Anda di halaman 1dari 7

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dipengaruhi oleh faktor keturunan, perilaku Ibu dalam memakan obat

dan makanan sehat bergizi, pelayanan kesehatan yang diberikan selama kehamilan serta lingkungan yang mendukung, misalnya pemberian ungkapan kasih sayang kepada janin. Memperdengarkan musik secara teratur kepada janin akan menunjang pertumbuhan otak belahan kanan dan perkembangan janin (Joan Freeman, Utami Munandar, 1996). Beberapa ahli menganjurkan, agar janin dalam kandungan sejak diperkenalkan dengan musik sejak telinganya telah terbentuk dengan sempurna dan mulai dapat mendengar suara, yaitu sejak minggu ke18. Musik diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang indah konstruktif bersahabat, selaras dan ramah bagi janin. Musik yang dianjurkan untuk diperdengarkan kepada janin selama kehamilan antara lain musik klasik gubahan Wolfgang Amedeus Mozart yaitu Elvira Madigan dari Konser Piano nomer 21 dalam nada dasar C mayor, KV 467 Konser Seruling nomer 1 dalam nada dasar D, KV 285 dan Kuartet Seruling nomer 2 dalam nada dasar G, KV 285 a. (Lingerman, 1983). Wolfgang Amadeus Mozart terkenal sebagai anak Austri yang genius dan ia mulai belajar musik pada usia 4 tahun, serta mengubah musik sejak berusia 5 tahun. Elvira Madigang, bagian kedua dari Konser Piano nomer 21 yang sangat indah dan mengalun itu, diciptakan pada tanggal 9 Maret 1785 di Wina. Konser Seruling nomer 2, KV 285 a yang ceria itu, diciptakan di Kota Mannheim pada awal tahun 1778, atas pesanan seorang dokter berkebangsaan Belanda de Jean yang pernah bertugas selama 9 tahun di Batavi (nama Jakarta pada saat itu). Pada mulanya, mungkin kita belum terbiasa dengan gubahan Mozart, tetapi setelah mendengarkan berulangulang dan mulai hafal dengan alunan lagunya, pasti kita akan menikmatinya. Disarankan kepada Ibu hamil, agar selama kehamilan mendengarkan musik ini setiap harinya minimal 1/2 jam, ketika ia sedang mengendaraimobil bekerja di kantor dan dirumah atau sedang beristirahat. Mendengarkan musik klasik tidak hanya bermakna bagi ibu hamil tetapi juga bagi janin yang di kandungnya. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa janin sudah dapat berinteraksi terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Pada masa pertengahan terahhir dari kehamilan, janin saudah dapat mendengar, melihat mengecap, merasa, dan melakukan gerakan-gerakan. Para ahli meyarankan agar ibu hamil pada 2-3 bulan terakhir dari kehamilannya membrikan rangsangannya indera (sensorik) kepada janinnya. Mulai minggu ke-20 masa kehamilan kepada janin dapat diperdenagrkan musik secara teratur. Makin sering dan teratur perangsangannya diberikan, makin besar pengaruhnya. Perkrmbangan anak paling cepat pada masa pranatal, dimana ia dalam waktu 9 bulan berubah dari makhluk sel satu menjadi seorang bayi yang panjangnya kurang lebih 50 cm dan beratnya 3 kg. Kurang lebih 150 tahun yang lalu seorang pujangga Inggris Samuel Taylor Coleridge menyatakan : Sejarah manusia pada sembilan bulan sebelum lahir mungkin lebih menarik dan bermakna dari 10 tahun berikutnya. Ia menekankan betapa pentingnya masa pralahir dalam perkembangan anak mengingat pendapat para ahli pakar dan hasil-hasil penelitian, ibu-ibu yang hamil perlu memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan dirinya dan pertumbuhan janin yang dikandung, baik dalam menjaga gizi sebaik-baiknya, maupun dalam menjaga kondisi psikologis yang menunjang perkembangan bayi secara utuh ditinjau dari segi fisik, mental emosional, dan rasional, antara lain dianjurkan oleh Hal A. Lingerman, yang menulisbuku tentang The healing energies of misic. Menurut Suzuki (1987), musik adalah bagian udara yang bergetar, serupa dengan angin. Bayi dan janin pada bulan-bulan terakhir sebelum lahir, mampu merasakan getaran musik yang baik atau sumbang bergantung pada musik yang ada di lingkungan sekitar bayi itu. Bila anak dibesarkan dalam suasana misik Mozart sejak dini, jiwa mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya. Inilah keindahan dan keajaiban dari musik. Seperti yang telah diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi dan bioelektrk lainnya bahwa denyut jantung janin mulai dapat dideteksi pada kehamilan 8 minggu dan gerakan janin mulai tampak pada kehamilan 8-9 minggu (Temiras dkk). Pada kehamilan 10 minggu, janin telah menunjukkan reaksi

