Anda di halaman 1dari 9

Tanggal Kepada Dari

: 15 Maret 2012 : Dr. Matias H.W.B. : Demas Sabatino (612008013) Gading Cassandra (612008062) : Laporan Kemajuan untuk Realisasi dan Analisa Baxandall 3 Band Tone Control

Judul

1. Pendahuluan Tone control saat ini hampir dapat ditemui di segala jenis penguat audio mulai dari kelas hi-end sampai dengan mid-end. Pada dasarnya tone control adalah suatu equalizer, graphical equalizer tepatnya. Berbicara mengenai equalizer kita pasti mengasosiasikannya dengan belasan potensio geser yang masing-masing dapat mengontrol amplitude dari pita frekuensi tertentu. Penentuan frekuensi tersebut pada umumnya didasari dari perhitungan filter oktaf (, ) dengan frekuensi tengah 1kHz. Sementara itu jika dibandingkan, tone control hanya memiliki 3 atau 2 pita saja yang dinamai dengan bass, mid dan treble (untuk 3 pita) atau bass dan mid saja (untuk 2 pita). Penentuan pita frekuensi dari tone control juga tidak memiliki pedoman yang pasti. Dengan fitur yang sedikit tone control berguna dalam sistem audio yang tidak memerlukan ketelitian dan komplektivitas tinggi seperti pada audio amplifier dengan kapasitas pendengar 2 5 orang (home audio). Kesederhanaan dari tone control dibanding dengan equalizer juga ditemui pada untainya. Telah banyak hak paten mengenai tone control seperti Fender, Vox, Marshall, Baxandall, James, dan bermacam lainnya. Perbedaan dari kesemuanya itu adalah frekuensi respon mulai dari pengaturan potensio minimum, setimbang, dan maksimum. Dalam proyek ini kami akan menganalisa dan merealisasikan untai Baxandall Tone Control, karena untai ini dikenal dengan frekuensi respon yang datar ketika nilai pengaturan potensio sama besar.

2. Isi Kami telah berhasil membuat purwarupa untai ini pada percobaan di laboratorium. Dan kami akan menyajikan perhitungan dan analisis rangkaian tersebut. Untuk menganalisa

rangkaian tersebut, diperlukan beberapa pendekatan seperti pendekatan terhadap kapasitor pada frekuensi rendah ataupun frekuensi tinggi.
C1 .05uF

R1 11k

RP1 100k 50% R3 11k C2 .005uF

R2 11k

R4 3.6k

RP2 100k 50% C3 .022uF

R5 3.6k

In

R6 1.8k

RP3 500k 50% C4 .005uF

R7 1.8k V6 9V +V +

Out

U1A TL072

V7 +V -9V

Gambar 1. Untai Baxandall Tone Control

a. Analisa Untai Bass Pada analisa bass, kapasitor pada mid dan treble dianggap open karena memiliki impedansi yang sangat tinggi pada frekuensi rendah. Sehingga untai diatas dapat disederhanakan menjadi:

C5 .05uF R1 11k RP1a 50k RP1b 50k R2 11k

R3 11k R4 3.6k In R6 1.8k RP2 100k 50% RP2 500k 50% R5 3.6k R7 1.8k V2 9V +V + Out

U1A TL072

V1 +V -9V

Gambar 2. Untai pendekatan pada analisa bass.

Untai tertutup C5-RP1a-RP1b membentuk untai delta yang kemudian dapat kita transformasi menjadi untai Y(wye) . Sedangkan untai paralel R4+RP2+R5 // R6+RP3+R7 diabaikan karena pada analisa op-amp untai tersebut tidak dialiri arus. Sehingga untai menjadi:
In Ra Rb

Rc

V2 9V +V +

U1A TL072

V1 +V -9V

Gambar 3. Untai analisa bass yang telah disederhanakan.

Dimana,

Dari kedua persamaan diatas dapat kita cari frekuensi penggal untai.

Dan perhitungan pada untai tersebut memiliki frekuensi penggal di 31Hz. Sedangkan penguatannya, | |

Pada untai R1 memiliki nilai yang sama dengan R2 sehingga factor-faktor yang mempengaruhi penguatan antara lain adalah frekuensi dan perbandingan RP (50:50, 30:70). Jika kita hitung pada untai tersebut dengan perbandingan RP 50:50 maka RP1b=RP1a , dan besar penguatannya adalah 1. Jika RP1b>RP1a maka penurut persamaan Av diatas akan terjadi penguatan, sedang jika RP1b<RP1a akan terjadi pelemahan. b. Analisa Untai Treble Untai dasar pada analisa untai treble adalah sebagai berikut:

Vin

Rin

I1

Ifb

Rfb V1 9V +V + V2 +V -9V Vo

C P

I2

k.Vin

Gambar 4. Untai treble-lift.

Pada gambar terdapat k yang adalah perbandingan antara resistansi total P dengan resistansi pada penunjuk dengan ground. Menurut hukum Kirchhoff,

Jika Rfb besarnya sama dengan Rin dan simbolnya diganti dengan R maka persamaan 5 diatas dapat ditulis ulang menjadi:

Untai ini disebut dengan treble-lift circuit, dimana tegangan keluaran memiliki dua suku yang salah satunya tergantung dari frekuensi. Besarnya penguatan pada frekuensi tertentu juga dipengaruhi oleh besarnya nilai k. Jika k bernilai minimum, maka atau penguatan 0dB.

Untai berikutnya yang berhubungan dengan analisa treble adalah untai treble-cut dengan gambar sebagai berikut:
Ifb
V1 9V +V + Rfb Vo

I1
Vin Rin

I2

V2 +V -9V

k.Vo

Gambar 5. Untai treble-cut

Dengan menggunakan cara yang sama dapat diketahui nilai dari Vo yaitu:

Dan dengan besar nilai Rfb yang sama dengan Rin maka symbol keduanya dapat diganti dengan R menjadi:

Untai ini akan bernilai 0dB ketika k juga bernilai 0, dan memiliki penguatan makin kecil ketika nilai k diperbesar. Jika kita lihat persamaan 4a dan 5a didapat beberapa kesamaan, yaitu adalah faktor pengali pada persamaan 4a sekaligus faktor pembagi pada persamaan 5a. Sehingga jika kita memiliki kedua untai ini dengan nilai untai yang sama dan perubahan k yang sama maka akan didapat tanggapan frekuensi yang seolah-olah pencerminan pada sumbu 0dB. Apabila keduanya digabungkan akan mendapatkan penguatan 0dB pada nilai k=50%. Untai gabungan keduanya adalah sebagai berikut:
In R6 1.8k RP3 500k 90% R7 1.8k V6 9V +V + Out

C4 .005uF

U1A TL072

V7 +V -9V

Gambar 6. Untai tone control pada bagian treble

c. Analisa Untai Mid Untai mid ini memiliki dua frekuensi penggal karena termasuk tapis lolos pita. Oleh karena itu diperlukan untai bass (LPF) dan untai treble (HPF) yang disatukan, sehingga didapatlah untai mid dengan konfigurasi ini. Untuk menganalisa frekuensi penggal atas, maka nilai C3 dianggap kecil sekali hingga diabaikan dan untai membentuk untai bass (Gambar 7a) dengan analisa pada sub-bagian a. Sedangkan untuk menganalisa frekuensi penggal bawah, C2 dianggap sangat besar hingga dapat dihilangkan (open) dan menjadi untai treble (gambar 7b) dengan analisa pada subbagian b.

C2 .005uF R4 3.6k RP2 100k 50% R5 3.6k V6 9V +V +

In

Out

In

R4 3.6k

RP2 100k 50%

R5 3.6k V6 9V +V +

Out

U1A TL072

C3 .022uF

U1A TL072

a
V7 +V -9V

b
V7 +V -9V

Gambar 7. Pendekatan untai tone control pada bagian mid

Pendekatan analisa untai dengan pendekatan-pendekatan untai ini sering ditemui pada untai dengan kompletifitas tinggi. Namun pendekatan ini belum tentu benar adanya, di laboratorium kami telah mencoba untai ini dan hasilnya ketiga jenis untai (bass, mid, dan treble) saling mengintervensi satu sama lain. Seperti ketika kami ingin mencoba untai bass dengan frekuensi masukan sebesar 80Hz didapati bahwa potensio pada untai mid dapat mengubah penguatan pada frekuensi kerja tersebut, hal ini juga didapati pada frekuensi kerja treble (20kHz pada percobaan). Untai mid memberikan pelemahan ketika potensio mengarah ke maksimum dan minimum, namun memberikan penguatan maksimal ketika berada di tengah (mid 50%). Namun terdapat beberapa pendekatan yang benar seperti pendekatan untuk penyelesaian untai bass. Pada uji coba yang kami lakukan yaitu dengan melepas beberapa kapasitor yang dianggap memiliki impedansi tinggi pada frekuensi kerja (80Hz), hasilnya penguatan yang sama dengan untai lengkapnya. Untuk pendekatan analisa yang kurang tepat diperlukan peninjauan lebih dalam. Analisa ini akan berguna ketika nantinya kami akan menggeser respon frekuensi dari untai tersebut. Hasilnya akan kami bandingkan dengan tone control yang terdapat di pasaran. Perbandingannya akan berupa perbandingan respon frekuensi secara elektrik maupun respon psychoacoustic. Kami berharap mampu membuat tone control ini memiliki nilai-nilai respon frekuensi yang pasti (terdapat acuan khusus), dan dapat memberikan referensi untuk pengembangan selanjutnya.

3. Kesimpulan 1. Tone control termasuk dalam keluarga graphical equalizer. 2. Penentuan frekuensi tengah pada tone control tidak memiliki acuan pasti. 3. Respon frekuensi yang tertala akan menetukan keberhasilan tone control ini dalam hal penentuan frekuensi tengah yang memiliki acuan tertentu. 4. Respon psychoacoustic akan menentukan keberhasilan tone control ini dalam memenuhi selera pengguna. 5. Analisa yang kami lakukan diharap dapat menjadi referensi untuk pengembangan model selanjutnya. 4. Daftar Pustaka 1. P. J. Baxandall, Negative-Feedback Tone Control, Wireless World Magazine, pp. 402405, October 1952. 2. Dee Haris, Audio Tone Control Using The TLC074 Operational Amplifier, Texas Instrument Application Report, SLOA42, January 2000.

5. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai