Anda di halaman 1dari 45

KECANTIKAN; ANTARA MITOS DAN REALITA

Syabt Hizbut Tahrir Inggris

********** Judul Asli Penulis Inggris Penerbit : The Western Beauty Myth : Syabt Hizbut Tahrir

: Khilafah Publications Suite 298, 56 Gloucester Road, London SW7 4UB Tanggal Terbit : 21 Zhulhijjah 1423 H / 22 Februari 2003 M Penerjemah : Abu Faiz Editor : Saifullah ****

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 MEMPERCANTIK DIRI: ANTARA PILIHAN ATAU KEWAJIBAN? 7 HARAPAN-HARAPAN YANG TIDAK WAJAR 12 BAHAYA DI BALIK MITOS KECANTIKAN 15 MEMPERCANTIK DIRI: MENINGKATKAN MARTABAT PEREMPUAN DI MASYARAKAT? 18 MUNCULNYA MITOS KECANTIKAN 23 PENGARUH MITOS KECANTIKAN TERHADAP MUSLIMAH 25 ISLAM DAN KONSEP KECANTIKAN 30 BAGAIMANA MUSLIMAH MENILAI DIRINYA? 35 BAGAIMANA SEHARUSNYA SEORANG MUSLIM MENILAI SEORANG MUSLIMAH? 37 KAUM MUSLIMAH ADALAH PEREMPUAN YANG BERPIKIR 41

KATA PENGANTAR Pada bulan Desember 2002 lalu, kota London menjadi tuan rumah acara tahunan kontes kecantikan Miss World yang ke-52. Menurut jadwal, acara tersebut semestinya diselenggarakan di Nigeria, namun akhirnya terpaksa dipindahkan karena munculnya reaksi negatif dari kaum Muslim Nigeria yang berunjuk rasa memenuhi jalan-jalan, menentang acara yang mempertontonkan sekelompok wanita berbusana minim hingga sebagian besar auratnya terbuka di depan publik. Namun, ironisnya, kontes tahun ini dimenangkan oleh satu-satunya peserta Muslimah dalam kontes ini, yaitu Miss Turki. Setelah dinyatakan sebagai pemenang kontes, Azra Akin Miss Turki itu membuat pernyataan sebagai berikut, Saya berharap akan dapat menjadi gambaran tentang perempuan yang baik. Saya merasa sangat terhormat menjadi Miss World. Saya pikir, mendapatkan kedudukan sebagai Miss World merupakan sesuatu yang amat baik, dan saya berharap akan dapat membuat suatu perbedaan. Meskipun Azra berpandangan demikian, namun banyak perempuan di seluruh dunia baik Muslim maupun non-Muslim yang tidak menganggap kontes-kontes semacam itu akan mendatangkan kehormatan bagi kaum perempuan. Bahkan sebaliknya, kontes seperti itu justru akan menurunkan status perempuan dan hanya membuat perempuan menjadi objek pemuas syahwat kaum laki-laki. Namun demikian, apabila kita telaah lebih jauh konsep mengenai citra perempuan yang sempurna atau kepribadian yang ingin diraih oleh setiap perempuan, termasuk di dalamnya gambaran mengenai ukuran kecantikan menurut Azra dan para kontestan lainnya, maka kita akan mendapati betapa masih banyak perempuan di dunia ini baik Muslim maupun non-Muslim yang berpandangan seperti Azra. Kenyataan menunjukkan bahwa pandangan yang dominan di tengah-tengah masyarakat dunia saat ini tentang apa yang dimaksud dengan Wanita Cantik adalah pandangan yang bersumber dari masyarakat kapitalis Barat. Yang dimaksud dengan Wanita Cantik menurut merekaadalah perempuan yang tinggi, ramping, dan berkulit putih. Selain itu, pandangan umum masyarakat dunia tentang kepribadian perempuan yang sempurna lebih banyak diukur dari sisi penampilan dan cara berbusana ala perempuan Barat.

Penting untuk dipahami bahwa citra yang ingin diraih seorang perempuan sebenarnya memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang perempuan tersebut, tidak sekedar menunjukkan bagaimana perempuan ingin menampilkan dirinya kepada dunia secara fisik. Citra yang ingin diraih seorang perempuan itu akan dapat memberikan gambaran mengenai pandangannya tentang kehidupan, serta bagaimana ia ingin menjalani kehidupan ini. Naomi Wolf dalam bukunya The Beauty Myth menulis, Sifat-sifat yang dianggap sebagai ukuran kecantikan pada suatu zaman tertentu sesungguhnya hanya merupakan simbol-simbol perilaku perempuan yang diinginkan pada masa itu. Mitos kecantikan (yang dijadikan patokan oleh masyarakat) sebenarnya menentukan perilaku (yang diinginkan masyarakat dari seorang perempuan), bukan sekedar penampilannya. Lantas, seperti apa sebenarnya jati diri yang menjadi landasan citra perempuan sekuler Barat? Jati diri perempuan sekuler Barat itu dibangun atas dasar pemikiran bahwa kaum perempuan harus bebas menentukan segala aspek kehidupan dirinya menurut jalan pikirannya dan keinginannya sendiri. Mulai dari penampilannya, etika berbusananya, bentuk pergaulannya dengan laki-laki, serta peran yang dilakukannya di dalam keluarga dan masyarakat. Singkat kata, jati diri itu dibangun di atas pemikiran bahwa tidak boleh ada satu pihak pun yang menentukan citra atau gaya hidupnya, atau memberikan batasanbatasan kepadanya. Tidak juga Allah Swt, Zat yang menciptakannya. Inilah jati diri yang ditunjukkan masyarakat sekuler Barat kepada dunia, manakala mereka menyebarluaskan citra perempuan Barat ke seluruh muka bumi. Inilah jati diri yang mereka harapkan bakal dianut oleh setiap perempuan di dunia, termasuk kaum perempuan di Dunia Islam. Media Barat memainkan peranan yang sangat penting dalam upaya meraih tujuan ini. Mulai dari industri musik dan film yang mengekspor produk mereka ke negeri-negeri kaum Muslim untuk mengagung-agungkan citra perempuan Barat, hingga iklan-iklan pakaian, kosmetik, dan asesoris kecantikan di berbagai majalah dan papan-papan iklan yang bertebaran di jalanan Turki, dunia Arab, dan negeri-negeri Islam lainnya. Penayangan kontes kecantikan Miss World merupakan contoh nyata upaya mereka dalam meraih tujuan ini. Pada bulan Desember 2002 itu, lebih dari dua milyar penduduk bumi menonton acara kontes kecantikan tersebut.

Sementara itu, citra perempuan yang dibangun di atas landasan jati diri lainnya, seperti Islam atau kaum Muslimah, yang menentukan bentuk penampilan dan gaya hidup mereka berdasarkan ketentuan Sang Khaliq bukan jalan pikirannya sendiri dianggap sebagai sesuatu yang buruk, terbelakang, dan menindas. Pandangan ini terungkap melalui pernyataan beberapa tokoh Barat. Pada tahun 2001, Cherie Blair pernah menyampaikan pandangan ini secara terbuka di sebuah konferensi pers tentang etika pakaian Muslimah. Saat itu ia berkata, Saya kira tidak ada hal lain yang dapat menggambarkan penindasan terhadap kaum perempuan dengan lebih baik daripada burka (pakaian Muslimah di Afghanistan-pen). Sementara itu, politisi Prancis Jean-Marie Le-Pen ketika mengutarakan pendapatnya tentang hijab, ia berpendapat sinis, Bahwa hal itu (hijab) menghindarkan kita dari melihat wanita yang berparas buruk. Perempuan-perempuan Barat terpukau dengan konsep-konsep mengenai kecantikan, citra, dan penampilan. Tidak jarang mereka keliru mengaitkan kecantikan dengan kesuksesan, kepercayaan diri, serta penghargaan dan penghormatan dari masyarakat. Atas dasar pemikiran-pemikiran di atas, kita akan mencoba menguji, apakah citra dan jati diri perempuan-perempuan Barat itu memang benarbenar citra dan jati diri yang semestinya dijadikan patokan oleh kaum perempuan, Muslim maupun non-Muslim? Kita juga harus memahami, apakah seorang perempuan memang benar-benar bebas untuk berpenampilan dan berbusana sesuai dengan pilihannya; atau apakah ia perlu menyesuaikannya dengan harapan-harapan tertentu dari masyarakat? Apakah upaya mempercantik diri itu akan membuat seorang perempuan memiliki kepercayaan diri serta mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari masyarakat? Apakah hal ini merupakan mitos ataukah bukan?

BAB I MEMPERCANTIK DIRI; ANTARA PILIHAN ATAU KEWAJIBAN? Perempuan-perempuan Barat selalu membanggakan konsep yang mereka yakini, yaitu bahwa upaya mempercantik diri merupakan suatu pilihan. Artinya, seorang wanita bebas menentukan citra dan penampilan mereka sesuai keinginannya sendiri. Namun demikian, ternyata kenyataan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat jauh dari pandangan yang naf ini. Konsep tentang Kecantikan Masyarakat kapitalis Barat yang menjadi lingkungan tempat hidup perempuan itu telah menentukan standar ukuran wanita cantik. Menurut mereka, wanita cantik itu adalah perempuan yang tinggi, ramping, berkulit putih, berambut pirang, dan sensual. Inilah citra yang mau tak mau harus dihadapi kaum perempuan Barat setiap hari sepanjang hidupnya. Ini adalah konsep tentang kecantikan yang diagungagungkan oleh ribuan majalah kecantikan, fesyen, dan gaya hidup, yang dijual di sepanjang jalanjalan di kota London, Paris, Roma, New York, dan Los Angeles, seperti majalah Vogue, Cosmopolitan, dan Marie Clare. Ini adalah juga konsep kecantikan yang dibesar-besarkan oleh perusahaan-perusahaan alat kecantikan dan kosmetik berkapitalisasi miliaran dollar. Ini juga yang menjadi ukuran kecantikan, yang disajikan ke tengah-tengah masyarakat melalui modelmodel yang dimanfaatkan oleh berbagai industri periklanan serta menjadi figur-figur yang dipujapuja dalam industri hiburan. Konsep tentang bentuk tubuh dan penampilan yang sempurna ini membombardir rumahrumah ribuan kali sehari dalam wujud para model, seperti Claudia Schiffer, Cindy Crawford, Naomi Campbell, atau selebritis lain seperti Britney Spears, Jennifer Aniston, Holly Valance, atau Victoria Beckham. Mereka menjadi standar yang diinginkan oleh kaum perempuan. Penayangan konsep kecantikan seperti ini bahkan telah dimulai sejak usia muda, melalui majalah-majalah remaja seperti Just 17, Cosmo Girl, atau Sugar, yang membicarakan segala sesuatu mulai dari tips-tips kecantikan sampai bentuk gaya hidup kaya dan terkenal. Karakter fiktif seperti Buffy the Vampire Slayer, atau Miss Dynamite pun dijadikan idola. Dengan arus yang sedemikian kuatnya pengaruh konsep kecantikan seperti itu di tengah-tengah

masyarakat, maka perempuan-perempuan yang hidup di Barat merasakan tekanan yang terus menerus, yang memaksa mereka untuk memenuhi harapan-harapan itu. Kalaupun bukan untuk kepentingan perempuan itu sendiri, maka penampilan atraktif itu ditujukan untuk memenuhi harapan-harapan kaum lelaki yang juga tidak bisa lepas dari citra seperti itu. Kaum lelaki juga terpengaruh dengan konsep tentang kecantikan yang dipaksakan kepada mereka. Kondisi semacam ini semakin tampak jelas dengan adanya fakta bahwa perempuanperempuan Barat semakin terobsesi dan termakan isu mengenai penampilan fisik mereka. Perhatian mereka pada masalah kecantikan sedemikian besar, bahkan tidak jarang melebihi perhatian mereka terhadap masalah-masalah kehidupan lainnya. Industri kosmetik di Inggris saja mampu meraup penghasilan hingga 8,9 miliar poundsterling pertahun. Sedangkan industri kosmetik Amerika Serikat mengalami pertumbuhan rata-rata 10% setiap tahun. Sebuah artikel di majalah Time pada tahun 1988 menunjukkan bahwa industri makanan diet di AS berhasil mencetak angka penjualan sampai sebesar 74 miliar dollar per tahun. Jumlah ini setara dengan sepertiga dari seluruh anggaran kebutuhan makanan penduduk AS selama satu tahun. Masih di AS, sebuah survey menunjukkan bahwa kalangan profesional perempuan telah menyediakan anggaran khusus untuk memelihara kecantikan hingga sebesar sepertiga dari seluruh pendapatan mereka, dan menganggap pengeluaran ini sebagai suatu bentuk investasi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Cincinnati, 33.000 perempuan AS menyatakan kepada para peneliti bahwa mereka lebih menyukai berat badannya berkurang 10 sampai 15 pon, daripada berhasil meraih tujuan-tujuan lainnya. Pada tahun 1998, dalam sebuah kampanye bertajuk The Bread for Life, telah disurvey lebih dari 900 perempuan muda berusia 18 sampai 24 tahun yang tinggal di Barat. Dari survey tersebut, para peneliti mengeluarkan sebuah laporan yang berjudul Tekanan untuk Menjadi Sempurna. Ketika para responden ditanya tentang aspek apa yang paling menarik dari seorang perempuan, ternyata 55% responden perempuan itu menjawab aspek penampilan, sementara hanya 1% yang menganggap kecerdasan sebagai aspek tambahan. Adanya tekanan-tekanan untuk memenuhi harapan-harapan tertentu ini telah

mengakibatkan munculnya kegelisahan dan ketakutan dalam diri perempuan Barat berkaitan dengan penampilan fisik mereka. Apakah ia terlalu gemuk, terlalu kurus, terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu pucat, terlalu gelap, atau terlalu tua? Sebuah laporan penelitian yang pernah dikutip oleh New York Times pada tahun 1985 menyatakan, Orang-orang yang mengalami cacat fisik pada umumnya menyatakan puas dengan kondisi tubuhnya, sedangkan perempuanperempuan yang kondisi tubuhnya normal pada umumnya tidak puas. Ada kekhawatiran yang amat besar di kalangan perempuan (Barat) jika mereka menjadi gemuk atau berat badannya bertambah, dan proses penuaan seperti itu hampir-hampir mereka anggap sebagai suatu penyakit. Dr. Arthur K. Balin, ketua American Aging Association, pada tahun 1988 mengatakan kepada The New York Times bahwa, akan lebih baik jika para dokter menganggap wajah yang buruk itu sebagai suatu penyakit, bukan suatu masalah kecantikan. Penelitian The Bread for Life yang disebutkan di atas juga menemukan fakta bahwa hanya 25% responden perempuan yang merasa bahagia dengan berat badannya, dan ada 22% responden yang memilih tinggal di rumah karena merasa tidak nyaman dengan penampilannya. Luasnya jangkauan masalah kecantikan ini, terutama yang berkaitan dengan pengaruhnya terhadap perempuan, telah membuat para ilmuwan dan dokter merumuskan suatu istilah Body Dysmorphic Disorder. Istilah ini menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang memberikan perhatian yang berlebihan atau tidak wajar terhadap suatu kekurangan dalam penampilan fisik seseorang. Jangankan dapat membangun kepercayaan diri, upaya mempercantik diri tersebut justru membuat perempuan merasa lumpuh karena kurangnya kepercayaan diri dan munculnya tekanan-tekanan dari dalam benak mereka sendiri. Bahkan para perempuan yang mestinya melambangkan arti kecantikan yaitu para model di catwalk merasa tidak aman dengan penampilan mereka. The Independent Newspaper baru-baru ini melaporkan penderitaan yang dialami sejumlah super-model terkemuka seperti Karen Mulder yang menderita akibat anorexia (penyakit akibat diet yang kebablasanpen) dan depresi mental. Untuk mengakhiri penderitaan ini, ia meminum obat tidur dalam dosis yang berlebihan, hingga mengakibatkan ia mengalami koma. Peristiwa ini menunjukkan dengan jelas kekeliruan pendapat

bahwa kecantikan akan menghasilkan kebahagiaan. Pendapat ini jelas merupakan mitos belaka. Kenyataan seperti ini dapat diringkas melalui kata-kata seorang penulis Barat, Mary Wollstonecraft, yang menulis dalam bukunya A Vindication of the Rights of Women sebagai berikut, Ajarkan sejak bayi bahwa kecantikan adalah lambang kekuasaan seorang wanita, maka akal akan menyesuaikan diri dengan kemauan tubuh; akal hanya akan dapat berputar-putar dalam sangkar emasnya itu, dan tidak akan dapat berbuat lain kecuali hanya untuk berusaha memperindah penjaranya. Konsep Berbusana Apabila kita menguji lebih jauh pendapat perempuan-perempuan Barat, bahwa mereka bebas menentukan etika berbusana bagi diri mereka, bebas menentukan mana yang dianggap menarik dan mana yang tidak, maka kita akan melihat bahwa kenyataan yang ada sama sekali bertolak belakang dengan pendapat itu. Industri busana dunia ditaksir mempunyai aset 1.500 miliar dollar AS (lebih besar dari industri persenjataan dunia), serta telah menetapkan standar berpakaian yang pantas untuk dipakai bagi wanita dan yang tidak pantas dipakai. Harapan-harapan yang dibangun oleh industri busana itu telah menentukan bagaimana bentuk penampilan yang menarik dan bagaimana pula penampilan yang ketinggalan zaman dan buruk bagi wanita. Pada akhirnya hal ini membuat kaum perempuan merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan-harapan tersebut, agar mereka dapat diterima di masyarakat dan tidak dianggap aneh oleh teman-temannya, kolegakoleganya, serta oleh masyarakatnya. Lebih dari itu, kita perlu mencermati siapa sesungguhnya yang menentukan standar-standar mengenai bagaimana seharusnya seorang perempuan menampilkan diri kepada masyarakat. Kita akan melihat, bahwa mayoritas perancang busana terkemuka di dunia baik pada masa lalu maupun masa kini adalah kaum lelaki. Melalui rancangan busananya, orang-orang tersebut telah menyebarkan pandangan mereka tentang kecantikan dan bagaimana seharusnya perempuan berpakaian. Gianni Versace, Alexander McQueen yang merancang busana untuk rumah mode Gucci, Dolce & Gabbana, John Galliano yang merancang untuk Christian Dior, dan Karl Lagerfeld yang bekerjasama dengan rumah mode Chanel adalah segelintir di antara perancang busana laki-laki terkemuka di dunia.

Mereka yang merupakan pengemban konsep kebebasan yang berakar dari akidah sekulerisme menganggap dirinya bebas memandang seorang perempuan sesuai keinginannya, dan kemudian menentukan busana yang indah, yang dapat menyingkap keindahan bentuk tubuh perempuan. Semakin banyak keindahan tubuh perempuan yang tersingkap, semakin indah busana itu. Demikianlah, telah kelihatan jelas bahwa dalam perkara berbusana, ternyata ada harapanharapan di tengah masyarakat yang mesti dipenuhi oleh perempuan-perempuan Barat. Lebih jauh lagi, ternyata harapan-harapan itu sebagian besar dibangun oleh kaum laki-laki, yang menganggap bahwa merekalah pihak yang paling berhak melihat keindahan tubuh dan kecantikan perempuan di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, upaya mempercantik tubuh dan wajah bagi perempuan Barat sebenarnya bukan merupakan suatu pilihan; dan konsep bahwa perempuan bebas memilih citra dirinya sesungguhnya hanya merupakan mitos belaka. Upaya mempercantik diri tidak akan dapat membangun kepercayaan dan penghargaan terhadap diri sendiri, tetapi justru mengakibatkan munculnya perasaan tidak aman dan terobsesi dengan penampilannya.

BAB II HARAPAN-HARAPAN YANG TIDAK WAJAR Tampak jelas bahwa ternyata ada harapanharapan tertentu bagi kaum perempuan Barat yang terkait dengan kecantikan dan penampilan mereka, yang telah ditentukan oleh masyarakat dan orang-orang tertentu. Tetapi, sebagaimana biasa yang terjadi, manakala manusia menentukan aturan tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan berdasarkan akan pikiran dan hawa nafsunya, maka akan selalu muncul berbagai kerusakan dan permasalahan. Kerusakan dan permasalahan yang berkaitan dengan aturan manusia tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan menampilkan dirinya di tengah masyarakat dunia timbul karena adanya harapan-harapan yang tidak wajar dan tujuan-tujuan yang dipaksakan. Bagaimana mungkin Anda dapat berharap semua perempuan di dunia, atau di sebuah masyarakat atau komunitas, agar mempunyai tinggi badan tertentu, atau berat badan tertentu, warna kulit dan warna rambut tertentu, bentuk wajah tertentu, dan usia tertentu. Ini konsep yang jelasjelas tidak masuk akal. Sebagai contoh, para model rata-rata mempunyai berat badan 23% persen lebih ringan daripada berat badan rata-rata perempuan Amerika. Lantas, apakah kemudian semua perempuan diharapkan untuk mendapatkan berat badan ideal itu? Tapi, ternyata banyak dari kalangan perempuan yang merasa harus mendapatkan berat badan tersebut. Sebuah survey yang diadakan pada tahun 1984 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Cincinnati terhadap 33.000 orang perempuan menunjukkan bahwa 75% dari kelompok usia 18 35 tahun menganggap diri mereka terlalu gemuk, padahal hanya 25% di antara mereka yang secara medis dipandang kelebihan berat badan. Sementara itu, 45% perempuan yang berat badannya kurang beranggapan bahwa mereka terlalu gemuk. Bukti bahwa pemikiran ini tidak sesuai dengan realitas kehidupan juga ditunjukkan dengan kenyataan bahwa orang-orang yang bergerak dalam bidang industri periklanan seringkali harus melakukan upaya-upaya manipulasi tertentu agar dapat menyajikan gambar seorang model atau figur dengan penampilan yang dapat mendongkrak nilai penjualan majalah atau produk-produk kosmetika, kecantikan, dan busana yang ditawarkan. Bob Ciano, seorang mantan art director pada majalah Life, pernah

mengatakan, Tidak pernah ada foto seorang perempuan yang tidak dimanipulasi termasuk foto-foto selebritis perempuan (tua) yang sebenarnya tidak ingin fotonya dimanipulasi kami selalu berusaha membuat penampilannya seperti ketika ia berusia lima puluhan. Dalma Heyn, yang pernah menjadi editor dua majalah perempuan, mengatakan bahwa proses airbrushing dari wajah perempuan merupakan suatu hal yang rutin dilakukan. Ia juga mengatakan bahwa majalah-majalah perempuan selalu mengabaikan perempuan-perempuan yang telah berumur, atau beranggapan bahwa mereka tidak ada; majalah-majalah selalu berusaha menghindari foto-foto perempuan yang berusia lanjut, dan ketika mereka harus menampilkan selebritis-selebritis yang berusia lebih dari 60 tahun, maka para seniman manipulator akan berusaha membuat perempuan-perempuan cantik itu tampak lebih cantik lagi, yaitu agar mereka tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya. Lebih jauh lagi Dalma Heyn mengatakan, Sampai sekarang, para pembaca sama sekali tidak tahu bagaimana sesungguhnya foto wajah seorang perempuan berusia 60 tahun, karena foto itu telah dimanipulasi sedemikian rupa sehingga ia tampak berusia 45 tahun. Lebih buruk lagi, ketika para pembaca yang berusia 60 tahun melihat bayangannya di cermin, mereka akan merasa terlalu tua, karena mereka membandingkan wajahnya dengan foto-foto para selebritis seusianya yang telah dimanipulasi di majalahmajalah. Rekayasa komputer yang biasa digunakan untuk mengubah realitas sebuah foto acapkali digunakan majalah-majalah kecantikan perempuan untuk memanipulasi foto-foto para modelnya untuk mempercantik penampilan dan paras mereka. Bahkan para selebritis perempuan yang sering disebut-sebut sebagai dewi kecantikan juga kehilangan berat badan atau terpaksa mengakui bahwa mereka telah melakukan berbagai operasi kosmetik agar mendapatkan penampilan yang terbaik dan memiliki wajah yang sempurna, seperti Britney Spears, Jennifer Lopez, dan Jane Fonda. Cher, penyanyi dan ratu operasi kecantikan, pernah suatu kali berkata, Saya tidak tahu berapa kali lagi saya dapat memperbaiki wajah ini hingga puas. Demikianlah, harapan-harapan tak wajar yang ditetapkan industri kecantikan dan hiburan, hingga membuat kebanyakan perempuan di Barat tergoda untuk berusaha keras mendapatkan

tubuh yang sempurna, serta bersedia menjalani beragam operasi dan cara-cara yang berbahaya untuk mencapai tujuan tersebut. Di Amerika Serikat, pada tahun 2001 tercatat 8,5 juta kali operasi kecantikan dan prosedur non operasi untuk memperbaiki penampilan, yang 88% dari keseluruhannya dilakukan oleh perempuan. Dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 di Amerika Serikat terjadi peningkatan jumlah operasi kecantikan hingga sebesar 304%. Lima macam operasi kecantikan yang paling sering dilakukan adalah lipoplasty, operasi kelopak mata, pembesaran payudara, perubahan bentuk hidung, dan pengencangan kulit wajah. (berdasarkan data statistik The American Society for Aesthetic Plastic Surgery). Dalam salah satu penelitian, ditemukan bahwa 1 dari 40 perempuan di AS telah melakukan operasi pembesaran payudara. Model terbaru adalah penyuntikan botox, yaitu prosedur untuk menghapus kerutan-kerutan di wajah dengan jalan membekukan otot-otot wajah melalui penyuntikan botulin toxin. Tidak perlu seorang pakar untuk memperkirakan dampak-dampak yang timbul akibat prosedur seperti itu. Semua tindakan di atas dilakukan semata-mata demi mendapatkan citra atau penampilan tertentu, yang dalam kenyataannya tidak mungkin atau hanya dapat dipenuhi oleh satu dua orang perempuan dari keseluruhan populasi. Selain itu, karena harapan-harapan yang tidak masuk akal itu ditetapkan oleh manusia, maka konsep tentang sifat-sifat atau ukuran-ukuran kesempurnaan tubuh dan wajah akan selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu. Apakah ini tujuan hakiki yang ingin dicapai seorang perempuan yang cerdas, yang kemudian diperjuangkan dengan segenap waktu, uang, dan segala upaya dalam kehidupannya? Ataukah hal ini hanya mitos belaka?

BAB III BAHAYA DI BALIK MITOS KECANTIKAN Konsep yang memaksa seluruh wanita dalam sebuah masyarakat untuk memenuhi ukuranukuran penampilan tertentu tidak hanya irasional, tetapi juga berbahaya. Itu adalah konsep yang tidak bertanggung jawab, karena dapat membuat orang melakukan cara-cara yang ekstrem, semata-mata untuk dapat memenuhi harapanharapan yang tidak wajar itu agar dapat disebut sebagai wanita cantik. Ujung-ujungnya, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah masalah dan kekacauan. Sebagai contoh, keinginan yang sangat kuat untuk mendapatkan berat badan yang ideal atau upaya mengurangi lemak tubuh sampai tingkat tertentu telah mengakibatkan timbulnya berbagai masalah kesehatan dan gangguan pola makan. Dilaporkan bahwa para model dan aktris rata-rata mempunyai lemak tubuh 10% dari berat badan keseluruhan; sedangkan rata-rata perempuan yang sehat memiliki lemak tubuh antara 22% 26%. Obsesi untuk mendapatkan bentuk dan berat badan ideal itu seringkali mengakibatkan gangguan pola makan. Gangguan pola makan itu bisa mengakibatkan Anorexia Nervosa, suatu penyakit yang sangat serius, yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipotermia, tekanan darah rendah, detak jantung yang tidak teratur, kemandulan, hingga dapat menghantarkan pada kematian. Anorexia digambarkan sebagai rasa takut yang sangat berlebihan terhadap kenaikan berat badan atau kegemukan, sekalipun sesungguhnya berat badannya masih kurang. Penyakit ini membuat penderitanya melakukan olahraga secara berlebihan, mengkonsumsi obat pencahar (cuci perut) agar tidak terjadi penyerapan zat makanan oleh tubuh, serta menahan diri untuk tidak makan. Lembaga Nasional Kesehatan Jiwa di AS menyatakan bahwa setiap hari, orang Amerika menghabiskan rata-rata dana sebesar 109 juta dollar untuk membeli makanan diet atau produkproduk diet. Lembaga tersebut juga mengungkapkan bahwa 1 dari 20 orang perempuan di AS mengalami anorexia, bulimia atau gangguan pola makan; 1 dari 3 pelaku diet membiasakan diri dengan sikap dan perilaku diet yang sangat ketat, dan 1 dari 4 pelaku diet ketat ini mengalami gangguan pola makan. Berdasarkan data Asosiasi Anorexia dan Bulimia Amerika, terdapat 1000 orang perempuan meninggal akibat anorexia setiap tahunnya di AS.

Pada tahun 2000, Asosiasi Kedokteran Inggris mengeluarkan suatu laporan yang membahas penyebab naiknya tingkat penderita anorexia di Inggris maupun di tempat-tempat lain di dunia. Dalam laporan itu mereka menyatakan, Obsesi industri media terhadap model-model fesyen yang berbadan ramping turut memberikan andil pada meningkatnya jumlah kasus gangguan pola makan pada anak-anak gadis Tingkat kekurusan yang dipertontonkan oleh para model yang dipilih untuk mempromosikan produkproduk itu tidak mampu diraih oleh para gadis dan secara biologis tidak wajar. Oleh karena itu tidak mengherankan jika AS, yang para model dan aktrisnya seringkali menjadi idola banyak perempuan di seluruh dunia dan selalu ditiru penampilannya, dinyatakan sebagai negara yang memiliki tingkat kasus anorexia tertinggi di dunia. Bahaya yang timbul akibat mitos kecantikan ini tidak dapat dianggap kecil, karena citra perempuan yang ditampilkan oleh media dan industri periklanan itu memang semakin membelenggu generasi muda, sehingga timbul mentalitas kekanak-kanakan di kalangan itu tentang bagaimana seharusnya penampilan seorang perempuan yang sukses itu. Survey yang diadakan pada tahun 1997 oleh Unit Pendidikan Sekolah Kesehatan Inggris menemukan bahwa 1 dari 5 murid perempuan yang berusia antara 14 dan 15 tahun telah membiasakan diri untuk tidak sarapan; 1 dari 7 murid membiasakan diri tidak makan siang; dan 6 dari 10 murid merasa perlu mengurangi berat badannya. Dalam website Anne Collins Diet dinyatakan, dari berbagai penelitian ditemukan fakta bahwa 80% anak-anak yang berusia 10 tahun merasa khawatir andaikata mereka menjadi gemuk; 70% anak-anak gadis yang duduk di kelas 6 SD mengatakan bahwa mereka merasa gelisah dengan kondisi berat badannya, bentuk tubuhnya, dan mulai melakukan diet pada saat berusia 9 11 tahun. Sementara itu 50% anak-anak berusia 8 10 tahun merasa tidak bahagia dengan ukuran tubuhnya. Sikap seperti itu dapat dengan mudah membuat mereka membiasakan diri dengan pola makan yang kacau. Menurut data Asosiasai Anorexia/Bulimia AS, 1 dari 100 perempuan berusia 12 18 tahun di AS menderita Anorexia Nervosa. Dr. Dee Dawson dari Rhodes Farm Clinic yang merawat penderita gangguan pola makan pernah menyatakan, bahwa anak-anak berusia 6 atau 7 tahun yang berobat di kliniknya merasa khawatir menjadi gemuk.

Naomi Wolf, dalam bukunya The Beauty Myth, memberikan sebuah analogi yang tepat untuk menggambarkan kenyataan mitos kecantikan ini. Katanya, mitos kecantikan itu seperti Iron Maiden, yaitu alat penyiksaan yang terdapat di Jerman pada abad pertengahan. Alat tersebut berupa peti seukuran tubuh manusia yang bergambar anggota tubuh dan wajah seorang perempuan cantik yang tengah tersenyum. Korban penyiksaan pelan-pelan di masukkan ke dalam peti itu, kemudian peti tersebut ditutup agar ia tidak dapat bergerak. Demikian seterusnya sampai dia tewas karena kelaparan, atau terkena paku logam yang ditanam di dalam peti tersebut. Berat dan bentuk tubuh ideal itu telah menjadi obsesi banyak orang, sampai-sampai muncul beberapa website yang mendorong para perempuan untuk mengurangi sebanyak mungkin berat badan mereka, meskipun harus menggunakan obat pencahar. Salah satu website itu bernama Rexia World yang mempunyai slogan Thinner, Bonier, and Closer to Perfection (Semakin kurus, semakin kelihatan tulangnya, dan semakin dekat dengan kesempurnaan). Website tersebut mendeklarasikan Thin Commandment yang menyatakan Kalau kalian tidak kurus, maka kalian tidak menarik. Menjadi kurus lebih penting daripada menjadi sehat. Kalian harus membeli busana, memotong rambut, meminum obat pencahar, menahan lapar dan melakukan segala hal yang dapat membuat kalian tampak lebih kurus. Kalian tidak boleh makan tanpa merasa bersalah. Kalian tidak boleh makan makanan berlemak tanpa menyalahkan salah satu pihak setelah itu. Kalian harus menghitung kalori serta membatasi asupan makanan ke dalam tubuh. Angka yang ditunjukkan oleh timbangan merupakan perkara yang paling penting. Penurunan berat badan adalah hal yang baik, sedangkan kenaikan berat badan merupakan bencana. Kalian tidak akan pernah menjadi terlalu kurus. Menjadi kurus dan tidak makan adalah tanda-tanda datangnya kekuatan dan kesuksesan yang hakiki. Bukankah pernyataan ini mengungkapkan sendiri betapa bahayanya menjadikan citra perempuan Barat sebagai citra perempuan ideal bagi kaum perempuan?

BAB IV MEMPERCANTIK DIRI; MENINGKATKAN MARTABAT PEREMPUAN DI MASYARAKAT? Pemahaman yang sering dijadikan pegangan oleh para perempuan yang tinggal di luar masyarakat Barat dan bercita-cita memiliki citra seperti perempuan Barat, adalah bahwa perempuan Barat memiliki martabat yang tinggi dan dihormati oleh masyarakat dimana mereka tinggal. Bayangan semacam itu memang diciptakan oleh mass-media Barat dan industri hiburan yang diekspor ke negeri-negeri lain. Mereka yang tinggal di Barat, yang hidup di bawah sistem kapitalis sekuler, akan memahami bahwa pernyataan itu hanya sebuah fantasi belaka. Kalau kita cermati lebih jauh masalah yang timbul akibat perhatian perempuan Barat yang berlebihan pada aspek kecantikan dan penampilan pada saat mereka menilai dirinya sendiri, maka kita akan melihat bahwa meskipun banyak yang menilai diri mereka dari segi kapasitas kecerdasan dan kemampuannya, namun sesungguhnya banyak di antara mereka yang merasa tidak lengkap bila tidak mengukurnya dari sisi kecantikan dan penampilan menurut standar yang ada di masyarakat Barat. Germaine Greer, seorang feminis dan penulis Barat, mengatakan dalam bukunya, The Whole Woman, Setiap perempuan tahu bahwa sekalipun mereka memperoleh berbagai prestasi, tetapi bila tidak cantik berarti mereka telah melakukan suatu kekeliruan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam sebuah penelitian yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Cincinnati, 33.000 perempuan AS mengatakan kepada para peneliti bahwa mereka lebih memilih turun berat badannya 10 15 pon daripada memperoleh prestasi lain. Penelitian Bread for Life menemukan fakta bahwa dari 900 perempuan berusia 18 24 tahun yang disurvey, 55% di antaranya menilai penampilan sebagai hal yang paling menarik dari seorang perempuan, dan hanya 1% yang menilai perempuan dari tingkat kecerdasannya. Dengan demikian, jelas banyak perempuan yang menjadikan konsep-konsep Barat sebagai jati dirinya beranggapan bahwa penampilannya lebih berharga daripada pemikiran, kecerdasan, kemampuan, serta kepribadiannya, meskipun boleh jadi mereka berusaha menutup-nutupi hal ini dari diri mereka. Lantas, bagaimana masyarakat Barat menilai

seorang perempuan? Seorang penulis Barat, Camille Paglia, menulis dalam sebuah artikel ilmiah berjudul Sexual Harassment: Confrontation and Decisions, Budaya Barat memiliki mata yang liar. Mata laki-laki suka berburu dan mengamati; anak laki-laki suka ngeceng dan bersuit-suit dari mobil-mobil mereka, beraksi seperti berandalan terhadap gadis-gadis yang sedang berjalan-jalan mencuci mata; laki-laki juga sering melolong seperti serigala dan berkotek seperti ayam. Dimana pun berada, perempuan yang cantik selalu dipelototi dan dilecehkan. Dia menjadi simbol utama syahwat manusia. Bagi orang-orang yang mampu melihat masyarakat Barat lebih dalam, mereka akan mengetahui bahwa perempuan Barat lebih banyak dinilai dari tingkat kecantikannya daripada dari sisi kecerdasannya. Ini terjadi di semua tingkatan masyarakat. Kebanyakan lakilaki yang memiliki mentalitas sekuler Barat dan terpengaruh dengan mitos kecantikan juga lebih sering menjalin hubungan dengan perempuan berdasarkan pertimbangan penampilan mereka, bukan atas dasar pertimbangan kecerdasan mereka. Mereka selalu mencari perempuan yang berkulit terang, tinggi, dan ramping, sebagai piala yang akan menemani mereka berjalanjalan, sekedar untuk memperlihatkan hasil tangkapan atau hadiah yang berhasil mereka dapatkan kepada teman-teman dan keluarga mereka. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila perempuan Barat selalu merasa gelisah dengan penampilannya. Mereka merasa bahwa penampilannya adalah kunci untuk menuju pernikahan atau satu-satunya perkara yang dapat mencegah suami atau teman-teman dekatnya berselingkuh dengan perempuan lain yang lebih cantik, lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih putih kulitnya. Kenyataan ini dapat dijelaskan secara sederhana. Konsep kebebasan yang dianut oleh perempuanperempuan dengan jati diri sekuler Barat yang merasa bahwa mereka berhak berbusana dan berpenampilan sebagaimana yang mereka inginkan juga mengendap di dalam benak kaum laki-laki yang mengadopsi jati diri sekuler Barat. Kaum laki-laki sekuler itu menganggap bahwa mereka bebas untuk melihat dan memperlakukan seorang perempuan sekehendak hatinya, karena mereka menjadikan akal dan nafsu mereka sebagai standar perilaku dalam kehidupan. Inilah esensi konsep kebebasan yang menjadi landasan jati diri masyarakat Barat. Ketika sampai pada permasalahan bagaimana

kaum perempuan dipekerjakan dan dipromosikan, kita bisa melihat bahwa penampilan dan kecantikan merupakan perkara yang semakin penting dalam semua bidang pekerjaan, bukan saja dalam bidang industri periklanan, kecantikan, dan hiburan. Cuplikan kasus yang terjadi di dunia Barat berikut ini sebenarnya bisa menjadi bukti yang cukup kuat bahwa konsep ini yaitu penampilan dan kecantikan merupakan faktor yang penting dalam dunia pekerjaan merupakan konsep yang dianut baik oleh majikan laki-laki maupun perempuan di semua sektor, dari dunia bisnis sampai dunia politik, dari profesi medis hingga dunia hukum. Di AS, pada tahun 1975, Catherine McDermott pernah menuntut Xerox Corporation karena tidak memberikan kesempatan kerja kepadanya atas dasar alasan berat badannya. Pada dasawarsa yang sama, National Airlines memecat pramugarinya, Ingrid Fee, karena ia terlalu gemuk, yaitu memiliki berat badan 4 pon lebih berat daripada batas yang ditentukan. Pada tahun 1983, di AS juga, seorang karyawan TV, Christine Craft, menuntut bekas perusahaannya, Metromedia Inc. karena telah memecatnya atas dasar alasan menurut atasannya terlalu tua, sangat tidak menarik, dan tidak menghargai lakilaki. Keputusan pengadilan terhadap kasus-kasus tersebut ternyata memberikan kemenangan kepada pihak perusahaan. Atas kejadian itu, seorang jurnalis pernah mengatakan, Ada ribuan Christine Craft lain yang mengalami nasib serupa Namun kita diam saja. Siapa yang dapat mempertahankan daftar hitam ini? Maskapai penerbangan Dan Air pada tahun 1987 pernah ditentang karena dianggap hanya mempekerjakan perempuan muda yang cantik sebagai kru penerbangan. Namun maskapai tersebut mempertahankan pendiriannya dengan alasan bahwa hal itu merupakan pilihan pelanggan. Dengan kata lain, pelanggan memang menghendaki kru perempuan yang masih muda dan berpenampilan cantik. Seorang perempuan berusia 54 tahun pernah mengatakan di lembaga The Sexuality of Organization, bahwa atasannya memberhentikan dia tanpa peringatan, Atasannya mengatakan bahwa ia ingin melihat seorang perempuan yang lebih muda agar semangatnya bangkit. Bagaimana masyarakat Barat menilai berbagai karakteristik seorang perempuan juga dapat dilihat manakala kita mengetahui bahwa satusatunya bidang pekerjaan dimana seorang perempuan selalu memperoleh penghargaan

yang lebih tinggi dari seorang laki-laki adalah dunia modeling dan prostitusi. Seorang supermodel dapat memperoleh bayaran sampai 10.000 poundsterling dalam sehari. Jumlah yang sama baru dapat diperoleh seorang dokter pemula atau seorang guru setelah bekerja 6 bulan. Perempuan-perempuan yang berhasil mendapatkan sebuah pekerjaan atau memperoleh promosi karir seringkali dihadapkan dengan berbagai macam bentuk pelecehan seksual, karena kaum laki-laki tidak menganggap ia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, tetapi tetap memandangnya semata-mata sebagai suatu objek yang dapat dipermainkan sesuai dengan keinginan laki-laki. Sebuah penelitian yang diadakan pada tahun 1993 oleh sebuah masyarakat industri mendapatkan bahwa 54% perempuan di Inggris telah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Dalam sebuah survey, The Claremont College Working Papers (2001) menemukan bahwa 70% perempuan yang bertugas di kesatuan angkatan darat Inggris mengaku telah mengalami sejumlah pelecehan seksual ketika mereka tengah menjalani masa pendidikan selama 12 bulan. Para responden yang disurvey oleh Equal Opportunity Commission mengatakan bahwa kebiasaan itu tidak hanya terjadi pada sektor-sektor tertentu saja, tetapi setiap lapisan masyarakat, baik di lingkungan para manajer, kesatuan polisi, profesi medis dan hukum, maupun dunia politik. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh The American Association of University Women pada tahun 1993, ditemukan bahwa 85% mahasiswa perempuan telah mengalami pelecehan seksual; 25% di antaranya dilakukan oleh karyawan universitas. Dengan demikian, telah jelas bahwa kaum perempuan di Barat pada banyak kasus dan pada sebagian besar lapisan masyarakat lebih dinilai berdasarkan penampilannya, bukan pada tingkat kemampuan dan kecerdasannya. Perempuan di tengah-tengah masyarakat dianggap oleh banyak kalangan laki-laki hanya sebagai sebuah komoditas untuk memenuhi nafsu syahwatnya, bukan sebagai pihak yang turut memberikan kontribusi bagi masyarakat. Bukti yang paling nyata atas pernyataan ini adalah tingginya wabah pemerkosaan di negara-negara Barat. 1 dari 20 perempuan di Inggris dan Wales pernah diperkosa. 167 perempuan diperkosa setiap harinya di Inggris dan Wales (data dari British Home Office). Sedangkan di Amerika Serikat terjadi lebih dari satu kali tindak

pemerkosaan terhadap perempuan dalam setiap menitnya. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Ms Magazine pada tahun 1988 terhadap 114 mahasiswa di AS, diperoleh fakta yang mengejutkan, bahwa 85% laki-laki memberikan jawaban ya atas pernyataan bahwa Sejumlah perempuan memang berpenampilan dan bertingkah laku seolah-olah mereka berharap untuk diperkosa. Kecenderungan yang berbahaya seperti ini dimiliki oleh kaum laki-laki yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang menganut konsep kebebasan, yaitu bahwa mereka bebas untuk melihat seorang perempuan sekehendak hatinya. Pikiran ini pula yang berkembang dalam benak para remaja. Pada sebuah penelitian yang dilakukan UCLA terhadap remaja usia 14 18 tahun, diperoleh hasil bahwa lebih dari 50% remaja laki-laki beranggapan okeoke saja jika seorang laki-laki memperkosa seorang perempuan yang telanjur membangkitkan nafsu syahwatnya. Dalam sebuah survey Ms Magazine terhadap para mahasiswa di AS pada tahun 1988, diperoleh laporan bahwa 1 dari 12 responden pernah memperkosa atau berusaha memperkosa seorang perempuan sejak berumur 14 tahun. Di Inggris, remaja-remaja yang sedikitnya berumur 13 tahun telah dimasukkan dalam daftar pelaku tindak kekerasan seksual setelah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh terhadap anak-anak perempuan. Tidak ada istilah lain untuk menggambarkan masa depan masyarakat seperti itu kecuali kata mengerikan. Demikianlah kenyataannya, bahwa pada masyarakat Barat, kecantikan tidak menjadikan seorang perempuan dihormati atau meningkat martabatnya, sehingga membuat kecantikan menjadi sesuatu yang berharga dalam kehidupan ini. Konsep itu hanya mitos belaka. Kaum perempuan Barat hanya menjadi objek yang dinilai sebatas kulitnya saja, bukan pada pemikiran dan kecerdasannya. Allah Swt secara sempurna menggambarkan kenyataan ini dalam ayat-Nya:

] [
Dan bagi orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. (TQS. an-Nur [24]: 39)

BAB V MUNCULNYA MITOS KECANTIKAN Dari penjelasan sebelumnya telah tergambar dengan jelas keadaan kaum perempuan yang mengadopsi jati diri sekuler Barat. Mereka sesungguhnya tidak benar-benar bebas menentukan citra diri sesuai keinginannya, tetapi sebaliknya mereka mendapatkan tekanan untuk hidup sesuai dengan harapan-harapan tertentu; harapan-harapan yang pada hakikatnya hanya merupakan fantasi belaka. Oleh sebab itu, upaya mempercantik diri tidak akan dapat mendatangkan kehormatan bagi perempuan atau membuatnya berharga di tengah-tengah masyarakat. Andaikata memang benar demikian adanya, maka kita perlu bertanya pada diri kita. Mengapa mitos kecantikan ini terus berkembang dan tersebar luas di kalangan perempuan, baik yang tinggal di sekitar dunia Barat maupun yang tinggal jauh dari dunia Barat? Mengapa semakin banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka terus diperdayakan setiap hari? Mengapa citra perempuan Barat yang berdasarkan jati diri dan pandangan hidup yang sekuler itu dijadikan model yang harus ditiru seluruh kaum perempuan di dunia? Sebagaimana terhadap masalah-masalah lainnya, pandangan hidup kapitalisme buatan manusia menilai persoalan kecantikan ini dari sisi uang dan manfaat. Industri alat-alat kecantikan, kosmetika, fesyen, dan bisnis operasi plastik di dunia Barat didukung oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki aset jutaan dollar. Demikian pula industri majalah, yang mengiklankan produkproduk tersebut dan mendongkrak citra penampilan perempuan. Oleh karena itu, segala macam upaya mempercantik diri yang dilakukan kaum perempuan harus tetap dipertahankan agar perusahaan-perusahaan tersebut terus mendapatkan keuntungannya. Berbagai citra dan cita-cita kaum perempuan yang tidak wajar harus terus dipelihara, semata-mata dengan tujuan agar pendapatan perusahaan-perusahaan itu terus bertambah, seiring dengan semakin besarnya dana yang dikeluarkan kaum perempuan untuk mendapatkan bentuk penampilan fisik yang diinginkan, yang terus berubah dari waktu ke waktu. Naomi Wolf menyatakan dalam bukunya The Beauty Myth, Perekonomian yang bergantung pada perbudakan harus mampu menampilkan citra budak yang dapat

melegitimasi lembaga perbudakan itu sendiri. Mitos kecantikan semacam itu harus disembunyikan sejauh mungkin dari pandangan publik agar dollar dan poundsterling yang diharapkan terus mengalir masuk. Dengan demikian, citra perempuan Barat terus dijadikan idola perempuan seluruh dunia untuk memuaskan nafsu sejumlah pimpinan dan pemilik perusahaan yang serakah. Seorang pakar ekonomi, John Kenneth Galbraith memberikan komentar tentang upaya mempercantik diri sebagai berikut, Kita dipaksa oleh ilmu sosiologi populer, berbagai majalah, dan kisah-kisah fiksi untuk menyembunyikan fakta bahwa kaum perempun dalam kedudukannya sebagai konsumen memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat industri kita Perilaku yang penting bagi perkembangan ekonomi itu telah berubah menjadi sebuah nilai yang utama di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dijelaskan di muka, industri kecantikan di Inggris berhasil meraup pendapatan hingga 8,9 miliar poundsterling setiap tahunnya. Industri fesyen dunia mampu menghasilkan pemasukan total sebesar 1.500 miliar dollar AS setahunnya; sedangkan industri produk-produk diet di AS dapat meraup 74 miliar dollar setiap tahunnya (Time Magazine, 1988). Sebuah bisnis bedah kosmetik di AS dapat dengan sangat mudah meraup pendapatan 1 juta dollar AS setahun. Ketika kontestan dari India berhasil memenangkan kontes kecantikan Miss World selama dua tahun berturut-turut, seorang anggota organisasi perempuan di India berkomentar bahwa hal itu bukan disebabkan karena kecantikan Miss India yang luar biasa, tetapi lebih disebabkan karena perusahaan-perusahaan kosmetika internasional ingin menembus pasar India. Selain dari itu, media televisi dan majalah juga berhasil meraup pendapatan jutaan dollar dari iklan produk-produk perusahaan kecantikan tersebut, dengan jalan menampilkan citra Wanita Cantik yang semestinya menggunakan atau memakai produk-produk mereka. Berbagai industri kosmetika dan alat-alat perawatan tubuh mengeluarkan dana untuk kepentingan iklan yang jumlahnya lebih besar daripada jenis-jenis industri lainnya. Pernah terjadi, satu edisi majalah kecantikan Harpers and Queen berhasil meraih pendapatan senilai 100.000 poundsterling dari iklan perusahaan-perusahaan kosmetika. Tidak mengherankan bila kemudian ada seorang penulis majalah Cover Up yang mengatakan, Para

editor (bagian) kosmetik sangat jarang dapat menulis fakta tentang kosmetika secara bebas, karena para pemasang iklan membutuhkan suatu promosi dari pihak editor sebagai suatu prasyarat pemasangan iklan. Setelah memahami permasalahan ini, akankah kaum perempuan yang berpikiran maju mau menelan mentah-mentah berbagai kebohongan dan tipu muslihat yang melingkupi citra perempuan Barat, atau sebaliknya mereka harus berpikir secara hati-hati mengenai jati diri dan citra yang tepat untuk dijadikan pegangan bagi mereka dalam mengarungi kehidupan?

BAB VI PENGARUH MITOS KECANTIKAN TERHADAP MUSLIMAH Amat disayangkan bahwa ada sejumlah kalangan Muslimah baik yang tinggal di Barat maupun di dunia Islam yang terpengaruh dengan mitos kecantikan ini. Bagi kaum Muslimah yang tinggal di negara-negara Barat, barangkali mudah dipahami mengapa mereka terpengaruh mitos tersebut, yakni karena setiap hari mereka dicekoki dengan konsep citra perempuan dan harapan-harapan yang tidak wajar itu sebagaimana perempuan-perempuan non Muslim yang ada di masyarakat. Tidak mengherankan pula, jika mitos kecantikan tersebut juga mempengaruhi sebagian kalangan Muslimah yang tinggal di dunia Islam, karena budaya Barat itu juga diekspor ke negeri-negeri Muslim oleh berbagai media, industri hiburan, dan industri periklanan. Majalah-majalah yang berisi trend gaya hidup Barat seperti Vogue, Cosmopolitan, dan Marie Clare juga mengisi rak-rak penjual koran dan toko-toko buku yang bertebaran di Pakistan, Bangladesh, Turki, jazirah Arab, dan Asia Tenggara. Salon-salon kecantikan yang menjajakan citra perempuan Barat semakin hari semakin banyak bermunculan di jalan-jalan kota Karachi, Lahore, Dhaka, Abu Dhabi, Kuala Lumpur, dan sebagainya. Pada bulan Oktober 2002 lalu, BBC menyiarkan suatu kisah mengenai Afghanistan dengan tajuk Afghan Lipstick Liberation. Acara tersebut membahas suatu proyek yang pada saat itu tengah berjalan, yang didanai oleh Amerika Serikat untuk kepentingan kaum perempuan Afghanistan. Proyek tersebut berupa sebuah sekolah kecantikan ala Barat yang dibangun di Kabul di bawah pengawasan Kementerian Urusan Perempuan Afghanistan, dan harus dapat diselesaikan pada bulan Januari 2003. Proyek tersebut bertujuan untuk melatih perempuan Afghanistan agar dapat memotong rambut dan menjalankan bisnis kecantikan dengan perlengkapan kosmetika bantuan perusahaan-perusahaan kosmetika terkemuka seperti Revlon dan MAC. Jelas bahwa proyek tersebut bertujuan untuk menanamkan pengaruh di benak para Muslimah Afghanistan agar mempunyai keinginan meniru penampilan perempuan-perempuan Barat. Sekali lagi, amat disayangkan bahwa dari realitas yang terjadi di masyarakat ini, ternyata ada di antara kaum Muslimah yang mengadopsi atau mencita-citakan citra perempuan Barat yang

berlandaskan jati diri peradaban Barat dan pandangan hidup sekulerisme tersebut. Konsep Barat mengenai ukuran-ukuran kecantikan telah menjadi kriteria bagi para Muslimah itu untuk menilai penampilan mereka, antara lain tinggi semampai, bertubuh ramping, berkulit putih, dan berpenampilan muda. Ketika hendak menikah, seorang laki-laki atau kedua orangtuanya tidak jarang mencari seorang gadis yang memenuhi kriteria-kriteria di atas, tanpa memikirkan lagi sejauh mana keteguhannya dalam beragama. Para Muslimah banyak yang memiliki anggapan bahwa di masyarakat telah berkembang luas pandangan semakin putih kulitnya, maka semakin cantik seorang perempuan. Pandangan tersebut telah mendorong para Muslimah untuk mendapatkan penampilan seperti itu, sehingga banyak di antara mereka yang menggunakan berbagai cara untuk memutihkan kulit mereka, termasuk dengan menggunakan obat-obatan pemutih, tanpa menghiraukan lagi konsekuensi yang mungkin timbul. Salah satu jenis obat pemutih itu disebut Jolen telah diidentifikasi sebagai penyebab kanker. Selain itu, operasi plastik dan kasus anorexia semakin banyak terjadi di kalangan para Muslimah, baik yang tinggal di Barat maupun di negeri-negeri Muslim. Padahal di masa-masa sebelumnya, operasi kosmetik dan kasus anorexia itu merupakan perkara yang asing bagi umat Islam dan kaum Muslimah. Bahkan dunia perfilman India, Bollywood, yang baru-baru ini dipopulerkan di Barat dan disebutsebut banyak kalangan mempunyai konsep penampilan perempuan serta model busana yang berbeda, dalam kenyataannya ternyata mengadopsi konsep-konsep sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat Barat. Majalah-majalah kecantikan dan gaya hidup yang diproduksi oleh masyarakat Asia, seperti Asian Bride, Asian Woman, dan Libas, juga membahas konsepkonsep yang serupa, seperti bahwa perempuan bebas menentukan bentuk penampilan serta perilaku yang mereka kehendaki, dan juga memuat gagasan yang sama tentang kriteria kecantikan perempuan. Harapan-harapan yang dikembangkan dalam majalah-majalah tersebut sama persis dengan penampilan perempuan Barat. Aktris India, Ashwariya Rai, yang sangat terkenal di Bollywood saat ini, banyak dipuja gadis-gadis Asia karena kulitnya yang putih dan matanya yang biru. Memang semakin banyak aktris India terkemuka yang melakukan operasi kosmetik dengan harapan agar mempunyai penampilan seperti Karishma dan Rekha.

Demikianlah, di dunia perfilman Bollywood, kaum perempuan menentukan segala sesuatu berdasarkan konsep kebebasan. Sebagaimana jati diri perempuan Barat, akal pikiran dan hawa nafsunya menjadi standar bagi mereka untuk menentukan bentuk penampilannya, busana yang mereka pakai di tengah masyarakat, serta model pergaulan yang mereka jalin. Bagi orang-orang yang membanggakan diri karena berpandangan bahwa citra perempuan di Bollywood jauh lebih sopan daripada kaum perempuan di Hollywood, barangkali perlu kembali meneliti fakta bahwa shahwar kamiz (saling berpelukan), pakaian tradisional (sari) yang mempertontonkan aurat, serta rok-rok pendek yang dipakai aktris-aktris India itu tidak akan dilewatkan oleh kebanyakan majalah fesyen Barat. Baru-baru ini, BBC menyiarkan sebuah tayangan dokumenter berjudul Faith in Fashion, yang secara khusus memperbincangkan sebuah konsep tentang bagaimana seorang perempuan yang beragama Islam tetapi tetap bisa menjadi bagian komunitas fesyen yang dibentuk masyarakat Barat, serta berupaya mengadopsi model pakaian Barat yang Islami entah bagaimana bentuknya. Namun demikian, yang perlu dicermati lebih jauh adalah tujuan yang melatarbelakangi tindakan orang-orang Barat dalam mempengaruhi kaum Muslimah yang tinggal di Barat agar mau mengadopsi konsep kecantikan, serta tujuan mereka mengekspor citra tersebut ke negerinegeri kaum Muslim. Tujuan mereka mempengaruhi kaum Muslimah yang tinggal di Barat adalah untuk menyatukan kaum Muslim khususnya para Muslimah dengan masyarakat Barat, sedemikian rupa sehingga kaum Muslimah kehilangan jati diri ke-Islamannya, serta lupa dengan tanggung jawab dan kewajibankewajibannya selaku Muslimah. Bagi kalangan Muslimah yang tinggal di negeri-negeri Muslim, konsep kecantikan itu disebarluaskan untuk mengikis pemikiran dan perilaku Islam dalam diri para Muslimah, serta menanamkan jati diri sekuler Barat kepada mereka. Penyebarluasan konsep kecantikan ini merupakan salah satu bentuk kolonialisme budaya (ghazw ats-tsaqafi) yang dilancarkan kaum kafir Barat. Satu contoh yang sangat jelas adalah pembangunan sekolah kecantikan di Kabul seperti yang pernah disampaikan di depan. Di tengah sekian banyak masalah yang dihadapi kaum perempuan di Afghanistan, seperti bahaya kelaparan, serta langkanya air bersih dan obat-obatan, orang-

orang Barat justru menetapkan bahwa masalah yang harus diketahui kaum Muslimah adalah bagaimana cara mempercantik diri mereka!! Pada dasarnya, semua upaya tersebut dilakukan negara-negara Barat untuk mencegah kembalinya Islam sebagai pandangan hidup kaum Muslim, serta mempertahankan pandangan hidup sekuler Barat beserta budaya dan aturan-aturannya agar terus berkuasa di seluruh permukaan bumi. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk melindungi kepentingan-kepentingan material masyarakat Barat dan mempertahankan hegemoni mereka. Demikianlah akibatnya jika kaum Muslimah bercita-cita untuk mendapatkan citra kecantikan sebagaimana yang ditetapkan oleh Barat serta mengadopsi jati diri orang-orang Barat. Inilah agenda Barat yang belum banyak diketahui kaum Muslim.

BAB VII ISLAM DAN KONSEP KECANTIKAN Sama sekali berkebalikan dengan jati diri orangorang Barat yang menjadikan akal dan hawa nafsu manusia sebagai standar untuk menentukan bagaimana manusia menjalani kehidupan, jati diri Islam berlandaskan pada keyakinan bahwa Sang Pencipta manusia dan alam semesta adalah satu-satunya Zat yang mempunyai kedaulatan dan otoritas untuk menentukan bagaimana umat manusia menjalani kehidupannya. Lebih dari itu, Dia-lah satu-satunya Zat yang menciptakan manusia, berikut naluri dan kebutuhan fisik yang dimilikinya, dan bahwa Dialah yang paling tahu bagaimana cara terbaik untuk mengatur mereka. Pandangan hidup sekuler Barat mengemban konsep kebebasan pribadi yang menetapkan bahwa kaum laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka berbusana, bagaimana mereka berpenampilan, bagaimana semestinya mereka memandang lawan jenisnya, bagaimana model pergaulan di antara mereka, apa peran mereka dalam kehidupan rumah tangga dan di tengah-tengah masyarakat, serta bagaimana seharusnya mereka bertingkah laku. Sebaliknya, kaum Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, menjalani kehidupan mereka atas dasar keyakinan bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatan mereka di dunia kepada Sang Khaliq. Oleh karena itu, kaum Muslim paham bahwa mereka harus mengembalikan setiap permasalahan pada hukum dan aturan, serta pada standar halal dan haram yang telah ditetapkan oleh Sang Khaliq. Oleh karena itu, kaum Muslimah tidak menjadikan akal pikiran dan hawa nafsunya sebagai penentu bagaimana mereka mendefinisikan kecantikan, penampilannya, atau bagaimana mereka menilai dirinya; tetapi mereka mengembalikan semua permasalahan tersebut kepada al-Quran dan asSunnah. Bagi kaum Muslim, hawa nafsu tidak boleh menjadi standar dalam menentukan bagaimana mereka melihat dan memperlakukan kaum perempuan; tetapi mereka menjadikan alQuran dan as-Sunnah sebagai standar. Allah Swt berfirman dalam Surat al-Ahzab:

[
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS. al-Ahzab [33]: 36) Islam tidak menentukan konsep yang pasti mengenai kriteria Wanita Cantik, dan juga tidak menentukan bagaimana penampilan seorang perempuan agar nampak kecantikannya. Oleh karena itu, dalam Islam tidak terdapat harapanharapan yang tidak wajar yang mesti diraih oleh perempuan, maupun diharapkan oleh kaum lakilaki. Namun demikian, Islam memang membahas konsep tentang bagaimana seorang Muslimah harus berpenampilan pada berbagai kesempatan, dan kepada siapa saja ia dapat sepenuhnya menunjukkan kecantikannya. Di depan laki-laki yang bukan mahramnya, atau kalangan yang boleh menikah dengannya, seorang Muslimah diwajibkan berpenampilan sesuai dengan syariat, yaitu menutup seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Selain itu, busana yang dikenakannya tidak boleh terlalu tipis sehingga kulitnya bisa kelihatan, dan juga tidak boleh terlalu ketat sehingga tampak bentuk tubuhnya. Dengan demikian, seluruh bagian tubuh perempuan, termasuk lehernya, kakinya, dan rambutnya (meski hanya sehelai saja) selain wajah dan kedua telapak tangannya merupakan aurat, yang haram ditampakkan di depan laki-laki yang bukan mahramnya. Segala bentuk pengecualian atas ketentuan ini harus ditetapkan melalui nash-nash al-Quran dan as-Sunnah, bukan akal manusia. Dalam satu hadits yang diriwayatkan Aisyah ra, beliau berkata bahwa Asma binti Abu Bakar telah memasuki rumah Rasulullah saw dengan memakai busana yang tipis, maka Rasulullah saw pun berpaling seraya berkata:


Wahai Asma , sesungguhnya perempuan itu jika telah baligh tidak pantas untuk ditampakkan dari tubuhnya kecuali ini dan ini sambil menunjuk telapak tangan dan wajahnya.

Dalam surat an-Nur, Allah Swt berfirman:

] [
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudarasaudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. (TQS. an-Nur [24]: 31) Ibnu Abbas menafsirkan kalimat yang (biasa) nampak daripadanya sebagai wajah dan kedua telapak tangan. Selain itu, di depan laki-laki yang bukan mahramnya, seorang perempuan juga tidak boleh memakai pakaian, perhiasan, dan menggunakan dandanan yang akan menarik perhatian laki-laki atas kecantikannya (tabarruj). Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Ahzab:

][
Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (TQS. al-Ahzab [33]: 33) Kemudian, apabila seorang perempuan keluar rumah dan memasuki kehidupan umum (ruang publik), penampilan atau pakaian yang diwajibkan

baginya adalah khimar, yakni penutup kepala yang menutup seluruh bagian kepala, leher, dan bagian bahu seputar dada; serta jilbab, yaitu kain panjang yang menutup pakaian kesehariannya dan diulurkan sampai ke bagian bawah. Apabila seorang perempuan keluar rumah tanpa kedua macam pakaian ini maka ia memperoleh dosa, karena telah mengabaikan perintah Sang Khaliq Swt. Dalilnya sangat jelas, sebagaimana tersebut dalam ayat berikut ini yang memerintahkan pemakaian khimar:

][
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (TQS. an-Nur [24]: 31) Sementara itu, dalam surat al-Ahzab, Allah Swt mewajibkan jilbab:

] [
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anakanak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (TQS. alAhzab [33]: 59) Selain itu, dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Athiyah, bahwa ia berkata:

r . : . :
Rasulullah saw memerintahkan kami, baik ia budak perempuan, perempuan haid, ataupun anak-anak perawan agar keluar (menuju lapangan) pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Bagi perempuan yang sedang haid diperintahkan untuk menjauh dari tempat shalat, tetapi tetap menyaksikan kebaikan dan seruan atas kaum Muslimin. Aku lantas berkata, Ya Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab. Maka Rasulullah pun menjawab, Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbab kepadanya.

Bagi Muslimah, yang dimaksud dengan kecantikan (kebaikan) adalah manakala ia mengikuti hukum-hukum dan aturan Allah Swt, sedangkan keburukan adalah tatkala ia mengesampingkan aturan tersebut dan menuruti hawa nafsunya. Ia tidak boleh mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh manusia. Upaya untuk mendapatkan penampilan dan perilaku yang ditentukan Allah Swt tersebut jelas masih berada dalam batas-batas kemampuan setiap perempuan, dan pasti tidak akan menimbulkan berbagai macam permasalahan, seperti gangguan pola makan yang diakibatkan karena harapan-harapan yang tidak wajar untuk memperoleh penampilan, ukuran tubuh, dan bentuk tubuh tertentu yang harus dipenuhi oleh kaum perempuan Barat. Sekalipun Islam tidak memiliki konsep yang pasti tentang kriteria wajah atau bentuk tubuh yang cantik, namun kaum Muslimah didorong untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang membuat penampilannya menarik hati suaminya, seperti berdandan untuk suaminya serta berpenampilan yang rapi dan bersih. Kaum Muslimah tahu bahwa tindakan seperti itu akan mendatangkan ridla Allah Swt. Namun ketika melakukan upaya mempercantik diri tersebut seperti memperindah bentuk tubuh atau memutihkan wajahnya kaum Muslimah harus menyadari bahwa itu semua sama sekali bukan dimaksudkan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, namun semata-mata untuk menuruti batas-batas yang ditentukan Allah Swt baginya. Demikian pula para suami Muslim, ketika menentukan apa yang disukai dan apa yang dibenci, mereka harus dapat memastikan bahwa sikap mereka itu bukan semata-mata karena menuruti harapan-harapan yang tidak wajar dari masyarakat Barat.

BAB VIII BAGAIMANA MUSLIMAH MENILAI DIRINYA? Kaum Muslimah tidak semestinya menilai kepribadian mereka atas dasar sesuatu yang sangat dangkal, seperti kecantikan. Demikian pula, tidak selayaknya kaum Muslimah memandang rendah diri mereka karena dianggap gagal memenuhi harapan-harapan masyarakat untuk memperoleh predikat Wanita Cantik. Kaum Muslimah harus menyadari sepenuhnya, bahwa citra kecantikan seperti itu hanyalah sebuah mitos yang dimanfaatkan untuk mengalihkan pemikiran dari pertanyaanpertanyaan yang sangat penting dalam hidup ini, seperti apakah tujuan hidup yang hakiki atau bagaimana mengatur kehidupan umat manusia dengan cara yang benar. Kaum Muslimah seharusnya memahami bahwa landasan yang menjadi tolok ukur untuk menilai kepribadian dirinya bukanlah kecantikan wajahnya, tetapi pemikiran dan perilakunya. Ia semestinya menilai dirinya dengan ukuran sejauh mana ketaatannya sebagai seorang hamba kepada Sang Khaliq, serta kuantitas dan kualitas amal perbuatannya dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sematamata untuk meraih keridlaan-Nya. Inilah yang menjadi ukuran keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Inilah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi di surga. Allah Swt mengungkapkannya dalam surat alAhzab:

] [
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, lakilaki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut

(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (TQS. al-Ahzab [33]: 35) Oleh karena itu, seorang Muslimah semestinya mengukur kepribadiannya atas dasar ketakwaannya kepada Allah Swt. Sebab, dengan ketakwaan inilah Sang Khaliq menilai umat manusia, dan dengan ukuran ini pula Dia meninggikan derajat seorang manusia dari manusia lainnya. Allah Swt berfirman dalam surat al-Hujurat:

][
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (TQS. al-Hujurat [49]: 13) Rasulullah saw juga menjelaskan dalam khutbah beliau yang terakhir, bahwa tidak ada kelebihan seorang manusia atas manusia lainnya, kecuali atas dasar ketaqwaan dan amal shalihnya. Oleh karena itu, perjuangan yang seharusnya dilakukan oleh kaum Muslimah dalam hidup ini adalah untuk membangun kepribadian Islam seutuhnya dan berusaha menerapkan hukumhukum Allah Swt dalam kehidupan pribadinya, di tengah keluarganya, serta dalam kehidupan masyarakat. Perjuangan kaum Muslimah bukan diarahkan untuk sekedar mendapatkan kecantikan atau meniru pola pikir masyarakat Barat yang dangkal. Rasulullah saw pernah bersabda:


Dunia dan segala isinya adalah perhiasan, tetapi sebaik-baik perhiasan di dunia adalah perempuan yang shalihah.

BAB IX BAGAIMANA SEHARUSNYA SEORANG MUSLIM MENILAI SEORANG MUSLIMAH? Sebagaimana pernah dibahas sebelumnya, kaum Muslim laki-laki tidak bebas memandang kaum perempuan menurut keinginannya, tetapi harus memahami bahwa dirinya bertanggung jawab kepada Sang Khaliq Swt. Mereka harus membatasi pandangannya sesuai dengan ketentuan Islam. Sebagai contoh, jika seorang laki-laki berusaha mencari jodoh, Rasulullah saw memberikan petunjuk dengan hadits yang sangat terkenal, diriwayatakan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:


Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara. Kekayaannya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Maka kawinilah yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung. Oleh karena itu, bila seorang laki-laki Muslim ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka ia akan berusaha mendapatkan istri yang dikenal baik dan teguh dalam beragama, melebihi perhatiannya terhadap sifat-sifat utama lainnya yang barangkali dimiliki perempuan tersebut. Dia tidak akan pernah terperosok dengan mitos kecantikan yang selalu menyebarluaskan pandangan bahwa seorang perempuan dianggap cantik bila mempunyai ciri khas tertentu, misalnya tinggi, ramping, dan berkulit putih. Dia juga tidak pernah tergoda dengan pendapat bahwa penampilan adalah faktor terpenting dalam pergaulan. Sebaliknya, ia akan berusaha mencari seorang istri yang memiliki pemahaman yang baik tentang tugas-tugas seorang Muslimah; yang akan melaksanakan tugas-tugas seorang istri sebagaimana yang diperintahkan Islam; yang dengan penuh kasih sayang akan merawat dan memelihara pemikiran anak-anaknya dengan tsaqafah Islam; dan yang akan menjaga suaminya agar tetap taat beribadah sebagaimana sang suami menjaga agamanya. Rasulullah saw bersabda:


Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik

perhiasan adalah seorang wanita (istri) yang senantiasa mengingatkan suaminya tentang hari akhir. Realitas yang kini terjadi di negeri-negeri kaum Muslim memperlihatkan bahwa sikap yang benar dalam hal menilai seorang perempuan ternyata secara umum tidak hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun, hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat tidak ada satu pun bagian dari dunia Islam yang memperoleh kemuliaan dengan menerapkan Islam secara keseluruhan. Sebaliknya, andaikata syariat dapat diterapkan secara utuh dalam bingkai Daulah Islamiyah atau negara Khilafah, dimana kemudian masyarakat Islam yang sejati dapat diwujudkan, maka niscaya mentalitas seperti itu akan muncul di tengahtengah masyarakat secara alamiah sebagaimana pernah terbukti dalam sejarah Islam. Dalam masalah ketenagakerjaan, misalnya, seorang majikan Muslim yang berada di tengahtengah masyarakat Islam akan menyadari tanggung jawabnya kepada Sang Khaliq ketika dia mempekerjakan seseorang untuk tugas tertentu. Maka dia akan menyadari bahwa haram baginya mengangkat seseorang dalam jabatan tertentu semata-mata atas dasar pilihan ras dan jenis kelamin, atau kecantikan, sementara ada orang lain yang lebih tepat untuk jabatan tersebut. Lebih jauh lagi, dia tidak akan dapat mempekerjakan seorang perempuan pada tugastugas tertentu yang akan membuat auratnya terbuka, karena dia menyadari bahwa dirinya seperti halnya kaum laki-laki lainnya di masyarakat tidak mempunyai hak untuk melihat aurat atau kecantikan perempuan-perempuan yang bukan mahramnya, termasuk perempuanperempuan yang bekerja dengannya. Apabila seorang laki-laki, meskipun tanpa sengaja, melihat bagian tubuh selain wajah dan telapak tangan perempuan bukan mahramnya, maka ia wajib menundukkan pandangannya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah, ia bertanya kepada Rasulullah:

Aku bertanya kepada Rasulullah saw mengenai pandangan yang tiba-tiba. Beliau kemudian menyuruhku untuk memalingkan pandanganku. Dalam hadits yang lain dari Ali bin Abi Thalib ra, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah

bersabda kepadanya:


Janganlah engkau mengikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya. Pandangan pertama adalah untukmu, sedangkan pandangan berikutnya bukan untukmu. Kaum perempuan juga tidak dapat dipekerjakan untuk menggarap tugas-tugas yang mengeksploitasi sifat-sifat kewanitaannya, atau bilamana kecantikannya merupakan sifat yang dimanfaatkan dalam bidang kerjanya, seperti memperagakan busana atau mengiklankan produk yang membuat orang tertarik dengan kecantikannya. Gambar-gambar yang mendorong timbulnya hasrat seksual laki-laki dan membuat perempuan hanya menjadi objek pemuas syahwat tidak akan diizinkan dalam masyarakat Islam yang sejati. Bahkan sebenarnya, laki-laki dilarang memandang wajah perempuan yang menarik perhatiannya lebih dari satu kali, sebagaimana terungkap dalam hadits berikut ini. Abu Dawud meriwayatkan bahwa al-Fadhl bin Abbas suatu ketika berkuda bersama Rasulullah saw, kemudian datanglah seorang perempuan dari Bani Khatsam untuk meminta penjelasan dari Rasulullah saw. Fadhl lantas memandang perempuan tersebut, dan perempuan itu pun memandangnya. Karena itu, Rasulullah saw kemudian memalingkan wajah Fadhl dari perempuan tersebut. Dalam riwayat Ali bin Abi Thalib ada kalimat tambahan, yaitu ketika alAbbas bertanya kepada Rasulullah saw, Ya Rasulullah, mengapa engkau memalingkan wajah keponakanmu? Maka Rasulullah saw menjawab: Aku melihat seorang pemuda dan seorang gadis yang aku khawatir kalau-kalau setan menggoda keduanya. Terakhir, pergaulan antara seorang perempuan dengan laki-laki bukan mahram di tempat kerja, di rumah, maupun di tengah masyarakat luas bisa dibenarkan bila dilakukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan atau aktivitas muamalah lainnya. Haram hukumnya melakukan berbagai macam bentuk pergaulan di luar perkara-perkara yang diizinkan oleh syara. Ini menunjukkan bahwa, sekalipun dalam lingkungan pekerjaan, kaum laki-laki dan kaum perempuan juga dipisahkan. Ini dilakukan untuk mengikuti salah satu aturan dalam sistem pergaulan Islam.

