Anda di halaman 1dari 4

Dalam artikel diatas menunjukan bahwa belakangan ini pasien menjadi semakin cerdas, hal ini merupakan hal

yang positif karena pasien menjadi mampu untuk turut mengawasi tindakan dari petugas medis. Hal ini juga semakin menunjukan bahwa pola hubungan antara pasien dan dokter yang dulunya bersifat paternalistik telah semakin berkembang menjadi pola partnership.sebelum membahas pengertian kedua pola hubungan tersebut , terlebih dahulu akan dibahas tentang dokter dan pasien serta hak dan kewajibanya masing-masing. 1. Dokter Secara umum pengertian dokter adalah orang yang berpendidikan dan berpengetahuan khusus, yang bersangkutan memiliki ijazah dokter atau dokter gigi baik dari dalam maupun luar negeri yang sederajat dengan universitas negeri menurut peraturan yang berlaku. Menurut pasal 3 UU No. 3 tahun 1963 syarat melakukan pekerjaan sebagai dokter adalah : a) b) Memiliki ijazah dokter/dokter gigi menurut peraturan yang berlaku Memiliki ijazah dokter/dokter gigi di luar negri yang sederajat dengan universitas

negri Dalam menjalankan profesinya dokter dapat dibedakan menjadi dokter umum dan juga dokter spesialis pembagian ini dimaksudkan agar Setiap dokter menyadari sepenuhnya bahwa dirinya tidak akan pernah mengetahui semua permasalahan dalam bidang kedokteran karena bidang ini sangat luas. Untuk itu konsultasi dengan sesama dokter sangat diperlukan. Sebagai salah satu subjek hukum dokter juga memiliki hak dan kewajiban. Hak dokter antara lain : a) Hak melakukan kegiatan yang sesuai dengan keahlian atau kewenanganya (vide pasal 50 UU Kesehatan) b) Hak memperoleh perlindungan hukum dan melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya ( vide pasal 53 ayat 91 UU kesehatan) c) d) Hak atas informasi,privasi dan imbal jasa Hak menolak memberikan kesaksian (pasal 170 KUHAP)

Sementara

kewajiban dokter menurut pasal 50 ayat 1 UU NO 23 tahun 1992 adalah

menyelenggarakan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.

2.

Pasien

Pasien adalah orang yang berdasarkan pmerikasaan dokter dinyatakan menderita mengidap penyakit baik di dalam tubuh maupun di dalam jiwa.pasien terbagi menjadi pasien opname dan juga pasien berobat jalan.pasien memiliki 3 kedudukan antara lain:
a)

Secara Psikologis : sebagai pihak yang membutuhkan/sangat membutuhkan

bantuan jasa dari pihak Dokter. Sehingga posisinya terhadap Dokter adalah pihak yang meminta pertolongan dengan pihak yang memberi pertolongan
b)

Secara Sosiologis : kedudukan pasien terhadap Dokter/Nakes setiap saat

mengalami perubahan, menyesuaikan perkembangan yang ada di masyarakat.


c)

Secara Hukum/Legal : Setiap hubungan antara Dokter dengan Pasien dilihat

sebagai suatu Hubungan Hukum antara para SUBYEK HUKUM yang mempunyaio kedudukan yang sama. Layaknya doker pasien juga memiliki hak dan kewajiban, kewajiban pasien secara umum adalah mematuhi nasihat dokter dan menghormati kewajiban dokter. Sementara hak pasien akan dibahas nanti.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dokter dan pasien harus menghormati hak dan kewajibanya masing karena diantara mereka terjalin suatu hubungan. Di masa lalu hubungan antrara pasien dan dokter bersifat paternalistik . pola hubungan ini menempatkan posisi dokter diatas pasien sehingga pasien hanya lah sebgai objek dari perbuatan dokter.pola ini biisa terjadi karena hubungan yang terjadi di dasarkan oada kepercayaan pasien kepada dokter, dimana pasien

yakin dokter mampu menyembuhkan penyakitnya. Pola ini lama kelamaan ditinggalkan hal itu antara lain dikarenakan : a) kepercayaan tidak lagi pada dokter melainkan kepada kemampuan ilmu kedokterann b) ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan itu berarti kesejahteraan fisik mental dan sosial c) semakin banyak peraturan yang memberikan hukum kepada pasien karena adanya faktor faktor tersebut plo hubungan yang berkembang menjadi partnership. Perikatan ini mengarah ke perikatan yang bersikap hukum dimana terjadi perikatan yang prestasinya berupa suatu usaha yang dilakukan sungguh-sungguh, tanpa mendasarkan pada hasil sebagai prestasinya. Fenomena yan terjadi dalam kasus ini sebenarnya menunjukan perkembangan yang lebih lanjut dari hubungan antara dokter dan juga pasien. bertambahnya pengetahuan dan pendidikan pasein akan sangat mendukung hak pasien. hak itu adalah hak mendapatkan informasi. Hak mendapatkan informasi merupakan hak terpenting yang dimiliki oleh pasien. dahulu pelaksanaan dari hak ini sangatlah memprihatinkan karena kebanyakan pasien kurang mengerti akan informasi yang diberikan dokter ataupun pasien merasa takut. Selain itu dokter juga seringkali enggan memberikan informasi karena kesibukanya melayani pasien yang lain. Padahal memberikan informasi merupakan tanggung jawab dokter. Artinya dokter wajib menyampaikan informasi medis baik diminta ataupun tidak diminta oleh pasien, kecuali informasi yang diberikan akan merugikan kepentingan atau kesehatan pasien. Hak memberikan informasi menjadi sangat penting karena hak ini akan menjalin komunikasi antara dokter dan juga pasien tentang diagnosa penyakit dan penangannya. Komunikasi inilah yang menjadi landasan pasien untuk memberikan persetujuan kepada dokter. ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses peyampaian informasi, faktor itu antara lain: a) tingkat pendidikan pasien b) persepsi pasien terhadap dokter dan alat-alat kedokteran c) persepsi pasien terhadap penyakitnya

bila dikaitkan dengan fenomena yang terdapat pada artikel ini maka tingkat pendidikan pasien akhir akhir ini telah meningkat. Hal ini mengaikbatkan pasien akan bertanya perihal penyakitnya hingga hal hal yang detil. Meningkatnya pengetahuan pasien juga menigkatkan ekspektasi pasien terhadap kemampuan dokter dan juga alat alat medis. Dokter dituntut untuk mampu menjelaskan penyakit pasien secara meyakinkan dengan didukung oleh alat kesehatan yang ada. Ini menyebabkan dokter menjadi sulit untuk meyakinkan pasien akan penanganan yang akan dilakukan, namun hal ini sangat baik karena dokter pastinya akan lebih teliti dan juga berhati-hati dalam memberi diagnosa terhadap penyakit pasien. yang terakhir meningkatnya pendidikan pasien juga mempengaruhi persepsi terhadap penyakit yang dideritanya. Karena pasien akan semakin mengetahui bagaimana sebenarnya kemungkinan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Hal ini memudahkan dokter dalam memberikan pemahaman yang sebenarnya tentang seberapa parah penyakit yang diderita pasien karena sebelum diberi tahu dokter pasien terlebih dahulu telah mengetahui ataupun dapat memperkirakan kemungkinan ia sembuh dapat disumpulkan bahwaw meningkatnya pengetahuan pasien merupakan hal yang sangat positif bagi pola hubungan dokter dan pasien. namun perlu diingat bahwa dokter perlu lebih koorperatif dalam meladeni pertanyaan kritis dari pasien jangan sampai meningkatnya pendidikan pasien justru akan menghambat komunikasi yang seharusnya terjadi antara dokter dan pasien. selain itu perlu juga diperhatikan tentang kebenaran dan kevalidan informasi yang diperoleh sebelumnya oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai