Anda di halaman 1dari 9

BAB II PEMBAHASAN MENSTRUASI

2.1 Pengertian mensturasi Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometriumuterus (Bobak, 2004). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi

merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau siklus dianggap sebagai siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu tidak sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35 hari.1-9,11,14,15.17,18 Lama haid biasanya antara 3 6 hari, ada yang 1 2 hari dan diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Kurang lebih 50% darah menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri dari autolisis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzym proteolitik. Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen : siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi phase follikular dan phase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai phase proliferasi dan sekresi.

2.2 Aspek Ovarium dalam silklus Haid Ovarium mengalami perubahan perubahan dalam besar, bentuk dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Disamping itu terdapat perubahan yang diakibatkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Adapun perubahan tersebut dibagi dalam :1,3,8,9,10,14,15 Ovarium dalam masa neonatus. Pada bayi baru lahir terdapat 400.000 folikel pada kedua ovarium. Diameternya kurang lebih 1 cm, dan beratnya sekitar 250 350 mg padawaktu lahir. Dalam kortex hampir seluruh oosit terdapat dalam bentuk follikel primordial.

Ovarium dalam masa anak anak Pada masa anak anak ovarium masih belum berfungsi dengan baik.

Ovariumsebagian besar terdiri atas kortek yang mengandung banyak follikelprimordial. Follikel mulai berkembang akan tetapi tidak pecah dan kemudian mengalami atresia insitu. Hormon hipofise yang diperlukan untuk ovulasi belum berfungsui dengan baik. Pada usia kira kira 9 tahun kadar hormone gonadotropin mulai meningkat, sehingga produksi estrogen juga meningkatPeningkatan ini menyebabkan perkembangan kelenjar mamma dan alat genital. Menarche biasanya terjadi kira kira 2 tahun setelah perubahantersebut. Usia pubertas bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor genetik sosio, ekonomi dan kesehatan dalam beberapa dek ade terahir usia menarche terjadipada usia yang lebih muda. Dengan ultrasonografi dapat dilihat ukuranfollikel antara 2 sampai 15 mm. Oosit pada periode ini sangat aktif berkembang.

Ovarium dalam masa dewasa/masa reproduksi Masa reproduksi dimulai dari masa pubertas pada umur kira kira 12 16 tahun dan berlangsung kurang lebih 35 tahun. Pada ovarium terjadi perubahan perubahan, kortek relatif lebih tipis dan mengandung banyak follikel follikel primordial. Follikel primordial tumbuh menjadi besar serta banyak mengalami atresia, biasanya hanya sebuah follikel yang tumbuh terus membentuk ovum dan pecah pada waktu ovulasi. Pada awal pubertas germ cell berkurang dari 300.000 sampai 500.000 unit. Selama usia reproduksi yang berkisar antara 35 40 tahun, 400 sampai 500 akan mengalami ovulasi. Follikel akan berkurang sampai menjelang menopause dan tinggal beberapa ratus pada saatmenopause. Kira kira 10 15 tahun sebelum menopause sudah terjadi peningkatan jumlah follikel yang hilang. Ini berhubungan dengan meningkatnya hormon FSH. Dalam tahun reproduksi, pematangan follikel akibat interaksi antara hipotalamus - pituitari gonad.

2.3 Fisiologis Siklus Mensturasi Fisiologis Siklus Menstruasi Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahanperubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Ovarium progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Menghasilkan hormone steroid, terutama estrogen dan Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001). Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap

penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada partum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006). 2.4 Bagian-bagian siklus mensturasi Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu: 2.4.1 Siklus Endometrium

Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu : a. Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari ovarium. c. Fase sekresi/luteal Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. d. Fase iskemi/premenstrual Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

2.4.2

Siklus Ovulasi Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran

FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpusluteum berkurang kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh. 2.4.3 Siklus hipofisis-hipotalamus Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi

hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone

(Gn-RH). Sebaliknya,

Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. 2.5 Faktor-faktor yang berperan dalam siklus Mensturasi Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain: 2.5.1 Faktor Enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan. 2.5.2 Faktor Vaskuler Timbul gangguan dalam metabolism endometrium yang Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena. 2.5.3 Faktor Prostaglandin Endometrium mengandung banyak prostaglandin E 2 dan F 2. Dengan endometrium desintegrasi berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid. Prostaglandin terlepas danmenyebabkan Dysmenorrhea

Dysmenorrhea 2.1 Pengertian Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006) adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004). 2.2 Patofisiologis Dysmenorrhea Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat terkait dengan infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi- eklamsi, dan anafilaktik syok. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus (Manuaba , 2006). 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea Menurut Prawirohardjo (1999), ada beberapa faktor diduga berperan dalam timbulnya dysmenorrhea yaitu: 2.3.1 Faktor psikis Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis. 2.3.2 Vasopresin Psikoterapi terkadang mampu dengan dysmenorrhea primer sangat menghilangkan Kadar vasopresin pada wanita tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa

dysmenorrhea. Pemberian vasopressin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dysmenorrhea masih belum jelas. 2.3.3 Prostaglandin Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya dysmenorrhea. Prostaglandin yang berperan

di sini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2 (PGF2). Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim. Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul pula diare, mual, dan muntah. 2.3.4 Faktor hormonal Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini tidak menerangkan dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya PGF2 dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asamarchidonat. Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus.

2.4 Faktor Resiko Dysmenorrhea Menurut Damianus (2006), ada beberapa factor meningkatkan terjadinya dysmenorrhea yaitu: a. Wanita yang merokok b. Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akanresiko yang bisa memperpanjang nyeri pada saat menstruasi

c. Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas d. Wanita yang tidak memiliki anak e. Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12tahun) f.Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga

2.5 Gejala Dysmenorrhea Menurut Kasdu (2005), gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah :

a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid. d. Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggungbagian bahwa dan tungkai. e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus. f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.

2.6 Klasifikasi dan Karakteristik Gejala Dysmenorrhea Menurut Jones (2001), dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya diklasifikasikan menjadi dua yaitu : 2.6.1 Dysmenorrhea primer, Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis genitalis yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrheal primer Dysmenorrhea prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksisecara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar.

Anda mungkin juga menyukai