Anda di halaman 1dari 30

Draft my tanggal 16 Feb 2011

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. /MEN/ /2011

TENTANG PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BEKERJA PADA KETINGGIAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: a. bahwa bekerja pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan adalah kegiatan kerja yang mempunyai risiko sangat tinggi; bahwa penggunaan sistem pencegah dan penahan jatuh memerlukan bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf e ,f dan

b.

pengendalian teknis dan administratif; c. r, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, perlu diatur mengenai syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja dalam bekerja pada ketinggian guna menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan keselamatan umum; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan huruf c perlu diatur dengan Peraturan Menteri. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Draft permenaker tentang bekerja pada ketinggian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Kabinet Bersatu II periode 2009 2014.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK KETINGGIAN. INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN BEKERJA PADA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 1 Pengertian Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bekerja pada ketinggian adalah bekerja pada suatu tempat yang memiliki potensi pekerja terjatuh karena perbedaan ketinggian yang dapat menyebabkan cidera atau kematian. Tempat tersebut dapat berada di atas atau di bawah suatu level dasar atau pekerja untuk naik mau pun turun mendapatkan jalan-masuk-ke (access to) atau jalan-keluar-dari (egress from) suatu tempat ketika bekerja, dengan tidak permanen. . 2. Sistem/perangkat perlindungan jatuh perorangan adalah rangkaian peralatan dan teknik keselamatan yang melindungi satu pekerja saat bekerja pada ketinggian, yang meliputi pengaman jatuh (fall protection), penghindar jatuh (work restraint), pemosisi kerja (work positioning), penahan jatuh (fall arrester), pertolongan pada ketinggian (vertical rescue) serta teknik akses tali atau pengaturan posisi. 3. Sistem/perangkat perlidungan jatuh kolektif adalah rangkaian peralatan keselamatan yang bertujuan melindungi sekelompok pekerja serta peralatan yang digunakannya saat bekerja pada ketinggian, yang meliputi antara lain pagar kaki (toe board), jaring, kantong-udara, matras atau sistem jatuh-lunak lain, pagar penjaga (guard rail), pegangan tangan (hand railing), jalur pengaman (life lines), angkur (anchorage), tangga yang dapat dipindah-posisikan atau terpasang permanen (fixed atau portable ladder) dan langkah-langkah dokumentasi administratif (documented administrative measures) yang dipasang secara permanen atau temporer yang dirancang untuk menahan/ mencegah jatuh. 4. Lantai kerja (working platform) adalah semua permukaan yang digunakan sebagai tempat untuk bekerja atau sebagai jalan-masuk-ke atau jalan-keluar-dari suatu tempat kerja. Termasuk di dalamnnya adalah perancah, gondola/perancahtergantung (suspended scaffold), kredel (cradle), lantai kerja bergerak yang dapat 3 menggunakan tangga-jalan (staircase) yang ada pada bangunan

ditinggikan (mobile elevating working platform (mewp)), penopang (trestle), jalankecil-penghubung (gangway, atau tangga-berundak (stairway). 5. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 6. Pengusaha adalah: a. b. c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 7. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri mau pun untuk masyarakat. 8. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja. 9. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri. 11. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

12. Direktur adalah direktur yang mengawasi norma keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 2 Peraturan ini tidak berlaku bagi kegiatan terkait dengan kegiatan penangkapan ikan, kegiatan penyelamatan darurat dan kegiatan militer. Pasal 3 (1) Pengusaha wajib memastikan bahwa semua kegiatan bekerja pada ketinggian yang menjadi tanggungjawabnya telah direncanakan dengan tepat, diawasi secara memadai dan dilakukan dengan cara yang aman. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) termasuk pemilihan peralatan kerja sesuai dengan standar yang berlaku, perencanaan tanggap darurat dan pertolongan korban. (3) Pengusaha wajib memastikan bahwa bekerja pada ketinggian hanya dilakukan jika kondisi cuaca tidak akan mengorbankan keselamatan dan kesehatan orang yang terlibat pada pekerjaan. Pasal 4 Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa : (1) Semua pihak yang terlibat dalam setiap aktifitas, termasuk dalam mengorganisasi, merencanakan atau mengawasi pekerjaan pada ketinggian atau peralatan kerja yang akan digunakan pada ketinggian, adalah orang yang kompeten untuk melakukan hal tersebut. (2) Direktur menetapkan tingkat kompetensi Pasal 5 (1) Pengusaha wajib mempunyai prosedur standard untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian; (2) Prosedur kerja dimaksud pada ayat (1) sekuarang-kurangnya berisi: a. b. cara dan metode untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian; cara dan metode melakukan pengawasan kerja pada ketinggian yang paling 5 berdasarkan tingkat risiko dan kompleksitas kerja pada ketinggian.

efektif; c. peralatan yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan dan pengawasan; (3) Pengusaha wajib memastikan bahwa prosedur standard tersebut diketahui dan difahami dengan baik oleh pekerja atau orang-orang yang terlibat dengan pekerjaan pada ketinggian, sebelum suatu pekerjaan pada ketinggian mulai dilakukan; Pasal 6 (1) Pengusaha wajib mempunyai rencana tanggap darurat yang dibuat secara tertulis (2) Pengusaha wajib memastikan bahwa rencana kerja dimaksud diketahui dan dimengerti oleh: a. b. a. b. pekerja, orang-orang yang terlibat dengan pekerjaan, Daftar personal yang terlibat pada pertolongan korban; Peralatan yang wajib disediakan untuk menangani kondisi darurat yang paling mungkin terjadi; c. Peralatan Kotak dan peralatan P3K persediaan obat-obatan dan alat kesehatan, tandu model skop dan papan spinal, alat penopang leher; d. e. Kontak detil pihak-pihak yang akan terkait dengan penanganan tanggap darurat akibat kecelakaan jatuh dari ketinggian; Denah lokasi dan rute evakuasi korban menuju rumah sakit untuk penanganan lanjut. Pasal 7 (1) Pengusaha wajib memperhatikan penilaian risiko yang diatur dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; (2) Pengusaha wajib memastikan bahwa pekerjaan tidak dilakukan pada ketinggian jika pekerjaan dimaksud dapat dilakukan tidak pada ketinggian. (3) Jika pekerjaan hanya dapat dilakukan pada ketinggian, maka Pengusaha wajib melakukan langkah yang tepat dan memadai untuk mencegah kecelakaan kerja, termasuk: 6

(3) Rencana tanggap darurat sekurang-kurangnya memuat :

a.

Memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan dapat dilakukan dengan aman dan kondisi ergonomi yang memadai pada pada tempat yang sudah ada atau jika terkait untuk jalan-masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari (egress), menggunakan jalan yang sudah ada sebagaimana di atur pada Lampiran-1;

b.

Jika tidak dapat dilakukan pada tempat atau jalan yang sudah ada seperti diatur pada poin (a) diatas, wajib memberikan peralatan kerja untuk mencegah pekerja jatuh.

(4) Jika langkah yang dilakukan pada poin (3) diatas tidak dapat menghilangkan risiko jatuhnya pekerja, setiap Pengusaha wajib: a. Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan i. ii. jarak jatuh dan konsekuensi, atau jika tidak dapat minimalkan jarak jatuh, mengurangi konsekuensi dari jatuhnya pekerja, dan b. Memberikan pelatihan dan instruksi tambahan atau melakukan hal lainnya secara cocok dan memadai untuk mencegah jatuhnya pekerja dari ketinggian yang dapat membuatnya cedera, cacat atau meninggal.

Pasal 8 (1) Setiap Pengusaha dalam melakukan pemilihan peralatan peralatan untuk bekerja pada ketinggian wajib: a. b. Mendahulukan upaya perlindungan jatuh kolektif daripada perlindungan jatuh perorangan. Memperhatikan hal-hal sebagai berikut: i. ii. iii. iv. v. vi. Kondisi kerja di ketinggian dan risiko pada keselamatan pekerja ketika peralatan digunakan, Jarak dari jalan-masuk-ke dan jalan-keluar-dari tempat kerja; Tinggi dan konsekuensi jika pekerja terjatuh; Jangka waktu dan kekerapan penggunaan perlatan untuk bekerja di ketinggian; Kemudahan untuk melakukan kegiatan darurat atau menolong korban. Risiko tambahan yang mungkin ada dari pemasangan, penggunaan 7

atau pelepasan peralatan kerja atau ketika digunakan pada keadaan darurat atau menolong korban. (2) Setiap Pengusaha wajib memilih peralatan kerja pada ketinggian yang memenuhi standar internasional serta mempunyai karakteristik termasuk dimensi yang memadai dengan sifat dan beban dari pekerjaan serta memungkinkan digunakan tanpa ada risiko tambahan. Pasal 9 Persyaratan untuk Peralatan Kerja Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa: a. Pegangan pencegah jatuh (guard-rail), pengaman lantai pencegah benda jatuh (toe-board), pembatas atau pengaman kolektif lainnya sesuai dengan Lampiran 2; b. Lantai kerja (working platform) i. ii. c. Sesuai dengan Lampiran 3 Bagian 1; Jika menggunakan perancah sesuai dengan Lampiran 3 Bagian 2;

Jaring atau perlidungan keselamatan kolektif lain untuk penahan jatuh yang bukan bagian dari sistem perlindungan jatuh personal sesuai dengan Lampiran 3 Bagian 2;

d.

Sistem perlindungan jatuh personal yang sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 1 dan i. ii. iii. iv. Khusus untuk pemosisi-kerja (work positioning) sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 2 Khusus untuk akses-tali wajib sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 3 Khusus untuk penahan-jatuh perorangan yang dengan Lampiran 5 Bagian 4 Khusus untuk penghindar-jatuh sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 5

e.

Tangga (ladder) sesuai dengan Lampiran 6; PERMUKAAN RAPUH, BENDA JATUH DAN DAERAH BERBAHAYA Pasal 10 Permukaan Rapuh

(1) Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa tidak ada pekerja yang melewati, mendekati, melakukan kerja pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh jika 8

pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan dengan kondisi yang ergonomis di tempat lain. (2) Jika pekerjaan tidak dapat dilakukan secara aman dan ergonomis tanpa melewati, mendekati, dikerjakan pada atau dekat dengan permukaan rapuh, maka Pengusaha wajib: a. memastikan beban. b. Jika risiko pekerja jatuh tetap ada walaupun telah dilakukan persyaratan pada ayat (2)a di atas, melakukan langkah untuk mengurangi jarak jatuh dan konsekuensi akibat pekerja terjatuh dengan menggunakan metode atau teknik yang ada. (3) Jika pekerja melewati, mendekati, bekerja pada atau dekat dengan permukaan rapuh, Pengusaha wajib memastikan bahwa: a. b. Telah diberikan tanda/ rambu yang jelas dekat dengan permukaan rapuh, atau Jika pemberian tanda/rambu tidak dapat dilakukan, pekerja wajib diberitahu dengan cara lain. (4) Ayat (3) tidak berlaku bagi polisi, petugas pemadam kebakaran, petugas ambulan atau petugas lain yang sedang melakukan kegiatan kedaruratan/ emergensi. Pasal 11 Benda Jatuh (1) Setiap pengusaha wajib melakukan langkah-langkah yang memadai dalam mencegah benda jatuh yang dapat membuat luka atau cidera pada tenaga kerja atau orang lain. (2) Jika pencegahan pada ayat (1) di atas tidak dapat dilakukan, pengusaha wajib melakukan langkah-langkah mencegah orang tertimpa barang atau benda jatuh . (3) Pengusaha wajib memastikan bahwa tidak ada barang atau benda yang dilempar atau tumpah dari ketinggian yang dapat menyebabkan luka badan. (4) Pengusaha wajib memastikan bawah barang atau benda disimpan sedemikian rupa sehingga mencegah risiko kepada setiap orang karena runtuh, terbalik, atau bergeraknya barang atau benda tersebut. semaksimal mungkin disediakan lantai kerja, penutup, pembatas, pengaman, atau pegangan pengaman yang dapat menahan

Pasal 12 Daerah Berbahaya (1)Setiap pengusaha wajib memastikan jika tempat kerja terdapat daerah yang, karena sifat pekerjaannya, mempunyai risiko pekerja jatuh karena perbedaan ketinggian atau tertimpa barang atau benda jatuh yang dapat menyebabkan cidera atau luka, tempat kerja tersebut wajib diberikan perangkat pembatasan daerah kerja untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan memasukinya, dan; (2)Pembatasan daerah kerja sebagaimana di maksud ayat (1) dibagi sekurangkurangnya menjadi 3 kategori wilayah berdasarkan tingkat bahaya dan dampaknya terhadap keselamatan umum dan pekerja yaitu : a. Wilayah bahaya : meliputi wilayah pergerakan pekerja dan barang : naik, turun, horizontal, titik penambatan. Wilayah ini hanya boleh dimasuki oleh teknisi yang sedang bertugas. Hanya pekerja dan pengawas yang dibolehkan memasuki wilayah bahaya. b. Wilayah waspada : adalah wilayah penyangga antara wilayah bahaya dan wilayah aman. Luas wilayah waspada diperhitungkan sedemikian rupa agar benda yang terjatuh tidak masuk ke wilayah aman. Hanya pekerja dan pengawas yang boleh memasuki wilayah waspada. c. Wilayah aman : adalah wilayah yang terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda dan tidak mengganggu aktifitas pekerja. (3)Batas wilayah bahaya, wilayah waspada dan wilayah aman harus diberi tanda yang mudah terlihat dan dipahami oleh setiap orang yang melintas atau berada disekitar lokasi kerja. (4)Denah horizontal dan vertikal pembagian wilayah tersebut harus dibuat dan selalu tersedia di lokasi kerja untuk acuan pekerja, penanggungjawab lokasi dan pengawas ketenagakerjaan .

PEMERIKSAAN PERALATAN DAN TEMPAT KERJA Pasal 13 Pemeriksaan Peralatan Kerja (1) Aturan ini hanya diterapkan pada peralatan kerja yang sesuai dengan Pasal 8 dan 10

Lampiranl 2 sampai 6. (2) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa jika keselamatan dari peralatan kerja terkait dengan peralatan tersebut dirakit atau dipasang, peralatan tidak akan digunakan sebelum perakitan atau pemasangan dalam berbagai posisi telah diperiksa pada posisi yang diinginkan oleh teknisi yang bertanggungjawab terhadap peralatan tersebut. (3) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa peralatan kerja yang terpapar kondisi yang dapat menurunkan kemampuan peralatan tersebut yang dapat berakibat pada situasi yang membahayakan telah diperiksa: a. b. secara berkala; dan setiap saat jika terdapat kejadian yang dapat mengganggu keselamatan peralatan kerja tersebut bekerja dengan sebagaimana mestinya. untuk memastikan persyaratan keselamatan dan kesehatan terjaga dan penurunan kemampuan peralatan dapat diketahui serta diperbaiki pada waktu yang tepat. (4) Dengan tetap mengacu pada ayat (2), setiap pengusaha wajib memastikan bahwa lantai kerja (working platform) a. b. yang digunakan pada pekerjaan konstruksi; dan yang dapat seseorang jatuh 2 meter atau lebih

tidak akan digunakan pada suatu posisi apapun kecuali telah diperiksa untuk posisi tersebut atau, jika lantai kerja bergerak (mobile working platform), diperiksa pada lokasi yang akan digunakan, dalam jangka waktu 7 hari sebelumnya. (5) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa hasil pemeriksaan sesuai Peraturan ini dicatat dan disimpan dengan baik hingga dilakukan pemeriksaan berikutnya. (6) Pihak yang melakukan pemeriksaan peralatan kerja seperti disebutkan pada ayat 4 pasal ini, wajib a. b. sebelum akhir dari periode kerja dimana pemeriksaan diselesaikan, menyiapkan laporan yang berisi hal-hal sesuai dengan Lampiran 7; dan dalam waktu 24 jam setelah pemeriksaan selesai dilakukan, menyerahkan asli atau copy dari laporan pemeriksaan kepada pihak yang meminta dilakukan pemeriksaan. (7) Pengusaha yang telah menerima asli atau copy laporan pemeriksaan sesuai ayat .. wajib menyimpan asli atau copy laporan tersebut: a. di lokasi dimana pemeriksaan dilakukan hingga pekerjaan konsrtuksi selesai; 11

dan b. sebagai arsip perusahaan hingga 3 bulan sesudah pekerjaan konstruksi selesai. (8) Dalam Peraturan ini pemeriksaan diartikan sebagai: a. b. . Pasal 14 Pemeriksaan Tempat Kerja pada Ketinggian Pengusaha wajib memastikan bahwa permukaan kerja, pada ketinggian diperiksa setiap kali akan digunakan. Pasal 15 Penelusuran Gua dan Panjat Tebing (1) Ketentuan ini mengatur Pengusaha atau pekerja mandiri pada pekerjaan pemberian instruksi atau memimpin satu orang atau lebih berhubungan dengan kegiatan penelusuran gua atau panjat tebing sebagai kegiatan olahraga, petualangan, rekreasi, pembentukan kelompok (team building) atau kegiatan sejenisnya. (2) Ketika aturan ini diterapkan, Pengusaha atau pekerja mandiri wajib untuk melaksanakan persyaratan yang berlaku dalam kegiatan penelusuran gua atau panjat tebing atau dapat pula mendapat pendampingan atau supervisi dari organisasi atau instansi atau orang yang kompeten di bidang keselamatan yang yang disyaratkan oleh aturan tersebut. (3) Untuk tujuan sebagaimana ayat (2), harus diperhatikan: a. b. c. a. b. sifat dari kegiatan; prosedur beraktifitas yang diterima secara umum; dan hal-hal lain yang terkait; penelusuran gua termasuk ekplorasi bagian dari daerah pertambangan yang tidak digunakan lagi. panjat tebing termasuk memanjat naik atau turun, memanjat menyamping, 12 sandaran, pegangan pemeriksaan visual oleh orang yang kompeten untuk tujuan keselamatan kerja termasuk pengujian yang diperlukan oleh pemeriksaan tersebut

permanen dan lain-lain yang digunakan untuk mencegah jatuh di setiap tempat kerja

(4) Dalam aturan ini,

turun tebing menggunakan tali dan descender pada tebing batu atau tebing buatan. c. Persyaratan penelusuran gua dan panjat tebing mengikuti aturan pada Pasal 9(d)(ii) yang berhubungan dengan Lampiran 5 Bagian 3 paragrap 1. KEWAJIBAN PEKERJA Pasal 16 Kewajiban Pekerja (1) Setiap pekerja wajib melaporkan kepada atasannya setiap kejadian atau kerusakan yang menurut pengetahuannya dapat mengganggu keselamatan dirinya dan pekerja lainnya. (2) Setiap pekerja wajib menggunakan peralatan kerja atau peralatan keselamatan yang diberikan kepadanya oleh Perusahaan atau atasannya yang sesuai dengan : a. b. pelatihan yang diterimanya mengenai penggunaan peralatan tersebut; dan yang diperintahkan oleh Perusahaan atau atasannya karena kewajiban memenuhi peraturan perundangan yang berlaku. Pengawasan Pasal 17 Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan. Pasal 18 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal : MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

13

DRS. H. A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si

14

Lampiran 1 Persyaratan untuk tempat kerja yang sudah ada, jalan-masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari (egress) pada ketinggian. Setiap tempat kerja yang sudah ada, jalan-masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari (egress) pada ketinggian wajib: (a). Stabil serta mempunyai kekuatasan dan kekokohan yang memadai untuk digunakan sesuai peruntukannya. (b). Mempunyai lantai yang kuat (c). Mempunyai dimensi ukuran yang memadai yang memungkinkan dilakukan kerja dan ditempatkan peralatan kerja yang dibutuhkan sehingga memberikan tempat kerja yang aman ketika pekerjaan dilakukan. (d). Mempunyai perangkat yang cukup dan memadai untuk mencegah jatuh (e). Mempunyai permukaan yang tidak bercelah: a. b. c. Yang dapat membuat pekerja terjatuh Yang dapat membuat barang atau benda terjatuh lalu menyebabkan membuat luka badan Yang dapat menimbulkan risiko lain terhadap pekerja kecuali dilakukan langkah pencegahan terhadap risiko tersebut. (f). Dibuat dan digunakan sedemikian, dan dijaga tetap dalam kondisi yang sama, untuk mencegah: a. b. risiko terpeleset atau tersandung, atau pekerja dapat terbentur dengan struktur di dekatnya

(g). Jika mempunyai bagian yang dapat bergerak, telah dilakukan pencegahan dengan peralatan yang memadai agar tidak terjadi pergerakan tidak diinginkan selama bekerja pada ketinggian.

15

Lampiran 2 Persyaratan untuk pegangan pencegah jatuh, pengaman lantai pencegah benda jatuh, pembatas dan perlindungan kolektif lainnya yang sejenis. 1. Sebagai perlindungan wajib: a. b. c. 2. Mempunyai dimensi, kekuatan dan kekokohan yang mencukupi untuk digunakan sesuai peruntukannya. Ditempatkan, diamankan, dan digunakan secara tepat sehingga kecil kemungkinan lepas dari tempatnya. Ditempatkan sedemikian sehingga mencegah orang, barang atau benda jatuh dari tempat kerja. Terkait dengan kerja pada ketinggian di pekerjaan konstruksi a. Tinggi pegangan pencegah jatuh atau pelindung lain yang sejenis minimal 950 mm, atau jika pelindung tersebut telah ada sebelum Peraturan ini minimal 910 mm diatas lantai pekerja dapat jatuh. b. c. 3. Pengaman lantai pencegah benda jatuh cukup dan memadai untuk mencegah pekerja, barang atau benda jatuh Jarak antara pegangan pencegah jatuh tidak lebih dari 470 mm. Struktur atau bagiannya yang menopang pegangan pencegah jatuh atau sejenis mempunyai kekuatan yang cukup dan memadai sesuai standar yang berlaku (1200 kg searah beban jatuh) untuk menopang atau ditempelkan. 4. (1) Dengan tetap memperhatikan poin 1) dari Lampiran ini, tidak boleh ada pegangan-terputus untuk tujuan menghemat perlindungan pada bagian untuk mencapai tangga atau tangga-berundak jika bukaan diperlukan. (2) Pelindung boleh dibuka hanya pada waktu tertentu dan untuk jalan-keluar-ke atau jalan-masuk-dari atau untuk melakukan kegiatan tertentu dan harus dipasang kembali sesegera mungkin atas seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian. (3) Kegiatan tidak boleh dilakukan ketika pelindung sedang dilepas kecuali telah diberikan pengaman lain untuk menggantikan pelindung yang dilepas seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian

16

Lampiran 3 Persyaratan untuk lantai kerja (working platform) Bagian 1 Persyaratan untuk semua lantai kerja Interpretasi 1. Dalam Lampiran ini struktur pendukung diartikan sebagai semua struktur yang ditujukan untuk mendukung suatu lantai kerja dan termasuk setiap alat yang digunakan untuk itu. Kondisi permukaan 2. Tiap permukaan dimana terdapat struktur pendukung berada, harus stabil, memiliki tekstur permukaan yang tidak licin, mempunyai kekuatan yang cukup dan komposisi yang memadai untuk secara aman menahan struktur pendukung, lantai kerja, dan beban yang akan ada di atas lantai kerja. Kestabilian struktur pendukung 3. Struktur pendukung wajib: (a). mempunyai kekuatan dan ketahanan yang memadai untuk berfungsi sebagai struktur pendukung (b). jika struktur mempunyai roda, harus dicegah struktur dapat bergerak sendiri ketika sedangkan dilakukan kerja pada ketinggian. (c).Harus dicegah struktur tergelincir dengan mengamankan menggunakan alat atau mengaitkannya ke struktur lainnya. (d). Harus stabil ketika dipasang, digunakan, dan dilepas. (e). Tetap stabil ketika diubah atau dimodifikasi seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian Kestabilan lantai kerja 4. Lantai kerja wajib (a). Sesuai dan mempunyai kekuatan dan kekokohan yang memadai untuk digunakan sesuai peruntukannya. (b). Dipasang dan digunakan harus dipastikan bahwa tidak akan ada bagiannya 17

yang dapat terlepas yang dapat membahayakan manusia. (c). Dapat diubah atau dimodifikasi namun harus menjaga kestabilannya Harus dilepas sedemikian rupa untuk mencegah berpindah tanpa seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian. (d). diinginkan seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian. Keselamatan di atas lantai kerja 5. Lantai kerja wajib: (a). Mempunyai ukuran yang memadai untuk dilalui orang melakukan kerja di atasnya dan meletakkan peralatan atau barang yang akan digunakan dan menyediakan daerah kerja yang aman dengan melihat jenis pekerjaan yang akan dilakukan diatasnya. (b). a. b. c. Memiliki pengaman pada permukaan yang tidak bercelah: Yang dapat membuat pekerja terjatuh Yang dapat membuat barang atau benda terjatuh lalu menyebabkan membuat luka badan Yang dapat menimbulkan risiko lain terhadap pekerja kecuali dilakukan langkah pencegahan terhadap risiko tersebut. (c).Dipasang, digunakan serta dirawat tetap dalam kondisi yang sama, untuk mencegah: a. b. Pembebanan 6. Suatu lantai kerja dan struktur pendukungnya tidak boleh dibebani dengan beban yang dapat menimbulkan risiko runtuh atau terjadi perubahan bentuk dari lantai kerja atau struktur pendukungnya yang dapat mempengaruhi penggunaan secara aman. Bagian 2 Persyaratan Tambahan Untuk Perancah 7. Perhitungan kekuatan dan kestabilan perancah wajib dilakukan kecuali: telah ada suatu catatan perhitungan yang mencakup juga pengaturan struktur 18 risiko terpeleset atau tersandung, atau pekerja dapat terbentur dengan struktur di dekatnya

untuk perancah dimaksud, atau konfigurasi perancah dirangkai sesuai standar yang berlaku umum 8. Tergantung dari kompleksitas perancah yang dipilih, rancangan pemasangan, penggunaan, dan pelepasan dibuat oleh orang yang kompeten. Hal ini dapat berbentuk rancangan yang standar dan dilengkapi dengan rincian dari bagianbagian dari perancah yang lebih detail. 9. Salinan dari rancangan termasuk manual instruksi wajib dipegang oleh orang yang bertanggungjawab pada pemasangan, penggunaan, dan pelepasan perancah hingga perancah setelah dilepas. 10. Ukuran, bentuk dan tataletak lantai (deck) perancah harus sesuai dengan sifat dari pekerjaan yang akan dilakukan, mampu menahan beban, serta dapat dilalui dan dilakukan kerja secara aman. 11. Ketika perancah sedang tidak dapat digunakan, termasuk ketika sedang dipasang, dilepas, atau diubah maka perancah harus diberi tanda yang jelas dan dengan tanda yang mudah dimengerti untuk mencegah orang masuk ke daerah bahaya. 12. Perancah hanya dapat dipasang, dilepas, atau diubah secara signifikan dibawah pengawasan orang yang kompeten dan oleh orang-orang yang telah mendapatkan pelatihan khusus yang memadai dengan pemasangan, pelepasan atau perubahan perancah termasuk risiko yang ada dan pencegahannya yang harus dilakukan dalam semua kegiatan tersebut, lebih khusus dalam hal: (a). Pemahaman tentang rancangan pemasangan, pelepasan atau perubahan perancah, (b). Faktor keselamatan yang harus diperhatikan selama pemasangan, pelepasan atau perubahan perancah. (c).Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah risiko orang, barang atau benda jatuh (d). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi perubahan kondisi cuaca yang dapat mempengaruhi faktor keselamatan dari perancah. (e). Beban yang diijinkan dari perancah (f). Risiko lainnya yang mungkin ada selama pemasangan, pelepasan, dan perubahan perancah.

19

20

Lampiran 4 Persyaratan untuk Sistem Perlindungan Jatuh Kolektif 1. 2. Setiap kata mengenai perlindungan dalam Lampiran ini mempunyai arti perlindungan jatuh kolektif. Suatu perlindungan hanya digunakan jika: a. Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa kegiatan kerja dapat dilakukan menggunakanya efektifitasnya. b. c. 3. 4. Penggunaan perlindungan lain tidak dapat digunakan. Pekerja telah diberi pelatihan yang memadai khusus untuk perlindungan dimaksud, termasuk prosedur pertolongan. Kekuatan suatu perlindungan harus mencukupi dan memadai untuk menahan secara aman jatuhnya pekerja yang jatuh. Suatu perlindungan wajib: a. Dalam hal perlindungan dirancang melekat, telah dilekatkan secara aman ke semua angkor yang diperlukan, sedangkan angkor dan titik penempelan mempunyai kestabilan dan kekuatan yang memadai untuk secara aman dibebani dalam menahan jatuh dan juga ketika kegiatan pertolongan dilakukan. b. c. 5. Jika berbentuk kantong-udara, matras atau perlindungan sejenisnya, harus stabil; dan Jika perlindungan mengalami perubahan ketika menahan jatuh, terdapat jarak ruang yang cukup. Dilakukan langkah-langkah yang mencukupi dan memadai untuk memastikan bahwa jika seseorang jatuh ke perlindungan tidak mengalami luka badan karena material atau konstruksi dari perlindungan itu sendiri. perlindungan tersebut dan tidak mempengaruhi

21

Lampiran 5 Persyaratan untuk Sistem Perlindungan Jatuh Perorangan Bagian 1 Persyaratan untuk semua sistem perlidungan jatuh perorangan 1. Sistem perlindungan perorangan hanya digunakan jika: (a). Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa: i. Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa kegiatan kerja hanya dapat dilakukan menggunakan sistem perlindungan tersebut; dan ii. Penggunaan sistem perlindungan lain yang lebih aman tidak dapat digunakan; dan (b). Pengguna dan beberapa orang telah diberi pelatihan yang memadai khusus untuk menggunakan sistem perlindungan perorangan dimaksud, termasuk prosedur pertolongan. 2. Sistem perlindungan perorangan wajib: a. Mempunyai kekuatan yang memadai untuk beban dan sesuai standar internasional untuk melakukan kerja yang akan dilakukan. b. c. Sesuai dengan ukuran tubuh pengguna Digunakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat dengan benar d. Dirancang sesuai standar internasional yang berlaku untuk meminimalkan pengguna mengalami luka badan, cacat, atau kematian jika pengguna jatuh dan juga dicegah pengguna jatuh atau tergelincir dari sistem perlindungan; dan e. Dirancang sesuai standar internasional yang berlaku , dipasang, dan digunakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat untuk mencegah gerakan yang tidak terduga atau tidak terkontrol oleh pengguna. 3. Sistem perlindungan perorangan yang dirancang digunakan dengan angkor harus secara aman dilekatkan pada minimal satu angkor, dan tiap angkor serta yang melekat pada angkor harus mempunyai kekuatan yang mencukupi dan memadai dan stabil untuk menahan beban yang diperkirakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat . 4. Telah dilakukan langkah yang mencukupi dan memadai untuk mencegah orang 22

jatuh atau terpeleset dari sistem perlindungan perorangan yang dilakukan oleh Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian .

23

Bagian 2 Persyaratan tambahan untuk sistem pemosisi kerja (work positioning) Sistem pemosisi kerja dapat digunakan jika: (a). Sistem pemosisi kerja harus mempunyai sistem cadangan (backup) untuk mencegah atau menahan jatuh, dan (b). Jika sistem pemosisi kerja menggunakan tali atau pita webbing (line) sebagai sistem cadangan (backup) pengguna harus terhubung dengan tali atau pita webbing tersebut, atau (c). Jika aturan pada huruf (a) tidak dapat dipenuhi, harus dipastikan bahwa sistem pemosisi kerja tidak akan mengalami kegagalan.

Bagian 3 Persyaratan tambahan untuk teknik akses tali Akses tali (rope access) adalah: metode pekerja yang dikategorikan berdasarkan besar kecilnya peranan tali sebagai alat keselamatan dan alat bekerja dibandingkan dengan peranan kaki sebagai tumpuan untuk berdiri dan atau mempertahankan posisi kerja. Metode/ teknik bekerja dimana peranan tali sebagai alat keselamatan dan alat bekerja sangat dominan serta hal yang utama dibandingkan dengan peranan kaki sebagai tumpuan untuk berdiri dan atau mempertahankan posisi kerja 1. Teknik rope akses hanya digunakan jika: a. Dengan tetap mengacu pada bagian 1, sistem mempunyai minimall mempunyai dua tali (line) terpisah yang diangkor, tali pertama digunakan untuk jalan-masuk-ke, jalan-keluar-dari dan pendukung biasa dikenall sebagai tali kerja sedangkan tali kedua adalah tali keselamatan. b. c. Pengguna diberikan pengikat tubuh (harness) yang sesuai dan dihubungkan dengan tali-kerja dan tali-keselamatan. Tali-kerja dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun serta mempunyai mekanisme terkunci-sendiri yang akan mencegah pengguna jatuh jika pengguna kehilangan kontrol atas pergerakannya; dan d. 2. Tali-keselamatan dilengkapi dengan sistem perlindungan jatuh bergerak yang terhubung dan bergerak mengikuti pengguna. Dengan melihat hasil penilaian risiko serta tergantung durasi kerja yang akan dilakukan dan batasan ergonomis, harus diperhatikan posisi duduk pengguna dengan memberikan aksesoris untuk itu yang mencukupi. 24

3.

Sistem boleh hanya terdiri dari tali tunggal jika: a. b. Penilaian risiko menunjukkan bahwa penggunaan tali kedua akan meningkatkan risiko kepada pengguna; dan Telah dilakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan keselamatan. meliputi seluruh pekerjaan yang memiliki seluruh ciri-ciri

4. Metode Akses tali sebagai berikut:

a. pekerjaan berada pada ketinggian lebih dari 2 meter dan terdapat potensi jatuh b. menggunakan tali sebagai alat utama dan alat bantu c. tidak memiliki perlindungan kolektif (collective protection). 5. Pekerjaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah namun tidak terbatas pada: a. Bekerja pada menara dan tiang (telekomunikasi, broadcast, televisi) b. Bekerja pada struktur (besi dan beton) dan bangunan tinggi c. Bekerja pada pohon dan medan terjal d. Bekerja pada atap dan bongkar muat manual e. Bekerja pada ruang terbatas dan tanki f. Bekerja pemasangan fasilitas promosi luar ruang (billboard, giant banner g. Penyelamatan dan evakuasi medan terjal h. Bekerja pada bendungan dan bangunan air i. Bekerja pada perawatan kapal laut dan pesawat terbang j. Bekerja pada perawatan crane k. Bekerja pada struktur pengeboran minyak dan gas serta pertambangan 6. Persyaratan penambat (angkor) adalah : a. Minimum menggunakan dua penambat pada setiap tali yang digunakan. b. Menggunakan tali kerja dan tali keselamatan yang terpisah penambatnya setiap kali bekerja. c. Titik penambatan harus mampu menahan beban sebanyak beban pada tali kerja dan atau tali keselamatan dan tidak kurang dari 1200 Kg pada titik jatuh and sekurang-kurangnya berada 2 (dua)meter dari tepi bangunan. d. Kemampuan titik penambatan menahan beban harus diiuji oleh pengawas sebelum digunakan, didokumentasikan. e. Titik penampatan harus dirawat sedemikian rupa agar terhindar dari korosi 25

atau faktor lain yang dapat menghilangkan atau mengurangi kekuatannya. 7. Ketentuan teknis pemasangan permanen angkor adalah sebagai berikut: a. Angkor harus memiliki sertifikat pengesahan pemakaian. b. Pengelasan instalasi penambat permanen harus dilakukan oleh juru las yang tersertifikasi. 8. Instalasi penambat dilakukan riksa uji pertama dan berkala. a. Riksa uji dilakukan oleh PJK3 riksa uji yang memiliki tenaga ahli bekerja di ketinggian. b. Riksa uji berkala dilakukan setahun sekali Untuk bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali setiap tenaga kerja wajib memiliki lisensi yang diterbitkan oleh direktur. a. Untuk mendapatkan lisensi tenaga kerja wajib mendapat rekomendasi dari Asosiasi b. Mengikuti pelatihan Teknisi Akses Tali c. Lisensi berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 10. Kualifikasi dan Persyaratan Tenaga Kerja: a. Bekerja pada ketinggian dengan akses tali harus dilaksanakan oleh teknisi akses tali. b. Berdasarkan kewenangannya, Kualifikasi Teknisi akses tali dibagi menjadi : i. Pekerja Bangunan Tinggi ii. Teknisi Akses Tali tingkat 1 iii. Teknisi Akses tali tingkat 2 iv. Teknisi Akses Tali tingkat 3 v. Instruktur Akses tali c. Kewenangan Teknisi akses tali tingkat Satu meliputi: i. ii. iii. bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali. melakukan pemasangan pengaman wilayah kerja. memasang penambatan dibawah pengawasan teknisi akses tali

9.

tingkat dua atau tiga. 26

d. Kewenangan teknisi akses tali tingkat 2 meliputi seluruh kewenangan teknisi akses tali tingkat 1 ditambah dengan : i. ii. Merangkai pengaman penambatan. Mengawasi dan membimbing kegiatan Teknisi akses tali tingkat 1. e. Kewenangan teknisi akses tali tingkat 3 adalah seluruh kewenangan yang diuraikan pada kewenangan teknisi akses tali dengan: i. ii. iii. Memimpin pelaksanaan pekerjaan. Melaksanakan upaya penyelamatan. Mengawasi dan membimbing kegiatan Teknisi akses tali tingkat 2 tingkat dua ditambah

dan atau Teknisi akses tali tingkat 1. f. Kewenangan Instruktur akses tali meliputi: i. ii. dengan tingkat tiga. g. Setiap teknisi dan instruktur wajib mengikuti pelatihan dan memiliki buku kerja. Bagian 4 Persyaratan tambahan untuk penahan jatuh 1. Sistem penahan jatuh harus memiliki perangkat untuk menyerap energi dan membatasi gaya yang akan diterima oleh tubuh pengguna 2. Sistem penahan jatuh tidak digunakan jika: a. Akan ada risiko memutus tali atau pita webbing daerah aman. c. Bagian 5 Persyaratan tambahan untuk pencegah jatuh 27 Penggunaannya malah membuat tidak aman. b. Jika penggunaannya membutuhkan daerah aman (clear zone), tidak tersedia Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan akses Sesuai dengan bidang keahliannya, merencanakan,melaksanakan tali sebagaimana diuraikan pada kewenangan teknisi akses tali tingkat tiga. dan pengawasi kegiatan pendidikan dan pelatihan teknisi akses tali tingkat satu sampai

Sistem pencegah jatuh wajib: (a). Dirancang untuk mencegah pengguna memasuki derah yang dapat membuatnya jatuh; dan (b). Digunakan dengan benar.

28

Lampiran 6 Persyaratan untuk tangga (ladder) 1. Pengusaha wajib memastikan bahwa tangga digunakan untuk kerja pada ketinggian hanya jika hasil penilaian risiko sesuai dengan SMK3 poin 3.3 menunjukkan bahwa penggunaan peralatan lain yang lebih sesuai tidak dapat dibenarkan karena risikonya rendah, dan a. b. 2. Durasi penggunaan tidak-lama, atau Kondisi tempat kerja tidak dapat diubah

Permukaan dimana tangga akan berdiri harus stabil, kokoh dan mempunyai kekuatan yang memadai dan komposisi yang sesuai untuk menopang beban yang akan diletakkan diatasnya dan tangga dimana anak-tangga tetap horisontal

3. 4. 5.

Tangga harus diposisikan sedemikian rupa sehingga tetap stabil ketika digunakan Tangga-gantung (suspended ladder) harus dikaitkan secara aman sehingga tidak dapat berpindah dan berayun, kecuali untuk tangga fleksibel. Tangga portabel harus dicegah tergelincir ketika digunakan dengan cara: a. b. c. Mengamankan tumpuan atas atau bawahnya; Suatu alat anti-tergelincir atau alat penstabil lainnya; atau Pengaturan lain dengan tingkat efektifitas yang sama.

6.

Tangga untuk jalan-masuk-ke (access) harus mempunyai panjang yang cukup untuk melebih tempat mendarat sehingga terbentuk jalan-masuk-ke, kecuali telah dilakukan hal-hal untuk memastikan tangga ditahan dengan kokoh.

7.

Tangga-tambahan tidak dapat digunakan kecuali telah dipastikan bahwa bagianbagian tanggal tidak akan bergerak relatif terhadap masing-masing ketika digunakan.

8. 9.

Tangga bergerak harus tidak bergerak ketika akan dinaiki. Jika tangga mempunyai ketinggian vertikal 9 meter atau lebih dari dasar, harus disediakan tempat mendarat atau istirahat yang memadai dan mencukupi.

10. Setiap tangga digunakan sedemikian bahwa: a. b. Selalu tersedia pegangan pengaman dan penopang pengaman; dan Pengguna tetap dapat berpegangan dengan aman ketika membawa beban kecuali menjaga pegangan tidak dapat dilakukan, dan hasil penilaian risiko menunjukkan bahwa penggunaan tangga dibenarkan karena: i. ii. Risikonya rendah; dan Durasi penggunaan tidak-lama 29

Lampiran 7 Hal yang perlu dimasukkan dalam Laporan Pemeriksaaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama dan alamat untuk siapa pemeriksaan dilakukan Lokasi pemeriksaan peralatan dilakukan Uraian dari peralatan yang diperiksa Tanggal dan waktu pemeriksaan Rincian hal-hal yang diidentifikasi dapat menimbulkan risiko pada keselamatan dan kesehatan kerja Uraian tentang tindakan yang telah dilakukan terkait dengan huruf 5 di atas. Uraian tentang tindakan lebih lanjut yang harus dilakukan. Nama dan posisi orang yang melakukan pemeriksaan

30

Anda mungkin juga menyukai