terhadap rangsanagn lokal, gerakan membuka mulut dengan gerakan-gerakan jari serta telapak kaki semua gerakan ini lebih sempurna pada kehamilan 16 minggu. Respon terhadap rangsangan luar (fisik maupun getaransuara) mulai ada sejak kehamilan 4 bulan ini, yang menjadi lebih lengkap pada kehamilan 6 bulan, sedangkan terhadap rangsangan sinar baru muncul pada kehamilan 7 bulan. Atas dasar kenyataan tersebut maka J. Balaskas dan Y. Gordon telah menulis adanya pengaruh positif dsri musik klasik karya Mozart dan Vivaldi terhadap perkembangan mental emosional janian mulai kehamilan 4-5 bulan. Kehamilan itu sendiri adalah suatu proses fisiologis yang kadang-kadang dapat menimbulkan stress bagi ibu yang tidak siap mental emosionalnya, stress yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi perkembangan janin, baik yang melalui pengaruh psikologis langsung maupun melalui reaksi hormonalnya. Dengan kesiapannya mental emosionalnya menghadapi kehamilan, termasuk kebiasaan mendengarkan musik klasik diharap mampu mengatasi stress yang ada, sehingga secara tidak langsung membantu optimalisasi perkembangan janin yang dikandungnya. Atas dasar laporan dan temuan tersebut diatas, kalau memang dikehendaki munculnya generasi penerus dengan kualitas hidup dan kehidupan yang optimal perlu kiranya dicoba dan diteliti lebih lanjut dapak positif musik klasik terhadap kualitas janin yang bisa mendengarkan pada ibu hamil usia kandungan 4-5 bulan. Berikut musik mozart yang saya ketahui : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Mozart 40 Turkish Dance Piano Concerto Hungarian Dances No. 5 Fur Elise Melody In F Traumerei Wedding March Bourre Ave Maria Dance Des Mirlitons Gavotte In G Auf Flugeln Des Gesangar Humoreske Op. 101 No. 7

Musik terbukti tidak cuma materi hiburan yang memanjakan telinga. Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas dan kreatif. Bahkan musik bisa dipakai untuk menyembuhkan orang yang sakit. Hal itu diungkapkan dr. Radix Hadriyanto Sp.A, spesialis anak RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya pada saat seminar Optimalisasi Tumbuh Kembang Bayi dan Anak. Menurut dr. Radix, jika ingin mempunyai anak yang cerdas, hendaknya orang tua mengoptimalisasi anak sejak dini. Semua orang tua pasti menginginkan anak yang berotak cerdas dan lincah. Namun mereka belum banyak mengetahui bagaimana cara merawat anak agar kelak menjadi kebanggaan orang tua, tukasnya. Dua hal penting yang sangat dianjurkan oleh dr. Radix agar orang tua mempunyai anak yang cerdas, merawat dengan benar dan memberinya musik klasik yaitu Mozart. Dikatakan bahwa alunan musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart efektif merangsang otak bayi. Jenis musik Mozart ini menurutnya dapat merangsang perkembangan sel-sel otak pada janin. Rangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Cara yang dilakukannya pun tidak sembarangan. Menurutnya ada aturan-aturan khusus, termasuk durasi waktu yang digunakan. Diantara tata cara menggunakan musik Mozart : 1. Mengunakan headset dan di tempelkan di kedua sisi perut secara simetris pada ibu yang mengandung calon bayinya. 2. Pemutaran musik Wolfgang Amadeus Mozart yang anda pilih jangan merusaknya dengan suara keras. Kecilkan volume lagu agar musik menjadi pelan dan nyaman. 3. Durasi waktu dalam satu kali pemutaran maksimal 1 jam. 4. Lakukan setiap hari 1-2 kali pemutaran diwaktu senggang anda. Kehebatan musik Mozart ini membuat dr. Radik memujinya, Dia memang sangat luar biasa, tak ada yang bisa mengungguli kehebatan karya Mozart ini, terutama 10 judul musiknya, ujarnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, berbagai area di otak secara tak terduga ternyata terlibat ketika kita melakukan interpretasi, mendengarkan, atau memainkan musik. Area inilah yang berperan pada proses berpikir secara analitis. Musik mempengaruhi otak dan keadaan emosi dan suasana hati seseorang. Intelegensia manusia berkaitan erat dengan fungsi-fungsi fisiologis dari otak. Penelitian neurologis yang dilakukan memang membuktikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas bagian frontal otak kanan dan bagian temporo-parietal otak kiri pada manusia yang mendengarkan musik Mozart. Selain memberikan stimulasi alunan musik karya Mozart, dr. Radix juga mengingatkan agar para ibu yang sedang hamil untuk tidak melupakan konsumsi makanan empat sehat dan lima sempurna. Bukan berarti dengan mendengarkan musik saja dapat cerdas, namun juga harus didukung oleh faktor makanan yang mempunyai gizi cukup untuk ibu dan bayinya, tuturnya. Menurut dr. Radix, janin yang berada dalam kandungan juga sangat membutuhkan subsidi makanan yang bergizi. Protein dan karbohidrat serta berbagai macam vitamin sangat bagus untuk janin. Susu yang mengandung DHA, sangat tepat jika dikonsumsikan pada ibu yang sedang hamil, ujarnya. Asupan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh bayi terdapat pada makanan yang tergolong pada ikan laut seperti ikan tongkol, tengiri dan salmon merupakan ikan dengan subsidi Omega 3 yang dapat mengembangkan syaraf otak anak. Sehingga dengan adanya kombinasi dari musik klasik Mozart, makanan dan minuman yang mempunyai gizi cukup diharapkan tumbuh kembang sang janin dapat sempurna dan ketika lahir kelak menjadi dambaan setiap orang tua. (Ima,Surabaya, eHealth. )

Baru-baru ini saya dikagetkan oleh sebuah fakta baru penelitian bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kemampuan kognitif seorang anak. Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak mencerdaskan anak sebagaimana yang selama ini kita tahu. Selama lebih dari 15 tahun, kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik klasik yang dapat memacu kecerdasan seorang anak. Dulu, sebelum saya mengenal banyak keajaiban Al-Quran, saya cenderung memegang pendapat bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan otak janin dan mencerdaskan anak. Tapi, beberapa tahun kemudian, saya mulai berpikir, jika mozart yang ciptaan manusia saja bisa mencerdaskan anak, maka tentu Al-Quran yang merupakan mukjizat yang telah Allah berikan kepada kita ini lebih dapat mencerdaskan anak. Dan ternyata itu benar. Beberapa orang peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul Mozart Effect mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang kemudian mereka membuat riset terhadap 3000 partisipator. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan! Berdasarkan penelitian terhadap ribuan partisipator itu, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spasial seseorang setelah mendengarkan musik Mozart. Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Mereka mengemukakan bahwa sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius. Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog Frances Rauscher dan rekanrekannya di University of California pada tahun 1993 yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan soal-soal mengenai spasial. Wowpadahal, selama ini kita sudah terlanjur percaya pada legenda musik klasik ini, ya? Back to Al-Quran Berbeda dengan Al-Quran. Al-Quran adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam Al-Quran. Salah satunya adalah Al-Quran dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Nah, ternyata, bacaan Al-Quran yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh. Bacaan Al-Quran memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dsb.

Pada asalnya, milyaran sel saraf dalam otak manusia bergetar secara konstan. Sel ini berisi program yang rumit dimana milyar sel-sel di sekitar berinteraksi dalam sebuah koordinasi yang luar biasa yang menunjukkan kebesaran Allah. Sebelum bayi lahir, sel-sel otaknya mulai bergetar berirama secara seimbang. Tapi setelah kelahirannya, tindakan masing-masing akan mempengaruhi sel-sel otak dan cara mereka bergetar. Jadi jika beberapa sel otak tidak siap untuk mentoleransi frekuensi tinggi, ini dapat menyebabkan gangguan dalam sistem getar otak yang pada gilirannya menyebabkan banyak penyakit fisik dan psikologis. Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Dan gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Ketika beredar informasi bahwa musik klasik berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia, banyak kalangan menggunakan musik klasik sebagai obat terapi. Tapi, Al-Quran tetaplah obat yang terbaik. Terapi dengan Al-Quran terbukti mampu meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan berbagai penyakit, dsb. Ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Quran memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya. Satu lagi, Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, yakni bahasa yang memiliki nilai sastra yang tinggi, dan bahasa nomor satu yang paling sulit untuk dipelajari. Kita tahu, bahwa tidak ada satupun dari kita yang mampu menandingi keindahan bahasa Al-Quran. Namun, tahukah Anda, bahwa ternyata jika kita mampu berbahasa Arab dapat memudahkan kita untuk menguasai bahasa asing lainnya? Anak-anak yang terbiasa membaca Al-Quran disertai dengan memahami maknanya, ternyata memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada anak-anak lain. Bahkan meski bahasa tersebut masih asing, ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kemudian menguasainya, insya Allah. Adik saya yang kedua, Alhamdulillah, adalah seorang hafidz (penghafal Al-Quran). Ia berhasil menyempurnakan hafalan 30 juz hanya dalam waktu 1,5 tahun saja. Dulu, sebelum ia menghafal AlQuran, kemampuannya biasa-biasa saja. Pintar, tapi bukan juara kelas. Tapi, setelah ia mulai menghafalkan Al-Quran, kecepatan belajar, kecepatan menghafal, serta kemampuannya menganalisis segala sesuatunya berubah drastis. Sangat pesat, subhanallah. Ia mengalahkan teman-teman yang dulunya berada di atasnya. Bahkan, saat ia harus mengikuti lomba tafsir Al-Quran dengan bahasa Inggris tingkat propinsi DIY pun, ia berhasil menyabet juara kedua. Padahal, sebelumnya, kemampuan bahasa Inggrisnya pas-pasan. Tapi, kemampuannya menyerap berbagai informasi memudahkannya dalam berbagai hal. Janin usia 7 bulan sudah dapat merespon suara-suara di sekitar ibunya. Nah, untuk itulah, penting bagi ibu hamil untuk banyak-banyak memperdengarkan Al-Quran kepada janinnya. Kita tidak mengharapkan mereka mengerti dan memahami apa yang kita baca. Namun, membiasakannya mendengarkan Al-Quran sejak dalam kandungan, membantunya untuk tumbuh dengan intelegensi tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dan kepribadian yang baik pula. Dari berbagai sumber.

SEMARANG, KOMPAS.com--Pimpinan International Brain Academy (IBA) Indonesia, Jong Ren Young mengatakan, memainkan musik klasik dapat membantu menyeimbangkan fungsi antara otak kiri dan kanan. "Secara umum, orang Asia dilahirkan secara genetik dengan fungsi otak kanan lebih dominan," katanya di sela pergelaran "Asia IBA Concert Tour 2009-2010" di IBA Semarang, Senin malam. Padahal, kata dia, penggunaan otak kanan saja tanpa memperhatikan otak kiri tidak akan cukup, terutama berkaitan dengan cara berpikir logis yang dipengaruhi oleh fungsi otak kiri. Menurut dia, otak kanan berfungsi untuk memberikan fantasi, apresiasi seni, dan sebagainya, sementara otak kiri bertugas dalam pemecahan masalah, sehingga harus digunakan secara seimbang. Ia mengatakan, keadaan tersebut berbeda dengan orang-orang Barat yang memang terlahir secara genetik dengan fungsi otak kiri biasanya lebih dominan dibandingkan dengan otak kanan. "Hal ini dibuktikan dengan kemunculan nama-nama para ahli di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Barat, sedangkan ilmuwan dari Asia hampir tidak dapat ditemui," katanya. Oleh karena itu, kata dia, untuk menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri dapat dilakukan dengan cara memainkan musik klasik, seperti metode pembelajaran musik yang diajarkan di IBA. "IBA tidak seperti sekolah musik biasanya, namun IBA merupakan sekolah musik yang membantu siswa menggunakan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang lewat permainan musik klasik," katanya. Menurut dia, kalaupun nantinya siswa yang bersangkutan menjadi seorang yang sangat mahir dalam memainkan alat musik, hal itu merupakan hasil sampingan yang tidak menjadi tujuan utama IBA. Selain mengaktifkan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang, lanjut dia, metode yang diterapkan dalam pembelajaran musik di IBA juga dapat menyeimbangkan fungsi sum-sum tulang belakang. Ia menjelaskan, metode pembelajaran musik di IBA secara spesifik adalah memperkenalkan ritme, harmoni, dan hal-hal bersifat matematis yang terdapat dalam musik, terutama musik klasik. IBA Indonesia, kata dia, saat ini baru ada di Jakarta, Surabaya, dan Semarang, sedangkan di luar negeri sudah ada di Australia, Singapura, Hongkong dan berpusat di Jerman. "Untuk IBA Indonesia, kami tidak menggunakan musik Asia karena coraknya masih mengandalkan fungsi otak kanan, sehingga memilih musik-musik klasik yang berasal dari Barat," kata pria yang berdomisili di Jerman itu.

Dalam pergelaran itu, para pianis cilik IBA Jerman, IBA Indonesia dan SD Bernardus secara bergantian beraksi menghibur penonton dengan menunjukkan kepiawaiannya menarikan jarijarinya di atas tombol piano. Stephanus Maximillian (15), salah satu pianis IBA Indonesia mencoba kebolehannya bermain piano dengan memainkan satu lagu dari "soundtrack" film Pirates of Caribbean hanya menggunakan satu tangan. "Saya ingin benar-benar menjiwai lagu ini, karena tokoh aslinya adalah bajak laut yang hanya memiliki satu tangan utuh, saya juga memakai satu tangan," kata siswa SMP Domenico Savio Semarang itu sesaat sebelum membawakan lagu.

Anda mungkin juga menyukai