Anda di halaman 1dari 9

STRUKTUR DALAM BINTANG

A. Laju Pembangkitan Energi Di Dalam Bintang


Laju pembangkitan energi di dalam bintang dinyatakan oleh parameter yaitu jumlah energi yang dibangkitkan oleh satu gram materi bintang per detik. Harga ditentukan oleh mekanisme pembangkitan energi dan bergantung pada komposisi kimia, tekanan, dan temperatur bintang. Jadi, = fungsi (mekanisme pembangkitan energi, P, T, komposisi kimia) (5.2.31) Sejauh ini kita telah mengenal 3 parameter yang harganya ditentukan oleh P,T (melalui persamaan keadaan, gas ideal misalnya , juga ) dan komposisi kimia yaitu , , dan (Persamaan 5.1.23, 5.2.8, dan 5.2.31). Tinjaulah suatu lapisan elemen bola berjejari r dan tebalnya dr. Massa elemen bola ini 4 r2 dr dan energi yang dipancarkannya per detik adalah dL(r) = ini 4 r2 dr. Jadi kita dapat menuliskan persamaan pembangkitan energi, yaitu = 4 r2 (5.2.32)

Persamaan ini merupakan salah satu persamaan yang harus dipecahkan untuk menentukan struktur dalam bintang. 1. Reaksi Proton-Proton Reaksi inti yang mengubah hidrogen menjadi helium dalam matahari berlangsung melalui suatu rangkaian reaksi yang disebut reaksi proton-proton (disingkat reaksi pp). Akan kita lihat bahwa rangkaian reaksi proton-proton merupakan suatu reaksi yang mengubah enam buah inti hidrogen menjadi satu inti helium , dua inti hidrogen, neutrino, dan energi. Walaupun dalam setiap reaksi enam inti hidrogen digunakan tetapi setelah reaksi dua inti hidrogen akan dikembalikan. Jadi pada hakekatnya reaksi ini mengubah 4 inti hidrogen menjadi 1 inti helium ditambah neutrino dan enrgi. Reaksi penggabungan inti hidrogen membentuk inti helium disebut reaksi pembakaran hidrogen. Hendaknya diperhatikan bahwa istilah pembakaran di sini berbeda dengan pembakaran dalam reaksi kimia yang melibatkan oksigen. Berikut ini adalah rangkaian reaksi proton-proton. Pada setiap reaksi diberikan jumlah energi yang dibebaskan dalam MeV sedangkan energi yang dibawa neutrino diberikan dalam kurung. 1. 1H1 + 1H1 2. + + 3. 1H1 + 1H2 4. 2He3 + 2He3
2 1H + 3 4

+ +

2He

+ 1 2He + 2 1H

0.16 (0.26) 1.02 5.49 12.86

+ adalah positron - electron, sinar gamma, dan neutrino. Perhatikan bahwa reaksi 1,2, dan 3 harus berlangsung dua kali untuk setiap reaksi 4 karena dua inti 2He3 harus tersedia. Jadi jumlah energi yang dibebaskan adalah 2(0.16 + 1.02 + 5.49) + 12.86 = 26.20 MeV

Jumlah ini tidak memperhitungkan 0.53 MeV yang dibawa neutrino. Neutrino mempunyai penampang lintang yang sangat kecil hingga dapat menembus seluruh bintang tanpa berinteraksi dengan materi di situ. Bilaman He4 tersedia banyak di pusat bintang, dan temperatur di pusat lebih dari 14 x 106 K, maka setelah reaksi 3 terjadi reaksi 4a. 2He3 + 2He4 5a. 4Be7 + 6a. 3Li7 + 1H1
4Be 3Li 7

+ +

1.59 0.06 (0.80) 17.35

2 2He4

Pada temperatur setinggi ini, reaksi 4a, 5a, dan 6a lebih sering terjadi daripada reaksi 4. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi, yaitu bila T 23 x 106 K, setelah reaksi 4a terjadi reaksi, 5b. 4Be7 + 1H1 6b. 5B8 7b. 4Be8
8 5B 4Be

+
8

0.13 10.78 (7.2) 0.095

+ + +

2 2He4

Tetapi perlu diperhatikan, pada temperatur setinggi ini reaksi daur karbon (yang akan kita bicarakan berikut) akan dominan bila jumlah inti karbon dan nitrogen tersedia dalam jumlah seperti dalam matahari. Jadi reaksi proton-proton dapat menempuh beberapa jalur, yaitu Pada T<107 K, Pada 107<T<14x106 K, Pada 14x106 <T<23x106 K, Pada T>23x106 K, jalur reaksi utama : 1,2,3; jalur reaksi utama : 1,2,3,4; jalur reaksi utama : 1,2,3,4a,5a,6a; jalur reaksi utama : 1,2,3,4a,5b,6b,7b.

2. Reaksi Karbon Cara lain untuk mengubah hidrogen menjadi helium adalah melalui rangkaian reaksi daur karbon,(carbon cycle,disingkat cc), yaitu 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1 12 1H + 6C 13 7N 1 13 1H + 6C 1 14 1H + 7N 15 8O 1 15 1H + 7N 13 7N + 13 + 6C + + 14 7N + 15 8O + 15 + 7N + + 12 4 6C + 2He

1.94 1.51 (0.71) 7.55 7.29 1.76 (1.00) 4.76 25.01 (1.71)

Dalam rangkaian reaksi ini 4 inti hidrogen diubah menjadi satu inti helium. Inti karbon 6C12 hanya berlaku sebagai katalisator saja. Reaksi daur karbon ini dominan pada temperatur yang tinggi (T>15juta derajat). Pada temperatur lebih rendah dari 10 juta derajat, hanya reaksi 1,2,3 yang berlangsung hingga energi yang dibebaskan hanya 44 persen dari daur yang lengkap. Pada suhu yang lebih tinggi dari 17 juta derajat, reaksi 6 dalam rangkaian diatas kadang-kadang diganti dengan 6a. 1H1 + 7N15 7a. 1H1 + 8O16 8a. 9F17 9a. ++ 16 8O + 17 9F

12.13 0.60 + + 0.80 (0.94) 1.02

17 8O +

10a. 1H1 + 8O17

14 4 7N + 2He

1.19

Reaksi 6a, 7a, 8a, 9a, 10a hanya berlangsung tiga kali untuk setiap 1000 kali reaksi 6. Perhatikan bahwa bilamana reaksi menempuh jalur 6a hingga 10a setelah reaksi 5 maka inti karbon tidak akan dikembalikan tetapi akan terbentuk inti 7N14 .

Dalam daur karbon, reaksi 4 merupakan reaksi yang berlangsung paling lambat. Dalam keadaan setimbang semua reaksi harus berlangsung dengan laju yang sama. Dengan demikian reaksi yang lajunya paling lambat per inti pereaksi akan berlangsung sama cepatnya dengan reeaksi lain dalam daur bila jumlah inti pereaksi banyak. Jadi dalam keadaan setimbang terjadi penumpukan jumlah 7N14 pada reaksi 4. 3. Reaksi Triple-alpha Reaksi pembakaran hidrogen, baik yang melalui rangkaian reaksi proton-proton maupun daur karbon, merupakan reaksi utama di dalam bintang. Akibat reaksi ini, hidrogen di pusat bintang lambat laun berkurang sedangkan inti helium akan bertambah. Pada temperatur 108K atau lebih inti helium akan bergabung membentuk inti karbon melalui reaksi triple-alpha:

1. 2.

4 4 2He + 2He 8 4 4Be + 2He

8 4Be 12 6C

+ +

-0.095 7.37

Energi yang dihasilkan setiap reaksi pembakaran helium ini adalah 2.27 MeV (bandingkan dengan reaksi pembakaran hidrogen yang menghasilkan 26.73 MeV setiap reaksinya). Di dalam bintang yang tahap evolusinya lanjut terjadi pembakaran inti yang lebih berat seperti karbon, oksigen, neon, dsb. Bagian dalam suatu bintang merupakan dapur yang memasak inti berat dari inti yang lebih ringan. Pernahkah kita berpikir bahwa atom karbon di dalam tubuh kita dahulu dibentuk di dalam bintang?

Koefisien laju pembangkitan energi , yaitu energi yang dibangkitkan oleh 1 gram materi per detik. Harga dapat ditentukan dari persamaan (5.2.33)

Tanda merupakan jumlahan seluruh reaksi dalam rangkaian atau daur. Faktor pertama ruas kanan, yaitu energi yang dibangkitkan untuk setiap reaksi (dengan mengabaikan energi yang dibawa oleh neutrino), telah diberikan pada sejumlah reaksi yang kita bahas diatas. Faktor ketiga tidak lain adalah -1. Masalahnya tinggal menetukan faktor kedua yaitu jumlah reaksi yang berlangsung per cm3 per detik, dan ini ditentukan oleh :
(5.2.34)

Pp = kemungkinan inti pereaksi menembus halangan potensial

Pt = kemungkinan terjadi transmutasi untuk setiap penembusan Jumlah tumbukan yang berlangsung dalam ruang 1 cm3 per detik sebanding dengan jumlah inti peraksi per cm3. Bila jumlah gram inti pereaksi dalam 1 gram materi dinyaktakan oleh X1 dan X2, maka (5.2.35) Sedangkan Pp dan Pt bergantung pada temperatur. Jadi kita dapat menuliskan (dengan mengingat faktor -1 pada persamaan 5.2.33):

(5.2.36)

untuk reaksi proton-proton (pp) dan daur karbon (cc) kita dapat mengganti rumus yang eksak dengan rumus hampiran sebagai berikut. ( ( ) ) (5.2.37) (5.2.38)

X dan Xc masing-masing adalah jumlah gram hidrogen dan karbon dalam 1 gram materi, 1 dan 2 adalah tetapan. Harga 1, 2 dan v diberikan pada Tabel 5.1 46 6 10 9 13 11 17 16 24 -6.84 -6.04 -5.56 -5.02 -4.40 6 5 4.5 4 3.5 12 16 16 24 21 31 24 36 36 50 Tabel 5.1 -22.2 -19.8 -17.1 -15.6 -12.5 20 18 16 15 13

Untuk reaksi triple-alpha (3) berlaku rumus hampiran ( ) (5.2.39)

Y adalah jumlah gram helium per gram materi.

B. Hantaran Energi
Energi yang dibangkitkan di dalam bintang harus diangkut keluar. Kita mengenal tiga macam hantaran energi yaitu konduksi, konveksi dan pancaran. Konduktivitas materi bintang sangat kecil, kecuali pada bintang kompak seprti bintang katai putih. Jadi di dalam bintang umumnya hanya terjadi hantaran energi secara pancaran dan konveksi. Nanti akan kita bicarakan bahwa konveksi akan terjadi bila gradien temperatur cukup besar. Dalam banyak hasl energi dihantar dengan cara pancaran. Untuk pancaran berlaku persamaan 5.1.9a. (5.2.40) Di sini kita nyatakan persamaan tersebut untuk frekuensi ubah menjadi r. Kalikan persamaan 5.2.40 dengan sudut ruang. (dimana =c/) sedang variable x kita lalu integrasikan untuk seluruh

(5.2.41)

Suku pertama ruas kanan adalah nol sedangkan suku kedua ruas kanan memberikan fluks pancaran (lihat persamaan 2.2.6) = sama dengan fungsi Plank (T), sehingga (5.2.43) (5.2.42)

Selanjutnya kita ambil Atau

(5.2.44) Persamaan 5.2.44 kita integrasikan untuk seluruh frekuensi, Fluks pancaran F dapat kita nyatakan dengan (5.2.46) L(r) adalah laju energi pancaran yang mengalir melewati bola berjejari r. Selanjutnya kita definisikan koefisien absorpsi rata-rata Rosseland :

(5.2.45)

(5.2.47)

Integrasi pada ruas kiri Persamaan 5.2.47 dapat kita hitung (lihat persamaan 2.2.12)

(5.2.48)

c = kecepatan cahaya, dan a = 4 /c = tetapan rapat pancaran = 7.568 x 10-15 (satuan c.g.s). Jadi,

(5.2.49)

Persamaan ini disebut persamaan kesetimbangan pancaran. Jelas dari persamaan ini bahwa untuk mengangkut energi lebih besar diperlukan gradien temperatur yang besar. Begitu pula bila kekedapan materi bintang besar diperlukan gradien temperatur yang besar untuk mendorong aliran pancaran. Persamaan 5.2.49 diturunkan dengan menganggap setiap unsur massa memancarkan seluruh energi yang diserap dan ynag dibangkitkannya. Keadaan ini disebut kesetimbangan pancaran.

PROBLEMS The main branch of the pp chain consists of the reactions (i) (ii) (iii) Place the above reactions in order of their likelihood in the Suns core, explaining and justifying your answer. [30] Explain why the CNO cycle will be less probable at the temperature of the Suns core. [10] The pp chain can be summarized as 4p 4He + 2e + 27.8 MeV. Calculate the expected flux of neutrinos at the Earth. [20] Assume that a neutrino detector consists of 2000 kg of 37 Cl atoms, each of which has a crosssection to detection of neutrinos of 1047m2. Find the number of neutrinos detected each day. [20]Discuss reasons why the above experiment might detect fewer neu-trinos than your calculated number. [20]

TUGAS ASTROFISIKA STRUKTUR DALAM BINTANG

Oleh :
ASRO DANA FEBRIANSYAH (09302241036)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

Anda mungkin juga menyukai