1.1 Latar Belakang Indonesia dengan lebih dari 200 juta jiwa penduduk merupakan pasar yang potensial untuk melakukan investasi. Jumlah penduduk yang demikian besar ini tersebar dalam wilayah yang sangat luas pula dengan kekayaan alam yang sangat melimpah sedemikian hingga mampu menciptakan peluang bagi dunia bisnis untuk melakukan investasi dalam segala bidang. Tak terkecuali dalam bidang jasa-jasa pembangunan, Indonesia terbuka lebar untuk berinvestasi dalam bidang ini. Pembangunan sarana maupun prasarana Iisik baik oleh pemerintah maupun swasta membuka peluang yang cukup lebar untuk bergerak dalam bidang ini. Sumberdaya alam di Indonesia melimpah untuk dimanIaatkan pada bidang jasa konstruksi. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, jasa konstruksi mampu menarik ratusan ribu tenaga kerja untuk bekerja pada proyek-proyek pembangunan. Dibandingkan dengan bidang usaha lainnya, bidang jasa konstruksi memiliki porsi tidak kurang dari 11 dari total investasi di Indonesia. Jumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang ini kurang lebih sebanyak 40.840 perusahaan dalam berbagai kualiIikasi dengan 82,5 merupakan perusahaan kecil yang masih terkonsentrasi untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Di Jawa Timur terdapat 9.674 perusahaan, dimana 93 merupakan perusahaan yang berkualiIikasi kecil. 1 Seperti halnya industri kecil lainnya, perusahaan- perusahaan jasa konstruksi kecil dengan jumlah yang demikian besar memiliki omzet yang dapat melebihi industri jasa konstruksi pada skala menengah, dan bahkan saat masa krisis perusahaan-perusahaan kecil ini ternyata masih dapat bertahan dan menikmati rupiah. Namun demikian terdapat kendala untuk dapat berkembang dan bersaing terutama apabila pada saatnya nanti pemain-pemain asing mulai memasuki industri dalam skala kecil ini. Kendala-kendala ini umumnya adalah permasalahan klasik diseputar permodalan, manajemen produksi dan operasional, serta pengelolaan pemasaran. Dalam hal permodalan, kecilnya aset yang dimiliki menyebabkan kesulitan dalam mencari pinjaman perbankan. Permasalahan dalam manajemen produksi dan operasional terutama adalah ketidakmampuan dalam melakukan manajemen proyek dan pengelolaan risiko-risiko proyek baik risiko mum| maupun risiko spekulatiI. Sedangkan dalam hal pemasaran, perusahaan- perusahaan ini masih terapaku untuk mengerjakan proyek- proyek milik pemerintah. Industri jasa konstruksi pembangunan merupakan bidang usaha jasa yang membutuhkan modal yang cukup besar, hal ini disebabkan karena pendapatan perusahaan diperoleh apabila pekerjaan yang dilaksanakan telah terselesaikan dalam tahapan yang ditentukan. Ini berarti apabila terjadi keterlambatan pembayaran, maka pekerjaanpun sangat mungkin terhambat. Untuk mengatasi hal seperri ini maka diperlukan suntikan dana segar agar pelaksanaan proyek oleh perusahaan tidak terhambat sehingga sasaran proyek berupa tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya sasaran proyek, maka sasaran perusahaan secara umum dalam rangka mendapatkan keuntungan akan tercapai pula. 2 Industri jasa konstruksi pembangunan merupakan bidang usaha yang unik dan dinamis. Usaha ini memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan kegiatan bisnis lainnya. Karakteristik bisnis jasa konstruksi yang membedakan dengan jenis kegiatan bisnis yang lain antara lain adalah bahwa proyek- proyek pembangunan sarana Iisik yang merupakan kegiatan operasional utama dari suatu bisnis jasa konstruksi umumnya bersiIat unik, memiliki satu jangka waktu pelaksanaan yang tidak berulang, memiliki intensitas kegiatan dan menggunakan sumberdaya yang tidak konstan, serta melibatkan banyak disiplin ilmu. Pelaksanaan proyek kegiatan pada bisnis jasa konstruksi pembangunan dihadapkan pada tiga kendala yaitu biaya, waktu, dan mutu. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai sasaran proyek, yang dideIiniskan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu. Keberhasilan pelaksanaan suatu proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat terpenuhi. Sehubungan dengan karakteristik proyek yang dinamis diperlukan pengelolaan proyek yang baik agar ketiga sasaran tersebut dapat terpenuhi. Manajemen Proyek adalah proses pengelolaan proyek yaitu melalui pengelolaan, pengalokasian, dan penjadwalan sumberdaya dalam proyek untuk mencapai sasaran tersebut. Sebagai bagian dari proses Manajemen Proyek, perencanaan dan pengendalian yang baik belum menjamin terwujudnya sasaran proyek. Selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil. Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut "risiko". Konsekuensi tidak menguntungkan mengacu 3 pada tidak terwujudnya sasaran proyek, yaitu tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu. Di dalam bisnis jasa pembangunan terdapat siIat-siIat unik sehingga diperlukan sejumlah asumsi untuk memperkirakan data-data dan inIormasi yang belum tersedia selama proses berjalannya proyek, sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Asumsi dan perkiraan yang digunakan mendukung adanya ketidakpastian ini. 'Risiko yang dihadapi proyek bergantung pada asumsi dan perkiraan yang digunakan. Risiko yang akan dihadapi dalam proyek lebih berat sehubungan dengan siIat proyek hanya berjalan dalam satu jangka waktu pelaksanaan yang tidak berulang. Sehubungan dengan itu diperlukan manajemen risiko untuk melihat risiko- risiko yang dihadapi dan meninjau pengaruhnya terhadap sasaran kegiatan. Selanjutnya akan dapat direncanakan penanganan untuk meminimalisasi akibat buruknya sehingga dapat mendukung terwujudnya sasaran kegiatan. Termasuk dalam tahapan manajemen risiko adalah perencanaan manajemen risiko, identiIikasi risiko, analisa risiko, penanganan risiko, dan monitor terhadap risiko. IdentiIikasi risiko adalah langkah awal dalam penerapan manajemen risiko dan merupakan tahapan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan identiIikasi risiko pada proses pelaksanaan kegiatan konstruksi akan diketahui risiko-risiko apa saja yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan sejak mulai dikerjakan sampai selesai. Selanjutnya akan diketahui seberapa potensial risiko-risiko tersebut dalam mempengaruhi tercapainya sasaran kegiatan. Dalam masa pemulihan perekonomian akibat krisis yang melanda Indonesia ini pertumbuhan sektor konstruksi mengalami penurunan sejak tahun 2000 (Konstruksi, Januari 4 2002). Dalam kondisi seperti itu secara umum permintaan sektor perumahan, perkantoran, dan properti lain tahun 2002 menurun 20 sampai 40 (Konstruksi, Desember 2002). Disamping itu pemerintah melalui Keppres nomor 18 tahuin 2000 tentang Jasa Konstruksi Pembangunan telah membuka sekat kedaerahan untuk perusahaan jasa konstruksi dimana apabila selama ini untuk proyek-proyek pemerintah dalam nominal kecil harus dikerjakan kontraktor lokal dalam lingkup daerah Kota/Kabupaten, maka dengan diberlakukannya Keppres ini suatu perusahaan jasa konstruksi pembangunan dapat mengerjakan proyek-proyek dengan nominal kecil di seluruh wilavah Republik Indonesia tanpa ada batasan-batasan seperti pada periode sebelumnya. Ini berarti persaingan diantara perusahaan jasa konstruksi klasiIikasi kecil semakin ketat dan diperlukan strategi untuk dapat bersaing disamping diperlukannya strategi pemasaran bagi industri jasa konstruksi berskala kecil dimana selama ini dalam industri jasa konstruksi skala kecil marketing kurang begitu diperhatikan.
5 BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA
2.1. Risiko dan Pengertiannya
Kangari (1995) menuliskan penelitiannya yang berjudul #isk Management Perceptions and Trends of US. Construction. Dari penelitian ini diketahui persepsi kontraktor-kontraktor mengenai alokasinya dan importance risiko-risiko konstruksi yang berlaku pada proyek-proyek konstruksi di Amerika Serikat. Pengolahan data dilakukan secara deskriptiI. Hasil identiIikasi adalah sebagai berikut. Risiko yang penting: Produktivitas tenaga kerja dan peralatan Kualitas pekerjaan Keselamatan kerja Kemampuan kontraktor .
Resiko yang kurang penting: Ketersediaan material, tenaga kerja, dan peralatan Kerusakan material InIlasi Kuantitas pekerjaan aktual Perselisihan tenaga kerja Kegagalan keuangan pihak-pihak yang terlibat Negosiasi untuk change-order anti rugi / indentification Proses penyelesaian perpanjangan kontrak.
6 Penelitian lain dikemukakan oleh Smith dan Bohn (1999) berjudul Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of #isk. Penelitian ini mengidentiIikasi risiko- risiko yang dihadapi kontraktor kecil dan menengah yang diolah secara deskriptiI risiko-risiko ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Risiko-risiko pada Perusahaan Kontraktor Kecil dan Menengah
Risiko Sumber Sumber !redictable/ Unpredictable Area Risiko alam/natural Acts oI od Eksternal Unpredictable Konstruksi Kerugian akibat kebakaran/kecelakaan Internal Unpredictable Konstruksi Risiko desain Perubahan lingkup pekerjaan Internal Predictable Kontraktual Teknologi baru Internal Predictable Kontraktual Konstruksi SpesiIikasi Internal Teknis Predictable Kontraktual Kerugian/keterlambatan akibat differing sitelperubahan Desain Teknis Predictable Kontraktual Konstruksi Risiko logistik Kerugian/keterlambatan akibat keterlambatan/ kerusakan material Internal Predictable Konstruksi Kerugian/keterlambatan akibat ketersedian sumberda a Eksternal Predictable Konstruksi Akses menuju lokasi Internal Predictable Kontraktual Keterlambatan menemukan dan men elesaikan masalah Internal Predictable Kontraktual Risiko finansial Ketersediaan dana proyek
Internal Predictable Kontraktual Kecukupan kas Internal Predictable Kontraktua 7 Kurs tukar mata uang dan inIlasi Eksternal Predictable Konstruksi Kontraktual Estimasi biaya yang terlalu rendah Internal Predictable Kesalahan kontraktor dalam hal kemamr,uan Internal Predictable Kontraktual Cost overruns karena keterlambatan Internal
Predictable
Konstruksi Legal dan peraturan Masalah perizinan dan lisensi Eksternal Unpredictable Konstruksi Third ar liability Eksternal Unpredictable Kontraktual Tanggung jawab/liability diri sendiri Internal Predictable Konstruksi Kontraktual Kegagalan kontrak Internal Predictable Kontraktual Perubahan peraturan Eksternal Unpredictable Konstruksi Risiko politik Kerugian/keterlambatan karena perang/revolusi di Eksternal Unpredictable Konstruksi Perubahan hukum perdagang an Eksternal Unpredictable Konstruksi Sumber: Smith dan Bohn, 1999
2.2. Konsep Risiko
2.2.1. Pengertian Risiko Untuk memahami konsep risiko/risk dalam proyek konstruksi perlu dipahami pengertian mengenai risiko. Berikut ini dijelaskan pengertian mengenai risiko menurut beberapa sumber. Salim (1993) dalam Djojosoedarso (1999) mendeIinisikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. Pengertian lain menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan keuntungan / kerugian ekonomi atau Iinansial, kerusakan atau cedera Iisik, keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu kegiatan (Cooper dan Chapman, 1993). 8 Pengertian risiko dalam konteks proyek dapat dideIinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara Iinansial maupun Iisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan konsep peluang, 'risiko adalah peluang atau kans / chance terjadinya kondisi yang tidak diharapkan dengan semua konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan keterlambatan atau kegagalan proyek (ray dan Larson, 2000). Kerzner (2001) menjelaskan konsep risiko pada proyek sebagai ukuran probabilitas dan konsekuensi dari tidak tercapainya suatu sasaran proyek yang telah ditentukan`. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Lebih jauh lagi risiko pada proyek adalah 'suatu kondisi pada proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kefadian tertentu yang fika terfadi akan menimbulkan konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya, waktu, mutu proyek`.
2.2.2. #isk dan Uncertainty Meskipun risiko memiliki kaitan yang erat dengan ketidakpastian/ uncertainty, keduanya memiliki perbedaan. Ketidakpastian adalah kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan, inIormasi, atau pemahaman tentang suatu keputusan dan konsekuensinya (Ritchie dan Marshall, 1993). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, karena ketidakpastian mengakibatkan keragu-raguan dalam 9 meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang (Djososoedarso, 1999). Semakin tinggi tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya (Ritchie dan Marshall, 1993).
2.2.3. #isk dan Opportunity Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran / output dari suatu kegiatan / peristiwa dapat berupa kondisi yang baik atau kondisi yang buruk. Jika yang terjadi adalah kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan kesempatan baik (opportunity), namun jika terjadi hal yang buruk maka hal tersebut merupakan risiko (Kerzner, 2001).
2.2.4. #isk, Ha:ard, Peril, dan Losses Menurut Umar (2001) konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Ha:ard Peril Losses
Ha:ard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya peril (bencana). Peril (bencana) adalah sutu peristiwa/kejadian yang dapat menimbulkan kerugian (losses) atau bermacam kerugian. Losses (kerugian) adalah kondisi negatiI yang diderita akibat dari suatu peristiwa yang tidak diharapkan tetapi ternyata terjadi.
2.3. Manajemen Risiko
10 2.3.1. Pengertian Manajemen Risiko Sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul`. Untuk itu risiko harus dideIinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktiI. Kerzner (2001) mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko. Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan Iungsi manajemen secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen Iungsional yang mendukung manajemen obyektiI dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang (Tarmudji, 2000). Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan terhadap risiko untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan pemantauan risiko.
2.3.2. Pentingnya Manajemen Risiko Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang siIatnya dinamis, sehingga selalu terdapat ketidakpastian (Webb, 1994). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di 11 masa yang akan datang (Kerzner, 2001). Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko ) tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut. InIormasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung inIormasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventiI di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktiI daripada reaktiI.
2.3.2. Pentingnya Manajemen Risiko Selalu terdapat perubahan dalam segala hal di dunia ini sehingga selalu terdapat ketidakpastian dalam segala hal (Webb, 1994). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal 12 yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kerzner, 2001). Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian sebagaimana risiko tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut. InIormasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung inIormasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventiI di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktiI daripada reaktiI. Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat risiko. Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha. 13 Secara tak langsung manajemen risiko memberikan sumbangan sebagai berikut. a. Memberikan pemahaman tentang risiko, eIeknya, dan keterkaitannya secara lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan (Djojosoedarso, 1999). b. Meminimalkan jumlah kejadian di luar dugaan dan memberikan gambaran tentang akibat negatiInya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalah- pahaman. c. Membantu menyediakan sumberdaya dengan baik. d. Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang dapat mengganggu kelancaran operasional. e. Mengurangi Iluktuasi laba dan arus kas tahunan atau menstabilkan pendapatan. I. Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja. g. Meningkatkan public-image perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.
Manajemen risiko pada saat ini merupakan kunci dari keseluruhan manajemen bisnis (Kerzner, 2001). Tarmudji (2000) menambahkan bahwa obyektiI utama manajemen risiko harus menyokong obyektiI perusahaan. Dengan berjalannya usaha bisnis yang diharapkan mendatangkan keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis. Ritchie dan Marshall (1993 ) mengemukakan bahwa: 14 "Pengalaman menunjukkan bahwa manajer yang eIektiI adalah manajer yang menggunakan waktunya untuk berpikir tentang kebutuhan pada saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang. Namun demikian manajer yang peduli akan perkembangan yang memungkinkan serta hasil keluarannya (internal atau eksternal), serta yang lebih proaktiI daripada reaktiI adalah manajer yang lebih mungkin untuk sukses."
Ketidakpastian dalam suatu usaha dapat merupakan suatu kesempatan (opportunity) atau risiko, yang dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian. Analisa risiko dapat membantu untuk risiko spekulatiI dengan lebih bijaksana dan eIisien dengan memutuskan apakah risiko tersebut harus dihindari atau dihadapi (Umar, 2001). Lebih jauh lagi kemampuan dalam mengelola risiko akan bermanIaat dalam persaingan serta mencegah terjadinya kegagalan dan kehancuran sehingga suatu unit usaha dapat bertahan hidup (Darmawi, 1990).
2.3.3. Proses dalam Manajemen Risiko InIormasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko memanIaatkan inIormasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan. Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut (Kerzner, 2001). 15
1. Perencanaan (planning) Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensiI, dan interaktiI, untuk keperluan identiIikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.
2. Penilaian (assesment) Terdiri atas proses identiIikasi dan analisa area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja / perIormance, dan waktu penyelesaian kegiatan.
a. IdentiIikasi (identifying) Merupakan proses peninjauan area-area dan proses- proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentiIikasi dan didokumentasi.
b. Analisa (analy:ing) Merupakan proses menggali inIormasi / deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentiIikasi, yang terdiri atas: kuantiIikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek penyebab risiko keterkaitan antar risiko saat terjadinya risiko sensitivitas terhadap waktu 16
3. Penanganan (handling) Merupakan prases identiIikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.
4. Pemantauan / monitoring risiko Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.
2.4. 1enis Risiko
Untuk dapat mengidentiIikasi risiko-risiko perlu diketahui jenis- jenis risiko dan pengelompokannya menurut teori-teori. Berikut ini adalah risiko-risiko dalam bidang usaha bisnis. Risiko-risiko pada bidang usaha bisnis dapat diterapkan pada kegiatan proyek konstruksi, karena jasa konstruksi juga merupakan bidang usaha bisnis yang bertujuan mendapatkan keuntungan. Secara garis besar berdasarkan siIatnya risiko dikelompokkan menjadi risiko usaha (business risk) atau yang disebut juga sebagai risiko spekulatiI, dan risiko murni. Risiko spekulatiI adalah risiko yang jika diambil dapat memberikan dua kemungkinan hasil, yaitu kerugian atau keuntungan. Dalam konteks aktivitas proyek, risiko yang dimaksud adalah risiko murni, yaitu risiko yang secara potensial dapat mendatangkan 17 kerugian dalam upaya mencapai sasaran kegiatan (Soeharto, 2001).
2.4.1. Risiko-risiko dalam Profect of Knowledge (Profect Management Institute)
Profect Management Institute (PMI) memberikan daItar sejumlah risiko yang ada pada proyek konstruksi sebagaimana dicantumkan dalam Section E-3, Profect of Knowledge, 28 Maret 1987 (Barrie dan Paulson, 1992). Berikut ini adalah risiko-risiko yang diidentiIikasi menurut PMI.
1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi a. - Perubahan peraturan perundang-undangan - Campur tangan pemerintah. b. Bahaya dari alam (acts of God) c. Vandalisme (perusakan) - Sabotase. d. EIek samping yang tidak diharapkan e. Kegagalan penyelesaian pekerjaan
2. Risiko eksternal dapat diprediksi secara tidak pasti a. - Risiko pasar - Perubahan-perubahan besar b. Operasional c. Dampak lingkungan d. Dampak sosial e. - Perubahan nilai tukar mata uang - InIlasi - Perpajakan 18 I. Perubahan suku bunga pinjaman g. Ketersediaan material mentah
3. Risiko internal non-teknis a. Keterlambatan dari jadwal b. Pemberhentian pekerjaan oleh tenaga kerja c. Cost overruns d. Rencana manIaat / beneIit proyek e. Kemacetan cash Ilow / arus kas I. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
4. Risiko teknis a.Perubahan teknologi b.Masalah sehubungan dengan kinerja operasional dan pemeliharaan c.Teknologi proyek yang khusus d.Perubahan dan penyesuaian Perubahan kondisi proyek secara global/makro Masalah sehubungan dengan desain .
5. Risiko legal a. Lisensi b. Hak paten c. Kegagalan kontrak d. Tuntutan hukum e. orce Mafeure I. Kinerja subkontraktor.
Risiko eksternal adalah risiko yang berada di luar proyek dan sudah ada sebelum proyek dicanangkan dan mempengaruhi jalannya proyek (ray dan Larson, 2000). Risiko internal 19 adalah risiko yang berada di dalam lingkup proyek dan berasal dari keputusan yang diambil proyek (Webb, 1994). Risiko internal merupakan ketidakpastian yang dapat dikontrol oleh manajer proyek (Kerzner, 2001).
2.4.2. Risiko-risiko dalam Konteks Bisnis Umum dan Proyek
Risiko-risiko dalam konteks proyek menurut Kerzner (2001 ) adalah:
1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable) a. Kerusakan langsung pada peralatan dan pelengkapan Kebakaran Kecelakaan Kerusakan/kehilangan material, peralatan, dan perlengkapan proyek b.Kerugian tidak langsung (yang menyangkut aktivitas pihak ke tiga) Penggantian peralatan Pembuangan reruntuhan (debris removal) c. Tanggung jawab hukum Desain produk yang buruk Kesalahan desain Tanggung jawab terhadap produk proyek Kegagalan perIormance proyek. d. Sumberdaya manusia Contohnya antara lain: Cedera badan pada tenaga kerja Tidak berIungsinya tenaga kerja inti Biaya penggantian tenaga kerja inti.
20 2. Risiko-risiko pada tahap konstruksi - Tenaga kerja yang tidak terampil Ketersediaan material - Pemogokan - Cuaca - Perubalian lingkup pekerjaan - Perubahan jadwal pelaksanaan proyek - Persyaratan peraturan perundangan - Tidak ada sistem kontrol di lokasi proyek - Kualitas pekerjaan yang buruk - Tidak diterimanya pekerjaan oleh pemberi kerja - Perubahan konstruksi yang telah jadi - Masalah pada arus kas - Keterlambatan pengiriman material
Soeharto (2001) mengelompokkan risiko berdasarkan potensi sumber risiko sebagai berikut. 1. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen - Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya, jadwal, dan mutu - Kurang tepatnya pengendalian lingkup pekerjaan, biaya, jadwal, dan mutu - Ketepatan penentuan struktur organisasi - Ketelitian pemilihan personil - Kekaburan kebijakan dan prosedur - Koordinasi pelaksanaan 2. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi - Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering - Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga, dan kualitas) 21 - Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas) - Tersedianya tenaga ahli dan penyelia - Tersedianya tenaga kerja lapangan - Variasi dalam produktivitas kerja - Kondisi lokasi dan site - Ditemukannya teknologi baru (peralatan dan metode) dalamproses konstruksi dan produksi.
3. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum - Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas, dan menimbulkan perbedaan interpretasi - Pengaturan pembayaran, change order, dan klaim - Masalah jaminan, guarantee, dan warranty - Lisesnsi dan hak paten - orce mafeure 4. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan politik - Peraturan perpajakan dan pungutan - Perizinan - Pelestarian lingkungan - Situasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan) - Ketidakstabilan moneter/devaluasi - Aliran kas.
Penelitian yang dilakukan oleh Standish Group pada 1000 Manajer Proyek memberikan hasil daItar 10 hal-hal potensial yang menyebabkan kegagalan proyek (Wysocki, Beck, dan Crane, 2000), yaitu: 1. Persyaratan yang tidak lengkap 22 2. Rendahnya peranan owner 3. Kekurangan sumberdaya 4. Pengharapan yang tidak realistis 5. Rendahnya dukungan pihak eksekutiI 6. Perubahan persyaratan dan spesiIikasi 7. Kurang matangnya perencanaan 8. Proyek ditiadakan 9. Kurang matangnya manajemen proyek 10. Buta teknologi proyek.
Proyek merupakan salah satu bentuk usaha bisnis. Untuk itu di samping mempelajari risiko-risiko dalam konteks proyek, perlu dikaji pula risiko-risiko dalam konteks lainnya. Umar (2001) memberikan pendapatnya mengenai risiko-risiko pada bidang bisnis dengan pendekatan Iinansial sebagai berikut.
a. Risiko sumberdaya manusia - Stress pada tenaga kerja - Kesehatan tenaga kerja yang buruk - Ketidakpuasan pekerja yang menyebabkan pemogokan - Suksesi - Kepindahan pekerja inti/senior yang potensial - Bocornya rahasia perusahaan - Perselisihan pekerja b. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja - Mesin-mesin berbahaya - Suara bising - etaran - Bahaya akibat listrik - Bahan yang membahayakan kesehatan - Luka-luka Iisik dan stress 23 - Terpeleset, terjatuh, tersandung - Tertimpa barang akibat pengangkatan dan penangan barang yang buruk - Radiasi - Terbakar - Luka-luka akibat kendaraan - Mesin bertekanan tinggi c. Risiko kejahatan - Pencurian barang-barang di gudang - Pencurian data dan inIormasi - Intelijen industri - Perampokan - Perusakan dan penghancuran d. Risiko kecurangan - Pemalsuan data - Menjual inIormasi - Pengesahan Iaktur-Iaktur palsu e. Risiko lingkungan - Polusi lingkungan (polusi udara, limbah cair, limbah padat, bahan beracun, kerusakan alam, lahan yang terkontaminasi - Munculnya biaya pencegahan akibat polusi (penghijauan) I. Risiko kebakaran g. Risiko kerusakan komputer h. Risiko pemasaran i. Risiko kualitas dan daya saing produk.
Menurut Djojosoedarso (1999) risiko dalam suatu bisnis adalah sebagai berikut : a. Risiko murni yaitu risiko yang tidak disengaja 24 - Risiko terjadinya kebakaran - Risiko bencana alam - Risiko pencurian - Risiko penggelapan - Risiko pengacauan b. Risiko spekulatiI yaitu risiko yang disengaja agar memberikan keuntungan - Risiko hutang-piutang - Perjudian - Perdagangan berjangka c. Risiko Iundamental, yaitu risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita banyak orang. - Banjir - Angin topan d. Risiko khusus, yaitu risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri : - Kapal kandas - Pesawat jatuh - Tabrakan mobil e. Risiko dinamis, yaitu risiko karena perkembangan masyarakat : - Risiko keusangan teknologi - Risiko penerbangan luar angkasa I.Risiko statis - Risiko hari tua - Risiko kematian
2.4.3 . Risiko-risiko dalam Asuransi Contructors All #isk (CA#) 25
Asuransi CAR berIungsi untuk memberikan perlindungan komprehensiI atas proyek konstruksi terhadap risiko kerusakan pada Iisik dan material yang diasuransikan serta kerugian yang menimpa pihak ke tiga. Dalam prakteknya standar Asuransi CAR yang digunakan adalah Standar CAR Munich #e yang berasal dari Jerman. Obyek dan subyek pertanggungan dalam Asuransi CAR adalah (Munich Re Standart, 1988):
A. Obyek pertanggungan: 1.Proyek teknik sipil (bangunan transportasi, bangunan air, bangunan gedung) 2.Proyek dengan harga kontrak pekerjaan sipil lebih dari 50 dari harga kontrak total 3.Peralatan dan mesin yang digunakan untuk pelaksanaan proyek .
B. Subyek pertanggungan: 1. Kontraktor utama 2. Subkontraktor 3. Pemilik proyek (owner).
Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan pokok Asuransi CAR sebagaimana disebutkan dalam underwriting Asuransi CAR Munich Re Standart, adalah sebagai berikut (Munich Re Standart, 1988): 1. Disambar petir 2. Tsunami 3. Angin ribut 4. Tanah longsor 26 5. Keruntuhan struktur (collapse), 6. Kecelakaan kerja terhadap Iisik proyek, . Akibat dari defective material (workmanship), 8. Kebakaran, 9. Ledakan, 10. Kejatuhan pesawat terbang, 11. Pencurian dan perampokan.
Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan tambahan adalah: 1. empa bumi 2. Banjir 3. Letusan gunung berapi 4. Erosi 5. Penurunan muka air tanah 6. Penurunan, penyusutan, pengembangan tanah 7. Pemogokan dan kerusuhan 8. Cross liability (kerugian yang menimpa subkontraktor lain) 9. Risiko selama masa pemeliharaan 10. Risiko pada saat pengetesan komponen mekanikal dan elektrikal 11. Risiko bagian kontrak kerja yang telah diserahterimakan 12. Vibrasi, bergerak, atau melemahnya daya dukung tanah 13. Transportasi properti yang dipertanggungkan 14. Risiko terhadap propperti yang menjadi milik tertanggung atau berada di bawah tanggungannya 15. Kerusakan tanaman, hutan, benda seni, dan budaya 16. Kerugian pihak ketiga (cacat/meininggal dan kerugian materi) akibat kecelakaan kerja 1. Biaya tambahan untuk kerja lembur dan pengangkutan cepat (express freight) 27 18. Kerusakan pada sistem dewatering 19. Serial losses akibat defective material atau workmanship 20. Kegagalan pengecoran pada daerah batuan dan/atau tanah lunak 21. Kerusakan pada pipa/jaringan bawah tanah yang sudah ada 22. Kerusakan peralatan/mesin konstruksi dan elektrikal 23. Keretakan dan kebocoran 24. Kerugian terhadap kesalahan desain item pada pekerjaan lain yang tidak mengalami kesalahan desain.
2.5 Identifikasi Risiko
2.5.1. Fungsi IdentiIikasi Risiko Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya tahapan dalam manajemen risiko adalah (Kerzner, 2001) perencanaan, penilaian (identiIikasi dan analisa), penanganan, serta pengawasan. Rancangan manajemen risiko proyek secara Iormal adalah dilakukan sebelum proyek dijalankan (ray dan Larson, 2000). Penilaian risiko merupakan tahapan awal dalam program manajemen risiko serta merupakan tahapan paling penting karena mempengaruhi keseluruhan program dalam manajemen risiko. IdentiIikasi risiko berIungsi untuk mendapatkan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko yang potensial untuk selanjutnya dianalisa.
2.5.2 Proses IdentiIikasi Risiko Secara garis besar tahapan identiIikasi risiko adalah merinci risiko-risiko yang ada sampai level yang detail dan kemudian menentukan signiIikansinya (potensinya) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan 28 terhadap masalah-masalah yang ada. Risiko-risiko yang telah dirinci ini kemudian digolongkan dalam kategori-kategori. Proses identiIikasi risiko melibatkan banyak disiplin dalam setiap level manajemen proyek (ray dan Larson, 2000). Pada dasarnya identiIikasi risiko diawali dengan menyusun daItar kejadian-kejadian tidak diharapkan di proyek yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam mencapai sasaran proyek. Sumbernya adalah sebagai berikut (Kerzner, 2001).
A. Sumber yang obyektiI Yaitu kejadian pada proyek-proyek sebelumnya yang tercatat dalam rekord-rekord proyek. Dapat juga dilakukan melalui analisa terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat (Djojosoedarso, 1999).
B. Sumber yang subyektiI Yaitu pengalaman para pakar terkait yang dapat diperoleh melalui wawancara. Ketepatan identiIikasi didukung oleh keterampilan pihak yang melakukan identiIikasi dalam menentukannya atau memberikan fudgement. Cara ini dapat ditempuh melalui Panel Group atau pendataan pengalaman pribadi.
ray dan Larson (2000) menambahkan bahwa: "Penyusunan identiIikasi risiko dapat berasal dari "opini para pakar" ("expert opinion") atau dari estimasi berdasarkan "perasaan" ("gut feeling") para pakar berdasarkan pengalamannya. Untuk membantu proses ini dan meyakinkan bahwa sudah seluruh aspek tercakup dalam daItar tersebut 29 maka dapat digunakan daItar isian, daItar pertanyaan / kuesioner atau cheklist."
Cara ini dapat ditempuh melalui (Cooper dan Chapman, 1993):
a. Panel group Sejumlah praktisi dan spesialis dalam proyek dikumpulkan dalam suatu diskusi panel untuk mengadakan brainstorming. Setiap panelis mendaItar seluruh risiko- risiko yang secara teoritis dapat muncul. Setelah itu seluruh anggota panel-group memutuskan bersama risiko- risiko yang termasuk dalam risiko yang diidentiIikasi. b. Pengalaman individual Individu yang bersangkutan diminta untuk mendaItar seluruh risiko yang relevan dalam lingkup keahlian mereka. c. Inspeksi langsung di tempat terjadinya aktivitas perusahaan (Djojosoedarso; 1999).
2.5.3 Pengukuran potensi risiko
Risiko proyek ditandai oleh Iaktor-Iaktor (Soeharto, 2001): l. Peristiwa risiko (menunjukkan dampak negatiI yang dapat terjadi pada proyek) 2. Probabilitas terjadinya peristiwa (atau Irekuensi) 3. Kedalaman (severity) dampak negatiI/impact/konsekuensi negatiI dari risiko yang akan terjadi
30 Risiko diIormulasikan sebagai Iungsi dari kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampak negatiI (impact). Atau #isk f (Likelihood, Impact) (Kerzner, 2001). Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan karena memiliki probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki konsekuensi negatiI yang besar dan terjadinya risiko ditandai dengan adanya error pada estimasi waktu, estimasi biaya, atau teknologi desain (ray dan Larson, 2000).
2.6. Manajemen Proyek
2.6.1. Proyek Proyek adalah suatu kegiatan (sekuen) yang unik, kompleks, dan seluruh aktivitas di dalamnya memiliki satu tujuan, yang harus diselesaikan tepat waktu, tepat sesuai anggaran, dan sesuai dengan spesiIikasi (Wysocki, Beck, dan Crane, 2000). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dideIinisikan karakteristik utama proyek adalah sebagai berikut: - Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan yang menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir. - BersiIat sementara dengan titik awal dan akhir yang jelas (sekuen) - Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks dan saling terkait. - Di dalamnya terdapat suatu tim yang memiliki banyak disiplin ilmu serta terdiri atas banyak departemen. 31 - Mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya (sekali lewat) atau memiliki siIat yang berubah / non-rutin (unik) - Jenis dan intensitas kegiatan sepat berubah dalam kurun waktu yang relatiI pendek - Peserta memiliki multisasaran yang seringkali berbeda - Terdapat jangka waktu, biaya, dan persyaratan performance atau mutu yang pasti - Memiliki kadar risiko tinggi.
Kegiatan proyek berbeda dengan kegiatan operasional. Perbedaan-perbedaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Kegiatan Proyek dengan Kegiatan Operasional
Kegiatan Proyek Kegiatan Operasional Bercorak dinamis, non-rutin Berulang-ulang, rutin Siklus relatiI pendek Berlangsung dalam jangka panjang Intensitas kegiatan dalam periode siklus proyek berubah-ubah naik-turun Intensitas kegiatan relatiI sama Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan jadwal dan anggaran yang telah ditentukan Batasan anggaran dan jadwal tidak Setajam proyek Terdiri atas bermacam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai disiplin ilmu Macam kegiatan tidak terlalu banyak Keperluan sumberdaya berubah, baik macam maupun volumenya Macam dan volume keperluan sumberdaya relatiI konstan Sumber: Soeharto. 2001
32 Di antara berbagai jenis kegiatan proyek salah satu di antaranya adalah kegiatan proyek konstruksi. Barrie dan Paulson (1992) memberikan deskripsi mengenai proyek konstruksi sebagai berikut. "Proyek konstruksi adalah proses di mana rencana / desain dan spesiIikasi dikonversikan menjadi struktur dan Iasilitas Iisik. Proses konstruksi melibatkan organisasi dan koordinasi seluruh sumberdaya proyek (tenaga kerja, peralatan konstruksi, material permanen dan sementara, suplai dan Iasilitas, uang, teknologi dan metode, waktu) untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat sesuai anggaran, serta sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesiIikasikan oleh perencana. Pemegang peranan utama pada proses konstruksi adalah kontraktor dan sub-kontraktor beserta tenaga kerjanya. Pihak lain yang terlibat antara lain arsitek/engineer sebagai penyelia/supervisor, pemasok/supplier material dan peralatan, konsultan, pemilik proyek, serta penyedia jasa pengangkutan."
Siklus kegiatan proyek konstruksi pada sistem usaha jasa konstruksi yang umum berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut (Manual Mutu, Persero PT. Brantas Abipraya, 1998). 1. Penerimaan Letter of Award atau Letter of Acceptance sebagai pemberitahuan resmi bahwa owner telah menunjukan kontraktor yang bersangkutan untuk mengerjakan suatu proyek 2. Rapat Pre Award Meeting 1 untuk pengarahan sebelum SPK / SPMK diterima 3. Penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh kedua pihak 33 4. Rapat Kick-off Meeting (lingkup perusahaan) untuk menyusun rencana implementasi proyek 5. Rapat Pre Award Meeting 2 (lingkup owner dan kontraktor) untuk presentasi rencana implementasi proyek pada owner 6. Penandatanganan kontrak oleh kedua pihak 7. Menyiapkan rencana pengendalian biaya dan waktu proyek (lingkup proyek) 8. Melakukan kegiatan Iisik 9. Serah terima pekerjaan pertama (Provisional Hand Over/PHO) 10. Perbaikan Iisik (jika diperlukan) 11. Serah terima pekerjaan kedua (inal Hand Over/HO).
2.6.2. Manajemen Proyek
Menurut Profect Management Body of Knowledge (PM- BOK), Profect Management Institute (PMI) manajemen proyek dideIinisikan sebagai berikut (Soeharto, 2001). "Ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengoordinir sumberdaya yang terdiri atas manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan para stakeholder."
2.6.3 Sasaran Proyek Tiap proyek memiliki tujuan khusus di mana dalam mencapainya ada batasan yang harus dipenuhi, yaitu anggaran proyek yang dialokasikan, jadwal pelaksanaan proyek, serta 34 mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek sebagai Biaya, Waktu, dan Mutu (Soeharto, 2001). Manajemen proyek dikatakan baik jika sasaran tersebut tercapai (Kerzner, 2001).
Berikut ini dijelaskan satu demi satu. a. Tepat biaya Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan, maupun biaya total sampai akhir proyek.
b. Tepat waktu Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek / schedule yang telah direncanakan yang ditunjukkan dalam bentuk work progress/prestasi pekerjaan. Waktu pelaksanaan proyek tidak boleh terlambat baik per periode pelaksanaan, maupun waktu serah terima proyek.
c. Tepat mutu Produk proyek konstruksi yang dikerjakan perusahaan jasa konstruksi adalah proyek secara keseluruhan termasuk sistem/proses dan bagian-bagian Iisiknya. Mutu produk, atau bisa disebut sebagai kinerjalperIormunce, harus memenuhi spesiIikasi dan kriteria dalam taraI yang disyaratkan oleh pemilik proyek/owner.
2.6.4 Manajemen Risiko Proyek
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya proyek adalah sesuatu yang berubah, selalu merupakan hal yang 35 baru, dan memiliki sejumlah peluang (Webb, 1994). Dengan karakteristik proyek yang unik seperti itu maka proyek selalu dekat dengan risiko, sebagaimana yang dikemukakan ray dan Larson (2000). Pendapat serupa dikemukakan oleh Barrie dan Paulson (1992) yang menjelaskan bahwa pekerjaan konstruksi sebagai salah satu bentuk proyek adalah kegiatan yang berisiko besar. Bagian-bagian pada operasional proyek yang memiliki risiko tinggi menunjukkan bahwa bagian tersebut kurang ditangani dengan baik karena kurangnya kapabilitas sumberdaya, baik dari manajer proyeknya maupun organisasi proyek. Disamping itu, juga dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kesulitan aspek teknis proyek yang disusun pada tahap desain atau pengembangan. Dalam konteks proyek, konsekuensi negatiI risiko proyek dideIinisikan sebagai 'tidak tercapainya sasaran proyek, yaitu: 1. Realisasi biaya proyek yang tidak sesuai dengan estimasi 2. Realisasi waktu pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan estimasi jadwal / schedule 3. Realisasi mutu pekerjaan yang tidak memenuhi spesiIikasi teknis.
'Manajemen risiko merupakan alat yang sangat bermanIaat bagi manajemen proyek dalam mendukung pengendalian proyek untuk menghindari keadaan yang dapat mengarah ke cost over-runs, keterlambatan pencapaian jadwal, atau tidak dapat memenuhi kinerja yang ditentukan (Soeharto, 2001). Webb (1994) menyatakan bahwa meminimalkan risiko untuk memperoleh pendapatan 36 merupakan salah satu tujuan proyek. Manajemen risiko pada proyek dapat memberikan kontrol lebih baik untuk masa yang akan datang dan secara signiIikan memberikan peluang pencapaian sasaran proyek (waktu, anggaran, dan perIormance teknis) dengan lebih baik (ray dan Larson, 2000). Manajemen risiko yang baik adalah yang proaktiI, bukan reaktiI, sehingga rencana pengelolaan terhadap risiko harus dilakukan sesegera mungkin di awal proyek. Teknik- teknik dalam manajemen risiko mendukung manajemen proyek secara keseluruhan dan membantu teknik pengambilan keputusan dalam proyek. Manajemen risiko berkaitan dengan proses-proses kunci dalam proyek, termasuk di dalamnya manajemen proyek secara keseluruhan, system engineering, biaya proyek, lingkup pekerjaan, mutu pekerjaan, dan jadwal pelaksanaan proyek (Kerzner, 2001). Dalam manajemen proyek yang baik manajemen risiko merupakan bagian dari manajemen proyek. Untuk itu PMI dalam PM-BOK menyertakan Komponen Pengendalian Risiko sebagai salah satu dari delapan komponen Knowl edge Area of Prof ect Management .
2.7. Manajemen Pemasaran Pemasaran dapat dikatakan sebagai aktiIitas utama dalam perusahaan karena pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan dalam aktiItas bisnis yang dijalankannya. Meskipun keberhasilan suatu bisnis tergantung pada bagaimana manajemen perusahaan dapat mengkombinasikan berbagai Iungsi yang ada beserta sumber dayanya, namun untuk memenuhi tuntutan dalam persaingan yang strategis maka semua Iungsi yang ada dalam suatu organisasi bisnis 37 harus berorientasi pada pemasaran. Swastha dan Irawan (1997) dengan mengutip pendapat Stanton menyatakan bahwa : "Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial". Pride dan Ferrell (1995) berpendapat bahwa : "Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, clan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi". Dan kedua pendapat ini dapat diambil garis besar bahwa pemasaran mencakup berbagai kegiatan terpadu dari suatu aktiIitas bisnis guna mengembangkan rencana rencana strategis yang terdiri dari kegiatan kegiatan utarna merencanakan produk menentukan harga, mempromosikan produk, dan mendistribusikan produk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga diperoleh hasil yang maksimal berupa peningkatan penjualan yang merupakan pusat dari pada laba. Menurut Kotler (1993), pemasaran ialah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu atau kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Sedangkan McCarthy dan Perreault (1993) dalam buku yang berjudul 'Intisari Pemasaran menyatakan bahwa : "Pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dan juga merupakan proses sosial. Dengan kata lain, pemasaran ada pada tingkat mikro maupun 38 makro. Pemasaran mikro adalah kegiatan yang berusaha mencapai sasaran organisasi dengan mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien dan mengarahkan arus barang dan jasa pemuas kebutuhan dari produsen ke pelanggan atau klien. Sedangkan pemasaran makro adalah proses sosial yang mengarahkan arus barang dan jasa dalam suatu perekonomian dari produsen ke konsumen dengan cara yang secara eIektiI menyesuaikan penawaran dan permintaan dan mencapai tujuan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara lebih jelas bahwa pemasaran merupakan proses yang lebih luas yakni tidak hanya terdapat hubungan dua arah antara produsen dan konsumen saja, tetapi lebih dari itu dalam proses pemasaran terdapat hubungan antara produsen- konsumen dan sosial dimana 'sosial menyangkut lingkungan eksternal perusahaan terutama masyarakat. Oleh karena itu Iokus dalam pemasaran bukan hanya sekedar pelanggan tetapi bagaimana cara melakukan bisnis dengan tujuan akhir tidak saja laba bagi perusahaan dan penciptaan nilai bagi pelanggan, tetapi lebih dari itu terdapat tujuan akhir yang berupa hubungan yang saling menguntungkan antara semua pihak yang terkait dalam bisnis tersebut melalui bauran pemasaran yang terpadu.
2.8. Kerangka Pemikiran Berdasarkan paparan di atas maka dapat disusun kerangka pemikiran yang akan dijadikan acuan dalam penelitian, sebagaimana digambarkan pada ambar 2.1. Secara garis besar kerangka pemikiran dapat diuraikan sebagai berikut. 'Proyek adalah kegiatan yang melibatkan 39 sumberdaya berupa tenaga kerja, peralatan konstruksi, material, uang, dan metode. 'Proyek berada pada lingkungan eksternal yang komponen-komponennya mempengaruhi keberlangsungan proyek, yaitu alam, kebijakan pemerintah, Iaktor sosial, Iaktor ekonomi, dan suplai material/peralatan. Proses yang terjadi adalah menggunakan sumberdaya yang ada untuk mewujudkan produk proyek dalam kondisi lingkungan eksternal tersebut (1). Sasaran proyek adalah diselesaikannya konstruksi Iisik bangunan air dengan tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu (2). Pada proses tersebut dapat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan yang bersumber dari kedua komponen tersebut, atau disebut sebagai 'risiko (3). Jika risiko-risiko tersebut terjadi maka proyek tidak dapat mewujudkan sasarannya yaitu tepat biaya atau tepat waktu atau tepat mutu dengan magnitude tertentu (4). 'Risiko yang potensial adalah risiko yang memiliki Irekuensi terjadi yang tinggi dan memiliki pengaruh besar bagi pencapaian sasaran proyek (5). Sasaran proyek mempengaruhi sasaran perusahaan secara umum, dan (6) berbagai sasaran perusahaan akan berdampak pada perencanaan strategi pemasaran yang paling tepat untuk diterapkan oleh perusahaan.
40 Bisnis perusahaan jasa konstruksi
KETIDAK-PASTIAN
EKSTERNAL: 1.Alam 2.Sosial Budaya 3.Kebijakan pemerintah 4.Ekonomi 5.Stakeholder 6.Teknologi & InIormasi INTERNAL: 7.Manusia 8.Material 9.Mesin 10. Money 11. Metode
Manajemen Proyek Risiko Sasaran Proyek Sasaran-sasaran Perusahaan jasa kontruksi Strategi Pemasaran jasa kontruksi 41 METODE PENELITIAN
3.1. 1enis Penelitian. Penelitian ini termasuk tipe penelitian eksplanatori atau penjelasan. Tujuan utama penelitian eksplanatori atau disebut juga penelitian kausal adalah mengidentiIikasikan hubungan sebab-akibat antara berbagai variabel. Studi eksplanatori meninjau apakah semua variabel bebas berpengaruh sama besarnya terhadap variabel terikat, ataukah ada variabel bebas yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat.
3.2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan jasa konstruksi dengan kualiIikasi kecil di Jawa Timur. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena di Jawa Timur terdapat banyak perusahaan jasa konstruksi dengan KlasiIikasi golongan kecil.
3.3. Unit Analisa Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa konstruksi dan proyek-proyek yang dikerjakan selama lima tahun terakhir.
3.4. Definisi Operasional, Konsep, dan Variabel Penelitian
'Konsep menggambarkan suatu Ienomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas. Dalam penelitian 'konsep harus dideIinisikan dahulu untuk selanjutnya dijabarkan menjadi variabel-variabel. Fenomena yang diteliti dalam studi 42 ditetapkan sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian adalah sesuatu hal berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh inIormasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Konsep dan item rancangan variabel penelitian didapat dari kajian teoritis dan empiris. 'Konsep dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagaiberikut.
A. Risiko Secara konseptual risiko merupakan suatu kondisi tidak pasti dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Berdasarkan sumbernya secara garis besar risiko dikelompokkan menjadi (Profect Management Institutes, 1987): 1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi Yaitu risiko yang berasal dari luar proyek dan tidak dapat dikendalikan oleh proyek serta tidak dapat diprediksikan terjadi atau tidak terjadinya. 2. Risiko eksternal dapat diprediksi Yaitu risiko yang berasal dari luar proyek dan tidak dapat dikendalikan oleh manajemen proyek namun dapat diprediksikan terjadi atau tidak terjadinya berdasarkan gejala-gejala yang ada sebelumnya. 3. Risiko internal non-teknis Yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkup proyek akibat keputusan-keputusan yang diambil manajemen proyek dan menyangkut semua hal di luar proses kegiatan Iisik proyek. 4. Risiko internal teknis 43 Yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkup proyek akibat keputusan-keputusan yang diambil manajemen proyek dan menyangkut semua hal yang berhubungan dengan proses kegiatan Iisik. 5. Risiko legal Risiko legal adalah risiko yang berhubungan dengan aspek hukum dalam proyek.
Variabel-variabel yang ditemukan dalam risiko ditetapkan sebagai variabel bebas / independen (X1, X2, X3,...dst), pengertiannya adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya / timbulnya variabel terikat. Sumber-sumber risiko dan item-item risiko diambil dari risiko yang diidentiIikasi menurut PMI, Jaminan Pokok dan Jaminan Tambahan CAR, dan dari literatur-literatur yang disarikan yang berlaku untuk proyek konstruksi pada umumnya. DaItar tersebut ditambah dengan hasil pengalaman peneliti.
B. Sasaran proyek Secara konseptual sasaran proyek merupakan kondisi yang ingin dicapai proyek di akhir masa pelaksanaan proyek dan dijadikan acuan selama proses pelaksanaan proyek. Dalam operasional dimensi sasaran proyek adalah pencapaian sasaran proyek. Indikator tercapainya sasaran proyek adalah diselesaikannya proyek dengan tepat biaya. tepat waktu, dan tepat mutu. Secara lebih ringkas konsep, rancangan variabel, dan item penelitian disajikan pada Tabel 3.
3.5 Data dalam Penelitian 44 Pengertian data adalah Iakta dan angka yang secara relatiI tidak berarti bagi pemakai. Data dapat berubah menjadi inIormasi yang berarti apabila diproses.
A. Data primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama. Data primer yang dikumpulkan dapat berupa persepsi mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko pada pelaksanaan kegiatan konstruksi sebagai variabel penelitian. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi langsung atau menggunakan penyebaran angket, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daItar pertanyaan kepada responden (nara sumber). Disamping itu untuk lebih memperdalam kajian dapat digunakan pula teknik wawancara dengan nara sumber atau key-perseon. Respondennya adalah pimpinan perusahaan, manajer pemasaran, dan manajer proyek/ operasi.
B. Data sekunder Data sekunder adalah data berbentuk naskah tertulis atau dokumen yang telah diolah lebih lanjut clan disajikan oleh pihak-pihak tertentu. Data sekunder dalam penelitian dapat diperoleh dari data-data yang tersedia di perusahaan- perusahaan jasa konstruksi, asosiasi yang mewadahi, data di lingkungan lembaga pemerintahan, serta sumber lain yang relevan.
Pengukuran Variabel Penelitian
45 3.6.1. Variabel Bebas Untuk pengukuran persepsi responden mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko sebagai variabel penelitian digunakan Skala Likert. Data ini merupakan data kualitatiI yang dikuantitatiIkan sehingga berbentuk skala interval. Skor yang digunakan adalah 1 sampai 5 dengan penjelasan sebagai berikut. Sangat penting : Skor 5 Penting : Skor 4 Cukup : Skor 3 Tidak penting : Skor 2 Sangat tidak penting : Skor 1
Untuk mengukur Irekuensi terjadi atau taraI keburukan item-item risiko digunakan Skala interval. Pengukuran item risiko yang dapat diukur Irekuensi terjadinya semisal risiko banfir adalah sebagai berikut. - Tidak pernah terjadi/terjadi 0 kali : Skor 1 - Pernah terjadi/terjadi 1 kali : Skor 2 - Sering terjadi/terjadi lebih dari 1 kali : Skor 3
Untuk beberapa item risiko lain yang tidak dapat diukur Irekuensinya semisal risiko iklim politik negara yang buruk, yang diukur adalah taraI keburukannya yaitu: - Tidak terjadi : Skor 1 - Terjadi dengan kondisi buruk : Skor 2 - Terjadi dengan kondisi sangat buruk : Skor 3
3.6.2. Variabel Terikat Data untuk variabel sasaran proyek (variabel terikat Y) merupakan data kuantitatiI dengan skala rasio. Karena satuan 46 yang digunakan tidak sama maka data ini perlu dikonversikan menjadi data interval. Digunakan data interval dengan skala 1 sampai 5. Metode konversi skala ditunjukkan dengan contoh untuk data deviasi biaya/kontribusi berikut.
Data tertinggi 4 Data terendah -1 Jangkauan data 4 - (-1 ) 5
Alat untuk mendapatkan data disebut instrumen. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner adalah gabungan dari bentuk checklist dan pilihan ganda. Berikut ini dijelaskan proses penyusunan kuesioner agar dapat menjadi alat ukur yang akurat.
3.7.1. Konstruksi Kuesioner Langkah-langkah penyusunan instrumen dapat diawali dengan penjabaran menjadi variabel, indikator, dan komponen-komponennya. Komponen terendah penjabaran variabel dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan. Seluruh butir pertanyaan yang telah selesai disusun ditempatkan 47 dalam lembaran instrumen kuesioner. Butir-butir dalam kuesioner berisi item-item risiko dan sasaran proyek/ kegiatan sesuai dengan hasil pendeIinisian variabel. Bagian kanan berisi kolom check-list. Kuesioner harus mudah dimengerti atau dipahami responden, tidak menimbulkan persepsi bias, dan mudah pengisiannya. Kuesioner disertai penjelasan agar memudahkan responden dalam mengisinya. Kuesioner dibuat dengan susunan yang teratur, tulisan yang jelas, dan dicetak dalam bentuk yang bagus.
48 Tabel 3. Definisi Konsep dan Variabel
Variabel bebas
Konsep Variabel Indikator
Resiko Ekternal tidak dapat diprediksi Perubahan kebijakanlperaturan pemerintah Pergolakan sosial dan politik Acts oI od dan natural hazard Eksternal dapat diprediksi Kondisi perekonomian negara yg kurang baik Masalah dalam penyediaan sumberdaya (material; tenaga kerja; alat) Kondisi owner yang kurang mendukung Kondisi perusahan /cabang yang kurang baik Retribusi di luar dugaan Internal non-teknis Kondisi keuangan proyek yang buruk Kondisi waktu pelaksanaan proyek yang buruk K3 Kondisi SDM proyek yang kurang baik Kecurangan; kelalaian; ketidakjujuran Risiko akibat pihak ke tiga Kerusakan alat; properti; Iisik proyek Internal teknis Tidak dipenuhinya spesiIikasi teknis Hal-hal teknis proyek yang mengalami perubahan dari owner Masalah teknologi/metode konstruksi Masalah kondisi Iisik aktual yang ditemui di lapangan Legal Masalah kontrak dan pasal-pasalnya Tuntutan hukum Perizinan dan pembebasan lahan
VARIABEL TERIKAT 49
Konsep Dimensi / Variabel (Y) Indikator Item Sasaran proyek Pencapaian sasaran proyek Tepat biaya Deviasi biaya proyek Tepat waktu Deviasi durasi proyek Tepat mutu Jumlah item Non-conIormity Product (NC-Product)
3.7.2 Validitas dan Reliabilitas
Tujuan pembuatan kuesioner adalah mendapatkan inIormasi yang relevan dengan tujuan survei dan tingkat keandalan (reliability) serta keabsahan atau validitas validity setinggi mungkin. Validitas berkaitan dengan pengertian apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur 'sesuatu dapat mengukur secara tepat 'sesuatu yang diukur (Nurgiyantoro, unawan, dan Marzuki, 2000). Uji Validitas Sejalan akan menguji apakah item-item pertanyaan dalam kuesioner telah mencerminkan apa yang diteliti atau mampu mengukur variabel dalam penelitian, uji ini dilakukan dengan Teknik Korelasi Product Moment (r). Kriteria pengujian yang digunakan adalah: - Valid jika r K r-kritis (-: 1 / 5) - Tidak valid jika jika r r-kritis (-: 1 / 5)
50 Reliabilitas berkaitan dengan pengertian apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur 'sesuatu itu dapat mengukur 'sesuatu yang akan diukur tersebut secara konsisten dari waktu ke waktu. Teknik Uji Reliabilitas yang dapat digunakan adalah teknik Konsistensi Internal dengan Metode Stabilitas Alpha Cronbach, menggunakan coeIisien reliabilitas r (Nurgiyantoro, unawan, dan Marzuki, 2000). Kriteria pengujian yang digunakan adalah: - Reliabel jika r ~ 0,6 - Tidak Reliabel jika r 0,6
3.8. Pengolahan Data. Pengolahan data untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan dalam penelitian sebagaimana yang dijelaskan dalam rumusan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut.
3.8.1. Analisa DeskriptiI Analisa ini berguna untuk mendapatkan inIormasi yang bersiIat deskriptiI nengenai variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptiI dimaksudkan untuk menganalisa data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sehingga jenis analisis ini bersiIat mendukung analisis data selanjutnya. Deskripsi disajikan dengan distribusi Irekuensi data dan hasilnya ditabulasikan dalam tabel Irekuensi.
3.8.2 Analisa Faktor Variabel-variabel risiko yang telah diinventarisasi sebelumnya diuji sebagai Iaktor-Iaktor yang signiIikan 51 merupakan risiko-risiko baik pada bidang usaha jasa konstruksi secara umum maupun pada proyek yang dikerjakan secara khusus. Analisa ini menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko tersebut sebagai variabel. Alat analisa statistik yang digunakan adalah Analisa Faktor. Hasil akhirnya adalah risiko-risiko positiI/signiIikan pada proyek konstruksi dalam bentuk kelompok-kelompok (Iaktor-Iaktor) yang ditetapkan sebagai variabel. Analisa data dapat dilakukan dengan menggunakan paket program statistik SPSS release 11.0 for Windows. Analisa Iaktor adalah prosedur yang digunakan untuk mereduksi dan meringkas data berupa banyak variabel yang memiliki korelasi satu sama lain sampai tingkatan yang memungkinkan untuk diolah lebih lanjut. Fungsi Analisa Faktor adalah sebagai berikut (Wibisono, 2000). a. Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah diamati dalam himpunan variabel. b. MengidentiIikasikan variabel-variabel yang akan digunakan ke dalam analisa lanjutan (regresi, korelasi, atau diskriminan). c. Membentuk himpunan dari variabel (dengan jumlah lebih sedikit) untuk menggantikan (sebagian/seluruh) himpunan variabel awal. d. Menganalisa suatu Ienomena dengan data yang sangat besar. e. Menjabarkan/menguraikan suatu kaitan kompleks di antara Ienomena ke dalam Iungsi kesatuan-kesatuan
Proses analisa Iaktor adalah menghitung korelasi antar variabel-variabel maniIes yang akan diolah membentuk variabel laten (ambar 3.1). Dari semua variabel maniIes yang diolah 52 beberapa di antarnya akan diagregasikan ke dalam sejumlah variabel laten yang lebih sedikit. Variabel maniIes diwakili oleh satu item pertanyaan dalam kuesioner. Langkah-langkah Analisa Faktor adalah sebagai berikut (ambar 3.2).
ambar 3.1 Hubungan antara Variabel Laten, ManiIes, dan Item Pertanyaan
L-K M-1 M-2 M-n Q-1 Q-2 Q-n Analisa Iaktor Merumuskan masalah Menyusun matriks korelasi Menetukan jumlah Iaktor MenaIsirkan Iaktor-Iaktor Menghitung skor Iaktor Memilih variabel Menentukan model yang tepat Merotasi Iaktor-Iaktor 53
54 I. Merumuskan masalah Dalam perumusan masalah perlu dilakukan perumusan tujuan analisa Iaktor dan variabel-variabel secara jelas. Variabel-variabel dan data yang diperoleh dimasukkan ke dalam model analisa Iaktor dalam menu SPSS release 11.0 for Windows.
II. Membuat matriks korelasi Semua data yang masuk dan diolah akan menghasilkan matriks korelasi. Dengan matriks korelasi a.kan dapat diidentiIikasikan variabel-variabel tertentu yang tidak mempunyai korelasi dengan variabei lain sehingga perlu dikeluarkan dari analisa. Pada tahap ini juga dapat diketahui variabel-variabel yang memiliki nilai komunalitas yaitu variabel dengan koeIisien lebih tinggi dari 0,5 dan variabel tersebut dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan Bartlett s Test of Spherity yang berIungsi melihat signiIikansi variabel dalam Iaktor. Kemudian digunakan Ufi Kaiser-Meyer-Olkin untuk mengetahui kecukupan nilai loading variabel yang diterima oleh model Iaktor. Ukuran ketepatan uji ini terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ukuran ketepatan Kaiser- Meyer-Olkin
Ukuran KMO Rekomendasi ~ 0,9 Baik sekali ~ 0,8 Baik ~ 0,7 Sedang/agak baik ~ 0,6 Cukup ~ 0,5 Kurang 0,5 Ditolak 55
Sumber: Sharma (1996)
III. Rotasi Iaktor Hasil penyederhanaan Iaktor dalam matriks Iaktor memperlihatkan hubungan antara Iaktor dengan variabel, tetapi dalam Iaktor-Iaktor tersebut terdapat banyak variabel yang berkorelasi sehingga sulit diinterpretasikan. Dengan menggunakan rotasi Iaktor matriks, matriks Iaktor ditransIormasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana sehingga mudah untuk diinterpretasikan . Dalam penelitian ini digunakan rotasi varimax.
IV. Interpretasi Iaktor Interpretasi Iaktor dapat dilakukan dengan mengelompokkan variabel yang mempunyai Iaktor loading tinggi ke dalam Iaktor tersebut. Untuk interpretasi hasil perilaku ini variabel yang mempunyai Iaktor loading kurang dari 0,5 akan dikeluarkan dari model. Yang dilakukan di sini adalah: a. Perhitungan skor Iaktor, dimaksudkan untuk mencari nilai Iaktor yang dapat digunakan untuk analisa multivariate. b. Penyelesaian surrogate variabel, dimaksudkan untuk mencari salah satu variabel dalam setiap Iaktor sebagai wakil dari masing-masing Iaktor. Pemilihan ini berdasarkan nilai pada Iaktor loading tertinggi.
V. Menentukan ketepatan model Tahap terakhir analisa Iaktor adalah mengetahui apakah model mampu menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang 56 ada perlu diuji dengan teknik Principal Component Analysis (PCA) yaitu dengan melihat jumlah residual antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang diproduksi. Apabila nilai residual semakin tinggi di atas 0,05 maka semakin buruk kemampuan model untuk menjelaskan Ienomena yang ada.
3.8.3 Analisa Regresi Setelah didapat risiko-risiko yang signiIikan pada pelaksanaan proyek dan pengelompokannya langkah selanjutnya adalah menganalisa sejauhmana kelompok- kelompok risiko ini berpengaruh negatiI bagi sasaran proyek. Analisa ini menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner mengenai pendapat responden tentang Irekuensi terjadi atau taraI keburukan item-item risiko. Dalam tahap ini dilakukan pengujian apakah kelompok- kelompok (Iaktor-Iaktor) risiko sebagai variabel risiko (X) memiliki pengaruh yang siginiIikan terhadap variabel sasaran proyek (Y) secara simultan dan secara parsial. Pengaruh secara simultan akan menjawab pengaruh risiko secara keseluruhan pada pencapaian sasaran proyek. Pengaruh secara parsial akan menjawab pengaruh masing-masing kelompok risiko pada pencapaian sasaran proyek. Untuk menganalisa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ini digunakan alat analisa statistik berupa Analisa Regresi. Menurut ujarati (1995), Analisis Regresi adalah: "Studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui." 57
Analisa data menggunakan paket program statistik SPSS release 11.0 for Windows. Berikut ini dijelaskan masing- masing analisa terebut.
A. Pengaruh secara simultan Pengarus secara simultan diselesaikan dengan Analisa Regresi Linier Berganda. Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Modelnya adalah sebagai berikut:
Y ab1X1 b 2 X 2 b 3 X 3 . . . . . b,X, e
Di mana:
Y Variabel terikat Sasaran proyek/ kegiatan X n Variabel bebas/prediktor n Kelompok risiko n a Konstanta/intersep b n KoeIisien prediktor / koeIisien regresi Xn (menunjukkan angka peningkatan/ penurunan variabel terikat akibat dari perubahan variabel bebas) e Error t erms kesal ahan acak.
58 Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. - Apakah ada/tidak ada pengaruh yang signiIikan antara variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat? Pertanyaan ini dijawab dengan uji hipotesis nilai statistik F-test. - Seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh seluruh variabel bebas?
Pertanyaan ini dapat dijawab dengan nilai KoeIisien Determinasi (R 2 ) yang didapat dari tabel hasil perhitungan. R 2 dapat bernilai antara 0 dan 1. Semakin besar nilai R 2
berarti semakin besar kemampuannya dalam menjelaskan.
B. Pengaruh Secara Parsial Pengaruh secara parsial diselesaikan dengan Analisa Regresi Linear Sederhana yang menjelaskan hubungan Iungsional ataupun kausal satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Modelnya adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2000).
Yab. X
Di mana:
Y Variabel terikat Sasaran proyek X Variabel bebas/prediktor Kelompok-kelompok risiko a Konstanta/intersep b KoeIisien prediktor/koeIisien regresi (menunjukkan angka peningkatan/penurunan variabel terikat berdasarkan variabel bebas) 59
Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyan berikut (Kuncoro, 2001) - Manakah diantara variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat ? Pertanyaan ini dijawab dengan uji hipotesis nilai statistik F-test. - Apakah semakin besar variabel bebas, variabel terikat akan semakin besar juga? Pertanyaan ini dijawab dengan melihat nilai Koetisien Regresi (B). jika bernilai positiI berarti semakin besar variabel bebas, variabel terikat akan semakin besar. - Seberapa jauh variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel bebas?
Pertanyaan ini dijawab dengan meninjau KoeIisien r 2 . Variabel bebas yang memiliki pengaruh paling besar adalah yang memiliki nilai r 2 terbesar.
3.8.4 Analisa Jalur. Untuk mengetahui hubungan yang lebih mendalam antara variabel-variabel risiko, variabel sasaran proyek yang meliputi biaya, waktu, dan mutu serta kaitannya dengan sasaran perusahaan secara menyeluruh, maka dalam penelitian ini digunakan pula teknik analisis jalur (path)