PERANCANGAN BANGUNAN TINGGI DAN STRUKTUR BETON PRATEGANG PERANCANGAN BANGUNAN PERKANTORAN DAERAH JAKARTA
1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang tinggi aktivitas kegempaannya, relatif lebih besar dibanding banyak negara-negara lain. Oleh karena itu, pembangunan gedung di Indonesia diwajibkan mengikuti tata cara yang berlaku (SNI 03-1726-2002) mengenai ketahanan terhadap beban gempa. Hal ini bertujuan agar sekiranya jikalau terjadi gempa besar sekalipun, struktur tak akan runtuh dan tak akan memakan nyawa. Di samping itu, sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan banyak gedung sebagai fasilitas dijalankannya roda ekonomi bangsa. Di kota-kota besar seperti Jakarta, bangunan tingkat tinggi adalah sebuah hal yang lazim. Bangunan-bangunan ini pada umumnya berfungsi sebagai perkantoran karena letaknya yang memang strategis terhadap alur urbanisasi penduduk Jakarta. Dalam tugas ini, sebuah gedung perkantoran baru, akan didesain untuk dibangun di Jakarta. Kehadiran gedung perkantoran baru ini diharapkan dapat menambah aktifitas perekonomian bangsa serta mampu menjadi wadah bagi instansi atau perusahaan yang ingin tinggal di jantung ibukota. Bentuk denah kantor juga dibuat tidak simetris melainkan berbentuk seperti salib dengan tujuan menarik minat para pelanggan nantinya. Bangunan ini akan diberikan pembebanan gravitasi, gempa, dan angin lalu akan dianalisa karakteristik serta performanya.
b. Tujuan Pembuatan Tugas Adapun tujuan dari dilakukannya tugas ini ialah : Mengetahui karakteristik dinamik dari bangunan yang bersangkutan (periode getar, pola ragam getar, partisipasi massa). Mengetahui performa layan dan performa ultimit bangunan berdasarkan nilai simpangan antar lantai (interstory drift). Mencari luas tulangan untuk komponen utama struktur (balok induk, kolom, dan dinding geser).
2. PERMODELAN Bangunan yang akan dianalisis ialah bangunan perkantoran 12 lantai dengan menggunakan sistem ganda (sistem kombinasi rangka pemikul momen menengah dan dinding geser). Dalam peninjauan beban gempa, sistem struktur seperti ini memiliki faktor
reduksi R = 6,5. Nantinya bangunan akan dianalisis dengan menggunakan program ETABS V9.6. Adapun spesifikasi dari bangunan tersebut ialah : Luas Panjang Lebar Tinggi : 624 m2 : 24 m : 32 m : 4 m (lantai pertama) dan 3,6 m (lantai berikutnya)
Ukuran kolom : Kolom Biasa (persegi) : 800 x 800 mm2 Kolom Ujung (persegi) : 1000 x 1000 mm2 Kolom Depan (silinder) : D 1000 mm
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 Ukuran balok anak : 250 x 500 mm2 Tebal shear wall : 250 mm Tebal pelat : 120 mm
Sementara itu, spesifikasi material yang digunakan ialah : Beton o Kuat tekan fc = 33 Mpa o Modulus elastis E = 4700 fc = 27000 Mpa o Berat jenis : 2400 kg/m3 Baja tulangan o Fy = 400 Mpa.
Denah lantai 1 bangunan dapat dilihat pada gambar berikut : 6000 8000 6000
6000
6000
6000
6000
Denah bangunan lantai 2-11 tipikal dapat dilihat pada gambar berikut :
6000
8000
6000
6000
6000
6000
6000
Depan bangunan
Depan bangunan
Dalam perencanaan bangunan terhadap beban gempa, momen inersia penampang dari setiap komponen struktur direduksi oleh karena mempertimbangkan penampang akan retak saat terjadi gempa. Besarnya faktor reduksi dan permodelan tiap elemen tersebut yakni : Balok : dimodelkan sebagai elemen beam biasa dimana distribusi tegangan masih elastis. Reduksi momen inersia menghasilkan Ie = 35% dari Ig untuk arah lenturnya. Torsional constant juga diisi dengan angka 25%. Kolom : dimodelkan sebagai line element biasa, reduksi momen inersia menghasilkan Ie = 70% Ig untuk kedua arah. Dinding Geser : dimodelkan sebagai shell element karena memiliki DOF terlengkap. Dinding geser juga didiskritisasi dengan membaginya sebanyak 16 elemen dalam satu lantai. Reduksi kekakuan diambil 70% baik untuk kekakuan bending maupun membrane. Pelat : dimodelkan sebagai membrane element karena asumsi pelat sangat kaku dalam arah bidangnya dan hanya mentransfer gaya gravitasi ke
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Departemen Teknik Sipil 2012
sistem penahan gaya gravitasi (tidak berkontribusi dalam menahan gaya gravitasi). Reduksi kekakuan diambil sebesar 25% untuk kekakuan membrane. Berdasarkan peraturan SNI 03-1726-2002, massa bangunan yang berkontribusi dalam analisa beban gempa ialah WDL + WLL dimana = 0,3. Pendefinisian kontribusi massa ini dilakukan dengan mendefinisikan fitur mass source pada ETABS
Selain itu, dalam analisa bangunan tinggi, fenomena P- juga harus diperhitungkan. P- adalah suatu efek tambahan pada gaya-gaya dalam, momen guling, dan displacement struktur akibat adanya displacement lateral () yang menjadi eksentrisitas bagi beban gravitasi pada bangunan tinggi. Efek ini kemudian menimbulkan pertambahan yang akumulatif dan dikenal sebagai second order effect. Untuk dapat mengetahui efek order kedua dengan akurat, dipakai cara iterasi dalam analisa P-.
Gambar 8 Parameter P-
Menurut peraturan bangunan (ACI 1999, AISC 1994) efek P- dapat disebabkan oleh dua hal yakni pergoyangan dari seluruh struktur dan deformasi antara ujung-ujung dari setiap komponen. Efek pergoyangan lebih signifikan; dan bisa dihitung secara cukup akurat dengan mengikutsertakan beban-beban gravitasi total dari setiap lantai bangunan dan tidak terpengaruhi sama sekali oleh beban lateral. Efek deformasi hanya signifikan bila kolom yang ada sangat langsing atau kolom berdefleksi secara single curvature; analisis ini membutuhkan gaya-gaya dalam tiap komponen akibat beban gravitasi dan beban lateral. Oleh karena itu, load case yang dimasukkan di ETABS hanyalah beban gravitasi sesuai dengan mass source.
3. PEMBEBANAN a. Gravitasi : pembebanan gravitasi pada struktur bangunan 12 lantai ini meliputi Berat sendiri struktur : dalam permodelan, berat sendiri dinamakan sebagai Dead Load dengan self weight multiplier sebesar 1. Beban mati tambahan : berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, beban mati tambahan diambil sebesar 1,8 kN/m2 untuk atap (screed dan CME) dan 2,4 kN/m2 untuk pelat lantai (screed, CME, partisi). Dalam model, beban mati tambahan dimodelkan sebagai SuperDeadLoad (SDL). Beban hidup : diambil sebesar 1 kN/m2 untuk atap dan 2,5 kN/m2 untuk pelat lantai.
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Departemen Teknik Sipil 2012
b. Gempa : pembebanan gempa dilakukan dengan memasukkan kurva respon spektrum untuk wilayah Jakarta dengan kondisi tanah yang sesuai. Berdasarkan SNI 03-1726-2002, kurva respon seismik untuk wilayah Jakarta (wilayah 3) ialah :
Sistem penahan gaya lateral yang digunakan yakni sistem ganda yang terdiri dari Sistem Dinding Geser dengan Sistem Pemikul Momen Menengah dan memiliki faktor reduksi R = 6,5. Wilayah Jakarta merupakan wilayah tanah lunak, sehingga nilai respon seismik maksimum pada periode predominant adalah 0,75. Pembebanan gempa yang dimasukkan ke dalam ETABS ialah :
Untuk menkonversi nilai respon seismik C menjadi spektral percepatan SA, nilai scale factor yang dimasukkan dalam load case harus sesuai. Scale factor dapat dihitung berdasarkan faktor keutamaan (I), faktor reduksi beban gempa (R), dan percepatan gravitasi. Diketahui I = 1, R = 6,5, dan g = 9,81, scale factor = I x g / R = 1,509. Eksentrisitas rencana diambil nilai pendekatan rata-rata sebesar 7%.
Setelah
permodelan
seluruh
komponen
dan
pembebanan
sudah
selesai
dilaksanakan, model yang ada kemudian di cek untuk mengetahui keberadaan komponen yang tidak tersambung, line element yang menindih elemen lainnya, dan sebagainya. Hasil pengecekan dapat dilihat pada gambar berikut :
Setelah hasil pengecekan menunjukkan tidak ada yang bermasalah, analisis siap dilaksanakan.
4. HASIL ANALISA a. Partisipasi Massa Bangunan Pastisipasi massa ialah jumlah massa bangunan yang dibawa oleh tiap pola ragam getar (modes). Sesuai dengan SNI 03-1726-2002, partisipasi massa akumulatif dari bangunan untuk ketiga arah DOF (translasi x, translasi y, dan rotasi z) haruslah melebihi 90%. Nilai parstisipasi massa dapat dilihat pada tabel berikut :
Mode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Period UX UY SumUX 1,264406 0 69,9816 0 0,995985 70,4091 0 70,4091 0,935775 0,0002 0 70,4092 0,308314 0 17,744 70,4092 0,246737 19,6554 0 90,0646 0,220622 0,0067 0 90,0713 0,156239 0 5,3539 90,0713 0,126076 4,9143 0 94,9856 0,11123 0,1616 0 95,1472 0,10479 0 2,4389 95,1472 0,089318 2,1926 0 97,3398 0,077666 0 1,3217 97,3398 0,064878 1,7441 0 99,0838 0,063747 0 0,7298 99,0838 0,053202 0 0,9546 99,0838
SumUY RZ SumRZ 69,9816 0 0 69,9816 0,008 0,008 69,9816 69,2546 69,2626 87,7256 0 69,2626 87,7256 0,0081 69,2707 87,7256 19,467 88,7377 93,0795 0 88,7377 93,0795 0,1221 88,8598 93,0795 3,7421 92,6019 95,5184 0 92,6019 95,5184 0,2295 92,8314 96,8401 0 92,8314 96,8401 0,0294 92,8608 97,5699 0 92,8608 98,5245 0 92,8608
16 17 18
0 0,7934 0
0,9768 0 0,4647
0 0,0577 0
Dapat dilihat dari tabel diatas, dengan 18 pola ragam getar partisipas massa untuk ketiga arah DOF (Ux, Uy, Rz) sudah mencapai angka 90%. Berarti kita tidak perlu menambah jumlah pola ragam getar kembali.
b. Pengecekan Gaya Geser Dasar Hal selanjutnya yang perlu untuk diketahui ialah perbandingan antara gaya geser dasar dinamik dengan gaya geser dasar statik, dimana menurut SNI 03-1726-2002 harus memenuhi persamaan : Vdinamik > 0,8 Vstatik V dinamik didapatkan dari ETABS dengan mempertimbangkan seluruh kontribusi pola ragam getar yang di kombinasikan dengan metode CQC : Spec EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQY EQY EQY EQY Mode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 All 1 2 3 4 Dir U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 U1 All U2 U2 U2 U2 F1 0 7460,08 0,24 F2 0 0 0 F3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 M1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 186342 0 0 -12067 M2 0 235434 7,684 0 12520,2 0,787 0 1697,24 3,362 0 281,071 0 146,344 0 0 60,793 0 0 235823 0 0 0 0 M3 0 -89488 -3,048 0 -25251 -2,767 0 -5105 -35,241 0 -1778,5 0 -1124 0 0 -820,93 0 0 93272,9 94125,8 0 0 30852,8
0 0 2096,26 0 0,16 0 0 0 412,51 0 2,45 0 0 0 140,15 0 0 0 83,39 0 0 0 0 0 55,13 0 0 0 0 0 7771,9 0 0 5882,86 0 0 0 0 0 1928,3
EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 All
U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 All
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Massa bangunan dapat dilihat pada tabel berikut : Story STORY12 STORY11 STORY10 STORY9 STORY8 STORY7 STORY6 STORY5 STORY4 STORY3 STORY2 STORY1 Diaphragm D1 D1 D1 D1 D1 D1 D1 D1 D1 D1 D1 D1 Total (ton) s MassX 648,1321 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 678,6129 9342,848 Ty Cy I R Wt VstatikY 0,8 VstatikY MassY 648,1321 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 801,6103 678,6129 9342,848 1,26 0,595238 1 6,5 91653,34 8393,163 6714,53 s
kN kN kN
kN kN kN
Dapat dilihat perbandingan VdinamikX < daripada 0,8 VstatikX (7771,9 < 8460,308) sehingga dibutuhkan faktor pembesaran gaya gempa sebanyak 0,8 VstatikX/ VdinamikX = 8460,308/7771,9 = 1,088. Pada akhirnya gaya gempa arah x yang harus diassign kedalam ETABS harus memiliki scale factor = 1,088 x 1,509 = 1,642. Begitu juga dengan gaya geser arah y, butuh faktor pembesaran sebesar 1,078 x 1,509 = 1,628. Keseluruhan analisa selanjutnya sudah menggunakan gaya gempa arah x dan y yang sudah dimodifikasi faktor pembesarannya.
c. Pengecekan Kinerja Layan dan Kinerja Ultimit Struktur Berdasarkan SNI 03-1726-2002 (simpangan antar lantai) Kinerja batas layan struktur ditentukan oleh simpangan antar lantai bangunan akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan juga untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Sedangkan kinerja ultimit struktur juga ditentukan oleh simpangan antar tingkat, bertujuan untuk mencegah keruntuhan struktur dan mencegah terjadinya tumbukan antara kedua gedung yang berdekatan. Perhitungan drift dapat dilihat pada tabel berikut : Akibat gempa arah x :
Story STORY12 STORY12 STORY11 STORY11 STORY10 STORY10 STORY9 STORY9 STORY8 STORY8 STORY7 STORY7 STORY6 STORY6 STORY5 STORY5 STORY4 STORY4 STORY3 STORY3 STORY2 STORY2 STORY1 STORY1 Load EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX EQX Drift index X 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 Drift index Y drift x (mm) 4,864 0,000 5,090 0,000 5,227 0,000 5,310 0,000 5,306 0,000 5,206 0,000 4,986 0,000 4,637 0,000 4,147 0,000 3,503 0,000 2,869 0,000 1,652 0,000 drift y (mm) 0,000 0,918 0,000 0,950 0,000 0,968 0,000 0,979 0,000 0,976 0,000 0,958 0,000 0,918 0,000 0,857 0,000 0,763 0,000 0,641 0,000 0,479 0,000 0,256 batas layan (mm) 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 18,462 18,462 drift ultimit x (mm) 20,340 0,000 21,288 0,000 21,860 0,000 22,206 0,000 22,191 0,000 21,770 0,000 20,851 0,000 19,391 0,000 17,344 0,000 14,649 0,000 11,999 0,000 6,909 0,000 drift ultimit y (mm) 0,000 3,839 0,000 3,975 0,000 4,050 0,000 4,095 0,000 4,080 0,000 4,005 0,000 3,839 0,000 3,583 0,000 3,192 0,000 2,680 0,000 2,002 0,000 1,069 batas ultimit (mm) 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 80,000 80,000
STORY7 STORY7 STORY6 STORY6 STORY5 STORY5 STORY4 STORY4 STORY3 STORY3 STORY2 STORY2 STORY1 STORY1
EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY EQY
0,000 0,002 0,000 0,002 0,000 0,002 0,000 0,002 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000
0,774 0,000 0,745 0,000 0,695 0,000 0,623 0,000 0,522 0,000 0,410 0,000 0,224 0,000
0,000 6,797 0,000 6,548 0,000 6,113 0,000 5,458 0,000 4,550 0,000 3,355 0,000 1,609
16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 16,615 18,462 18,462
3,237 0,000 3,116 0,000 2,906 0,000 2,605 0,000 2,183 0,000 1,716 0,000 0,937 0,000
0,000 28,424 0,000 27,385 0,000 25,564 0,000 22,824 0,000 19,030 0,000 14,031 0,000 6,730
72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 80,000 80,000
Dapat dilihat dari tabel dan grafik diatas, nilai simpangan antar lantai baik akibat pengaruh gempa x dan gempa y masih berada di dalam batas layan dan ultimit. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbesaran komponen struktur untuk menambah kekakuan.
d. Pengecekan Sistem Ganda Meski didesain dengan memakai sistem ganda Dinding Geser dan SRPMM sehingga memiliki R = 6,5, harus di cek pula berapa gaya geser yang masuk ke frame dan berapa kapasitas gaya geser frame. Hasil perbandingan menghasilkan :
Arah x Gaya Geser Struktur 8456,94 Gaya Geser Shear Wall 7844,17 Gaya Geser Frame 612,77 Persentase Shear Wall 92,75423498 Persentase Frame 7,245765017 Arah y Gaya Geser Struktur 6715,67 Gaya Geser Shear Wall 5895,01 Gaya Geser Frame 820,66 Persentase Shear Wall 87,77992 Persentase Frame 12,22008
kN kN kN % %
kN kN kN % %
Dapat dilihat bahwa gaya geser yang masuk pada portal (frame) belum mencapai 25% oleh karena itu, kapasitas portal harus dicek apakah mampu menahan 25% gaya gempa nominal. Permodelan yang awal kembali di analisis dengan menghilangkan dinding geser lalu memberikan gaya gempa sebesar dari gaya gempa awal.
Setelah dianalisis, model kemudian dicek dengan menggunakan fitur concrete design pada ETABS. Dari hasil pengecekan, didapat bahwa tidak ada elemen portal yang mengalami overstress setelah diberikan gaya gempa sebesar gempa awal. Ini berarti bahwa kapasitas portal mampu menahan 25% gaya geser total struktur, sehingga sistem penahan gaya lateral tetaplah merupakan sistem ganda dengan Dinding Geser dan SRPMM dan tidak perlu dilakukan perubahan nilai faktor reduksi beban gempa R pada analisa awal.
5. PERANCANGAN TULANGAN Perancangan tulangan dilakukan dengan memanfaatkan fitur concrete design pada ETABS V.9.6. Setelah mengaktifkan fasilitas ini, kita bisa mencari tahu berapa luas tulangan yang dibutuhkan pada tiap komponen struktur baik itu tulangan longitudinal maupun tulangan geser. a. Penulangan Balok serta Detail Balok yang dijelaskan detail penulangannya ialah balok yang memiliki persentase tulangan longitudinal terbesar, yakni balok B66 dan B68 pada lantai 8 bangunan.
Tumpuan Kiri As Top As Bottom Diameter As 1 tulangan n Top n Bottom 2171,00 1805,00 25,00 491,07 4,42 3,68 mm
2
Kapasitas Momen (Intermediate Frames) Jumlah Tulangan Digunakan As fy a 5,00 4,00 buah buah d Mn
-
1/3 Mn-
Tengah Bentang As Top As Bottom Diameter As 1 tulangan n Top n Bottom 656,00 695,00 25,00 491,07 0,01 0,01 mm
2 2
Kapasitas Momen (Intermediate Frames) Jumlah Tulangan Digunakan As fy a 2,00 2,00 buah buah d Mn
-
mm mm
As fy a d Mn
+
Tumpuan Kanan As Top As Bottom Diameter As 1 tulangan n Top n Bottom 1257,00 1680,00 25,00 491,07 2,56 3,42 mm mm
2 2
Kapasitas Momen (Intermediate Frames) Jumlah Tulangan Digunakan As fy a 3,00 4,00 buah buah d Mn+ 1/3 Mn1473,21 400,00 52,52 534,50 299,50 134,09 mm2 Mpa mm mm kNm kNm As fy a d MnMn+ > 1/3 Mn1964,29 400,00 70,03 534,500 392,45 OK! mm2 Mpa mm mm kNm
Selain itu, pada sembarang titik di sepanjang bentang balok, kuat momen positif atau negatif tidak boleh kurang dari 1/5 kuat momen maksimum pada join (1/5 x 481,97 = 96,393 kNm). Bisa dilihat bahwa kuat momen minimum pada tengah bentang ialah 203,1 kNm dimana sudah melebihi 1/5 kuat momen maksimum pada join. Berarti persyaratan ini sudah dipatuhi.
Bisa dilihat bahwa konfigurasi penulangan lentur yang ada sudah memenuhi persyaratan SRPMM. Sedangkan untuk penulangan geser untuk diameter sengkang 13 mm ialah : Spasi Maks d/4 8 D25 24 D sengkang 136,75 200 312 300 mm Governs! mm mm mm
Sehingga dipasang sengkang D13 dengan spasi 125 mm. Sedangkan nilai V yang diperlukan ialah Ve perlu Goyangan ke kiri 291,47 kN Governs! Goyangan ke kanan 230,6505185 kN Dan V yang disediakan oleh sengkang : Av (3 kaki) fy s d V sengkang 398,3571 400 125 534,5 681,3501 mm2 Mpa mm mm kN
Dapat dilihat bahwa V yang disediakan sengkang melebihi V perlu. Oleh karena itu, desain tulangan transversal sudah oke. Lokasi pendetailan penulangan balok dapat dilihat pada gambar berikut ini :
b. Penulangan Kolom serta Detail Hampir mirip dengan pencarian tulangan untuk balok, penulangan kolom juga dilakukan dengan memanfaatkan fitur concrete design pada ETABS. Dicari kolom dengan rasio penulangan geser dan lentur terbesar, kemudian kita cari tahu berapa buah jumlah tulangan yang diperlukan. Jumlah tulangan yang diperlukan untuk setiap jenis kolom dapat dilihat pada tabel di bawah :
Kol biasa 800 x 800 Lokasi C37, C32 Diameter Tulangan 32 mm As 804,5714 mm2 As needed 14044 mm2 n tulangan 17,45526 buah Digunakan 18 buah
Kol Perimeter 1000 x 1000 Lokasi C12,C18,C28,C31 Diameter 32 mm As 804,5714 mm2 As needed 10000 mm2 n tulangan 12,42898 buah Digunakan 14 buah
Kolom Silinder D1000 Lokasi C2, C4,C33,C34 Diameter 25 mm As 491,0714286 mm2 As needed 7854 mm2 n tulangan 15,9936 buah Digunakan 16 buah Sedangkan untuk penulangan geser, jarak maksimum dan panjang penulangan dapat dilihat pada tabel berikut : Spasi Maksimum 8 Diameter Tul Longitudinal 24 Diameter Sengkang 0,5 smallest column Kolom 800x800 256 mm Governs! 456 mm 400 mm
dimension 300 mm Panjang Lo Highest column dimension Ln/6 500 mm Spasi Maksimum 8 Diameter Tul Longitudinal 24 Diameter Sengkang 0,5 smallest column dimension 300 mm Panjang Lo Highest column dimension Ln/6 500 mm
mm mm mm mm Governs!
Spasi Maksimum 8 Diameter Tul Longitudinal 24 Diameter Sengkang 0,5 smallest column dimension 300 mm Panjang Lo Highest column dimension Ln/6 500 mm
Governs!
Governs!
Berarti untuk tulangan geser, digunakan D19-250 hanya sepanjang lo kolom. Namun untuk simplifikasi, tulangan geser dipasang dengan spasi 250 mm di sepanjang kolom tiap lantai. Pendetailan penulangan kolom dapat dilihat pada gambar berikut :
6. PENUTUP a. Kesimpulan Dari analisa yang sudah dilakukan, kesimpulan yang didapatkan ialah : Partisipasi massa bangunan sudah baik. Gaya geser dinamik bangunan belum mencapai 80% gaya statik. Oleh karena itu diperlukan suatu faktor pembesaran kembali agar gaya geser dinamik mencapai 80% gaya statik. Kinerja layan dan ultimit bangunan berdasarkan simpangan antar lantai sudah oke. Sistem penahan gaya lateral berupa sistem ganda karena portal mampu menahan 25% gaya geser, meskipun pada analisis yang dilakukan, tidak sampai 25% gaya geser struktur masuk pada portal. Detail penulangan dapat dilakukan dengan lancar untuk memenuhi persyaratan SRPMM. b. Saran Waktu pengerjaan tugas yang ditambah agar hasil tugas bisa menjadi lebih lengkap. Menggunakan SRPMK untuk sistem penahan gaya lateral.