pun mengantarkan kami ke mesjid, yang sepertinya merupakan satu-satunya mesjid di kota tersebut. Begitu

pula ketika kami akan menunaikan shalat zuhur yang biasanya berada di antara waktu perkuliahan di kampus, kami dipersilakan untuk menggunakan ruang pustaka yang ada sebagai tempat shalat kami. Ternyata disamping kami diberi kesempatan untuk belajar bahasa Inggris secara lebih intensif dan mempelajari budaya Amerika, kami juga diharuskan untuk menampilkan kebudayaan daerah masing-masing. Saya sebagai perwakilan Sumatera Barat pun menampilkan tari piring. Berbagai tarian daerah lainnya pun juga ditampilkan oleh temanteman saya dari daerah lain. Kami menampilkan berbagai macam pertunjukkan seni daerah khas Indonesia ini didalam acara perpisahan semester. Kami juga menarikan tari saman dari Aceh bersama-sama dan mendapatkan applause yang meriah dari penonton. Tidak lupa diakhir acara kami menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Indonesia Pusaka. Salah seorang guru saya yang menjadi penonton pada hari itu pun, menyatakan rasa kagum dan terharunya saat kami menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Ia mengatakan meskipun dia tidak mengerti apa arti dari lirik lagu tersebut, namun ia dapat merasakan lagu itu menceritakan tentang tanah air kami yang sangat kami banggakan, cintai dan kami rindukan saat berada di sana. Dengan menjadi salah satu mahasiswa Indonesia yang mendapatkan kesempatan mengikuti program ini, saya kemudian menyadari bahwa sebenernya kami yang dikirim ke Amerika ini merupakan representasi dari Indonesia itu sendiri. Hal ini juga berarti secara tidak langsung kami adalah diplomat atau duta budaya Indonesia. Seperti salah satu pelajaran yang saya dapatkan di mata kuliah Diplomasi saya, bahwa di zaman ini, diplomasi tidak hanya saja dapat dilakukan pada level pemerintah atau para pejabat diplomat negara saja, akan tetapi diplomasi kini dapat dilakukan pada level individu. Berbagai program pertukaran mahasiswa yang mengirimkan pesertanya keluar negeri merupakan salah satu cara diplomasi Indonesia saat ini. Maka para mahasiswa program ini ialah para duta bangsa Indonesia khususnya Duta Budaya. Bagi saya tetap konsisten dan pantang menyerah dalam mengejar mimpi dan cita-cita merupakan hal yang sangat penting. Dukungan orang tua, keluarga, dan sahabat pun juga sangat memberikan efek yang luar biasa dan positif dalam mengejar cita-cita.

Anda mungkin juga menyukai