Anda di halaman 1dari 13

PENGENALAN CIRI-CIRI MORFOLOGI UNTUK PENGELOMPOKAN HEWAN AVERTEBRATA

Oleh : Nama : Esty Priharti NIM : B1J007072 Rombongan : III Kelompok : 3 Asisten : Riyanti Ika Yunita Sari

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN A. Dasar Teori Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan simetri bilateral. Simetri radial adalah suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radialmengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Tubuh hewan, tidak jelas sis kanan dan kirinya, karena masing-masing busur sisi tubuh, identik terhadap busur lainnya. Apabila suatu irisan diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan, maka irisan tersebut akan membagi tubuh hewan avertebrata simetri radial menjadi dua tengahan yang seruoa. Contoh : hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan Ctenophora. Hewan avertebrata simetri bilateral pada umumnya memiliki tubuh yang bila dibagi menjadi dua bagian menurut arah depan (anterior) ke belakang (posterior) akan menghasilkan paruhan yang sama seperti suatu benda dengan bayangan di cermin. Tubuh hewan simetri bilateral, menunjukan pembagian yang jelas antara kepala, thoraks dan abdomen. Contoh : classis Insecta dari phylum Arthtropoda. Tubuh hewan avertebrata, ada pula yang terdiri atas segmensegmen atau metamer. Segmen-segmen ini, ada yang serupa dari depan ke belakang (anteroposterior), gejala semacam ini, yaitu tubuh hewan avertebrata tersusun oleh suatu rangkaian segmen atau metamer yang segaris sepanjang sumbu anteroposterior disebutmetamerisme. Masingmasing metamer penyusun tubuh hewan avertebrata ini mirip dalam konstruksi dan fungsinya. Pada hewan protostomata bermetamer, masingmasing metamer atau disebut juga somit, dilewati oleh usus. Contoh : anggota dari phylum Annelida. Adapula avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberapa segmen menyusun kepala, thoraks dan abdomen. Proses

penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam kelompokkelompok fungsi pada hewan bermetamer ini disebut mengalami tagmatisasi. Masing-masing kelompok metamer atau tagma ini secara structural dan fungsional berbeda dengan tagma lainnya. Contoh : pada classis Isecta dan Crustaceae memiliki tiga tagma yaitu kepala, thoraks dan abdomen yang masing-masing terdiri atas tiga atau lebih metamer.

B. Tujuan Tujuan praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat mengenali ciri-ciri yang tampak pada hewan avertebrata dan mengelompokkan hewan avertebrata berdasarkan kesimetrian tubuh dan metamer.

II. MATERI

A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, jarum preparat kaca pembesar, mikroskop, buku gambar, dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah hewan avertebrata, antara lain Belalang (Valanga sp.), Kaki Seribu (Julus nemorensis), Kalajengking (Heterometrus sp.), dan Bulu Babi (Diadema sp.). B. Cara Kerja Cara kerja praktikum Pengenalan Ciri-Ciri Morfologi untuk Pengelompokkan Hewan Avertebrata adalah sebagai berikut : 1. Preparat yang akan diamati dibawa oleh masing-masing kelompok dan preparat yang dibawa minimal 5 ekor. 2. Preparat hewan avertebrata yang sudah dibawa dikenali dengan cara diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi yang dimiliki (simetri radial, simetri bilateral, metamerisme, dan tagmatisasi) 3. Hewan yang telah diamati digambar. 4. Hewan avertebrata yang telah diamati dipisahkan berdasarkan kesimetrian tubuh dan metamer. 5. Hasil pengelompokkan hewan avertebrata dimasukkan ke dalam tabel dan dideskripsikan. 6. Preparat yang telah diamati kemudian diawetkan untuk kegiatan identifikasi dan determinasi pada acara praktikum selanjutnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Belalang (Valanga sp.) nemorensis)

Kaki Seribu (Julus

Kalajengking (Heterometrus sp.) sp.)

Bulu Babi (Diadema

B. Pembahasan 1. Belalang (Valanga sp.) Belalang adalah serangga herbivora dari ordo Orthoptera. Tipe mulut pada belalang adalah tipe mulut penggigit. Femur belakangnya umumnya panjang, kuat dan cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina, sayap belakang tipis dan berupa selaput (Siwi, 1991). Belalang jantan mengeluarkan suara menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan untuk menarik betina atau mengusir saingannya. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar daripada belalang jantan. Belalang betina mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur. Belalang termasuk contoh tagmatisasi dengan tubuh simetri bilateral (Siwi, 1991). Klasifikasi belalang menurut anonim (2004) adalah Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insecta : Orthoptera : Acrididae : Valanga : Valanga sp.

2. Kaki Seribu (Julus nemorensis) Kaki seribu merupakan kelas Myriapoda dan termasuk subkelas Diplopoda. Hewan ini mempunyai bentuk tubuh silindris dan beruas-ruas

(25-100 segmen), terdiri dari kepala dan badan. Setiap segmen (ruas) mempunyai dua pasang kaki dan tidak mempunyai taring bisa (maksiliped). Pada ruas ke tujuh, satu atau dua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi (Suhardi, 1983). Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek dan mempunyai dua kelopak mata tunggal. Respirasi dengan trakea yang tidak bercabang, alat ekresi berupa dua buah saluran malpighi. Kaki Seribu banyak ditemukan banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak mengandung sampah, misalnya kebun dan di bawah batu-batuan. Kaki seribu merupakan contoh metamerisme dengan tubuh simetri bilateral (Suhardi, 1983). Klasifikasi kaki seribu menurut Jasin ( 1989 ) : Phylum Class Ordo Familia Genus Spesies : Arthopoda : Myriaphoda : Diplopoda : Julidae : Julus : Julus nemorensis Sub phylum : Mandibula

3. Kalajengking (Heterometrus sp.) Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Seluruh spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa cytotoxic. Neurotoxin terdiri dari protein kecil dan juga sodium dan potassium yang berguna untuk mengganggu transmisi neuro sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan (Jasin, 1989). Menurut Jasin (1989), bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap arthropod lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia, sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit,

pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking termasuk contoh tagmatisasi dengan tubuh simetri bilateral. Klasifikasi kalajengking menurut Jasin (1989) : Phylum Class Ordo Familia Genus Species : Arthropoda : Arachnida : Scorpiones : Heteromidae : Heterometrus : Heterometrus sp.

4. Bulu babi (Diadema sp.) Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain (Shahidi, 1994). Diadema sp. merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi. Diadema setosum termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan (Gunarto, 2002). Klasifikasi bulu babi spesies Diadema sp.menurut Pratt (1935) adalah : Filum Kelas Subkelas Ordo : Echinodermata : Echinoide : Euchinoidea : Cidaroidea

Famili Genus Spesies

: Diadematidae : Diadema : Diadema sp. Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atau edible

sea urchin ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri (Nontji 2005). Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan, panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm dan lebih. Penyelam yang tidak menggunakan alas kaki mudah sekali tertusuk durinya sehingga akan sedikit merasakan demam karena bisa pada duri tersebut, racunnya sendiri dapat dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan (jeruk lemon atau cuka). Simetri tubuh bulu babi adalah simetri radial (Hasan, 2002).

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Belalang adalah serangga herbivora dari ordo Orthoptera. Tipe mulut pada belalang adalah tipe mulut penggigit. Femur belakangnya umumnya panjang, kuat dan cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina, sayap belakang tipis dan berupa selaput. 2. Kaki seribu merupakan kelas Myriapoda dan termasuk subkelas Diplopoda. Hewan ini mempunyai bentuk tubuh silindris dan beruasruas (25-100 segmen), terdiri dari kepala dan badan. Setiap segmen (ruas) mempunyai dua pasang kaki dan tidak mempunyai taring bisa (maksiliped). Pada ruas ke tujuh, satu atau dua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi. 3. Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Seluruh spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa cytotoxic. Neurotoxin terdiri dari protein kecil dan juga sodium dan potassium yang berguna untuk

mengganggu

transmisi

neuro

sang

korban.

Kalajengking

menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan. 4. Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempenganlempengan yang berhubungan satu sama lain.

DAFTAR REFERENSI

Anonim. 2004. Valanga sp. www.zipcodezoo.com. Diakses tanggal 14 Desember 2008. Gunarto dan Setabudi E. 2002. Perkembangan Gonad Bulu Babi (Tripneustes gratilla) di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Hasan F. 2002. Pengaruh konsentrasi garam terhadap mutu produk fermentasi gonad bulu babi jenis Tripneustes gratilla (L) [skripsi]. B Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya. Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc : New York.G Shahidi F and Botta. 1994. Seafoods Chemistry, Processing Technology and Quality. London : Blackie Academic Professional. Siwi, Sri Suharni. 1991. Kunci Yogyakarta. Determinasi Serangga. Kanisius,

Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Gonad Bulu Babi (Tripneustes. arto dan Setabudi E. 2002. Perkembangan Gonad Bulu Babi (Tripneustes gratilla) di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. epartemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai