(Tim MPK UNESA, Bab IV dan Winarto, dkk., Bab 6) Yohanes J. Handayanto
yo31812000@Yahoo.com
PENGERTIAN
Kutipan atau catatan pustaka adalah pernyataan atau keterangan yang diambil dari teks acuan. Kutipan berfungsi untuk memperkuat pendapat atau ide penulis. Pengutipan merupakan bagian argumentasi penulis. Mencantumkan sumber kutipan merupakan tanggung jawab moral bagi pengutip. Setiap penulis harus menegaskan bagian-bagian mana sajakah dalam uraiannya itu merupakan kutipan dan bagian-bagian manakah yang merupakan pernyataan penulis.
Referensi----yang berarti daftar acuan atau daftar rujukan adalah sumber yang dirujuk oleh penulis dalam karya tulis ilmiahnya. Daftar referensi sering disebut daftar pustaka atau daftar acuan. Daftar pustaka berbeda dengan bibliografi atau kepustakaan. Pustaka yang tiak dirujuk tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka. Penulis dalam menyusun daftar pustaka harus memperhatikan dua hal yaitu kecermatan dan kejujuran. Penulis harus menghindari plagiatisme
KUTIPAN LANGSUNG
Berisi empat puluh kata atau lebih
Ditulis tanpa tanda kutip dan terpisah dari teks yang mendahului. Ditulis dengan spasi tunggal Menjorok lebih kurang 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan teks halaman. Nama pengarang dan tahun, dan bahkan nomor halaman ditulis mendahului kutipan
Contoh:
Martinah (1984: 148) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut.
Dalam penelitian ini terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam motif berkuasa
Contoh:
Avika (2005: 15) menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh yang signifikan (Avika, 2005: 15).
CONTOH
Di awal kalimat:
Sargent (1997: 3) menjelaskan bahwa ideologi adalah
Di akhir kalimat:
Ideologi adalah (Sargent, 1997: 3).
Dalam naskah:
(Depatemen dalam Negeri, 2000) menjelaskan bahwa perlu adanya perubahan sistem pilkada.
Menurut Hardono (1999) teknologi informasi merupakan kunci kemajuan bangsa. Menurut Kaelan (2003) bangsa adalah kumpulan dari suatu masyarakat yang mempunyai semangat juang tinggi untuk membentuk peradaban. Menurut John Galtung (2000) salah satu kriteria bangsa adalah adanya semangat untuk bersatu. Teknologi informasi dapat diartikan sebagai suatu bangunan sistem yang dapat diakses oleh siapa pun (Kotler, 2003). Ahli lain, misalnya Muray (2002) berpendapat bahwa teknologi informasi tidak boleh dibaikan oleh setiap bangsa. Menurut Kuncoro (1998) setiap bangsa harus dapat menyaring dalam menggunakan teknologi informasi secara tepat sesuai dengan budaya bangsa. Banyak fakta yang dapat ditarik untuk disimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi yang salah dapat merusak karakter bangsa (Sumitro, 1999)