Anda di halaman 1dari 3

KORUPSI, KAPANKAH BERAKHIR ?

adalah

ewasa ini, Indonesia seakan berada dalam kondisi yang rapuh. Berbagai macam cobaan melanda negeri. Mulai dari bencana alam, dan yang paling membuat miris pemimpin bangsa yang seharusnya mengabdi,

perilaku

mengayomi dan menjadi teladan bagi masyarakat sebagai negarawan yang baik. Namun kenyataan yang terjadi adalah drama politik, saling menjatuhkan satu sama lain. Ketika kasus korupsi yang terkuak maka hampir dipastikan akan ada skenario yang dimainkan. Mari sedikit kita bahas mengenai kasus terkini, yakni kasus Nazaruddin dan Partai Demokrat. Masih hangat dalam pembicaraan, kisah Nazaruddin yang lari keluar negeri demi mendapat keadilan atas kasus korupsi wisma atlet SEA games yang melibatkannya. Nazaruddin merasa bahwa jika dia tertangkap dan diadili di Indonesia, dia tidak akan mendapat peradilan yang adil. Karena terdapat banyak persengkongkolan yang dalam sistem peradilan Indonesia. Ketika kasus ini terkuak, publik begitu dihebohkan ketika Nazaruddin membongkar keterlibatan petinggi Partai Demokrat. Dan diikuti oleh kaburnya Nazaruddin sehari sebelum KPK mengeluarkan surat cekal kepada Nazaruddin. Sekali lagi, pihak penegak

hukum negeri ini kecolongan dalam mengantisipasi larinya para tersangka kasus korupsi. Kasus kaburnya Nazaruddin seolah semakin menguatkan stigma ketidakmampuan penegak hukum dalam menangani kasus korupsi yang terjadi. Ditambah lagi dengan fakta bahwa banyak tokoh-tokoh partai demokrat yang terlibat didalamnya, semakin kuat pula dugaan bahwa campur tangan politik akan mengambil peran begitu besar penanganan kasus ini. dugaan tersebut timbul karena banyaknya campur tangan politik dalam penanganan beberapa kasus korupsi sebelumnya yang melibatkan beberapa petinggi partai penguasa. Hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menurun, dari 58,3 persen pada Oktober 2005 menjadi 41,6 persen pada Juni 2011. hasil survei persepsi opini publik tersebut menunjukkan bahwa selama enam tahun terakhir terdapat penurunan sekitar 17 persen atas kepercayaan terhadap KPK. Survei tersebut menggunakan dua metode penelitian yaitu pertama riset kuantitatif yang diawali pengumpulan data pada Juni 2011 menggunakan metode "multistage random sampling", dengan melakukan wawancara tatap muka dengan kuesioner kepada 1.200 responden dan tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen. Kedua, survei itu menggunakan metode riset kualitatif yaitu wawancara mendalam, dan media analis sejak bulan Juli dan Agustus 2011. LSI juga menemukan bahwa responden yang puas atas penanganan KPK terhadap kasus korupsi Sesmenpora sebanyak 29,7 persen, sedangkan yang tidak puas mencapai 46,3 persen responden, dan yang tidak menjawab 24,0 persen. 1
Peneliti LSI Adjie Alfaraby, mengatakan KPK dipersepsikan diliputi "mafia hukum", serta pimpinan KPK dipersepsikan "main mata" dengan kelompok tertentu, sehingga penanganan korupsi dinilai responden masih tebang pilih.2

Dengan semakin menguatnya stigma buruk terhadap penegak hukum negeri ini, patut ditunggu sepak terjang selanjutnya oleh penegak hukum itu sendiri. Mampukah mereka sebagai pihak yang berwenang terhadap penegakan hukum mengangkat kembali reputasinya dengan menyelesaikan kasus

Nazaruddin ini dengan tuntas dan menyeluruh tanpa adanya tendensi menguntungkan pihak tertentu.
1www.analisadaily.com/news/read/2011/08/08/7506/lsi_kepercayaan_publik_terhadap_kpk

_menurun/ 2 ibid

Anda mungkin juga menyukai