Pemisahan ini memberikan kepastian bahwa kaum perempuan akan dinilai dan dinaikkan jabatannya berdasarkan kualitas pekerjaannya, bukan semata-mata karena kecantikannya atau sekedar memanfaatkan daya tarik kewanitaannya. Maka perempuan akan mampu melaksanakan pekerjaannya secara profesional, baik sebagai dokter, guru, insinyur, ilmuwan, atau pengusaha, tanpa rasa khawatir mengalami pelecehan fisik maupun seksual dari teman kerja laki-laki. Semua pembahasan di atas menunjukkan bahwa dalam Daulah Islamiyah dan masyarakat Islam, kaum perempuan dinilai berdasarkan sifatsifatnya, pemikirannya, kecerdasannya, dan ketrampilannya. Itu semua membuat mereka memiliki peran yang berharga bagi masyarakat. Kaum perempuan tidak akan dipandang sebagai komoditas yang layak dieksploitasi, atau dijadikan objek hanya untuk memuaskan nafsu dan keinginan kaum laki-laki, tetapi justru mendapat perlindungan dan penghargaan dari masyarakat. Germaine Greer, tokoh feminis Barat yang terkemuka, menulis dalam bukunya The Whole Woman, Empat tahun setelah buku The Female Eunuch ditulis, saya berkeliling dunia untuk melihat apakah saya dapat melihat satu saja perempuan yang utuh. Dia adalah seorang perempuan yang tidak sekedar menjadi fantasi seksual laki-laki, atau tergantung pada sosok lakilaki yang memberinya jati diri dan status sosial; seorang perempuan yang tidak mesti cantik, namun boleh jadi cerdas, dan tumbuh menjadi perempuan yang berwibawa ketika usianya semakin lanjut. Saran kami kepadanya untuk mengakhiri perjalanannya dan menghemat uangnya adalah dengan meneliti status sejati perempuan dalam Islam dan posisi perempuan dalam sistem negara Khilafah.

BAB X KAUM MUSLIMAH ADALAH PEREMPUAN YANG BERPIKIR Muslimah yang memahami secara pasti bahwa tujuan hidupnya adalah mencari keridlaan Sang Pencipta, dan menyadari apa yang dihadapinya kelak di akhirat yakni jannah (surga) atau neraka jahannam adalah perempuan yang berpikir. Ia bukan orang-orang yang terbuai dengan mitos kecantikan dan terperosok dalam belenggu jati diri yang dangkal, yang disebarluaskan oleh negara-negara kapitalis Barat. Ia tidak disibukkan dengan berbagai pembahasan mengenai perkaraperkara yang dangkal, seperti tentang penampilan yang tepat, tata rambut yang benar, busana yang cocok, atau membuang-buang waktu dan energinya untuk berupaya memenuhi harapan-harapan yang tidak wajar sebagaimana yang dipandang oleh masyarakat Barat sebagai Wanita Cantik. Fokus perhatian terbesar dalam hidupnya adalah bagaimana dapat menjadi hamba yang taat kepada Penciptanya dan mengumpulkan bekal pahala yang cukup untuk menghadap Allah Swt di akhirat kelak. Figur-figur yang menjadi teladan dalam kehidupannya bukanlah para bintang film, pemusik, dan model-model terkemuka baik di Barat maupun di Timur, tetapi para sahabiyat dan para Muslimah terdahulu yang menjadi hambahamba yang taat kepada Allah Swt, serta mampu memenuhi semua kewajiban mereka kepada Allah Swt dengan segala daya dan upaya yang mereka bisa. Kalangan Muslimah yang taat itu bukan dikenal dan dipuji baik oleh Rasulullah saw, para ulama, maupun buku-buku sejarah masa lalu hanya karena kecantikannya, tetapi dikenal dan dipuji karena sifat-sifat mulia, kualitas kecerdasannya, kemurahan hatinya, kerendahan hatinya, kesetiaannya, keberaniannya, keuletannya, pengorbanannya, serta ketaatannya sebagai istri dan kasih sayangnya sebagai ibu. Mereka dikenal dalam peradaban Islam bukan karena wajahnya, tetapi karena mereka menjadi pemikir besar, ulama yang besar, pejuang terkemuka, penyair terkenal, politisi ulung, maupun pengemban dakwah. Itulah perempuan-perempuan seperti Khadijah ra, istri pertama Rasulullah saw, yang memberikan dukungan kepada suaminya dalam mengemban dakwah untuk menegakkan Daulah Islamiyah yang pertama; yang memikul beban akibat segala macam kesulitan dan kesengsaraan dengan penuh keberanian dan kesabaran, bahkan

menyaksikan sendiri penderitaan anak-anaknya akibat aktivitas dakwah itu. Rasulullah saw pernah berkisah tentang beliau ra: Aku belum pernah mendapatkan seorang istri yang lebih baik daripada dia (Khadijah). Ia beriman kepadaku ketika semua orang, bahkan keluarga dan kabilahku, mendustakanku. Dan ia menerimaku sebagai Nabi dan Rasul Allah. Ia masuk Islam, mengeluarkan seluruh harta bendanya untuk menolongku mendakwahkan agama ini; dan ini terjadi ketika hampir seluruh dunia memalingkan dirinya dariku dan menganiayaku. Dan melalui dia Allah memberkahi diriku dengan anak-anak. Demikianlah sifat seorang Muslimah yang Allah Swt sendiri berkenan memberikan salam kepadanya, sebagaimana tercantum dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa malaikat Jibril mendatangi Rasulullah saw, kemudian berkata: Wahai Rasulullah! Ini Khadijah yang membawa kepadamu satu piring bekas yang terdapat di dalamnya lauk, makanan atau minuman. Apabila beliau sampai kepadamu, sampaikan salamku kepadanya dan salam dari Tuhannya. Sampaikan berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di dalam surga yang dibuat dari mutiara, di dalamnya tidak ada kebisingan dan kesusahan. (HR. Bukhari) Itulah perempuan-perempuan seperti Fatimah ra, putri Rasulullah saw, yang kemurahan hatinya menyala terang seperti mercusuar. Sebagai contoh, pada suatu ketika, Salman salah seorang sahabat Nabi berusaha mencari makanan untuk seorang muslim yang merasa kelaparan karena tidak makan selama beberapa waktu. Beliau mengajak orang tersebut mendatangi beberapa rumah, namun tidak satu pun yang dapat menyediakan makanan bagi orang itu. Sampai akhirnya mereka melintasi rumah Fatimah ra. Beliau mengetuk pintu dan mengatakan kepada Fatimah maksud kedatangannya. Dengan air mata berlinang, Fatimah ra mengatakan bahwa selama tiga hari itu beliau tidak memiliki makanan di rumah. Meski demikian, karena tidak ingin menolak kedatangan seorang tamu, beliau berkata, Aku tidak dapat membiarkan seorang tamu yang sedang lapar pulang sebelum membuatnya kenyang. Lantas, Fatimah

menyerahkan selembar kain milik beliau kepada Salman, sembari meminta Salman agar membawa kain tersebut kepada Syamun seorang Yahudi untuk ditukarkan dengan jagung. Karena merasa terkesan dengan kemurahan hati putri Rasulullah saw, Yahudi tersebut kemudian memeluk Islam. Ketika Salman kembali dengan membawa jagung, segera Fatimah menggilingnya dan memasaknya menjadi beberapa potong roti. Ketika Salman menyarankan agar Fatimah menyimpan sebagian dari roti tersebut, beliau menjawab bahwa beliau tidak berhak atas roti tersebut, karena beliau telah memberikan kain tersebut semata-mata untuk Allah. Itulah perempuan-perempuan seperti Aisyah ra, istri Rasulullah saw, yang mempunyai akal yang cerdas dan ingatan yang kuat, sehingga mampu menghafal lebih dari 2000 hadits. Beliau juga memiliki pengetahuan yang mendalam pada ilmu tafsir, hadits, fiqih, dan syariat. Suatu kali Rasulullah saw pernah bermimpi bahwa Malaikat Jibril datang membawa gambar Aisyah ra yang dibungkus dengan sutera hijau, kemudian berkata, Inilah istrimu di dunia ini dan di akhirat. Itulah perempuan-perempuan seperti Khansa, yang merupakan seorang penyair terkemuka dan menggunakan kemampuannya itu untuk mendorong anak-anaknya pergi berjihad meninggikan kalimat Allah Swt. Ia berkata, Kalian mengetahui pahala yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang memerangi orang-orang kafir di jalan-Nya. Kalian harus ingat bahwa kehidupan abadi di akhirat jauh lebih baik daripada hidup sementara di dunia ini. Kalau kalian bangun tidur esok pagi, bersiaplah untuk memberikan kemampuan terbaik kalian dalam peperangan. Majulah ke dalam barisan musuh dan mintalah pertolongan kepada Allah. Kalau kalian melihat api pertempuran semakin menyala, maka tempatkan diri kalian di tengah-tengah musuh dan hadapilah para pemimpin musuh. Maka insya Allah kalian akan mendapatkan tempat kalian di surga dengan kehormatan dan keberhasilan. Pada hari berikutnya, keempat anak laki-lakinya terjun dalam perang Qadisiyyah. Sembari membacakan syair ibunya, keempat anak laki-laki Khansa maju berperang hingga mereka semuanya gugur. Ketika mendengar berita kematian keempat anaknya, Khansa berkata, Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemulian kepadaku dengan syahidnya mereka. Aku berharap Allah akan mengumpulkan aku dengan mereka di

bawah naungan kasih sayangnya. Itulah perempuan-perempuan seperti Ummu Amarah, yang merupakan pejuang yang terampil dan turut berperang dalam berbagai pertempuran, seperti Perang Uhud, Hunain, dan Yamamah. Dalam Perang Uhud, beliau turut melindungi Rasulullah saw dengan tubuhnya, hingga mengalami luka yang cukup parah. Ketika itu, kemana pun Rasulullah saw memandang ke kanan maupun ke kiri beliau saw menyaksikan perjuangan Ummu Amarah untuk melindungi keselamatan Rasulullah saw. Oleh sebab itulah Rasulullah saw pernah berdoa bagi Ummu Amarah dan keluarganya, yang telah berperang dengan penuh keberanian dan kekuatan pada hari itu, sebagai berikut: Ya Allah, jadikanlah ia dan keluarganya sebagai sahabatku di surga. Itulah perempuan-perempuan seperti Ummu Syariq, yang mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengemban dakwah Islam di tengah-tengah kaum perempuan suku Quraisy, sampai akhirnya ia diusir dari kalangan orangorang Quraisy oleh para pemukanya. Itulah perempuan-perempuan seperti Sumayyah, yang merupakan muslim pertama yang mati syahid. Beliau terus menerus menyeru kepada orangorang untuk menyembah kepada Allah pada saat disiksa sampai mati oleh Abu Jahal. Seorang Muslimah adalah individu yang menggunakan akal pikiran dengan sebaikbaiknya, sehingga ia tidak membabi buta meniru dan mengikuti segala sesuatu yang ada di sekitarnya, sekalipun itu berarti bahwa ia harus menentang norma-norma yang berlaku di tengahtengah masyarakat. Ia bukan seorang yang terbelenggu dengan perasaan rendah diri akibat penampilannya; tetapi sebaliknya, seorang Muslimah adalah seorang yang penuh percaya diri berada dalam kehidupan yang dipilihnya sendiri, karena ia telah menegakkan kebenaran Islam melalui akal pikiran dan keyakinannya. Terakhir, ia bukan seorang perempuan yang asyik dengan citra dirinya, penampilan fisiknya, atau kehidupan pribadinya. Seorang Muslimah adalah individu yang memahami masalah-masalah dunia, mempunyai kepedulian terhadap masalahmasalah umat manusia, dan berpikir cermat mengenai peran dirinya dalam mewujudkan sistem yang sahih untuk mengatur umat manusia, yakni negara Khilafah Islamiyah.

Anda mungkin juga menyukai