Anda di halaman 1dari 4

Kapus Pinmas H.Masyhuri A.

M didampingi Kabid Data Syihabuddin Lathief saat memberi arahan kepada jajaran Humas Kemenag Pusat dan Daerah terkait UU KIP.

Kementerian Agama Bersiap Melaksanakan UU KIP

angkah pertama yang telah dilakukan, adalah sosialisasi UU KIP kepada para pejabat di lingkungan Kementerian Agama, yang dilaksanakan pada 21 Mei 2010 di Operation Room kantor pusat kementerian Agama. Kegiatan ini menghadirkan Komisioner Komisi Informasi Pusat, Abdul Rahman Mamun, dan Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dalam sambutan pengantar sosialisasi,

Sebagai Badan Publik, Kementerian Agama terikat untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Untuk itulah Sekretariat Jenderal Kementerian Agama telah melakukan berbagai persiapan dalam rangka implementasi UU yang berlaku efektif sejak 30 April 2010 tersebut.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat PhD menjelaskan, sosialisasi penting dilakukan mengingat UU KIP merupakan undangundang baru yang harus segera dipersiapkan implementasinya. Implementasi tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab Pusat Informasi Keagamaan dan Kehumasan (Pinmas) atau Bagian Humas, melainkan seluruh unit yang ada di Kementerian Agama. Untuk itu seluruh pejabat dari unit-unit yang ada

Ikhlas

BERAMAL,

Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010

33

FOKUS

BERITA

harus memiliki pemahaman yang tepat tentang UU yang ada baru dua Peraturan Komisi Informasi ini, serta persepsi yang sama dalam implementasi- sebagaimana disebut di atas. Menjawab pertanyaan nya. Menurut Sekjen, setelah sosialisasi Kemen- Kepala Pinmas Kementerian Agama Masyhuri AM terian Agama akan menindaklanjuti dengan tentang belum adanya PP ini, Abdul Rahman penyiapan kelembagaan, seperti penunjukan menegaskan, hal itu tidak menjadi kendala dalam Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) implementasi UU KIP. beserta kelengkapan organisasi dan infrastruktur Meski belum ada PP, Badan Publik tetap terikat pendukungnya. secara hukum untuk melaksanakan UU ini. Sesuai Kelahiran UU nomor 14 tahun 2008 tentang yang tercantum pada UU KIP, yang dimaksud Badan Keterbukaan Informasi Publik merupakan amanat Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, reformasi yang harus diwujudkan. Melalui undang- dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya undang ini diharapkan terwujud tata kelola berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang pemerintahan yang transparan dan akuntabel, sebagian atau seluruh dananya bersumber dari sehingga cita-cita reformasi untuk mewujudkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau pemerintah yang bersih dan bebas dari segala Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau bentuk penyimpangan dapat terealisasi. (Selengkap- organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau nya tentang latar belakang UU ini bisa dibaca di seluruh dananya bersumber dari Anggaran Ikhlas Beramal nomor 62). Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Dalam paparannya, Komisioner Komisi Informasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pusat Abdul Rahman Mamun menjelaskan secara sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri komprehensif latar belakang serta substansi UU KIP. Ada tujuh tujuan UU KIP, sebagaimana tercantum UU ini awalnya diusulkan oleh koalisi masyarakat pada pasal 3. Yaitu, pertama, menjamin hak warga sipil dengan nama RUU Kebebasan Memperoleh negara untuk mengetahui rencana pembuatan Informasi Publik, yang kemudian diakomodasi oleh kebijakan publik, program kebijakan publik, dan DPR dan menjadi inisiatif DPR. RUU Keterbukaan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan informasi Publik disahkan menjadi UU pada tanggal pengambilan suatu keputusan publik. Kedua, 30 April 2008, dan berlaku efektif dua tahun sejak mendorong partisipasi masyarakat dalam proses diundangkan (30 April 2010). pengambilan kebijakan publik. Ketiga, Kendati telah sah berlaku sebagai hukum positif, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam Abdul Rahman mengakui UU ini masih belum dilengkapi dengan perangkat pendukung dalam bentuk peraturan turunan. UU ini mengamanatkan empat peraturan turunan, yaitu Per aturan Pemerintah (PP) tentang masa retensi (masa berlaku kerahasiaan), PP tentang ganti rugi, Peraturan Komisi Informasi tentang standar layanan informasi publik, dan Peraturan Komisi Informasi tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi. Hingga saat ini PP yang diamanatkan tersebut belum ada. Peraturan turunan Sekjen Kemenag Bahrul Hayat ketika memberikan sambutan dalam acara Sosialisasi UU KIP di Kemenag.

FOKUS

BERITA

34

Ikhlas

BERAMAL,

Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010

pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik. Keempat, mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Kelima, mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Keenam, mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketujuh, meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas. UU KIP mewajibkan Badan Publik untuk, pertama, menyediakan, memberikan, dan/atau menerbitkan/mengumumkan informasi publik yang berada di bawah kewenangannya. Kedua, menyediakan informasi yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan. Ketiga, menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dalam rangka pelayanan informasi publik. Keempat, menunjuk pejabat fungsional dan/atau petugas informasi yang akan membantu pelaksanaan tugas PPID. Kelima, membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Keenam, Membuat pertimbangan tertulis dari setiap kebijakan yang diambil dalam rangka pelayanan informasi publik. Dan ketujuh, melaporkan pelaksanaan UU KIP setiap tahunnya. Komisi Informasi Dalam rangka pelaksanaan UU KIP, dibentuk Komisi Informasi sebagai lembaga independen yang berfungsi menjalankan UU tersebut. Pasal 23 UU KIP menyebutkan, Komisi Informasi berfungsi menjalankan UU No 14 tentang KIP dan Peraturan Pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis Standar Layanan Informasi Publik, dan menyelesaikan sengketa Informasi Publik melalui mediasi dan ajudikasi nonlitigasi. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator komisi informasi. Fungsi ini hanya sebatas untuk kategori informasi yang tidak dikecualikan. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh komisi informasi. Pasal 26 UU KIP merinci tugas KPI Pusat, yaitu, pertama, menetapkan prosedur pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi. Kedua, menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa Informasi Publik di daerah selama Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota belum terbentuk. Ketiga,

PPID Paparan Gatot S Dewa Broto pada sesi kedua. Lebih menekankan kepada aspek-aspek teknis implementasi UU KIP, sebagaimana telah dilaksanakan oleh Kementerian Kominfo. Sebagai kementerian yang membawahi langsung persoalan

Ikhlas

BERAMAL,

Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010

35

FOKUS

Memberi laporan mengenai pelaksanaan tugas berdasar UU kepada Presiden dan DPR RI setahun sekali atau jika diminta sewaktu-waktu. Komisi Informasi telah menyusun prosedur permohonan informasi, yang menjadi acuan bagi pemohon informasi dan Badan Publik dalam menjalankan peran masing-masing. Jika pemohon informasi merasa haknya sebagai pemohon tidak dipenuhi oleh Badan Publik, atau informasi yang diberikan tidak sesuai dengan permohonan, maka pemohon bisa mengajukan keberatan. Jika tanggapan atas keberatan tersebut tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka persoalan bisa dibawa ke Komisi Informasi sebagai sengketa informasi. Komisi Informasi Pusat telah menyusun proses dan prosedur sengketa informasi, sebagai acuan bagi pemohon maupun Badan Publik yang bersengketa. (lihat tabel 1 dan 2)

BERITA

informasi publik, Kominfo telah menetapkan Pejabat Pengelola Informasi Publik (PPID), sesuai amanat UU KIP. PPID di lingkungan Badan Publik Negara yang berkedudukan di pusat dan di daerah adalah pejabat struktural pada badan publik, yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi masing-masing Badan Publik. PPID di lingkungan Badan Publik selain Badan Publik Negara ditetapkan oleh Pimpinan Badan Publik dimaksud. Dalam melaksanakan tugasnya PPID dibantu oleh pejabat fungsional di instansi dimaksud. Tugas PPID, pertama, melakukan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan/atau penyediaan informasi di instansinya. Kedua, melaksanakan pelayanan informasi publik yang cepat, tepat dan sederhana di instansinya. Ketiga, menetapkan prosedur operasional penyebarluasan informasi publik di instansinya. Keempat, melakukan pengujian tentang konsekuensi sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan untuk diakses. Kelima, menetapkan Pengklasifikasian Informasi, dan keenam menetapkan Informasi yang Dikecualikan yang telah habis jangka waktu pengecualiannya sebagai Informasi Publik yang dapat diakses. PPID Kementerian Kominfo telah menetapkan mekanisme permohonan informasi publik, yang dibakukan sebagai berikut: Pertama, pemohon Informasi datang ke desk layanan informasi, mengisi formulir permintaaan informasi dengan melampirkan fotocopy KTP

FOKUS

pemohon dan pengguna informasi. Kedua, petugas memberikan Tanda Bukti Penerimaan Permintaan Informasi Publik kepada Pemohon Informasi Publik. Ketiga, petugas Memproses Permintaan Pemohon Informasi Publik sesuai dengan formulir permintaan Informasi Publik yang telah ditanda tangani oleh pemohon informasi publik; Keempat, petugas menyerahkan informasi sesuai dengan yang diminta oleh pemohon/pengguna informasi. Jika informasi yang diminta masuk dalam kategori dikecualikan PPID menyampaikan alasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kelima, petugas memberikan Tanda Bukti Penyerahan Informasi Publik kepada pengguna informasi publik. (lihat tabel 3)

BERITA

Gatot S Dewa Broto mengungkapkan, penerapan UU KIP akan membawa dampak positif yang sangat strategis, dalam tujuh hal transparansi informasi publik sehingga dapat meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik serta pengawasan atas pelaksanaan roda pemerintahan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dampak positif lainnya adalah dalam hal akselerasi pemberantasan KKN, optimalisasi perlindungan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik, dan persaingan usaha secara sehat dalam rangka pengadaan barang dan jasa dari badan-badan publik. Tidak kalah penting, UU KIP mendorong terciptanya kepemerintahan yang baik dan tata kelola badan-badan publik, akselerasi demokratisasi, serta Sekjen Kemenag Bahrul Hayat didampingi Komisioner Komisi Informasi Pusat Abdul terpenuhinya tuntutan masyarakat global Rahman Mamun dan Kapus Informasi Kominfo Gatot S Dewa Broto pada acara terhadap akses informasi. (HM)
sosialisasi UU KIP, di Kantor Kemenag.

36

Ikhlas

BERAMAL,

Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010

Anda mungkin juga menyukai