LAPAN, Jl. Lapan No. 70 Jakarta 13710, INDONESIA Telp. + 62 21 8717715; 8710786, Fax. + 62 21 8717715
Abstrak
Secara nasional potensi perikanan Indonesia sebesar 6.4 juta ton/tahun dan baru termanfaatkan sebesar 63.5% atau sebesar 4.1 juta ton/th (Dahuri, 2003 dan Salim, 2002). Terlihat tingkat pemanfaatan (exploitation rate) masih belum optimal. Potensi tersebut tersebar di seluruh perairan Indonesia dengan potensi dan tingkat pemanfaatan yang berbeda. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia menghadapi beberapa kendala, contohnya antara lain kondisi masyarakat pesisir, khususnya nelayan yang masih termarginalkan, adanya gejala overfishing di beberapa wilayah perairan, atau adanya pencurian ikan oleh armada nelayan asing. Hubungan antara kemiskinan nelayan dan gejala overfishing serta pencurian ikan, antara lain disebabkan kurangnya informasi atau ketidaktahuan nelayan mengenai daerah-daerah surplus perikanan/berpotensi ikan yang sifatnya sangat seasonable dan conditional. Kurangnya informasi ini menyebabkan terjadinya rutinitas penangkapan ikan pada areal yang sama, sementara di lain tempat nelayan asing yang sudah mempunyai informasi yang handal menangkap ikan di daerah yang surplus yang seharusnya menjadi hak nelayan lokal. Peran IPTEK sangat sangat diperlukan disini, dimana tanpa adanya dukungan IPTEK yang handal akan sulit bagi nelayan untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini mengelilingi mereka. Salah satu teknologi yang dapat memberikan informasi kepada nelayan lokal mengenai wilayah perairan yang surplus ikan adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Sejak tahun 2002 LAPAN telah melakukan kegiatan bagi nelayan perikanan tangkap yaitu melalui kegiatan produksi dan distribusi informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). Dalam melaksanakan kegiatan produksi dan distribusi informasi ZPPI di tahun 2005 ini LAPAN membagi wilayah distribusi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat dan timur Indonesia. Wilayah timur Indonesia meliputi daerah Pekalongan, Madura, Situbondo, Bali, Balikpapan, Makassar, Parepare, Nusa Tenggara Timur dan Biak. Sampai dengan bulan Juli 2005 telah dihasilkan 784 informasi ZPPI dimana 89.4% atau sebanyak 701 informasi ZPPI telah terdistribusikan ke 9 daerah di wilayah timur Indonesia tersebut.
Kata Kunci : Produksi Inormasi, Perikanan Tangkap, Zona Potensi Penangkapan Ikan
1. PENDAHULUAN Wilayah Republik Indonesia sebagian besar berupa laut, oleh karena itu wilayah Indonesia sering disebut sebagai benua maritim. Sebagai archipelagic state (negara kepulauan) dengan luas laut 5.8 juta km2 Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam potensi sumberdaya perikanan dan kelautan. Laut Indonesia terbagi dalam wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 2.7 juta km2 dan Laut Teritorial sebesar 3.1 juta km2. Keunggulan komparatif di atas tidak serta merta menunjukkan kemajuan dalam sektor perikanan. Tanpa melakukan pengelolaan sumberdaya secara baik maka keunggulan tersebut kurang berarti.
Secara nasional potensi perikanan Indonesia sebesar 6.4 juta ton/tahun dan baru termanfaatkan sebesar 63.5% atau sebesar 4.1 juta ton/th (Dahuri, 2003 dan Salim, 2002). Terlihat tingkat pemanfaatan (exploitation rate) masih belum optimal. Potensi tersebut tersebar di seluruh perairan Indonesia dengan potensi dan tingkat pemanfaatan yang berbeda. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia menghadapi beberapa kendala yang krusial, contohnya antara lain kondisi masyarakat pesisir, khususnya nelayan yang masih termarginalkan, adanya gejala overfishing di beberapa wilayah perairan, atau adanya pencurian ikan oleh armada nelayan asing. Hubungan antara kemiskinan nelayan dan gejala
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 95
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
overfishing serta pencurian ikan, antara lain disebabkan kurangnya informasi atau ketidaktahuan nelayan mengenai daerah-daerah surplus perikanan/berpotensi ikan yang sifatnya sangat seasonable dan conditional. Kurangnya informasi ini menyebabkan terjadinya rutinitas penangkapan ikan pada areal yang sama, sementara di lain tempat nelayan asing yang sudah mempunyai informasi yang handal menangkap ikan di daerah yang surplus yang seharusnya menjadi hak nelayan lokal. Peran IPTEK sangat sangat diperlukan disini, dimana tanpa adanya dukungan IPTEK yang handal akan sulit bagi nelayan untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini mengelilingi mereka. Salah satu teknologi yang dapat memberikan informasi kepada nelayan lokal mengenai wilayah perairan yang surplus ikan adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Penginderaan jauh mempunyai potensi untuk aplikasi bagi perikanan tangkap. Beberapa parameter yang diperlukan untuk analisis daerah potensial untuk penangkapan ikan dapat diperoleh dari penginderaan jauh, diantaranya suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan. Dari informasi sebaran suhu permukaan laut dapat diidentifikasi daerah upwelling dan front termal yang merupakan daerah potensi perikanan. Konsentrasi klorofil permukaan menunjukkan tingkat kesuburan perairan di mana daerah yang subur merupakan daerah potensi perikanan. Analisis pola sebaran dan nilai suhu dan konsentrasi klorofil permukaan menghasilkan informasi zona potensi penangkapan ikan yang selanjutnya dapat diaplikasikan sebagai acuan bagi nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai salah satu lembaga penelitian pemerintah sejak tahun 2002 telah berkontribusi dalam memberikan informasi mengenai daerah potensi penangkapan ikan atau yang biasa disebut informasi zona potensi penangkapan ikan (ZPPI)
Gambar 1. Project Area untuk Kegiatan Produksi Informasi Bagi Nelayan Perikanan Tangkap Tahun 2005
kepada nelayan lokal melalui kegiatan produksi informasi bagi nelayan perikanan tangkap. Dimana di dalam pendistribusian informasi ZPPI tersebut melibatkan Pemda, Dinas Perikanan dan Kelautan, LSM dan nelayan itu sendiri. Dalam melaksanakan kegiatan produksi dan distribusi informasi ZPPI di tahun 2005 ini LAPAN membagi wilayah distribusi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat dan timur Indonesia. Wilayah timur Indonesia meliputi daerah Pekalongan, Madura, Situbondo, Bali, Balikpapan, Makassar, Parepare, Nusa Tenggara Timur dan Biak (Gambar 1). 2. METODOLOGI PENELITAN Penyusunan informasi zona potensi penangkapan ikan mencakup analisis kondisi lingkungan yang potensial sebagai tempat berkumpulnya ikan, serta menggabungkan dengan informasi pendukung seperti kondisi cuaca (untuk mendukung keselamatan pelayaran dalam operasi penangkapan ikan), peta batimetri, dan informasi arah arus. Tahapan pengolahan data meliputi pengolahan data penginderaan jauh, analisis zona potensi penangkapan ikan, dan pengolahan sistem informasi geografi (SIG). Pengolahan data penginderaan jauh terdiri dari pemilihan data NOAA dan Feng Yun-1D yang bebas awan. Selanjutnya melakukan perhitungan suhu permukaan laut (SPL) dari data NOAA dan kandungan klorofil dari data Feng Yun-1D. Pengolahan data SPL menggunakan model yang telah dikembangkan oleh LAPAN yaitu formula Mc.Millin and Crosby pada persamaan (1),
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 96
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
dilakukan secara komputerisasi menggunakan metode multi saluran yang dilakukan oleh Yokohama dan Tanba (1991), yaitu panduan data digital kanal 4 dan kanal 5. SPL = Tb4+2.702(Tb4-Tb5)-0.582-273.582......(1) Keterangan Tb = Temperature Brightness Data Feng Yun yang digunakan diperoleh dari hasil perekaman sistem Time Step, mempunyai format data Time Step. Pengolahan awal dilakukan dengan menggunakan program HRPT Reader untuk mengimport data dan melakukan koreksi geometrik sistematik data Feng Yun untuk setiap kanal. Hasil koreksi geometrik sistematik mempunyai format BMP, dan selanjutnya digunakan program Adobe Photoshop untuk melihat ukuran baris dan kolomnya, dan menyimpan data tersebut dalam format RAW. Pengolahan selanjutnya dilakukan dalam ER Mapper, dengan proses-proses seperti import data, registrasi citra terhadap peta acuan, pemilihan lokasi dan selanjutnya tahap aplikasi lanjutan (pemisahan awan, darat, laut, menentukan konsentrasi klorofil). Algoritma yang digunakan dalam penentuan konsentrasi klorofil pada Fengyun-1D adalah algoritma OC4-V4 (OReilly et al.,1998), yaitu : Log10 (C) = a0 + a1 L+ a2 L2 + a3 L3..(2) dimana L=Log10 (R), sehingga C = 10 (a0 + a1*R + a2*R^2 + a3*R^3) + a4(3) dimana : R = log (band 8/band 9) C = Klorofil a (mg/m3) a0 = 0.4708 a1 = -3.8469 a2 = 4.5338 a3 = -2.4434 a4 = -0.0414 Analisis zona potensi penangkapan ikan dilakukan dengan overlay kontur suhu permukaan laut dengan citra sebaran klorofil (Gambar 2). Kemudian, mengidentifikasi daerah front termal, upwelling dan menentukan posisi ZPPI. Zona potensi penangkapan ikan diidentifikasi pada daerah upwelling dan front termal. Daerah yang telah teridentifikasi sebagai zona potensi penangkapan ikan selanjutnya ditandai dengan gambar ikan.
Daerah potensi penangkapan ikan tersebut memiliki luasan dengan radius 3 km dari pusat koordinat yang diinformasikan, hal ini didasarkan dari hasil penelitian Narain, 1993, bahwa daerah potensi penangkapan ikan berada pada batas pertemuan dua massa air (front) dengan radius tiga kilometer di sebelah kiri dan kanan batas tersebut. Data sekunder yang digunakan selain data kandungan klorofil adalah data arah arus harian dari Jason dan TOPEX/Poseidon. Informasi arah arus tersebut dimasukkan dalam lembar informasi ZPPI sebagai parameter pendukung. Pengolahan SIG meliputi konversi posisi ZPPI dari format raster menjadi vektor, dan overlay posisi ZPPI dengan basemap dan peta informasi pendukung. Informasi ZPPI di sajikan dalam bentuk peta ZPPI ukuran A4 (Gambar 2). Selanjutnya, informasi zona potensi penangkapan ikan harian akan dikirimkan ke 9 daerah di wilayah timur Indonesia untuk diterapkan dan dimanfaatkan oleh nelayan melalui kantor Dinas Perikanan dan Kelautan (DISKAN), atau kantor Pelabuhan Perikanan Indonesia (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) setempat dengan menggunakan mesin faksimili atau internet. Keberhasilan dari pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk perikanan ini juga terpulang kepada improvisasi para nahkoda/nelayan yang secara naluri dengan pengalaman tradisionalnya dapat membaca variasi dan kondisi medan pada saat proses penangkapan berlangsung di sekitar zona potensi ikan dari data zona potensi ikan yang digunakan.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 97
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
36 32 31 27 5 326
39 38 38 35 6 378
37 34 34 29 10 336
3. HASIL Produksi informasi bagi nelayan perikanan tangkap di 9 wilayah kegiatan (Pekalongan, Madura, Situbondo, Bali, Balikpapan, Makassar, Parepare, Nusa Tenggara Timur dan Biak) dilakukan secara terus-menerus setiap hari sesuai dengan data NOAA yang direkam pada semua lintasan dan data Feng Yun-1D serta data TOPEX yang tersedia. Data NOAA yang digunakan merupakan data hasil akuisisi satelit NOAA 12, 15 dan 16. Adapun Jumlah data NOAA yang terekam dan diolah mulai Januari sampai dengan Juli 2005 untuk masing-masing projek area terdapat pada Tabel 1. Hingga bulan Juli 2005 dihasilkan sebanyak 784 Lembar Informasi ZPPI atau sekitar 30 persen dari total keseluruhan data yang diperoleh. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh tingginya liputan awan di Indonesia. Sehingga hanya sedikit liputan citra yang bebas awan dan dapat diolah lebih lanjut. Jumlah lembar informasi yang terkirim dari bulan Januari sampai dengan Juli 2005 sebanyak 701 lembar atau 89,4% dari keseluruhan informasi yang dihasilkan. Sedangkan informasi yang tidak dapat terkirim sebanyak 83 lembar atau 10.6%.
Tabel 1. Jumlah data NOAA yang terekam dan diolah selama Bulan Januari - Juli 2005 Wilayah Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli
Lembar informasi ZPPI yang tidak dapat terkirim dikarenakan adanya gangguan komunikasi saat pengiriman informasi (peralatan faksimili di daerah tidak difungsikan sesuai mekanisme distribusi informasi yang telah ditentukan) dan belum tersedianya biaya operasional tersendiri dari Dinas setempat (belum adanya dukungan program pemanfaatan informasi ZPPI secara swadaya di daerah tersebut). Sehingga kegiatan aplikasi di lapangan sangat bergantung pada program implementasi dan pembinaan yang dilakukan oleh LAPAN. Rincian jumlah lembar informasi ZPPI yang berhasil dikirim maupun yang tidak dapat terkirim ke daerah selama bulan Januari hingga Juli 2005 ditampilkan pada Tabel 2. Secara umum, bulan April dan Mei terjadi penurunan jumlah produksi informasi ZPPI yang dihasilkan (Gambar 3). Seharusnya pada bulanbulan ini jumlah peta bertambah karena liputan awan makin sedikit, namun pada kenyataannya masih terdapat liputan awan yang cukup besar. Produksi informasi ZPPI untuk project area Biak kecil disebabkan oleh kurangnya cakupan daerah lintasan data NOAA yang terekam. Kegiatan produksi informasi ZPPI untuk project area Pekalongan, Bali dan Makassar telah dilakukan sejak tahun 2002 hingga saat ini. Adapun jumlah informasi ZPPI ketiga project area tersebut ditampilkan pada Gambar 4. Hasil aplikasi informasi ZPPI di lapangan dilaporkan dalam suatu laporan bulanan (feedback) oleh petugas teknis di masing-masing daerah. Petugas teknis lapangan merupakan staf Dinas Kelautan dan Perikanan setempat yang ditunjuk oleh LAPAN. LAPAN menyediakan dana operasional dan honor untuk staf teknis tersebut. Melalui kegiatan ini diharapkan pada akhir kegiatan dapat diketahui
Januari
40 36 41 40 38
41 35 40 40 39
49 39 49 47 48
55 54 50 49 48
44 47 45 45 40
49 47 44 43 39
41 37 40 37 37
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 98
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
Tabel 2. Jumlah Lembar Informasi ZPPI, Data Terkirim dan Tidak Terkirim Selama Bulan Januari Sampai Juli 2005
Wilayah
Lembar informasi ZPPI Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul PKL C 10 7 13 9 12 12 14 PKL D 9 12 13 9 7 14 11 MDR 10 12 21 13 15 23 22 13 13 18 12 14 24 22 STB 15 18 15 8 14 19 15 BLI 6 16 17 7 11 18 12 BPP 3 6 9 7 6 17 12 MKS 3 8 5 8 6 15 15 PAR 4 9 6 11 8 14 9 NTT 3 4 4 5 5 4 3 BIA 76 105 121 89 98 160 135 Total 784
Jan 5 4 6 6 7 4 3 3 4 0 42
Jan 5 5 4 7 8 2 0 0 0 3 34
Jul 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 5
200
respon atau tingkat pemanfaatan informasi ZPPI untuk nelayan di daerah. Sehingga pola pemanfaatan teknologi dan informasi ZPPI yang telah dilakukan selama ini dapat lebih terarah sesuai kebutuhan masyarakat di daerah. Hasil feedback dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung untuk project area Bali ditampilkan pada Gambar 5. Ternyata informasi ZPPI belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan setempat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor keterbatasan para nelayan antara lain jangkauan melaut (Tonase kapal 1-8 GT), sarana navigasi dan peralatan pendukung lain seperti fish finder. Dari hasil feedback ini diketahui hasil tangkapan berkisar antara 500 Kg hingga 2 Ton lebih dengan alat tangkap yang digunakan Gillnet, jenis tangkapan dominan Cakalang, Tongkol dan Bengkunis.
