Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagian besar perawat adalah pegawai rumah sakit. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang dominan di rumah sakit baik dari segi jumlah maupun keberadaannya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Sebagaimana dokter, perawat mempunyai hubungan langsung dengan pasien, perawat juga berpotensi untuk melakukan tindakan yang merugikan pasien /keluarganya sehingga mengakibatkan munculnya gugatan ganti kerugian dari pasien /keluarga yang tidak puas terhadap layanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Untuk menghadapi hal itu, maka diperlukan pemahaman mengenai konsep-konsep hukum bagi para perawat (Praptianingsih, 2006). Etika profesi keperawatan merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai moral dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat (hariadi, 1988 dalam Alimul, 2002) Pemahaman tentang etika profesi sangat penting dihayati oleh perawat, oleh karena itu kemampuan akademi dan profesional akan lebih baik bilamana didukung oleh pelaksanaan etika keperawatan. Di dalam etika keperawatan terdapat beberapa unsur yang terkandung didalamnya diantaranya;

pengorbanan, dedikasi, pengabdian dan hubungan antara perawat dengan pasien, dokter, sejawat maupun untuk diri sendiri, oleh karena itu dalam

prakteknya etika keperawatan dapat berorientasi pada kewajiban dan larangan, selanjutnya dapat diatur dalam kode etik keperawatan (Alimul, 2002) Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi (potter & perry, 2005). Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat universal. Keperawatan menjunjung tinggi kehidupan, martabat dan hak asasi mnausia. Keperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kuliut, usia, jenis kelamin, aliran politik, agama, dan status sosial (Tawi, 2008). Studi tentang etik makin penting bagi perawat. Teknologi maju telah menyebabkan munculnya pertanyaan mengenai awal dan akhir dari kehidupan manusia, kualitas hidup dan etik professional serta sifat pada batasan baru. Pertanyaan moral yang paling mendesak pada era kita diajukan dalam lingkungan perawatan kesehatan, di mana seseorang berhadapan dengan pilihan hidup yang sebenarnya, mengenai kesehatan, kehidupan dan kematian. Masalah kompleks seperti aborsi, bunuh diri, transplantasi organ serta alokasi sumber medis yang langka menjadi perdebatan dalam media dan perawat menemukan dirinya pada garis depan dari masalah yang sama. Perawat membutuhkan

pengetahuan yang layak untuk dapat memberikan kontribusi yang sangat sensitive secara etik (potter & perry, 2005). Klien menjadi lebih sadar tentang hak mereka dalam sistem perawatan kesehatan dan sangat memperdulikan masalah etik. Mereka mencari professional perawatan kesehatan untuk membantu mereka dalam mengatasi kekhawatiran mereka. Perawat sangat memegang tanggung jawab dan tangung gugat terhadap praktik etik mandiri, tidak lagi menyerahkan seluruh tanggung jawab latihan mereka pada pakar atau institusi. Profesi perawat bergerak pada kode etik mereka sendiri dan semakin sadar tentang bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi praktik (potter & perry, 2005). Karena masalah etik seringkali sulit untuk dijelaskan dan diselesaikan, partisipasi perawat dalam dimensi latihan ini dapat mengarah pada frustasi. Perawat seringkali mengatakan bahwa masalah etik dapat membuat mereka terjebak atau berada di tengah-tengah. Meskipun perawat memiliki komitmen dengan klien, mereka juga bertanggung jawab kepada keluarga, dokter, rekan kerja, institusi dan masyarakat. Kadang kewajiban perawat pada seseorang atau kelompok tertentu sangat aneh bagi yang lain. Murphy (1993a) mendorong perawat agar menemukan jalan untuk keluar ketika etika kewajiban perawat tersebut secara negative dipandang sebagai tanpa daya. Hal ini dapat dicapai melalui penambahan pengetahuan seseorang berdasarkan etik, pencarian dukungan professional, serta pengembangan rasa positif dan kuat pada posisi moral perawat (potter & perry, 2005).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Perawat Pelaksana Tentang Kode Etik Keperawatan di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2007. B. Perumusan Masalah Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan perawat pelaksana tentang kode etik keperawatan di badan pelayanan kesehatan rumah sakit umum dr zainoel abidin banda aceh tahun 2007.

C. Tujuan Penel itian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat pelaksana tentang kode etik keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2007.

2. a.

Tujuan Khusus Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat pelaksana tentang

tanggung jawab perawat, terhadap masyarakat, keluarga, dan penderita b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat pelaksana tentang tanggung jawab perawat terhadap tugas c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat pelaksana tentang tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain

d.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat pelaksana tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan

e.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat pelaksana terh tentang adap tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air

D.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi dan bermanfaat bagi: 1. Peneliti, dapat meningkatkan pengetahuan terapan terhadap ilmu

yang dipelajari dan mendapatkan pengalaman dalam menerapkan proses berpikir ilmiah dalam kenyataan. 2. Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Banda Aceh, sebagai guna meningkatkan mutu

bahan kajian untuk kebijakan rumah sakit pelayanan. 3.

Institusi pendidikan keperawatan, sebagai tambahan sumber

referensi guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa. 4. Institusi penelitian, sebagai bahan masukan dalam mengambil

langkah-langkah kebijaksanaan khususnya dalm upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan 5. Peneliti lain, dapat dijadikan sebagai dasar referensi bagi penelitian

lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai