menggunakan instrument bunga maka dalam mekanisme ekonomi islam mengunakan sistem bagi hasil. Salah satu bentuk instrument kelembagaan yang merapkan sistem bagi hasil adalah bisnis dalam lembaga keuangan syariah. Mekanisme lembaga keuangan syariah dengan menggunakan sistem bagi hasil, nampaknya menjadi salah satu alternative bagi masyarakat basinis.
Mengapa dalam sistem ekonomi Islam menggunakan bagi hasil dan tidak menggunakan sistem bunga? Pertanyaan ini cukup filosofis dan mendalam. Sehingga jawabannya dikembalikan pada Al-Quran yag mendasarinya, yaitu : Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat. Meningkatkan kesjahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata Melindungi kepentingan ekonomi lemah Memebangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses yang kuat membantu yang lemah dari segi ekonomi. Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergatungan serta pertukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri.
KONTRAK MUDHARABAH
Berdasarkan prinsip mudharabah bank syariah akan berfungsi sebagai mitra baik dengan pihak penabung atau pihak pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola) sementara penabung sebagai penyandang dana (shahibul mal). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.
JENIS MUDHARABAH
Mudharabah ada dua jenis, yaitu :
1. Mudharabah terbatas (muqayyadah, restricted) dan 2. Mudaharabah tidak terbatas (muthlaqah, unrestricted).
2. Dana mudharib dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana lainnya. Sistem ini bisa meminimalisir moral hazard, namun pendapatan dan biaya mudharib tercampur dengan biaya dan pendapatan lainnya, sehingga menimbulkan sedikit kesulitan akuntansi dalam proses alokasi keuntungan atau kerugian antara pemegang saham dan pemegang rekening.
Adapun faktor langsung (direct factors) yaitu investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). Sedangkan faktor tidak langsung (indirect factors), yaitu penentuan butir-butir pendapatan dan mudharabah serta adanya kebijakan akuntansi (prinsip dan metodenya).
Untuk menghitung pendapatan bagi hasil dari dana pihak ketiga pada seluruh nasabah dan jenis produk funding bank syariah perlu diketahui langkah-langkah berikut : 1. Membuat table distribusi pendapatan yang akan dibagikan kepada pihak ketiga 2. Table distribusi terdiri dari kolom-kolom yang berisikan tentang banyaak hal, seperti dalam table berikut :
MENGHITUNG PENDAPATAN YANG AKAN DIBAGIHASILKAN Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank yang berasal dari hasil penempatan dana pihak ketiga melalui pembiayaan yang berakad jual beli, syirkah dan atau murabahah/jasa. Apabila jumlah pembiayaan lebih kecil dari total dana masyarakat, maka pendapatan seluruhnya dibagihasilkan antara nasabah dan bank. Sebliknya jika pembiayaan jumlahnya lebih besar dari total dana masyarakat, maka modal bank juga harus pembagian pendapatan.
Hal ini berbeda dengan bank syariah, yang mana nasabah harus diberi toleransi waktu untuk melunasi hutangnya, ini sesuai dengan perintah Allah dalam AlQuran Surat Al-Baqarah ayat 20, yakni jika debitur mempunyai kesulitan maka berilah penundaan sampai ia memperoleh kemudahan. Akan tetapi penundaan semacam ini harus dberikan oleh bank tanpa menambahkan beban kepada debitur atas waktu yang diberikan kepadanya. Sehingga dalam penyelesaian hutang pun bank syariah menggunakan cara-cara untuk menjamin agar hutang dilunasi tepat waktu dan jika tidak, maka kerugian bank ditanggung oleh nasabah.