Gambar 3. Jumlah Total Lembar ZPPI yang Dihasilkan Selama Bulan Januari-Juli 2005 untuk Seluruh Projek Area
PE KA LO
PROJECT AREA
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 99
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
4. KESIMPULAN Produksi informasi zona potensi penangkapan ikan untuk sembilan daerah di wilayah timur Indonesia (Pekalongan, Madura, Situbondo, Bali, Balikpapan, Makassar, Parepare, Nusa Tenggara Timur dan Biak) menghasilkan sejumlah 784 informasi ZPPI dari bulan Januari sampai Juli 2005. Jumlah ini masih di bawah target, karena tidak semua peta tersedia untuk seluruh projek area secara harian. Dari segi metodologi, kendala yang cukup besar adalah liputan awan. Perlu dilakukan perbaikan metodologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas peta yang dihasilkan, berupa metode eliminasi awan, dan penambahan sumber data yang digunakan baik data satelit maupun data oseanografi dan perikanan agar dapat lebih mengoptimalkan program pemanfaatan informasi ZPPI selanjutnya. Sehingga pola pemanfaatan teknologi dan informasi ZPPI yang telah dilakukan selama ini dapat lebih terarah sesuai kebutuhan masyarakat di daerah. Untuk lebih mengoptimalkan hasil dan memantau tingkat keberhasilan kegiatan produksi informasi bagi nelayan perikanan tangkap diperlukan adanya; pelaporan (feedback) hasil kegiatan aplikasi dari nelayan yang lebih lengkap dan rinci (mengingat masih adanya kerahasian mengenai daerah dan jumlah tangkapan di kalangan nelayan
sendiri) serta kontinyu, distribusi dan penyampaian informasi zona potensi penangkapan ikan yang cepat dan tepat waktu (keterbatasan sarana seperti mesin fax/internet, radio komunikasi di lapangan akan menghambat penyampaian informasi ke nelayan). DAFTAR PUSTAKA
Dewayany Sutrisno. Fenomena Alam Dan Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh: Hakekat Ilmu Untuk Produktivitas Perikanan. dewayani@bakosurtanal.go.id
Dahuri, R, 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hartuti M., 2004. Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Perikanan Tangkap. Seminar Sehari Komunikasi Ilmiah Antara Departemen Teknik Geodesi Ftsp ITB Dengan Lapan. Jakarta. Narain, A, 1993. Remote Sensing and Fisheries Exploratipn: Case Studies. Lecture Note, Workshop on Application of Satellite Remote Sensing for Identifying and Forecasting Potensial Fishing Zones in Development Countries. National Remote Sensing Agency, Hyderabad. 7 11 December 1993. India.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 100
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
Prayogo, T., J. Kurniawan, P. Astuti, P.P. Sari, Y. Marini, R. Kurniawan, Y. Prayitno, N. Prodiana, dan V. Susanti, 2004. Produksi Informasi bagi Nelayan Perikanan Tangkap. Laporan Semester 1, Program Pemanfaatan Teknologi Dirgantara untuk Pembangunan Ekonomi Daerah, Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh (PUSBANGJA) LAPAN. Salim., S. 2002. Kebijakan opresional pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
SDA - 101