Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN KOPERASI DI ERA GLOBALISASI DALAM MASYARAKAT

Artikel Disusun untuk memenuhi tugas UAS Matakuliah Ekonomi Koperasi Yang dibina oleh Bapak Dr. Agung Haryono, S.E., M.P.

Oleh: Novita Sari Putri (109431418028)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN RPODI S1 PENDIDIKAN EKONOMI Mei 2012

PENGEMBANGAN KOPERASI DI ERA GLOBALISASI DALAM MASYARAKAT

Novita Sari Putri

ABSTRAK Sejak awal kelahirannya Koperasi diharapkan menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Pola pengorganisasian dan pengelolaannya yang melibatkan partisipasi setiap anggota dan pembagian hasil usaha yang cukup adil menjadikan koperasi sebagai harapan pengembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari pemerintah dan berbagai lembaga lainnya membuat koperasi dapat tumbuh subur di tanah air. Akan tetapi perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa yang diharapkan dan dibayangkan. Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap perkembangannya, harapan menjadikan koperasi menjadi soko guru perekonomian Indonesia belum dapat diwujudkan. Meski banyak contoh Koperasi yang telah berhasil membuat sejahtera anggotanya tetapi masih banyak hal yang perlu dibenahi. Namun, sampai saat ini peran koperasi dalam membangun perekonomian nasional belum terlalu dominan. Banyak masalah yang sering menjadi penghambat bagi koperasi di Indonesia untuk berkembang, seperti kurangnya modal ataupun sumberdaya manusia yang kurang berkualitas. Namun selain daripada itu semua, koperasi juga masih harus dikembangkan dalam masyarakat agar tidak tergeser dengan badan usaha lainnya. Apalagi dalam perkembangan era globalisasi seperti saat ini, koperasi harus bisa terus bersaing dengan badan usaha lain serta harus mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin cangih dalam masyarakat. Kata kunci: pengembangan, koperasi, masyarakat

Koperasi merupakan badan usaha yang paling sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Peranan koperasi makin diperjelas lagi dengan disebutkannya koperasi sebagai badan usaha sesuai dengan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 pasal 1 yang berbunyi: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hokum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan. Sebelumnya, menurut undang-Undang Koperasi No. 12 Tahun 1967, koperasi disebut sebagai organisasi ekonomi rakyat. Pasal 33 UUD 1945 ayat 1 berbunyi: Perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari bunyi ayat ini dapat dilihat bahwa koperasi adalah satu-satunya badan usaha yang berdasarkan asas kekeluargaan. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat mengharapkan koperasi akan lebih berperan dan berfungsi setelah dinyatakan sebagai badan usaha. Koperasi yang memiliki cirri dari anggota, untuk anggota, dan merupakan himpunan orang-orang, bukan himpunan modal, diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan anggotanya. Dalam kenyataannya saat ini, koperasi sudah hampir tergeser

keberadaannya oleh badan usaha lain. Keberadaan koperasi sudah tidak dilirik lagi oleh masyarakat luas. Entah apa yang ada dipikiran masyarakat. Namun, sepertinya mereka memandang bahwa koperasi bukanlah suatu lembaga yang menguntungkan bagi mereka. Prinsip yang digunakan koperasi tidak untuk mengejar keuntungan. Itulah yang menjadi alasan utama orang lebih mempercayai badn usaha laiinya. Disini, itulah yang menjadi PR Para pengelola koperasi untuk mengembangankan dan mampu menarik minat masyarakat agar mampu mendapat posisi yang lebih di mata masyarakat Indonesia. Dari artikel ini diharapkan para pengurus dan pengelola koperasi mampu menempatkan koperasi sebagai badan usaha yang nantinya diperhitungkan di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, penulis juga berharap koperasi yang notabene adalah soko guru perekonomian mampu kembali lagi di tegakkan di dalam Negara Indonesia. Karena pada dasarnya koperasi adalah pilar dan jiwa perekonomian Indonesia. Serta menamkan jiwa perkoperasian di dalam kehidupan masyarakat.

PEMBAHASAN Pada dasarnya, koperasi mempunyai fungsi dan peran untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial, berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, memperkokoh perekonomian masyarakat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko

gurunya, dan usaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Jelas terlihat disini bahwa koperasi memiliki peran yang cukup vital bagi perekonomian Negara. Koperasi sendiri memiliki prinsip keanggotaan yang bersifat sukarela, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian SHU dilakukan secara adil, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, dan kerja sama antar koperasi. Tujuan utama koperasi yaitu mewujudkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta turut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Pasal 3 Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992). Koperasi bergerak berasaskan kekeluargaan, demokrasi, ekonomi dan gotong royong. Sedangkan koperasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Semua itu adalah dasar atau jiwa yang pasti dan harus dimiliki oleh semua koperasi di Indonesia. Bentuk koperasipun tidak hanya satu macam yang seperti itu-itu saja. Namun banyak jenis koperasi dan tersebar di berbagai wilayah pelosok dan penjuru di Nusantara. Jenis koperasi yang umum ada di masyarakat yaitu Koperasi Produksi (menyediakan kebutuhan pokok para anggota), Koperasi Kredit (membantu para anggota untuk memperoleh kredit atau pinjaman uang), Koperasi Produksi (membantu anggota menghadapi kesulitan-kesulitan dalam berusaha), Koperasi Pertanian (melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian), Koperasi Pensiunan (meningkatkan kesehteraan para anggotanya yang merupakan pensiunan), Koperasi Pegawai Negeri (meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri), Koperasi Sekolah (menyediakan kebutuhan warga sekolah), dan Koperasi Unit Desa - KUD (beranggotakan masyarakat pedesaan). Mungkin beberapa dari koperasi itu mampu berkembang dengan baik. Seperti keberadaan KUD-Mandiri yang telah mampu mengembangkan organisasinya tanpa harus dibina terus-menerus oleh pemerintah. Namun, dalam kenyataannya keberadaan koperasi sendiri sudah diujung tanduk. Dimana koperasi bisa saja sewaktu-waktu hancur dan tidak dikenali lagi oleh masyarakat keberadaannya yang disebabkan

oleh berbagai macam masalah yang kini tengah dihadapi oleh koperasi pada umumnya. Cara yang bisa ditempuh para pengelola koperasi, masyarakat yang peduli pada koperasi serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan koperasi sebenarnya sangat banyak sekali. Pada dasarnya, pengembangan koperasai bergantung dengan situasi di tempat keberadaan koperasi tersebut, masalah yang tengah dihadapi oleh koperasi serta jenis koperasi itru sendiri. Namun disini akan dipaparkan beberapa cara yang dirasa paling efektif untuk mengembangkan koperasi di masyarakat, khususnya dalam era globalisasi seperti saaat ini. Cara pertama yang bisa ditempuh yaitu mempertahankan falsafah dan prinsip koperasi. Dimana falsafah yang dimiliki koperasi adalah berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan prinsip yang dimiliki oleh koperasi adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya balas jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, dan kerjasa antar koperasi. Maka prinsip dan falsafah itu harus tetap dipertahankan dalam setiap kegitan koperasi. Karena selain sebagai prinsip dan falsafah, semua itu adalah ciri yang membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. Cara selanjutnya yaitu upaya pemberdayaan anggota koperasi.

Pemberdayaan anggota mencakup pemberdayaan kapital (bantuan modal) dan pemberdayaan pengetahuan anggota, yang meliputi peningkatan kemampuan manajemen, kemampuan anggota dan pemahaman yang benar mengenai prinsipprinsip koperasi melalui pendidikan dan pelatihan. Pemberdayaan ini akan memberikan dampak peningkatan pertisipasi anggota. Memang harus diakui bahwa peningkatan partisipasi anggota bukanlah dampak langsung dari pendidikan dan pelatihan. Partisipasi anggota merupakan fungsi dari intrinsik anggota dan nilai ekstrinsik yang berasal dari luar anggota itu sendiri. Peningkatan partisipasi merupakan dampak positif tidak langsung dari pendidikan dan pelatihan. Sehingga para anggota akan tetap menjaga prinsip-prinsip yang dimiliki koperasi dalam setiap kegiatan usahanya.

Memberi penyuluhan pada masyarakat agar koperasi semakin berperan dalam meningkatkan kesejahteraan. Kesadaran koperasi sebagian anggota masyarakat masih rendah karena pengalaman traumatik masa lalu. Pengalaman masa lalu yang mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap koperasi seperti banyak penyelewengan, perselisihan, dan pemborosan yang dilakukan pengurus koperasi sehingga koperasi mengalami kerugian. Koperasi digunakan sebagai alat politik oleh RI untuk memperkokoh kehidupan partainya. Pemikiran seperti inilah yang harus dihilangkan agar koperasi mendapat nama yang baik lagi di hati masyarakat. Pengetahuan para serta keterampilan para pengurus dalam menghadapi teknologi juga harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan karena pengurus koperasi merupakan penggerak usaha koperasi. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, serta mengimbangi kemajuan teknologi saat ini, pengurus perlu memiliki pengetahuan yang memadai serta pengurus tidak boleh sampai GAPTEK. Oleh karena itu, usaha menambah pengetahuan dan keteampilan dalam menghadapi teknologi perlu terus ditingkatkan. Mengatasi masalah yang terjadi dalam koperasi kecil agar tetap bertahan. Banyak masalah yang dihadapi oleh koperasi kecil dan bingung untuk mengatasinya seperti apa. Seperti misalnya sebuah koperasi yang menghasilkan barang kerajinan tangan (handicraft) dan ingin memasarkan barangnya keluar daerah. Tapi tidak tahu cara memasarakannya dan tidak ada modal yang cukup besar untuk memasarkannya. Permasalahan teknis semacam ini telah semakin banyak dihadapi oleh koperasi, dan sangat dirasakan kebutuhan bagi ketersediaan layanan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan tersebut. Karena

sesungguhnya bukan koperasi besarlah yang menjamur keberadaannya. Namun, justru koperasi-koperasi kecillah yang keberadaannya banyak didalam lingkungan masyarakat dan menjadi sorotan masyarakat sampai saat ini. Menyatukan para pengusaha kecil untuk terus berkembang dengan membangun koperasi. Banyak pengusaha kecil yang urang memiliki peluang atau kalah dengan pengusaha yang lebih besar dalam pengelolaan dan penjualan produknya. Misalnya para pengusaha jamu kecil yang kesulitan memperoleh bahan baku karena bahan baku tersebut dimonopoli oleh pengusaha besar.

Sehingga para pengusaha jamu kecil tersebut berkeinginan untuk bergabung dan membentuk suatu koperasi jamu. Keinginan dan kebutuhan untuk membentuk koperasi cukup besar, asalkan memang mampu mengakomodasi keinginan dan kebutuhan para pengusaha tersebut. Mengembangkan kerjasama usaha antar koperasi. Konsentrasi

pengembangan usaha koperasi selama ini banyak ditujukan bagi koperasi sebagai satu perusahaan (badan usaha). Tantangan untuk membangun perekonomian yang kooperatif sesuai amanat konstitusi kiranya dapat dilakukan dengan

mengembangan jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi. Hal ini juga sebenarnya telah menjadi kebutuhan diantara banyak koperasi, karena banyak peluang usaha yang tidak dapat dipenuhi oleh koperasi secara individual. Jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi, bukan hanya keterkaitan organisasi, potensial untuk dikembangkan antar koperasi primer serta antara primer dan sekunder. Perlu pula menjadi catatan bahwa di berbagai negara lain, koperasi telah kembali berkembang dan salah satu kunci keberhasilannya adalah spesialisasi kegiatan usaha koperasi dan kerjasama antar koperasi. Mengenai hubungan koperasi primer dan sekunder di Indonesia, saat ini banyak yang bersifat artifisial karena antara primer dan sekunder sering mengembangkan bisnis yang tidak berkaitan bahkan tidak jarang justru saling bersaing. Masih banyak koperasi yang kelangsungan kegiatannya bagaikan kerakap di atas batu, hidup enggan matipun tak mau. Salah satu factor penyebabnya adalah kekurangan modal. Banyak diantara anggota koerasi yang terjerat rentenir karena terpaksa. Koperasi tidak punya cukup dana untuk dipinjamkan ke masyarakat. Sebenarnya, koperasi dapat meminjam dari bank, tetapi seringkali persyaratan yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi oleh koperasi. Namun, dengan semakin berkembangnya bank koperasi dewasa ini, masalah permodalan sedikit demi sedikit sudah mulai teratasi. Selain itu, modal koperasi juga berasal dari banyak pihak. Yaitu antara lain modal sendiri, modal pinjaman koperasi dan modal penyertaan. Modal sendiri koperasi berasal dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan Simpanan Khusus/Lain-lain yang ketiganya berasal murni dari anggota serta Dana Cadangan yang berasal dari penyisihan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan Hibah yang merupakan barang modal atau uang yang diterima dari

pihak lain yang sifatnya berupa pinjaman. Sedangkan modal pinjaman koperasi berasal dari beberapa pihak yaitu anggota dan calon anggota, koperasi lainnya/ anggotanya yang didasari perjanjian kerjasama antar koperasi, bank dan lembanga keuangan bukan bank yang didasari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, penerbitan obligasi dan surat lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta sumber lain yang sah. Sedangkan modal penyertaan yaitu modal yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat, yang digunakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha koperasi. Pengembangan kegiatan usaha koperasi tidak dapat dilepaskan dari citra koperasi di masyarakat. Harus diakui bahwa citra koperasi belum, atau sudah tidak, seperti yang diharapkan. Masyarakat umumnya memiliki kesan yang tidak selalu positif terhadap koperasi. Koperasi banyak diasosiasikan dengan organisasi usaha yang penuh dengan ketidak-jelasan, tidak profesional, Ketua Untung Dulu, justru mempersulit kegiatan usaha anggota (karena berbagai persyaratan), banyak mendapat campur tangan pemerintah, dan sebagainya. Citra koperasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain, maupun perkembangan koperasi itu sendiri. Bahkan citra koperasi yang kurang pas tersebut juga turut mempengaruhi pandangan mereka yang terlibat di koperasi, sehingga menggantungkan diri dan mencari peluang dalam hubungannya dengan kegiatan pemerintah justru dipandang sebagai hal yang wajar bahkan sebagai sesuatu yang sudah seharusnya demikan. Memperbaiki dan meningkatkan citra koperasi secara umum merupakan salah satu tantangan yang harus segera mendapat perhatian. Dalam semua penjelasan diatas, pemerintah juga memiliki andil penting dalam pengembangan koperasi. Bagaimana tidak, koperasi adalah sokoguru perekonomian. Maka koperasi memiliki hubungan yang erat juga dengan pemerintah. Hal yang bisa diupayakan pemerintah untuk meningkatkan pengembangan dan keberadaan koperasi di tengah-tengah , masyarakat yaitu membina dan mengembangkan koperasi secara terpadu memalui kerjasama antar instansi yang terlibat dalam pembinaan koperasi. Memberi kesempatan kepada koperasi untuk berperan lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, Membentuk koperasi-koperasi pemerintah sebagai patokan bagi koperasi-koperasi

lainnya, Menjamin ketersediaan pasar dan kelayakan harga pada produk koperasi, menciptakan organisasi dan menajemen koperasi yang professional dan menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan koperasi. Hal yang sangat penting dan tidak bisa dipungkiri adalah kesadaran masing-masing individu dalam masyarakat bahwa keberadaan koperasi tidak bisa dipandang sebelah mata saja. Banyak diantara masyarakat yang belum mengetahui bahwa koperasi dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Padahal, dengan budaya yang berakar pada asas kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong, koperasi merupakan wahana yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kesadaran anggota mayarakat untuk secara sukarela mempersatukan diri dalam satu perkumpulan ekonomi akan mempengaruhi kehidupan koperasi di Indonesia. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian yang tidak bisa dianggap remeh oleh masyarakat. Maka dari itu, masyarakat sendiri harus mau meningkatkan kesadarannya dimana koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha yang berusaha meningkatkan kesejahteraan naggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga, koperasi tidak membebani masyarakat jika masyarakat bergabung dalam koperasi tersebut. Namun, hal yang tidak bisa dianggap sepele adalah sistem yang membelenggu koperasi sampai saat ini. Sebenarnya hal mendasar yang harus dibenahi adalah sistem yang ada sdi dalam tubuh koperasi sendiri. karena, bagaimanapun juga sistem itu adalah bagian paling penting yang menjamin kelangsungan hidup suatu organisasi. Sistem yang dijalankan setidaknya harus transpran dengan anggota serta para pengelola koperasi tidak membeda-bedakan anggota yang mempunyai simpanan dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Karena anggota adalah penyokong utama keberhasilan jalannya organisasi koperasi tersebut. Selain itu, koperasi juga harus mampu mengikuti perkembangan jalan dan tren yang sedang berlaku dimasyarakat. Dan juga koperasi harus bisa bergerak tanpa membebani masyarakat. Karena masyarakat akan ikut terlibat dalam koperasi untuk menghindari dari jeratan rentenir dan mencapai kemakmuran bagi kehidupannya.

PENUTUP

KESIMPULAN Banyak cara yang bisa dilakukan oleh para pengurus dan pengelola koperasi untuk meningkatkan keberadaan koperasi ditengah-tengah masyarakat khususnya dalam era globalisasi seperti saat ini. Cara pertama yang bisa ditempuh yaitu mempertahankan falsafah dan prinsip koperasi. Dimana falsafah yang dimiliki koperasi adalah berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan prinsip yang dimiliki oleh koperasi adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya balas jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, dan kerjasama antar koperasi. Cara selanjutnya yaitu upaya pemberdayaan anggota koperasi. Pemberdayaan anggota mencakup

pemberdayaan kapital (bantuan modal) dan pemberdayaan pengetahuan anggota, yang meliputi peningkatan kemampuan manajemen, kemampuan anggota dan pemahaman yang benar mengenai prinsip-prinsip koperasi melalui pendidikan dan pelatihan. Memberi penyuluhan pada masyarakat agar koperasi semakin berperan dalam meninkatkan kesejahteraan. Kesadaran koperasi sebagian anggota masyarakat masih rendah karena pengalaman traumatik masa lalu. Pengetahuan para serta keterampilan para pengurus dalam menghadapi teknologi juga harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan karena pengurus koperasi merupakan penggerak usaha koperasi. Mengatasi masalah yang terjadi dalam koperasi kecil agar tetap bertahan. Banyak masalah yang dihadapi oleh koperasi kecil dan bingung untuk mengatasinya seperti apa. Permasalahan teknis semacam ini telah semakin banyak dihadapi oleh koperasi, dan sangat dirasakan kebutuhan bagi ketersediaan layanan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan tersebut. Menyatukan para pengusaha kecil untuk terus berkembang dengan membangun koperasi. Banyak pengusaha kecil yang urang memiliki peluang atau kalah dengan pengusaha yang lebih besar dalam pengelolaan dan penjualan produknya. Mengembangkan kerjasama usaha antar koperasi. Konsentrasi pengembangan usaha koperasi

selama ini banyak ditujukan bagi koperasi sebagai satu perusahaan (badan usaha). Tantangan untuk membangun perekonomian yang kooperatif sesuai amanat konstitusi kiranya dapat dilakukan dengan mengembangan jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi. Masih banyak koperasi yang kelangsungan kegiatannya bagaikan kerakap di atas natu, hidup enggan matipun tak mau. Salah satu factor penyebabnya adalah kekurangan modal. Namun, dengan semakin berkembangnya bank koperasi dewasa ini, masalah permodalan sedikit demi sedikit sudah mulai teratasi. Citra koperasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain, maupun perkembangan koperasi itu sendiri. Bahkan citra koperasi yang kurang pas tersebut juga turut mempengaruhi pandangan mereka yang terlibat di koperasi, sehingga menggantungkan diri dan mencari peluang dalam hubungannya dengan kegiatan pemerintah justru dipandang sebagai hal yang wajar bahkan sebagai sesuatu yang sudah seharusnya demikan. Memperbaiki dan meningkatkan citra koperasi secara umum merupakan salah satu tantangan yang harus segera mendapat perhatian. Pemerintah juga memiliki andil penting dalam pengembangan koperasi. Bagaimana tidak, koperasi adalah sokoguru perekonomian. Maka koperasi memiliki hubungan yang erat juga dengan pemerintah. Masyarakat sendiri harus mau meningkatkan kesadarannya dimana koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha yang berusaha meningkatkan kesejahteraan naggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga, koperasi tidak membebani masyarakat jika masyarakat bergabung dalam koperasi tersebut.

SARAN Namun semuanya tidak akan berhasil jika tidak uaha dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan koperasi seperti pengurus koperasi, pengawas koperasi, anggota koperasi, pemerintah bahkan masyarakat sendiri. Maka, dari artikel ini diharapkan agar pihak-pihak tersebut mampu mengembangkan keberadaan koperasi agar mampu tetap bertahan di era globalisasi ini bahkan disini banyak pihak yang berharap agar koperasi mampu bersaing dengan badan

usaha lainnya di dalam masyarakat. Selain itu koperasi merupakan aspek penting dalam pekekonomian. Karena koperasi merupakan soko guru perekonomian yang merupakan jiwa dan landasan perekonomian Indonesia. Maka alangkah lebih baik jika koperasi mampu menjadi salah satu badan usaha perekonomian Indonesia yang berbeda dengan badan usaha lain serta bisa diperhitungkan oleh badan usaha lainnya baik dalam skala nasional dan skala internasional. Penulis juga berharap agar ada penulis selanjutnya yang bisa

mengembangkan artikel ini. Penulis mengharapkan agar adanya cara-cara yang lebih baik yang berguna bagi para pengelola koperasi untuk mengembangkan koperasi serta menjadi koperasi sebuah prospek usaha yang dilirik dan diminati oleh masyarakat luas.

DAFTAR RUJUKAN Ekonomi Koperasi. (Online), (http://community.gunadarma.ac.id/afrian, diakses tanggal 12 Mei 2010) Koperasi dalam Perekonomian. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:koperasi, diakses tanggal 12 Mei 2010) S, Alam. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Esis. Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: penerbit Erlangga. Sukandiyo, Ign. 2006. Manajmenen Koperasi. Jakaarta: penerbit Erlangga Sukwiyati, Sudirman Jamal, dan Slamet Sukamto. 2005. Ekonomi SMA Kelas XII. Bandung: Penerbit Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai