Anda di halaman 1dari 3

INDAHNYA RAMADHAN DI DEPAN MATA

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan penuh kenikmatan bagi umat Islam di semua belahan bumi. Bagaimana tidak? Umat Islam diberikan kesempatan di bulan ini untuk beribadah dengan pahala yang berlimpah. Semua prosesi ibadah wajib yang biasa dilakukan dihargai menjadi berlipat ganda, sedangkan untuk prosesi ibadah sunah dihargai senilai dengan ibadah wajib. Semua umat Islam pasti tergiur, apalagi bagi mereka yang secara spiritual memiliki hubungan vertikal lebih dengan Allah SWT. Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Pada bulan ini Al-Quran diturunkan kemuka bumi sebagai penuntun umat Islam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu terdapat pula keutamaan lainnya seperti adanya malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih utama dibandingkan dengan seribu malam sekalipun. Pantaslah kiranya umat Islam menyambut bulan yang penuh keutamaan ini dengan hati yang senang, penuh haru, dan kebulatan tekad untuk memulai hari dengan lebih baik. Pada bulan Ramadhan kita juga diwajibkan untuk berpuasa, seperti yang tertulis dalam QS AlBaqarah ayat 183 yang menyerukan perintah wajib berpuasa bagi mereka yang beriman. Seruan berpuasa memang hanya ditunjukan bagi mereka yang beriman, sehingga barang siapa yang percaya akan keberadaan Allah SWT. beserta semua ciptaan-Nya wajiblah berpuasa dibulan Ramadhan. Banyak hal yang biasa dilakukan umat Islam dalam menyambut bulan Ramadhan, seperti halnya melakukan munggahan, menyiapkan persediaan bahan makanan, bahkan ada pula yang sudah menyiapkan bahan serta kelengkapan menyambut hari kemenangan setelah bulan Ramadhan. Padahal sejatinya ruhani kitalah yang harus lebih dipersiapkan untuk menyambut bulan Ramadhan, sehingga bulan Ramadhan kita lalui dengan lebih berkualitas. Terdapat beberapa hal yang seharusnya dipersiapkan semua umat Islam dalam menyambut bulan Ramadhan. Pertama adalah tentang cara kita menyikapi semua perintah untuk beribadah. Semua yang dilakukan atas dasar ibadah bukan lagi semata karena kewajiban melainkan kebutuhan. Hal senada ini memang sudah lumrah terdengar ditelinga kita, disetiap dakwah seringkali

disampaikan bahwa ibadah yang terintegrasi dalam diri kita adalah ibadah yang sudah didasarkan akan kebutuhan bukan lagi kewajiban. Perbuatan memang tak semudah pengucapan, begitu pun dengan hal ini. Memang begitu berat untuk kita menempatkan ibadah sebagai kebutuhan. Menurut salah seorang pakar ilmu psikologi humanistik Maslow, terdapat hirarki kebutuhan lazimnya seorang manusia dan sisi spiritual merupakan salah satu dari kebutuhan tersebut. Ketika manusia sudah berada dalam titik nadir sebuah permasalahan, saat itulah sebagian besar dari kita menempatkan sisi ruhani sebagai pijakan. Segala sesuatu dikembalikan pada pertolongan-Nya, walaupun tidak semuanya dari kita melangkah dengan cara demikian, dengan cara yang tepat sesuai dengan arahan sunah dan Al-Quran. Namun haruskah kita berada pada posisi itu terlebih dahulu untuk bisa merasakan pentingnya sebuah prosesi ibadah. Jawabannya jelas tidak, karena dalam kondisi apapun kita harus bisa tetap bertahan dengan mengindahkan semua arahan-Nya. Monolog ringan (self talk) dengan sisi pribadi kita, akan semakin menguatkan sisi spiritual yang ada dalam diri sehingga kita bisa mulai meraba esensi ibadah dalam hidup kita dan semuanya akan mengarahkan kita kepada makna beribadah yang sesungguhnya secara sadar ataupun bawah sadar. Disaat kita menengok kembali keseharian yang sudah dilalui, mengelaborasi setiap jengkal pikiran dalam kondisi yang berbeda-beda, maka kita akan menemukan bahwa garis nasib dipengaruhi oleh pikiran kita. Pikiran telah menyiapkan kita kebahagiaan atau kesusahan yang akan kita alami, semua ajaran tasawuf dibangun di atas landasan ini. Maka membenahi pikiran kita adalah poin pertama yang harus kita siapkan dalam rangka meningkatkan keberkualitasan ibadah kita menyambut bulan Ramadhan. Setelah pikiran kita berjalan pada poros yang tepat, maka persiapan kedua yang harus kita lakukan adalah pembersihan secara khafah. Bertaubat secara sungguh-sungguh, menyesali segala kesalahan yang sudah dilakukan dan bertekad untuk tidak melakukannya kembali. Bertaubat bukan hanya dengan melantunkan doa yang menyentuh, tetapi lebih kepada usaha untuk memunculkan keinginan dalam diri kita agar melakukan hal yang lebih baik dikemudian hari. Dengan melakukan sebuah perbuatan yang baik, kita akan diajak kembali berwisata pada perbuatan-perbuatan salah yang sudah kita lakukan dan semakin menguatkan kita pada keteguhan sebagai sosok baru yang lebih baik. Tidak ada manusia yang luput dari dosa, maka berdoa dan berusahalah untuk bertaubat dan memperbaiki diri dengan mulai melakukan kebaikan-kebaikan kecil yang sudah bisa kita lakukan, mulai dari sekarang dan mulai dari detik ini.

Persiapan ketiga yang harus kita lakukan adalah dengan belajar untuk berpuasa dan mulai beribadah dengan lebih baik lagi sebagai manifestasi kesungguhan kita. Pertama-tama terpaksa, kemudian biasa, dan akhirnya terasa. Demikianlah hasil dari berlatih. Seseorang yang takut untuk memanjat, ia akan takut terjatuh. Selanjutnya dia akan memaksakan diri untuk belajar dan berlatih. Lama-lama dia akan terbiasa berada di atas pohon atau atap, hingga akhirnya ia merasakan tentang nikmatnya melihat pemandangan di atas pohon atau di atas atap rumah. Begitu pun dengan berpuasa dan beribadah dengan lebih baik. Pada awalnya mungkin kita merasa berat dan terbebani, namun kemudian kita terbiasa dan suatu saat kita akan merasakan kenikmatan dari semua yang dilakukan. Begitulah persiapan-persiapan yang bisa kita lakukan dalam rangka menyambut bulan penuh keutamaan, bulan suci Ramadhan. Bulan Ramadhan akan menjadi bulan yang tidak biasa bagi kita dan bukan tidak biasa dari segi rutinitas dan suasana saja, akan tetapi tidak biasa secara esensial, secara hakiki dan kita menikmati setiap hari yang dilalui selama hampir 30 hari di bulan Ramadhan dengan penuh kebermaknaan. Selamat datang bulan yang dirindukan, selamat datang bulan penuh berkah, kita siap menyambutnya dengan keceriaan dan pribadi yang lebih baik.

Penulis : Reza Agustiana, S.Pd. (Guru BK SMK Assalaam)

Anda mungkin juga menyukai