Anda di halaman 1dari 9

JAMKESMAS Mimpi Buruk bagi Rakyat Miskin

Abstrak Menggambarkan potret betapa mahalnya zaman sekarang ini, semakin kompleks zaman ini, maka semakin kompleks juga kebutuhan yang harus di penuhi.Tidak terkecuali kesehatan. Sebagian besar pasien miskin pemegang kartu jamkesmas, Jamkesda, Gakin dan SKTM masih mengeluhkan pelayanan rumah sakit, keluhan tersebut terkait dengan pelayanan administrasi. Sebenarnya sudah tidak zamannya lagi jika masih ada salah satu rumah sakit yang membeda-bedakan berdasarkan penghasilan seseorang.Peran pemerintah pun selalu diharakan bagi golongan menengah kebawah ini. Sudah sering kita mendengar janji-janji pemerintah daerah maupun pusat yang menyatakan perbaikan dalam pelayanan kesehatan ini. Meskipun sudah ada perubahan, tapi masih jauh dari kepuasan.

Kata kunci : Kondisi Sosial, Kondisi politik, Rakyat miskin.

1. Pendahuluan

Berbicara mengenai kesehatan, pemerintah sudah mempunyai program yang bernama JAMKESMAS, JAMKESMAS adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah

Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

Artikel ini ditulis denagn tujuan memberikan pengetahuan dan wawasan kepada khalayak, bagaimana program pemerintah ini berjalan, apakah sudah semestinya, akhir-akhir ini kita sering mendengar keluhankeluhan rakyat miskin dalam hal kesehatan. Rakyat miskin menuntut haknya untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah.

2. Pembahasan

Salah satu penyebab belum membaiknya pelayanan rumah sakit adalah pengambil kebijakan (policy maker) dan pengelola rumah sakit belum menjadikan suara dan keluhan pasien miskin dalam peningkatan pelayanan rumah sakit.Hal ini terlihat dari masih belum bekerjanya

mekanisme komplain rumah sakit.Pasien miskin tidak tahu bagaimana dan pada siapa menyampaikan keluhannya pada pihak rumah sakit. Selain itu, mereka masih enggan dan khawatir keluhan tersebut akan berdampak terhadap pelayanan yang akan diberikan rumah sakit.

Hal ini bertentangan dengan UU N0.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.Sebagai pengguna pelayanan publik, pasien miskin memiliki hak untuk menyampaikan keluhan, menanyakan tindak lanjut keluhan, dan bahkan mengetahui perbaikan pelayanan yang dilakukan oleh penyedia pelayanan publik pasca pengaduan yang telah disampaikannya.

Sementara itu, pemerintah pusat dan daerah tak kunjung membentuk BPRS (Badan Pengawas Rumah Sakit).Badan diharapkan dapat menampung keluhan pasien miskin terkait pelayanan rumah sakit.Selain itu, badan ini juga diharapkan mampu menekan pihak rumah sakit untuk memperbaiki pelayanan rumah sakit pasca pengaduan pasien miskin.Sayangnya, Kementrian Kesehatan belum kunjung menyusun RPP (rancangan peraturan pemerintah) sebagaimana diamanatkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Alhasil, BPRS belum kunjung terbentuk sejak undang-undang tersebut disahkan tahun 2009. Selain itu, keluhan pengurusan administrasi rumah sakit termasuk paling banyak dikeluhkan.Selain keluhan administrasi, keluhan

pengurusan administrasi SKTM yang memakan waktu dan biaya cukup

besar.Pengguna kartu SKTM biasanya berasal dari pasien sadikin sakit sedikit menjadi miskin-yang tidak mendapatkan kartu berobat gratis (Jamkesmas, Jamkesda dan Gakin).Mereka terpaksa mengurus keringanan biaya berobat (SKTM) karena tidak mampu menutupi besarnya biaya tersebut.Akan tetapi, mengurus SKTM membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.

Terkait masalah ini, maka pembiayaan kesehatan gratis melalui jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi penting (universal coverage).Hal ini untuk menghindari pengurusan administrasi yang rumit dan merugikan pasien miskin. Sayangnya, meski telah ada UU No. 44 Tahun 2010 tentang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) yang memiliki jaminan kesehatan akan tetapi RUU BPJS sebagai pelaksananya belum kunjung terwujud. Sampai saat ini, RUU tersebut telah dibahas DPR dan dalam perdebatan yang tidak substantif.DPR seharusnya menggunakan ukuran kesejahteraan rakyat dalam

membentuk UU BPJS ketimbang memperhatikan kepentingan kelompok politik dan bisnis tertentu. Masih ingat dalam benak kita kasus Bilqis, balita yang harus menerima kenyataan mengalami kerusakan hati dan harus dilakukan transplantasi/ cangkok hati.Semua masyarakat Indonesia membantu bilqis agar dapat tertolong. Sayangnya pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan agak lambat dalam turun tangan ikut menangani kasus ini. Saya sangat yakin masih ada banyak balita yang menderita dan tidak seberuntung Bilqis Anindita Passa.Media dengan gencar melakukan

pemberitaan barulah pemerintah bergerak turun tangan.Belum lagi soal birokrasi yang rumit terhadap orang miskin yang sakit ditambah adanya pungutan liar(pungli) yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak memiliki rasa prikemanusiaan, makin lengkap lah penderitaan orang miskin. Biaya administrasi dan obat yang mahal. Sudah semestinya golongan menengah kebawah diperlakukan layaknya orang mampu dan tidak ada pembedaan dalam pelayanan kesehatan.Bagaimanapun mereka juga manusia, yang sudah seharusnya mendapatkan hak asasi yang harus mereka peroleh.Peran aktif pemerintah harus ditingkatkan dalam menyediakan pelayanan

kesehatan yang memadai baik daerah perkotaan, perdesaan, maupun pedalaman.Diharapkan dapat terwujud masyarakat sehat diseluruh pelosok Indonesia. Sedangkan untuk Sasaran program Jamkesmas ini adalah masyarakat miskin tidak mampu diseluruh indonesia dan yang tidak termasuk sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya, masyarakat miskin dan tidak mampu yang ditetapkan oleh bupati/walikota sesuai kuota,

Gelandangan, pengemis, anak terlantar, Peserta program keluarga harapan (PKH), Maskin penghuni lapas, panti sosial, rutan dan korban bencana alam pasca bencana . Jumlah sasarannya yaitu 76,4 juta jiwa, dan tidak termasuk penduduk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Sasaran Jamkesmas saat ini masih sama dengan Tahun 2009 yakni 76,4 juta meski data masyarakat miskin menurut BPS Tahun 2008 telah turun menjadi 60,39 juta. Baseline data kepesertaan Tahun 2010 tetap menggunakan data sebelumnya. Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan pada Tahun 2010, terdapat kelompok peserta baru menjadi sasaran peserta Jamkesmas, yaitu : a) Masyarakat miskin penghuni Lapas/Rutan dengan melampirkan surat keterangan dari Kepala Rutan/Kepala Lapas setempat. b) Masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, melalui Surat Keputusan Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota setempat, selanjutnya Kementerian Kesehatan akan segera membuatkan kartu Jamkesmas. c) Masyarakat miskin akibat bencana pasca tanggap darurat sebagaimana yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat. d) Untuk semua kepesertaan diatas, SKP diterbitkan petugas PT. Askes (Persero). Serta terdapat perhatian khusus kepada peserta Jamkesmas yang belum masuk database seperti bayi baru lahir dari keluarga miskin, anak terlantar/gelandangan/pengemis (rekomendasi Dinas Sosial), peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Untuk administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero) Tidak akan ada orang yang mengharapkan sakit, meskipun sakit yang di derita dalam skala ringan, misalnya pening-pening,gatal-gatal, dll. Pepatah mengatakan mencegah lebih baik daripada mengobati, memang tidak ada yang salah dengan statement tersebut, akan tetapi

sakit tidak mungkin dapat diprediksi. Karena sakit merupakan pemberian tuhan agar kita semua selalu mengingat-Nya. Kenyataannya selalu ada kasta jika orang miskin sakit, selalu ada perbedaan dengan orang kaya.Ibaratkan orang miskin itu adalah kasta terendah serta orang kaya itu adalah kasta tertinggi.Penanganannya pun juga berbeda, orang miskin selalu yang paling akhir.Padahal nyawa manusia tidak ternilai harganya dan hak hidup merupakan hak asasi setiap manusia di dunia.Sebenarnya sudah tidak zamannya lagi jika masih ada salah satu rumah sakit yang membeda-bedakan bedasarkan penghasilan seseorang.

Peran pemerintah pun selalu diharapkan bagi golongan menengah kebawah ini.Sudah sering kita mendengar janji-janji pemerintah baik pemerintah daerah maupun pusat yang menyatakan perbaikan dalam pelayanan kesehatan ini.Meskipun sudah ada perubahan, tapi masih jauh dari kepuasan.

3.Penutup

Berdasarkan uraian terdahulu, dapat disimpulkan beberapa hal berkaitan dengan banyaknya pasien miskin pemegang kartu Jamkesmas, masih mengeluhkan pelayanan rumah sakit.

Diantara jenis pelayanan rumah sakit, pengurusan administrasi merupakan pelayanan paling banyak dikeluhkan oleh pasien miskin, selain itu factor sarana dan prasarana, keberadaan tenaga medis yang masih jauh dari cukup, profesionalisme tenaga kesehatan dan regulasi harga obat turut menjadi alsan mengapa masyarakat sulit mendapatkan hak Jaminan kesehatan.melihat hal itu bekerjasama serta disarankan untuk semua pihak agr dapat

- Peran aktif pemerintah harus ditingkatkan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang memadaibaik daerah perkotaan, pedesaan, maupun pedalaman.

- Dihimbau agar setiap rumah sakit di Indonesia janagn pernah melakukan penolakan terhadap pasien, pasalnya kementrian kesehatan telah berupaya untuk memaksimalkan program Jaminan kesehatan

Masyarakat (JAMKESMAS).

- Meningkatkat kualitas dokter, perawat sarana dan prasarana, administrasi kesehatan,pelayanan farmasi dan pelayanan rumah sakit lainnya bagi pasien miskin.

- Segera mengesahkan RUU BPJS (Badan Penyelenggara Jamina Sosial) dengan memprioritaskan kepentingan seluruh rakyat Indonesia dari pada kepentingan politik dan bisnis kelompok tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Eko 2010.opini public all, (online) http:/www.mediaindonesia.com/welcome/opinipuplikall/66/30, diakses 31 desember 2011 Srimulyani, 25 mei, 2011 kesejahteraan dalammajalah Tempo, 14 maret 2011, diakses 1 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai