Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DIVERSIFIKASI BIMAS PALAWIJA dan IDENTIFIKASI PROGRAM KREDIT DI SEKTOR PERTANIAN DIRJEN TANAMAN PERKEBUNAN PROGRAM KKPA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian Kelas G

Disusun Oleh Kelompok 5 : Farida Rahmawati Aprilia Antika D. Dwi Hardina A. R. Rian Irmansyah (0910480224) (105040200111176) (105040200111191) (105040200111192)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

I.

PENDAHULUAN

Program pembangunan perkebunan melalui pola PIR-TRANS didasarkan pada Kepres No. 1 tahun 1986, sedangkan pola KKPA didasarkan atas keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil No.73/Kpts/KB.510/2/1998 dan No. 01/SKB/M/11/98 yang masa kedua pola ini bertujuan sama yaitu meningkatkan produksi non migas, meningkatkan pendapatan petani, membantu pengembangan wilayah serta menunjang pengembangan perkebunan, meningkatkan serta memberdayakan KUD di wilayah plasma. Pola Perusahaan Inti Rakyat atau disingkat PIR adalah pola Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan kesinambungan. Perusahaan Inti adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang ditetapkan sebagai pelaksana proyek PIR. Kebun Plasma adalah areal wilayah plasma yang dibangun oleh perusahaan Inti dengan tanaman perkebunan. PIRTRANS adalah proyek PIR yang dikaitkan dengan program transmigrasi. KKPA adalah fasilitas pendanaan yang disediakan oleh Pemerintah berupa Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya. KUD adalah lembaga ekonomi desa di wilayah plasma yang merupakan wadah petani peserta/kelompok tani plasma yang berfungsi mengkoordinir pemeliharaan/perawatan, panen, transport dan penjualan hasil produksi. Kelompok Tani adalah wadah atau organisasi kelompok petani peserta yang berada dalam satu hamparan yang sama. Petani Peserta adalah petani yang ditetapkan sebagai penerima pemilikan kebun plasma / KKPA. Diversifikasi ekonomi adalah usaha penganekaragaman product (bidang usaha) atau lokasi perusahaan yang dilakukan suatu perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil, ini dilakukan perusahaan untuk mengatasi krisis ekonomi, sehingga apabila suatu perusahaan mengalami kemerosotan pendapatan di salah satu product atau negara/daerah, di product atau negara/daerah lain mendapatkan kelebihan pendapatan, sehingga kekurangan yang terjadi bisa tertutupi. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahan besar Multi Nasional Coorporation (MNC) karena dengan demikian perusahaan dapat menjamin pendapatan / arus kas yang lebih stabil sehingga meningkatkan trust kepada pemegang saham.

II.

PEMBAHASAN

2.1

Diversifikasi Bimas Palawija tahun 1973-1997 2.1.1 Historis (sejarah) Diversifikasi ekonomi adalah usaha penganekaragaman product (bidang usaha) atau lokasi perusahaan yang dilakukan suatu perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil, ini dilakukan perusahaan untuk mengatasi krisis ekonomi, sehingga apabila suatu perusahaan mengalami kemerosotan pendapatan di salah satu product atau negara/daerah, di product atau negara/daerah lain mendapatkan kelebihan pendapatan, sehingga kekurangan yang terjadi bisa tertutupi. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahan besar Multi Nasional Coorporation (MNC) karena dengan demikian perusahaan dapat menjamin pendapatan / arus kas yang lebih stabil sehingga meningkatkan trust kepada pemegang saham.

2.1.2 Latar Belakang dan sejarah Salah satu tujuan penting pembangunan pertanian adalah tercapainya swasembada pangan. Kecukupan pangan di Indonesia merupakan aspek yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Di samping itu sejarah telah memberi pelajaran bagi Bangsa Indonesia bahwa kekurangan pangan akan menimbulkan ketergantungan ekonomi pada bangsa lain serta akan menyebabkan kerawanan nasional. Selama 25 tahun sejak kemerdekaan, pemerintah mencanangkan

peningkatan produksi pangan terutama beras. Pencapaian swasembada beras bertujuan untuk menghemat devisa maupun mencegah ketergantungan impor

(Baharsjah, Kasryno dan Darmawan. 1989). Beras merupakan komoditas pangan yang sangat penting di Indonesia. Penawaran beras diperlakukan oleh

Pemerintah sedemikian rupa sehingga beras merupakan isue politik yang sangat peka serta strategis (Manwan dan Sawit. 1991). Sejak teknologi Bimas ditemukan serta diintroduksikan secara massal, baru 20 tahun kemudian berhasil mendorong produktivitas beras. Namun silih berganti teknologi produksi diperbaiki dan dikembangkan untuk meningkatkan produksi beras. Pemerintah mengintroduksikan inovasi paket teknologi Intensif ikasi Khusus (Insus) pada tahun 1984.

Insus telah

berhasil meningkatkan produktivitas padi nasional serta

melonjakkan produksi padi nasional sehingga Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Kemudian pada tahun 1987, sejak Insus dirasa mengalami gejala levelling off, pemerintah kembali menerapkan program Supra Insus(Manwan et al. 1991). Menurut Manwan et a1 (1991) Supra Insus berhasil meningkatkan produktivitas padi antara 6 sampai 8 ton per hektar pada musim hujan serta 4 sampai 6 ton pada musim kering. Tercapainya swasembada beras merupakan prestasi yang tidak pernah diduga sebelumnya terutama oleh para ahli luar negeri. Mears (1960)

menyatakan pesimismenya, bahwa tercapainya swasembada beras di Indonesia sebagai ha1 yang sulit kecuali apabila ditemukannya teknologi "mu'jizat" (Adjid. 1984).Strategi pencapaian swasembada pangan yang hanya mengandalkan

semata-mata pada peningkatan produksi beras saja akan menghadapi resiko yang sangat tinggi. Kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1991 telah menyebabkan penurunan produksi beras. Produksi beras turun dari 30 juta ton pada tahun 1989 menjadi 29.86 juta ton pada tahun 1991. Menurut laporan Menteri Muda Pertanian RI, Sjarifuddin Baharsjah

(1991) secara keseluruhan tercatat hampir 111,000 hektar tanaman padi puso (Warta Ekonomi. Oktober 1991). Kerugian pada sentra-sentra produksi di Jawa dan Strategi pencapaian swasembada pangan yang hanya mengandalkan sematamata pada peningkatan produksi beras saja akan menghadapi resiko yang sangat tinggi. Kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1991 telah menyebabkan penurunan produksi beras. Produksi beras turun dari 30 juta ton pada tahun 1989 menjadi 29.86 juta ton pada tahun 1991. Kerugian pada sentra-sentra pengertian perlunya produksi di Jawa dan mengandung serta peningkatan produksi pangan

penganekaragaman

melalui peningkatan produksi padi dan palawija serta penganekaragaman konsumsi. Usaha peningkatan produksi tersebut disamplng untuk

mempertahankan swasembada juga sekaligus pentlng

untuk memberikan

sumbangan yang cukup besar pada pendapatan nasional dan kesempatan kerja khususnya bagi penduduk pedesaan. Pada tahun 1989 subsektor pangan

menyumbang sebesar 12.53% terhadap produk domestik bruto; sedangkan sektor pertanian secara keseluruhan memberikan sumbangan sebesar 20.59% terhadap produk domestik bruto (Sri Hartoyo, Limbong, Siregar, dan Oktaviani. 1992).

Sedangkan sektor ini mampu melibatkan hampir sebesar 55% jumlah angkatan kerja Indonesia. Usaha Pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan non beras atau palawija cukup besar sebagai kesatuan paket kebijaksanaan harga beras.

Hubungan erat harga dan konsumsi antar komoditas pangan serta adanya kebutuhan akan keragaman konsumsi pangan merupakan dasar bagi Pemerintah untuk memeberikan perhatian dalam menerapkan kebijaksanaan pangan di Indonesia. Salah satu kebijaksanaan Pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan non beras adalah penerapan Bimas Palawija.

2.1.3 Tujuan Pertanian tanaman pangan merupakan kegiatan ekonomi raksasa yang diselengqarakan oleh hampir sebagian besar rakyat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Keqiatan pertanian tanaman pangan merupakan usaha ekonomi sebagian besar rakyat pedesaan yang mempunyai tujuan mulia yaitu untuk

memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi swasembada beras merupakan puncak prestasi besar bagi Bangsa Indonesia. Pencapaian swasembada beras bertujuan untuk menghemat devisa maupun mencegah

ketergantungan impor.

2.1.4 Capaian Strategi pencapaian swasembada pangan yang hanya mengandalkan

semata-mata pada peningkatan produksi beras saja akan menghadapi resiko yang sangat tinggi. Kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1991 telah menyebabkan penurunan produksi beras. Dalam kegiatan Bimas Palawija, petani diberikan insentif modal dan

pelayanan penyuluhan pertanian serta jaminan harga jagung. Oleh karena itu dengan adanya Bimas Palawija diduga akan menyebabkan petani yang menanam jagung menjadi lebih baanyak sehingga luas areal panen meningkat. Pengaruh beberapa faktor terhadap luas areal sering disebut sebagai respon areal.

2.2

KKPA (Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya) tahun 1998 2.2.1 Historis (sejarah)

Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya. Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong oleh keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon. Ia juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbunglumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyak Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah. Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena: 1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan 2. Belum ada penerangan dan penyuluhan yang mengatur tentang kehidupan koperasi. koperasi.

Undang-Undang

3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena

pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu. Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatieve.

Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.

2.2.2 Latar Belakang Latar belakang penyaluran kredit program dapat ditarik surut ke belakang, terutama sejak pertengahan tahun 1970-an; dengan alasan yang terus mengalami perubahan. Mulanya kredit program diluncurkan karena sektor perbankan dinilai masih lemah, namun mendapat dukungan dana dari hasil minyak bumi. Pada periode berikutnya peluncuran kredit program lebih disebabkan penetapan sektor prioritas, mengakomodasi usulan instansi terkait, bahkan pada kali terakhir kredit program diluncurkan sebagai tanggapan atas dampak krisis ekonomi. Memang, saat itu kebijakan penyaluran KLBI dapat diakomodasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral, sesuai dengan Undangundang No. 13/1968. Selama masa yang panjang, terjadi pergeseran kebijakan kredit program dari pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah (terutama melalui KIK/KMKP), ke arah pembiayaan usaha kecil dan mikro terutama dengan basis koperasi dan anggotanya.

Sesuai dengan Undang-undang No. 23./1999, tentang Bank Indonesia, kredit program dialihkan dari Bank Indonesia kepada tiga BUMN Koordinator yang ditunjuk, yakni PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Bank BRI, dan Bank BTN. Sejak pengalihan tersebut, terjadi berbagai masalah dalam penyaluran kredit program, terutama mobilisasi dana di bawah koordinasi PNM. Upaya PNM untuk menggalang dana dari dalam maupun luar negeri, belum memuaskan. Akibatnya, bank pelaksana merasakan ketidakpastian untuk membuat rencana penyaluran kredit program, sementara permintaan nasabah (melalui bank) terus meningkat. Berbeda dengan citra kredit program yang cenderung negatif, untuk empat skema kredit yang dikaji dalam studi ini, kinerjanya pada tahap awal cukup baik (terutama KKPA dan KKOP); namun menjadi memburuk, terutama untuk KKOP, searah dengan memburuknya kinerja KUK maupun kredit secara keseluruhan. Dalam masa yang cukup panjang, manfaat kredit program dapat dinikmati baik oleh nasabah penerima kredit, koperasi, bank, maupun pemerintah. Manfaat kredit

2.2.3 Tujuan Koperasi kredit dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari prinsip koperasi yang merupakan essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakan koperasi dengan badan usaha lain. Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek. Prinsip-prinsip ditegaskan dalam Undang-Undang Perkoperasian Tahun 1992 Nomor 25 adalah (1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, (2) pengelolaan dilakukan secara demokratis, (3) pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha anggota, (4) pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, (5) Kemandirian, (6) pendidikan dan (7) kerjasama antar koperasi. Tujuan utama pendirian koperasi kredit yaitu (1) membantu keperluan kredit anggota dengan bunga yang rendah dan syarat yang ringan, (2) mendidik anggota giat menabung untuk membentuk modal bersama, (3) mendidik anggota hidup hemat dan (4) menambah pengetahuan tentang koperasi. Adapun tujuan dari KKPA adalah menyediakan fasilitas permodalan bagi anggota koperasi primer untuk meningkatkan penghasilan dan pendapatan petani sekaligus untuk mengembangkan koperasi. Tujuan dikeluarkannya skim KKPA

karena pemerintah menilai permodalan anggota koperasi primer tidak kuat. Dalam perkebunan besar kelapa sawit, skim KKPA tentu ditujukan kepada KUD yang

bermitra denganperusahaan inti. Hal ini merupakan keharusan, karena skim KKPA mewajibkan pola inti plasma. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani peserta plasma, program KKPA sangat dipengaruhi oleh pola kerjasama/kemitraan yang dibangun antara perusahaan inti dan plasma yang menyangkut pengolahan lahan, penyediaan bibit, penanaman bibit, pemeliharaan, pemanenan dan terakhir adalah pengangkutan TBS. Dimana semua biaya kegiatan di atas harus dibayar plasma secara cicilan setiap bulannya kepada perusahaan inti melalui sarana koperasi.

2.2.4 Capaian Upaya peningkatan dan pengembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional oleh Bank Indonesia dalam hal ini dilakukan dengan mendorong pemberian kredit perbankan kepada UMKM dan kebijakan serta strategi penguatan industri. Bank Perkreditan Rakyat sebagai lembaga keuangan mikro yang memiliki peran strategis dalam memberikan pelayanan jasa keuangan kepada UMKM. Dalam perkembangan kredit UMKM, terjadi peningkatan kredit baru yang disalurkan perbankan ke sektor UMKM selama semester I/2004 adalah sebesar Rp. 30,9 triliun atau mencapai 80,4% dari total busines plan perbankan untuk menyalurkan kredit UMKM yang sebesar Rp. 38,5 triliun. Dengan perkembangan tersebut maka debet kredit UMKM pada akhir Juni 2004 mencapai Rp. 243,8 triliun atau mempunyai pangsa 49,6% dari total kredit perbankan yang berjumlah Rp. 491,4 triliun. Pertumbuhan kredit sektor UMKM selama semester I/2004 meningkat 14.3%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit pada periode yang sama sebesar 11,8%, dengan mencakup jumlah rekening kredit UMKM sebanyak 17,2 juta rekening. UMKM meliputi Kredit Mikro dengan plafon kurang dari Rp. 50 juta, Kredit kecil dengan plafon anatara Rp. 50 - Rp. 500 juta, Kredit Menengah dengan plafon antara Rp. 500 juta - Rp. 5 milliar. Penggunaan kredit UMKM sebagian besar masih dimanfaatkan untuk sektor produktif yakni sebesar 52,7% (untuk kredit modal kerja 42,2% dan investasi 10,5%) sedangkan untuk tujuan konsumtif sebesar 47,3%. Alokasi kredit UMKM berdasarkan skala

(plafon) kredit meliputi kredit mikro sejumlah Rp. 101,3 triliun (47,5%), kredit kecil Rp. 50,3 triliun (23,6%), dan kredit menengah Rp. 61,7% triliun (28,9%).10 Keberhasilan penyaluran kredit UMKM oleh bank tidak terlepas dari berbagai upaya berkaitan dengan kemudahan dan percepatan proses kredit. Berbagai upaya itu antara lain dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lain, misalnya penyaluran kredit kepada BPR, koperasi, dan asosiasi pelaku UMKM. Penggunaan sumber dana murah dari instansi pemerintah, contohnya penanaman modal madani (PMM) pada program kredit kepada koperasi primer untuk anggota (KKPA), kredit kepada pengusaha kecil & mikro (KPKM), dan Departemen Keuangan untuk program Kredit Ketahanan Pangan (KKP).

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2003 . Pendapatan Nasional Indonesia Sektor Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta. Daswir dan U. Lubis Adlin. 1995. Analisis Ekonomi Usaha Perkebunan Kelapa sawit Rakyat Pola Kredit Koperasi Primer Untuk Anggota. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Vol 3(2). Firdaus dan Susanto. 2002. Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek. Ghalia Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. 1995. Bahan Rapat Kerja Komisi IV DPR-RI dengan Direktur Jenderal Perkebunan. Jakarta. Direksi Bank Indonesia. 1997. SK. Direksi B.I. Tentang Kredit Kepada Koperasi Primeruntuk Anggotanya No.30/97/KEP/DIR. Jakarta. Hayami, Y. and V.W. Ruttan. 1985. Agricultural Development An International Perspective. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Krismasari, A. 1998. Dampak Pelaksanaan PIR-Trans Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Pedesaan Dalam Pembangunan Pertanian Berencana; Kasus Usahatani Berkelompok Sehamparan Dalam Intensifikasi Khusus (Insus) Padi: Suatu Survai di Jawa Barat. Universitas Padjadjaran. Bandung . Altemeier, K. dan Bottema T.. 1991. Agricultural Diversification in Indonesia: Price Responses and Linkages in the Foodcrop Sector, 1969-1988; an Outlook to 2000. The CGPRT Centre Working Paper Series No. 11. CGPRT Centre. Bogor. Baharsjah, S. Darmawan D.dan Kasryno F. 1989. Kedudukan Padi dalam Perekonomian Indonesia. Badan Penelitaian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai