Anda di halaman 1dari 60

0

RISIKO DAN ANALISISNYA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan lebih dari 200 juta jiwa penduduk
merupakan pasar yang potensial untuk melakukan investasi.
Jumlah penduduk yang demikian besar ini tersebar dalam
wilayah yang sangat luas pula dengan kekayaan alam yang
sangat melimpah sedemikian hingga mampu menciptakan
peluang bagi dunia bisnis untuk melakukan investasi dalam
segala bidang.
Tak terkecuali dalam bidang jasa-jasa pembangunan,
Indonesia terbuka lebar untuk berinvestasi dalam bidang ini.
Pembangunan sarana maupun prasarana Iisik baik oleh
pemerintah maupun swasta membuka peluang yang cukup
lebar untuk bergerak dalam bidang ini. Sumberdaya alam di
Indonesia melimpah untuk dimanIaatkan pada bidang jasa
konstruksi. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, jasa
konstruksi mampu menarik ratusan ribu tenaga kerja untuk
bekerja pada proyek-proyek pembangunan.
Dibandingkan dengan bidang usaha lainnya, bidang
jasa konstruksi memiliki porsi tidak kurang dari 11 dari
total investasi di Indonesia. Jumlah perusahaan yang bergerak
dalam bidang ini kurang lebih sebanyak 40.840 perusahaan
dalam berbagai kualiIikasi dengan 82,5 merupakan
perusahaan kecil yang masih terkonsentrasi untuk
mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Di Jawa Timur
terdapat 9.674 perusahaan, dimana 93 merupakan
perusahaan yang berkualiIikasi kecil.
1
Seperti halnya industri kecil lainnya, perusahaan-
perusahaan jasa konstruksi kecil dengan jumlah yang demikian
besar memiliki omzet yang dapat melebihi industri jasa
konstruksi pada skala menengah, dan bahkan saat masa krisis
perusahaan-perusahaan kecil ini ternyata masih dapat bertahan
dan menikmati rupiah. Namun demikian terdapat kendala untuk
dapat berkembang dan bersaing terutama apabila pada saatnya
nanti pemain-pemain asing mulai memasuki industri dalam
skala kecil ini. Kendala-kendala ini umumnya adalah
permasalahan klasik diseputar permodalan, manajemen
produksi dan operasional, serta pengelolaan pemasaran. Dalam
hal permodalan, kecilnya aset yang dimiliki menyebabkan
kesulitan dalam mencari pinjaman perbankan. Permasalahan
dalam manajemen produksi dan operasional terutama adalah
ketidakmampuan dalam melakukan manajemen proyek dan
pengelolaan risiko-risiko proyek baik risiko mum| maupun
risiko spekulatiI. Sedangkan dalam hal pemasaran, perusahaan-
perusahaan ini masih terapaku untuk mengerjakan proyek-
proyek milik pemerintah.
Industri jasa konstruksi pembangunan merupakan bidang
usaha jasa yang membutuhkan modal yang cukup besar, hal ini
disebabkan karena pendapatan perusahaan diperoleh apabila
pekerjaan yang dilaksanakan telah terselesaikan dalam tahapan
yang ditentukan. Ini berarti apabila terjadi keterlambatan
pembayaran, maka pekerjaanpun sangat mungkin terhambat.
Untuk mengatasi hal seperri ini maka diperlukan suntikan dana
segar agar pelaksanaan proyek oleh perusahaan tidak terhambat
sehingga sasaran proyek berupa tepat mutu, tepat biaya, dan
tepat waktu dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya sasaran
proyek, maka sasaran perusahaan secara umum dalam rangka
mendapatkan keuntungan akan tercapai pula.
2
Industri jasa konstruksi pembangunan merupakan bidang
usaha yang unik dan dinamis. Usaha ini memiliki karakteristik
khusus yang membedakannya dengan kegiatan bisnis lainnya.
Karakteristik bisnis jasa konstruksi yang membedakan dengan
jenis kegiatan bisnis yang lain antara lain adalah bahwa proyek-
proyek pembangunan sarana Iisik yang merupakan kegiatan
operasional utama dari suatu bisnis jasa konstruksi umumnya
bersiIat unik, memiliki satu jangka waktu pelaksanaan yang
tidak berulang, memiliki intensitas kegiatan dan menggunakan
sumberdaya yang tidak konstan, serta melibatkan banyak
disiplin ilmu.
Pelaksanaan proyek kegiatan pada bisnis jasa konstruksi
pembangunan dihadapkan pada tiga kendala yaitu biaya, waktu,
dan mutu. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai sasaran
proyek, yang dideIiniskan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan
tepat mutu. Keberhasilan pelaksanaan suatu proyek yang
dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi dikaitkan dengan
sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat terpenuhi.
Sehubungan dengan karakteristik proyek yang dinamis
diperlukan pengelolaan proyek yang baik agar ketiga sasaran
tersebut dapat terpenuhi. Manajemen Proyek adalah proses
pengelolaan proyek yaitu melalui pengelolaan, pengalokasian,
dan penjadwalan sumberdaya dalam proyek untuk mencapai
sasaran tersebut. Sebagai bagian dari proses Manajemen
Proyek, perencanaan dan pengendalian yang baik belum
menjamin terwujudnya sasaran proyek. Selalu terdapat
kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat
ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil. Suatu
kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh
konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi
disebut "risiko". Konsekuensi tidak menguntungkan mengacu
3
pada tidak terwujudnya sasaran proyek, yaitu tepat biaya, tepat
waktu, dan tepat mutu.
Di dalam bisnis jasa pembangunan terdapat siIat-siIat
unik sehingga diperlukan sejumlah asumsi untuk
memperkirakan data-data dan inIormasi yang belum tersedia
selama proses berjalannya proyek, sejak tahap perencanaan
sampai pelaksanaan. Asumsi dan perkiraan yang digunakan
mendukung adanya ketidakpastian ini. 'Risiko yang dihadapi
proyek bergantung pada asumsi dan perkiraan yang digunakan.
Risiko yang akan dihadapi dalam proyek lebih berat
sehubungan dengan siIat proyek hanya berjalan dalam satu
jangka waktu pelaksanaan yang tidak berulang. Sehubungan
dengan itu diperlukan manajemen risiko untuk melihat risiko-
risiko yang dihadapi dan meninjau pengaruhnya terhadap
sasaran kegiatan. Selanjutnya akan dapat direncanakan
penanganan untuk meminimalisasi akibat buruknya sehingga
dapat mendukung terwujudnya sasaran kegiatan.
Termasuk dalam tahapan manajemen risiko adalah
perencanaan manajemen risiko, identiIikasi risiko, analisa
risiko, penanganan risiko, dan monitor terhadap risiko.
IdentiIikasi risiko adalah langkah awal dalam penerapan
manajemen risiko dan merupakan tahapan yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan. Dengan identiIikasi risiko pada proses
pelaksanaan kegiatan konstruksi akan diketahui risiko-risiko
apa saja yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan sejak mulai
dikerjakan sampai selesai. Selanjutnya akan diketahui seberapa
potensial risiko-risiko tersebut dalam mempengaruhi
tercapainya sasaran kegiatan.
Dalam masa pemulihan perekonomian akibat krisis
yang melanda Indonesia ini pertumbuhan sektor konstruksi
mengalami penurunan sejak tahun 2000 (Konstruksi, Januari
4
2002). Dalam kondisi seperti itu secara umum permintaan
sektor perumahan, perkantoran, dan properti lain tahun 2002
menurun 20 sampai 40 (Konstruksi, Desember 2002).
Disamping itu pemerintah melalui Keppres nomor 18 tahuin
2000 tentang Jasa Konstruksi Pembangunan telah membuka
sekat kedaerahan untuk perusahaan jasa konstruksi dimana
apabila selama ini untuk proyek-proyek pemerintah dalam
nominal kecil harus dikerjakan kontraktor lokal dalam
lingkup daerah Kota/Kabupaten, maka dengan
diberlakukannya Keppres ini suatu perusahaan jasa
konstruksi pembangunan dapat mengerjakan proyek-proyek
dengan nominal kecil di seluruh wilavah Republik Indonesia
tanpa ada batasan-batasan seperti pada periode sebelumnya.
Ini berarti persaingan diantara perusahaan jasa konstruksi
klasiIikasi kecil semakin ketat dan diperlukan strategi untuk
dapat bersaing disamping diperlukannya strategi pemasaran
bagi industri jasa konstruksi berskala kecil dimana selama ini
dalam industri jasa konstruksi skala kecil marketing kurang
begitu diperhatikan.

5
BAB II

TIN1AUAN PUSTAKA

2.1. Risiko dan Pengertiannya

Kangari (1995) menuliskan penelitiannya yang
berjudul #isk Management Perceptions and Trends of US.
Construction. Dari penelitian ini diketahui persepsi
kontraktor-kontraktor mengenai alokasinya dan importance
risiko-risiko konstruksi yang berlaku pada proyek-proyek
konstruksi di Amerika Serikat. Pengolahan data dilakukan
secara deskriptiI. Hasil identiIikasi adalah sebagai berikut.
Risiko yang penting:
Produktivitas tenaga kerja dan peralatan
Kualitas pekerjaan
Keselamatan kerja
Kemampuan kontraktor .

Resiko yang kurang penting:
Ketersediaan material, tenaga kerja, dan peralatan
Kerusakan material
InIlasi
Kuantitas pekerjaan aktual
Perselisihan tenaga kerja
Kegagalan keuangan pihak-pihak yang terlibat
Negosiasi untuk change-order
anti rugi / indentification
Proses penyelesaian perpanjangan kontrak.

6
Penelitian lain dikemukakan oleh Smith dan Bohn
(1999) berjudul Small to Medium Contractor Contingency and
Assumption of #isk. Penelitian ini mengidentiIikasi risiko-
risiko yang dihadapi kontraktor kecil dan menengah yang
diolah secara deskriptiI risiko-risiko ini ditunjukkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Risiko-risiko pada Perusahaan Kontraktor
Kecil dan Menengah

Risiko Sumber Sumber
!redictable/
Unpredictable
Area
Risiko alam/natural
Acts oI od Eksternal Unpredictable Konstruksi
Kerugian akibat kebakaran/kecelakaan Internal Unpredictable Konstruksi
Risiko desain
Perubahan lingkup pekerjaan Internal Predictable Kontraktual
Teknologi baru Internal Predictable
Kontraktual
Konstruksi
SpesiIikasi
Internal
Teknis
Predictable Kontraktual
Kerugian/keterlambatan akibat differing
sitelperubahan
Desain
Teknis Predictable
Kontraktual
Konstruksi
Risiko logistik
Kerugian/keterlambatan akibat
keterlambatan/
kerusakan material
Internal Predictable Konstruksi
Kerugian/keterlambatan akibat ketersedian
sumberda a
Eksternal Predictable Konstruksi
Akses menuju lokasi Internal Predictable Kontraktual
Keterlambatan menemukan dan men
elesaikan masalah
Internal Predictable Kontraktual
Risiko finansial
Ketersediaan dana proyek

Internal Predictable Kontraktual
Kecukupan kas Internal Predictable Kontraktua
7
Kurs tukar mata uang dan inIlasi Eksternal Predictable
Konstruksi
Kontraktual
Estimasi biaya yang terlalu rendah Internal Predictable
Kesalahan kontraktor dalam hal
kemamr,uan
Internal Predictable Kontraktual
Cost overruns karena keterlambatan Internal

Predictable

Konstruksi
Legal dan peraturan
Masalah perizinan dan lisensi Eksternal Unpredictable Konstruksi
Third ar liability Eksternal Unpredictable Kontraktual
Tanggung jawab/liability diri sendiri Internal Predictable
Konstruksi
Kontraktual
Kegagalan kontrak Internal Predictable Kontraktual
Perubahan peraturan Eksternal Unpredictable Konstruksi
Risiko politik
Kerugian/keterlambatan karena
perang/revolusi di
Eksternal Unpredictable Konstruksi
Perubahan hukum perdagang an Eksternal Unpredictable Konstruksi
Sumber: Smith dan Bohn, 1999


2.2. Konsep Risiko

2.2.1. Pengertian Risiko
Untuk memahami konsep risiko/risk dalam proyek
konstruksi perlu dipahami pengertian mengenai risiko. Berikut
ini dijelaskan pengertian mengenai risiko menurut beberapa
sumber.
Salim (1993) dalam Djojosoedarso (1999)
mendeIinisikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa. Pengertian lain menjelaskan bahwa risiko
adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan keuntungan /
kerugian ekonomi atau Iinansial, kerusakan atau cedera Iisik,
keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama
dilaksanakannya suatu kegiatan (Cooper dan Chapman, 1993).
8
Pengertian risiko dalam konteks proyek dapat
dideIinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi
yang tidak menguntungkan, secara Iinansial maupun Iisik,
sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi
lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan
konsep peluang, 'risiko adalah peluang atau kans / chance
terjadinya kondisi yang tidak diharapkan dengan semua
konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan
keterlambatan atau kegagalan proyek (ray dan Larson, 2000).
Kerzner (2001) menjelaskan konsep risiko pada proyek sebagai
ukuran probabilitas dan konsekuensi dari tidak tercapainya
suatu sasaran proyek yang telah ditentukan`.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena
ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika
terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan.
Lebih jauh lagi risiko pada proyek adalah 'suatu kondisi pada
proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang
kefadian tertentu yang fika terfadi akan menimbulkan
konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak
menguntungkan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu
biaya, waktu, mutu proyek`.

2.2.2. #isk dan Uncertainty
Meskipun risiko memiliki kaitan yang erat dengan
ketidakpastian/ uncertainty, keduanya memiliki perbedaan.
Ketidakpastian adalah kondisi dimana terjadi kekurangan
pengetahuan, inIormasi, atau pemahaman tentang suatu
keputusan dan konsekuensinya (Ritchie dan Marshall, 1993).
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, karena
ketidakpastian mengakibatkan keragu-raguan dalam
9
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan
terjadi di masa mendatang (Djososoedarso, 1999). Semakin
tinggi tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula
risikonya (Ritchie dan Marshall, 1993).

2.2.3. #isk dan Opportunity
Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat
diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran /
output dari suatu kegiatan / peristiwa dapat berupa kondisi
yang baik atau kondisi yang buruk. Jika yang terjadi adalah
kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan kesempatan
baik (opportunity), namun jika terjadi hal yang buruk maka
hal tersebut merupakan risiko (Kerzner, 2001).

2.2.4. #isk, Ha:ard, Peril, dan Losses
Menurut Umar (2001) konsep tersebut dijelaskan
sebagai berikut.

Ha:ard Peril Losses

Ha:ard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya peril (bencana).
Peril (bencana) adalah sutu peristiwa/kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian (losses) atau bermacam kerugian.
Losses (kerugian) adalah kondisi negatiI yang diderita
akibat dari suatu peristiwa yang tidak diharapkan tetapi
ternyata terjadi.


2.3. Manajemen Risiko

10
2.3.1. Pengertian Manajemen Risiko
Sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen
risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana
analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk
meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul`.
Untuk itu risiko harus dideIinisikan dalam bentuk suatu
rencana atau prosedur yang reaktiI. Kerzner (2001)
mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana
didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian
(assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan
(handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan Iungsi manajemen
secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu
manajemen Iungsional yang mendukung manajemen obyektiI
dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang
(Tarmudji, 2000).
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat
disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan
terhadap risiko untuk meminimalisasi konsekuensi buruk
yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi,
analisa, penanganan, dan pemantauan risiko.

2.3.2. Pentingnya Manajemen Risiko
Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang siIatnya
dinamis, sehingga selalu terdapat ketidakpastian (Webb, 1994).
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, dan risiko akan
menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap
aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya
keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di
11
masa yang akan datang (Kerzner, 2001). Kejadian yang
memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko )
tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun
yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap
organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya,
artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar
akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak
dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi
untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat
mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat
diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan
Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana respon yang
sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
InIormasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat
membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang
akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko
harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung inIormasi
tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventiI di mana
kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum
terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar.
Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang
proaktiI daripada reaktiI.

2.3.2. Pentingnya Manajemen Risiko
Selalu terdapat perubahan dalam segala hal di dunia ini
sehingga selalu terdapat ketidakpastian dalam segala hal
(Webb, 1994). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian
dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak
menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung
risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal
12
yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kerzner, 2001).
Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian
sebagaimana risiko tidak dapat dikontrol, dan tidak ada
pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko.
Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha
untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk
meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul
dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi
untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat
mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya
dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan
(Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan
rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko
potensial tersebut.
InIormasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat
membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang
akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko
harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung inIormasi
tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventiI di mana
kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum
terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih
besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu
yang proaktiI daripada reaktiI.
Dengan demikian melalui manajemen risiko akan
diketahui metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi
besarnya kerugian yang diderita akibat risiko. Secara langsung
manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal
mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan
akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan
menunjang peningkatan keuntungan usaha.
13
Secara tak langsung manajemen risiko memberikan
sumbangan sebagai berikut.
a. Memberikan pemahaman tentang risiko, eIeknya, dan
keterkaitannya secara lebih baik dan pasti sehingga
menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan
yang dapat meningkatkan kualitas keputusan
(Djojosoedarso, 1999).
b. Meminimalkan jumlah kejadian di luar dugaan dan
memberikan gambaran tentang akibat negatiInya
sehingga mengurangi ketegangan dan kesalah-
pahaman.
c. Membantu menyediakan sumberdaya dengan baik.
d. Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang dapat
mengganggu kelancaran operasional.
e. Mengurangi Iluktuasi laba dan arus kas tahunan atau
menstabilkan pendapatan.
I. Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan
tenaga kerja dalam bekerja.
g. Meningkatkan public-image perusahaan sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
karyawan dan masyarakat.

Manajemen risiko pada saat ini merupakan kunci dari
keseluruhan manajemen bisnis (Kerzner, 2001). Tarmudji
(2000) menambahkan bahwa obyektiI utama manajemen
risiko harus menyokong obyektiI perusahaan. Dengan
berjalannya usaha bisnis yang diharapkan mendatangkan
keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai
keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis.
Ritchie dan Marshall (1993 ) mengemukakan bahwa:
14
"Pengalaman menunjukkan bahwa manajer yang eIektiI
adalah manajer yang menggunakan waktunya untuk berpikir
tentang kebutuhan pada saat ini dan kecenderungan di masa
yang akan datang. Namun demikian manajer yang peduli
akan perkembangan yang memungkinkan serta hasil
keluarannya (internal atau eksternal), serta yang lebih
proaktiI daripada reaktiI adalah manajer yang lebih mungkin
untuk sukses."

Ketidakpastian dalam suatu usaha dapat merupakan
suatu kesempatan (opportunity) atau risiko, yang dapat
mendatangkan keuntungan atau kerugian. Analisa risiko
dapat membantu untuk risiko spekulatiI dengan lebih
bijaksana dan eIisien dengan memutuskan apakah risiko
tersebut harus dihindari atau dihadapi (Umar, 2001). Lebih
jauh lagi kemampuan dalam mengelola risiko akan
bermanIaat dalam persaingan serta mencegah terjadinya
kegagalan dan kehancuran sehingga suatu unit usaha dapat
bertahan hidup (Darmawi, 1990).

2.3.3. Proses dalam Manajemen Risiko
InIormasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat
membantu dalam menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan
terjadi masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993).
Manajemen risiko memanIaatkan inIormasi tersebut untuk
memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat
ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang
sesuai untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak
yang merugikan.
Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan
sebagai berikut (Kerzner, 2001).
15

1. Perencanaan (planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan
metode yang terorganisasi, komprehensiI, dan interaktiI,
untuk keperluan identiIikasi dan penelusuran isu-isu risiko,
pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko
yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta
mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.

2. Penilaian (assesment)
Terdiri atas proses identiIikasi dan analisa area-area
dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk
meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya,
kinerja / perIormance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

a. IdentiIikasi (identifying)
Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-
proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk
selanjutnya diidentiIikasi dan didokumentasi.

b. Analisa (analy:ing)
Merupakan proses menggali inIormasi / deskripsi lebih
dalam terhadap risiko yang telah diidentiIikasi, yang terdiri
atas:
kuantiIikasi risiko dalam probabilitas dan
konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan
teknis proyek
penyebab risiko
keterkaitan antar risiko
saat terjadinya risiko
sensitivitas terhadap waktu
16

3. Penanganan (handling)
Merupakan prases identiIikasi, evaluasi, seleksi, dan
implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan
kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan
risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol
risiko, dan mengalihkan risiko.

4. Pemantauan / monitoring risiko
Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang
sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang
telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di
kemudian hari.

2.4. 1enis Risiko

Untuk dapat mengidentiIikasi risiko-risiko perlu
diketahui jenis- jenis risiko dan pengelompokannya menurut
teori-teori. Berikut ini adalah risiko-risiko dalam bidang
usaha bisnis. Risiko-risiko pada bidang usaha bisnis dapat
diterapkan pada kegiatan proyek konstruksi, karena jasa
konstruksi juga merupakan bidang usaha bisnis yang
bertujuan mendapatkan keuntungan.
Secara garis besar berdasarkan siIatnya risiko
dikelompokkan menjadi risiko usaha (business risk) atau yang
disebut juga sebagai risiko spekulatiI, dan risiko murni. Risiko
spekulatiI adalah risiko yang jika diambil dapat memberikan
dua kemungkinan hasil, yaitu kerugian atau keuntungan. Dalam
konteks aktivitas proyek, risiko yang dimaksud adalah risiko
murni, yaitu risiko yang secara potensial dapat mendatangkan
17
kerugian dalam upaya mencapai sasaran kegiatan (Soeharto,
2001).

2.4.1. Risiko-risiko dalam Profect of Knowledge
(Profect Management Institute)

Profect Management Institute (PMI) memberikan
daItar sejumlah risiko yang ada pada proyek konstruksi
sebagaimana dicantumkan dalam Section E-3, Profect of
Knowledge, 28 Maret 1987 (Barrie dan Paulson, 1992).
Berikut ini adalah risiko-risiko yang diidentiIikasi menurut
PMI.

1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
a. - Perubahan peraturan perundang-undangan
- Campur tangan pemerintah.
b. Bahaya dari alam (acts of God)
c. Vandalisme (perusakan)
- Sabotase.
d. EIek samping yang tidak diharapkan
e. Kegagalan penyelesaian pekerjaan

2. Risiko eksternal dapat diprediksi secara tidak pasti
a. - Risiko pasar
- Perubahan-perubahan besar
b. Operasional
c. Dampak lingkungan
d. Dampak sosial
e. - Perubahan nilai tukar mata uang
- InIlasi
- Perpajakan
18
I. Perubahan suku bunga pinjaman
g. Ketersediaan material mentah

3. Risiko internal non-teknis
a. Keterlambatan dari jadwal
b. Pemberhentian pekerjaan oleh tenaga kerja
c. Cost overruns
d. Rencana manIaat / beneIit proyek
e. Kemacetan cash Ilow / arus kas
I. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

4. Risiko teknis
a.Perubahan teknologi
b.Masalah sehubungan dengan kinerja operasional dan
pemeliharaan
c.Teknologi proyek yang khusus
d.Perubahan dan penyesuaian
Perubahan kondisi proyek secara global/makro
Masalah sehubungan dengan desain .

5. Risiko legal
a. Lisensi
b. Hak paten
c. Kegagalan kontrak
d. Tuntutan hukum
e. orce Mafeure
I. Kinerja subkontraktor.

Risiko eksternal adalah risiko yang berada di luar proyek
dan sudah ada sebelum proyek dicanangkan dan mempengaruhi
jalannya proyek (ray dan Larson, 2000). Risiko internal
19
adalah risiko yang berada di dalam lingkup proyek dan berasal
dari keputusan yang diambil proyek (Webb, 1994). Risiko
internal merupakan ketidakpastian yang dapat dikontrol oleh
manajer proyek (Kerzner, 2001).

2.4.2. Risiko-risiko dalam Konteks Bisnis Umum dan
Proyek

Risiko-risiko dalam konteks proyek menurut Kerzner
(2001 ) adalah:

1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable)
a. Kerusakan langsung pada peralatan dan pelengkapan
Kebakaran
Kecelakaan
Kerusakan/kehilangan material, peralatan, dan
perlengkapan proyek
b.Kerugian tidak langsung (yang menyangkut aktivitas pihak
ke tiga)
Penggantian peralatan
Pembuangan reruntuhan (debris removal)
c. Tanggung jawab hukum
Desain produk yang buruk
Kesalahan desain
Tanggung jawab terhadap produk proyek
Kegagalan perIormance proyek.
d. Sumberdaya manusia Contohnya antara lain:
Cedera badan pada tenaga kerja
Tidak berIungsinya tenaga kerja inti
Biaya penggantian tenaga kerja inti.

20
2. Risiko-risiko pada tahap konstruksi
- Tenaga kerja yang tidak terampil Ketersediaan
material
- Pemogokan
- Cuaca
- Perubalian lingkup pekerjaan
- Perubahan jadwal pelaksanaan proyek
- Persyaratan peraturan perundangan
- Tidak ada sistem kontrol di lokasi proyek
- Kualitas pekerjaan yang buruk
- Tidak diterimanya pekerjaan oleh pemberi kerja
- Perubahan konstruksi yang telah jadi
- Masalah pada arus kas
- Keterlambatan pengiriman material

Soeharto (2001) mengelompokkan risiko berdasarkan
potensi sumber risiko sebagai berikut.
1. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen
- Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan,
biaya, jadwal, dan mutu
- Kurang tepatnya pengendalian lingkup pekerjaan,
biaya, jadwal, dan mutu
- Ketepatan penentuan struktur organisasi
- Ketelitian pemilihan personil
- Kekaburan kebijakan dan prosedur
- Koordinasi pelaksanaan
2. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan
implementasi
- Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering
- Ketepatan pengadaan material dan peralatan
(volume, jadwal, harga, dan kualitas)
21
- Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
- Tersedianya tenaga ahli dan penyelia
- Tersedianya tenaga kerja lapangan
- Variasi dalam produktivitas kerja
- Kondisi lokasi dan site
- Ditemukannya teknologi baru (peralatan dan metode)
dalamproses konstruksi dan produksi.

3. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan
hukum
- Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas, dan
menimbulkan perbedaan interpretasi
- Pengaturan pembayaran, change order, dan klaim
- Masalah jaminan, guarantee, dan warranty
- Lisesnsi dan hak paten
- orce mafeure
4. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan
politik
- Peraturan perpajakan dan pungutan
- Perizinan
- Pelestarian lingkungan
- Situasi pasar (persediaan dan penawaran
material dan peralatan)
- Ketidakstabilan moneter/devaluasi
- Aliran kas.

Penelitian yang dilakukan oleh Standish Group pada
1000 Manajer Proyek memberikan hasil daItar 10 hal-hal
potensial yang menyebabkan kegagalan proyek (Wysocki,
Beck, dan Crane, 2000), yaitu:
1. Persyaratan yang tidak lengkap
22
2. Rendahnya peranan owner
3. Kekurangan sumberdaya
4. Pengharapan yang tidak realistis
5. Rendahnya dukungan pihak eksekutiI
6. Perubahan persyaratan dan spesiIikasi
7. Kurang matangnya perencanaan
8. Proyek ditiadakan
9. Kurang matangnya manajemen proyek
10. Buta teknologi proyek.

Proyek merupakan salah satu bentuk usaha bisnis. Untuk
itu di samping mempelajari risiko-risiko dalam konteks proyek,
perlu dikaji pula risiko-risiko dalam konteks lainnya. Umar
(2001) memberikan pendapatnya mengenai risiko-risiko pada
bidang bisnis dengan pendekatan Iinansial sebagai berikut.

a. Risiko sumberdaya manusia
- Stress pada tenaga kerja
- Kesehatan tenaga kerja yang buruk
- Ketidakpuasan pekerja yang menyebabkan pemogokan
- Suksesi
- Kepindahan pekerja inti/senior yang potensial
- Bocornya rahasia perusahaan
- Perselisihan pekerja
b. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja
- Mesin-mesin berbahaya
- Suara bising
- etaran
- Bahaya akibat listrik
- Bahan yang membahayakan kesehatan
- Luka-luka Iisik dan stress
23
- Terpeleset, terjatuh, tersandung
- Tertimpa barang akibat pengangkatan dan penangan
barang yang buruk
- Radiasi
- Terbakar
- Luka-luka akibat kendaraan
- Mesin bertekanan tinggi
c. Risiko kejahatan
- Pencurian barang-barang di gudang
- Pencurian data dan inIormasi
- Intelijen industri
- Perampokan
- Perusakan dan penghancuran
d. Risiko kecurangan
- Pemalsuan data
- Menjual inIormasi
- Pengesahan Iaktur-Iaktur palsu
e. Risiko lingkungan
- Polusi lingkungan (polusi udara, limbah cair,
limbah padat, bahan beracun, kerusakan alam,
lahan yang terkontaminasi
- Munculnya biaya pencegahan akibat polusi
(penghijauan)
I. Risiko kebakaran
g. Risiko kerusakan komputer
h. Risiko pemasaran
i. Risiko kualitas dan daya saing produk.

Menurut Djojosoedarso (1999) risiko dalam suatu
bisnis adalah sebagai berikut :
a. Risiko murni yaitu risiko yang tidak disengaja
24
- Risiko terjadinya kebakaran
- Risiko bencana alam
- Risiko pencurian
- Risiko penggelapan
- Risiko pengacauan
b. Risiko spekulatiI yaitu risiko yang disengaja agar
memberikan keuntungan
- Risiko hutang-piutang
- Perjudian
- Perdagangan berjangka
c. Risiko Iundamental, yaitu risiko yang penyebabnya
tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang
menderita banyak orang.
- Banjir
- Angin topan
d. Risiko khusus, yaitu risiko yang bersumber pada
peristiwa yang mandiri :
- Kapal kandas
- Pesawat jatuh
- Tabrakan mobil
e. Risiko dinamis, yaitu risiko karena perkembangan
masyarakat :
- Risiko keusangan teknologi
- Risiko penerbangan luar angkasa
I.Risiko statis
- Risiko hari tua
- Risiko kematian


2.4.3 . Risiko-risiko dalam Asuransi Contructors All
#isk (CA#)
25

Asuransi CAR berIungsi untuk memberikan
perlindungan komprehensiI atas proyek konstruksi terhadap
risiko kerusakan pada Iisik dan material yang diasuransikan
serta kerugian yang menimpa pihak ke tiga. Dalam
prakteknya standar Asuransi CAR yang digunakan adalah
Standar CAR Munich #e yang berasal dari Jerman. Obyek
dan subyek pertanggungan dalam Asuransi CAR adalah
(Munich Re Standart, 1988):

A. Obyek pertanggungan:
1.Proyek teknik sipil (bangunan transportasi, bangunan
air, bangunan gedung)
2.Proyek dengan harga kontrak pekerjaan sipil lebih
dari 50 dari harga kontrak total
3.Peralatan dan mesin yang digunakan untuk
pelaksanaan proyek .

B. Subyek pertanggungan:
1. Kontraktor utama
2. Subkontraktor
3. Pemilik proyek (owner).

Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan pokok
Asuransi CAR sebagaimana disebutkan dalam underwriting
Asuransi CAR Munich Re Standart, adalah sebagai berikut
(Munich Re Standart, 1988):
1. Disambar petir
2. Tsunami
3. Angin ribut
4. Tanah longsor
26
5. Keruntuhan struktur (collapse),
6. Kecelakaan kerja terhadap Iisik proyek,
. Akibat dari defective material (workmanship),
8. Kebakaran,
9. Ledakan,
10. Kejatuhan pesawat terbang,
11. Pencurian dan perampokan.

Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan tambahan
adalah:
1. empa bumi
2. Banjir
3. Letusan gunung berapi
4. Erosi
5. Penurunan muka air tanah
6. Penurunan, penyusutan, pengembangan tanah
7. Pemogokan dan kerusuhan
8. Cross liability (kerugian yang menimpa subkontraktor lain)
9. Risiko selama masa pemeliharaan
10. Risiko pada saat pengetesan komponen mekanikal dan
elektrikal
11. Risiko bagian kontrak kerja yang telah diserahterimakan
12. Vibrasi, bergerak, atau melemahnya daya dukung tanah
13. Transportasi properti yang dipertanggungkan
14. Risiko terhadap propperti yang menjadi milik tertanggung
atau berada di bawah tanggungannya
15. Kerusakan tanaman, hutan, benda seni, dan budaya
16. Kerugian pihak ketiga (cacat/meininggal dan kerugian
materi) akibat kecelakaan kerja
1. Biaya tambahan untuk kerja lembur dan pengangkutan cepat
(express freight)
27
18. Kerusakan pada sistem dewatering
19. Serial losses akibat defective material atau workmanship
20. Kegagalan pengecoran pada daerah batuan dan/atau tanah
lunak
21. Kerusakan pada pipa/jaringan bawah tanah yang sudah ada
22. Kerusakan peralatan/mesin konstruksi dan elektrikal
23. Keretakan dan kebocoran
24. Kerugian terhadap kesalahan desain item pada pekerjaan
lain yang tidak mengalami kesalahan desain.


2.5 Identifikasi Risiko

2.5.1. Fungsi IdentiIikasi Risiko
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
tahapan dalam manajemen risiko adalah (Kerzner, 2001)
perencanaan, penilaian (identiIikasi dan analisa), penanganan,
serta pengawasan. Rancangan manajemen risiko proyek secara
Iormal adalah dilakukan sebelum proyek dijalankan (ray dan
Larson, 2000). Penilaian risiko merupakan tahapan awal dalam
program manajemen risiko serta merupakan tahapan paling
penting karena mempengaruhi keseluruhan program dalam
manajemen risiko. IdentiIikasi risiko berIungsi untuk
mendapatkan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki
risiko yang potensial untuk selanjutnya dianalisa.

2.5.2 Proses IdentiIikasi Risiko
Secara garis besar tahapan identiIikasi risiko adalah
merinci risiko-risiko yang ada sampai level yang detail dan
kemudian menentukan signiIikansinya (potensinya) dan
penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan
28
terhadap masalah-masalah yang ada. Risiko-risiko yang telah
dirinci ini kemudian digolongkan dalam kategori-kategori.
Proses identiIikasi risiko melibatkan banyak disiplin dalam
setiap level manajemen proyek (ray dan Larson, 2000).
Pada dasarnya identiIikasi risiko diawali dengan
menyusun daItar kejadian-kejadian tidak diharapkan di proyek
yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam mencapai
sasaran proyek. Sumbernya adalah sebagai berikut (Kerzner,
2001).

A. Sumber yang obyektiI
Yaitu kejadian pada proyek-proyek sebelumnya yang
tercatat dalam rekord-rekord proyek. Dapat juga dilakukan
melalui analisa terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat
(Djojosoedarso, 1999).

B. Sumber yang subyektiI
Yaitu pengalaman para pakar terkait yang dapat
diperoleh melalui wawancara. Ketepatan identiIikasi didukung
oleh keterampilan pihak yang melakukan identiIikasi dalam
menentukannya atau memberikan fudgement. Cara ini dapat
ditempuh melalui Panel Group atau pendataan pengalaman
pribadi.

ray dan Larson (2000) menambahkan bahwa:
"Penyusunan identiIikasi risiko dapat berasal dari
"opini para pakar" ("expert opinion") atau dari estimasi
berdasarkan "perasaan" ("gut feeling") para pakar berdasarkan
pengalamannya. Untuk membantu proses ini dan meyakinkan
bahwa sudah seluruh aspek tercakup dalam daItar tersebut
29
maka dapat digunakan daItar isian, daItar pertanyaan /
kuesioner atau cheklist."

Cara ini dapat ditempuh melalui (Cooper dan
Chapman, 1993):

a. Panel group
Sejumlah praktisi dan spesialis dalam proyek dikumpulkan
dalam suatu diskusi panel untuk mengadakan
brainstorming. Setiap panelis mendaItar seluruh risiko-
risiko yang secara teoritis dapat muncul. Setelah itu
seluruh anggota panel-group memutuskan bersama risiko-
risiko yang termasuk dalam risiko yang diidentiIikasi.
b. Pengalaman individual
Individu yang bersangkutan diminta untuk mendaItar
seluruh risiko yang relevan dalam lingkup keahlian
mereka.
c. Inspeksi langsung di tempat terjadinya aktivitas
perusahaan (Djojosoedarso; 1999).

2.5.3 Pengukuran potensi risiko

Risiko proyek ditandai oleh Iaktor-Iaktor (Soeharto,
2001):
l. Peristiwa risiko (menunjukkan dampak negatiI yang
dapat terjadi pada proyek)
2. Probabilitas terjadinya peristiwa (atau Irekuensi)
3. Kedalaman (severity) dampak negatiI/impact/konsekuensi
negatiI dari risiko yang akan terjadi

30
Risiko diIormulasikan sebagai Iungsi dari
kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampak negatiI
(impact). Atau #isk f (Likelihood, Impact) (Kerzner, 2001).
Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan
karena memiliki probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki
konsekuensi negatiI yang besar dan terjadinya risiko ditandai
dengan adanya error pada estimasi waktu, estimasi biaya,
atau teknologi desain (ray dan Larson, 2000).

2.6. Manajemen Proyek

2.6.1. Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan (sekuen) yang unik,
kompleks, dan seluruh aktivitas di dalamnya memiliki satu
tujuan, yang harus diselesaikan tepat waktu, tepat sesuai
anggaran, dan sesuai dengan spesiIikasi (Wysocki, Beck, dan
Crane, 2000). Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dideIinisikan karakteristik utama proyek adalah sebagai
berikut:
- Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan
yang menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa
produk akhir.
- BersiIat sementara dengan titik awal dan akhir yang
jelas (sekuen)
- Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks dan
saling terkait.
- Di dalamnya terdapat suatu tim yang memiliki
banyak disiplin ilmu serta terdiri atas banyak
departemen.
31
- Mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan
sebelumnya (sekali lewat) atau memiliki siIat yang
berubah / non-rutin (unik)
- Jenis dan intensitas kegiatan sepat berubah dalam
kurun waktu yang relatiI pendek
- Peserta memiliki multisasaran yang seringkali
berbeda
- Terdapat jangka waktu, biaya, dan persyaratan
performance atau mutu yang pasti
- Memiliki kadar risiko tinggi.

Kegiatan proyek berbeda dengan kegiatan operasional.
Perbedaan-perbedaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan Kegiatan Proyek dengan
Kegiatan Operasional

Kegiatan Proyek Kegiatan Operasional
Bercorak dinamis, non-rutin Berulang-ulang, rutin
Siklus relatiI pendek Berlangsung dalam jangka panjang
Intensitas kegiatan dalam periode siklus
proyek berubah-ubah naik-turun
Intensitas kegiatan relatiI sama
Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan
jadwal dan anggaran yang telah
ditentukan
Batasan anggaran dan jadwal tidak
Setajam proyek
Terdiri atas bermacam-macam kegiatan
yang memerlukan berbagai disiplin ilmu
Macam kegiatan tidak terlalu banyak
Keperluan sumberdaya berubah, baik
macam maupun volumenya
Macam dan volume keperluan
sumberdaya relatiI konstan
Sumber: Soeharto. 2001

32
Di antara berbagai jenis kegiatan proyek salah satu di
antaranya adalah kegiatan proyek konstruksi. Barrie dan
Paulson (1992) memberikan deskripsi mengenai proyek
konstruksi sebagai berikut.
"Proyek konstruksi adalah proses di mana rencana /
desain dan spesiIikasi dikonversikan menjadi struktur dan
Iasilitas Iisik. Proses konstruksi melibatkan organisasi dan
koordinasi seluruh sumberdaya proyek (tenaga kerja, peralatan
konstruksi, material permanen dan sementara, suplai dan
Iasilitas, uang, teknologi dan metode, waktu) untuk
menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat sesuai anggaran, serta
sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesiIikasikan
oleh perencana. Pemegang peranan utama pada proses
konstruksi adalah kontraktor dan sub-kontraktor beserta tenaga
kerjanya. Pihak lain yang terlibat antara lain arsitek/engineer
sebagai penyelia/supervisor, pemasok/supplier material dan
peralatan, konsultan, pemilik proyek, serta penyedia jasa
pengangkutan."

Siklus kegiatan proyek konstruksi pada sistem usaha jasa
konstruksi yang umum berlaku di Indonesia adalah sebagai
berikut (Manual Mutu, Persero PT. Brantas Abipraya, 1998).
1. Penerimaan Letter of Award atau Letter of
Acceptance sebagai pemberitahuan resmi bahwa
owner telah menunjukan kontraktor yang
bersangkutan untuk mengerjakan suatu proyek
2. Rapat Pre Award Meeting 1 untuk pengarahan
sebelum SPK / SPMK diterima
3. Penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh kedua pihak
33
4. Rapat Kick-off Meeting (lingkup perusahaan) untuk
menyusun rencana implementasi proyek
5. Rapat Pre Award Meeting 2 (lingkup owner dan
kontraktor) untuk presentasi rencana implementasi
proyek pada owner
6. Penandatanganan kontrak oleh kedua pihak
7. Menyiapkan rencana pengendalian biaya dan waktu
proyek (lingkup proyek)
8. Melakukan kegiatan Iisik
9. Serah terima pekerjaan pertama (Provisional Hand
Over/PHO)
10. Perbaikan Iisik (jika diperlukan)
11. Serah terima pekerjaan kedua (inal Hand
Over/HO).

2.6.2. Manajemen Proyek

Menurut Profect Management Body of Knowledge (PM-
BOK), Profect Management Institute (PMI) manajemen proyek
dideIinisikan sebagai berikut (Soeharto, 2001).
"Ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan
mengoordinir sumberdaya yang terdiri atas manusia dan
material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup,
mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan para
stakeholder."

2.6.3 Sasaran Proyek
Tiap proyek memiliki tujuan khusus di mana dalam
mencapainya ada batasan yang harus dipenuhi, yaitu anggaran
proyek yang dialokasikan, jadwal pelaksanaan proyek, serta
34
mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut sering
diasosiasikan sebagai sasaran proyek sebagai Biaya, Waktu, dan
Mutu (Soeharto, 2001). Manajemen proyek dikatakan baik jika
sasaran tersebut tercapai (Kerzner, 2001).

Berikut ini dijelaskan satu demi satu.
a. Tepat biaya
Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap
periode pelaksanaan, maupun biaya total sampai akhir proyek.

b. Tepat waktu
Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan
jadwal pelaksanaan proyek / schedule yang telah direncanakan
yang ditunjukkan dalam bentuk work progress/prestasi
pekerjaan. Waktu pelaksanaan proyek tidak boleh terlambat
baik per periode pelaksanaan, maupun waktu serah terima
proyek.

c. Tepat mutu
Produk proyek konstruksi yang dikerjakan perusahaan
jasa konstruksi adalah proyek secara keseluruhan termasuk
sistem/proses dan bagian-bagian Iisiknya. Mutu produk, atau
bisa disebut sebagai kinerjalperIormunce, harus memenuhi
spesiIikasi dan kriteria dalam taraI yang disyaratkan oleh
pemilik proyek/owner.

2.6.4 Manajemen Risiko Proyek

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
proyek adalah sesuatu yang berubah, selalu merupakan hal yang
35
baru, dan memiliki sejumlah peluang (Webb, 1994). Dengan
karakteristik proyek yang unik seperti itu maka proyek selalu
dekat dengan risiko, sebagaimana yang dikemukakan ray dan
Larson (2000). Pendapat serupa dikemukakan oleh Barrie dan
Paulson (1992) yang menjelaskan bahwa pekerjaan konstruksi
sebagai salah satu bentuk proyek adalah kegiatan yang berisiko
besar.
Bagian-bagian pada operasional proyek yang memiliki
risiko tinggi menunjukkan bahwa bagian tersebut kurang
ditangani dengan baik karena kurangnya kapabilitas
sumberdaya, baik dari manajer proyeknya maupun organisasi
proyek. Disamping itu, juga dapat disebabkan oleh tingginya
tingkat kesulitan aspek teknis proyek yang disusun pada
tahap desain atau pengembangan.
Dalam konteks proyek, konsekuensi negatiI risiko
proyek dideIinisikan sebagai 'tidak tercapainya sasaran
proyek, yaitu:
1. Realisasi biaya proyek yang tidak sesuai dengan
estimasi
2. Realisasi waktu pelaksanaan proyek yang tidak
sesuai dengan estimasi jadwal / schedule
3. Realisasi mutu pekerjaan yang tidak memenuhi
spesiIikasi teknis.

'Manajemen risiko merupakan alat yang sangat
bermanIaat bagi manajemen proyek dalam mendukung
pengendalian proyek untuk menghindari keadaan yang dapat
mengarah ke cost over-runs, keterlambatan pencapaian jadwal,
atau tidak dapat memenuhi kinerja yang ditentukan
(Soeharto, 2001). Webb (1994) menyatakan bahwa
meminimalkan risiko untuk memperoleh pendapatan
36
merupakan salah satu tujuan proyek. Manajemen risiko pada
proyek dapat memberikan kontrol lebih baik untuk masa yang
akan datang dan secara signiIikan memberikan peluang
pencapaian sasaran proyek (waktu, anggaran, dan
perIormance teknis) dengan lebih baik (ray dan Larson,
2000).
Manajemen risiko yang baik adalah yang proaktiI,
bukan reaktiI, sehingga rencana pengelolaan terhadap risiko
harus dilakukan sesegera mungkin di awal proyek. Teknik-
teknik dalam manajemen risiko mendukung manajemen
proyek secara keseluruhan dan membantu teknik
pengambilan keputusan dalam proyek. Manajemen risiko
berkaitan dengan proses-proses kunci dalam proyek,
termasuk di dalamnya manajemen proyek secara keseluruhan,
system engineering, biaya proyek, lingkup pekerjaan, mutu
pekerjaan, dan jadwal pelaksanaan proyek (Kerzner, 2001).
Dalam manajemen proyek yang baik manajemen risiko
merupakan bagian dari manajemen proyek. Untuk itu PMI
dalam PM-BOK menyertakan Komponen Pengendalian
Risiko sebagai salah satu dari delapan komponen
Knowl edge Area of Prof ect Management .

2.7. Manajemen Pemasaran
Pemasaran dapat dikatakan sebagai aktiIitas utama
dalam perusahaan karena pemasaran merupakan ujung
tombak perusahaan dalam aktiItas bisnis yang dijalankannya.
Meskipun keberhasilan suatu bisnis tergantung pada
bagaimana manajemen perusahaan dapat mengkombinasikan
berbagai Iungsi yang ada beserta sumber dayanya, namun
untuk memenuhi tuntutan dalam persaingan yang strategis
maka semua Iungsi yang ada dalam suatu organisasi bisnis
37
harus berorientasi pada pemasaran. Swastha dan Irawan
(1997) dengan mengutip pendapat Stanton menyatakan
bahwa : "Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan
baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial".
Pride dan Ferrell (1995) berpendapat bahwa :
"Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
rancangan, penetapan harga, promosi, clan distribusi gagasan,
barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi".
Dan kedua pendapat ini dapat diambil garis besar
bahwa pemasaran mencakup berbagai kegiatan terpadu dari
suatu aktiIitas bisnis guna mengembangkan rencana rencana
strategis yang terdiri dari kegiatan kegiatan utarna
merencanakan produk menentukan harga, mempromosikan
produk, dan mendistribusikan produk dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga
diperoleh hasil yang maksimal berupa peningkatan penjualan
yang merupakan pusat dari pada laba.
Menurut Kotler (1993), pemasaran ialah suatu proses
sosial dan manajerial dengan mana individu-individu atau
kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan
dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran
produk-produk yang bernilai.
Sedangkan McCarthy dan Perreault (1993) dalam buku
yang berjudul 'Intisari Pemasaran menyatakan bahwa :
"Pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi dan juga merupakan proses sosial.
Dengan kata lain, pemasaran ada pada tingkat mikro maupun
38
makro. Pemasaran mikro adalah kegiatan yang berusaha
mencapai sasaran organisasi dengan mengantisipasi
kebutuhan pelanggan atau klien dan mengarahkan arus
barang dan jasa pemuas kebutuhan dari produsen ke
pelanggan atau klien. Sedangkan pemasaran makro adalah
proses sosial yang mengarahkan arus barang dan jasa dalam
suatu perekonomian dari produsen ke konsumen dengan cara
yang secara eIektiI menyesuaikan penawaran dan permintaan
dan mencapai tujuan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara
lebih jelas bahwa pemasaran merupakan proses yang lebih
luas yakni tidak hanya terdapat hubungan dua arah antara
produsen dan konsumen saja, tetapi lebih dari itu dalam
proses pemasaran terdapat hubungan antara produsen-
konsumen dan sosial dimana 'sosial menyangkut lingkungan
eksternal perusahaan terutama masyarakat. Oleh karena itu
Iokus dalam pemasaran bukan hanya sekedar pelanggan
tetapi bagaimana cara melakukan bisnis dengan tujuan akhir
tidak saja laba bagi perusahaan dan penciptaan nilai bagi
pelanggan, tetapi lebih dari itu terdapat tujuan akhir yang
berupa hubungan yang saling menguntungkan antara semua
pihak yang terkait dalam bisnis tersebut melalui bauran
pemasaran yang terpadu.

2.8. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disusun
kerangka pemikiran yang akan dijadikan acuan dalam
penelitian, sebagaimana digambarkan pada ambar 2.1.
Secara garis besar kerangka pemikiran dapat diuraikan
sebagai berikut. 'Proyek adalah kegiatan yang melibatkan
39
sumberdaya berupa tenaga kerja, peralatan konstruksi,
material, uang, dan metode. 'Proyek berada pada
lingkungan eksternal yang komponen-komponennya
mempengaruhi keberlangsungan proyek, yaitu alam,
kebijakan pemerintah, Iaktor sosial, Iaktor ekonomi, dan
suplai material/peralatan. Proses yang terjadi adalah
menggunakan sumberdaya yang ada untuk mewujudkan
produk proyek dalam kondisi lingkungan eksternal tersebut
(1). Sasaran proyek adalah diselesaikannya konstruksi Iisik
bangunan air dengan tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu
(2). Pada proses tersebut dapat terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan yang bersumber dari kedua komponen tersebut,
atau disebut sebagai 'risiko (3). Jika risiko-risiko tersebut
terjadi maka proyek tidak dapat mewujudkan sasarannya
yaitu tepat biaya atau tepat waktu atau tepat mutu dengan
magnitude tertentu (4). 'Risiko yang potensial adalah risiko
yang memiliki Irekuensi terjadi yang tinggi dan memiliki
pengaruh besar bagi pencapaian sasaran proyek (5). Sasaran
proyek mempengaruhi sasaran perusahaan secara umum, dan
(6) berbagai sasaran perusahaan akan berdampak pada
perencanaan strategi pemasaran yang paling tepat untuk
diterapkan oleh perusahaan.



40
Bisnis perusahaan jasa konstruksi

KETIDAK-PASTIAN



























EKSTERNAL:
1.Alam
2.Sosial Budaya
3.Kebijakan
pemerintah
4.Ekonomi
5.Stakeholder
6.Teknologi &
InIormasi
INTERNAL:
7.Manusia
8.Material
9.Mesin
10. Money
11. Metode

Manajemen
Proyek
Risiko
Sasaran
Proyek
Sasaran-sasaran Perusahaan
jasa kontruksi
Strategi Pemasaran jasa
kontruksi
41
METODE PENELITIAN

3.1. 1enis Penelitian.
Penelitian ini termasuk tipe penelitian eksplanatori atau
penjelasan. Tujuan utama penelitian eksplanatori atau disebut
juga penelitian kausal adalah mengidentiIikasikan hubungan
sebab-akibat antara berbagai variabel. Studi eksplanatori
meninjau apakah semua variabel bebas berpengaruh sama
besarnya terhadap variabel terikat, ataukah ada variabel bebas
yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan jasa
konstruksi dengan kualiIikasi kecil di Jawa Timur. Dasar
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena di
Jawa Timur terdapat banyak perusahaan jasa konstruksi
dengan KlasiIikasi golongan kecil.

3.3. Unit Analisa
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan
jasa konstruksi dan proyek-proyek yang dikerjakan selama
lima tahun terakhir.

3.4. Definisi Operasional, Konsep, dan Variabel
Penelitian

'Konsep menggambarkan suatu Ienomena secara
abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi
terhadap sesuatu yang khas. Dalam penelitian 'konsep harus
dideIinisikan dahulu untuk selanjutnya dijabarkan menjadi
variabel-variabel. Fenomena yang diteliti dalam studi
42
ditetapkan sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian
adalah sesuatu hal berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh inIormasi tentang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Konsep dan
item rancangan variabel penelitian didapat dari kajian teoritis
dan empiris.
'Konsep dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagaiberikut.

A. Risiko
Secara konseptual risiko merupakan suatu kondisi tidak
pasti dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan
menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan.
Berdasarkan sumbernya secara garis besar risiko
dikelompokkan menjadi (Profect Management Institutes,
1987):
1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
Yaitu risiko yang berasal dari luar proyek dan tidak dapat
dikendalikan oleh proyek serta tidak dapat diprediksikan
terjadi atau tidak terjadinya.
2. Risiko eksternal dapat diprediksi
Yaitu risiko yang berasal dari luar proyek dan tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen proyek namun dapat
diprediksikan terjadi atau tidak terjadinya berdasarkan
gejala-gejala yang ada sebelumnya.
3. Risiko internal non-teknis
Yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkup proyek akibat
keputusan-keputusan yang diambil manajemen proyek dan
menyangkut semua hal di luar proses kegiatan Iisik
proyek.
4. Risiko internal teknis
43
Yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkup proyek akibat
keputusan-keputusan yang diambil manajemen proyek dan
menyangkut semua hal yang berhubungan dengan proses
kegiatan Iisik.
5. Risiko legal
Risiko legal adalah risiko yang berhubungan dengan aspek
hukum dalam proyek.

Variabel-variabel yang ditemukan dalam risiko
ditetapkan sebagai variabel bebas / independen (X1, X2,
X3,...dst), pengertiannya adalah variabel yang menjadi sebab
perubahannya / timbulnya variabel terikat. Sumber-sumber
risiko dan item-item risiko diambil dari risiko yang
diidentiIikasi menurut PMI, Jaminan Pokok dan Jaminan
Tambahan CAR, dan dari literatur-literatur yang disarikan
yang berlaku untuk proyek konstruksi pada umumnya. DaItar
tersebut ditambah dengan hasil pengalaman peneliti.

B. Sasaran proyek
Secara konseptual sasaran proyek merupakan kondisi
yang ingin dicapai proyek di akhir masa pelaksanaan proyek
dan dijadikan acuan selama proses pelaksanaan proyek.
Dalam operasional dimensi sasaran proyek adalah pencapaian
sasaran proyek. Indikator tercapainya sasaran proyek adalah
diselesaikannya proyek dengan tepat biaya. tepat waktu, dan
tepat mutu.
Secara lebih ringkas konsep, rancangan variabel, dan
item penelitian disajikan pada Tabel 3.

3.5 Data dalam Penelitian
44
Pengertian data adalah Iakta dan angka yang secara
relatiI tidak berarti bagi pemakai. Data dapat berubah
menjadi inIormasi yang berarti apabila diproses.


A. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber
pertama. Data primer yang dikumpulkan dapat berupa
persepsi mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko pada
pelaksanaan kegiatan konstruksi sebagai variabel penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi langsung
atau menggunakan penyebaran angket, yaitu cara
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan
daItar pertanyaan kepada responden (nara sumber).
Disamping itu untuk lebih memperdalam kajian dapat
digunakan pula teknik wawancara dengan nara sumber atau
key-perseon. Respondennya adalah pimpinan perusahaan,
manajer pemasaran, dan manajer proyek/ operasi.


B. Data sekunder
Data sekunder adalah data berbentuk naskah tertulis
atau dokumen yang telah diolah lebih lanjut clan disajikan
oleh pihak-pihak tertentu. Data sekunder dalam penelitian
dapat diperoleh dari data-data yang tersedia di perusahaan-
perusahaan jasa konstruksi, asosiasi yang mewadahi, data di
lingkungan lembaga pemerintahan, serta sumber lain yang
relevan.

Pengukuran Variabel Penelitian

45
3.6.1. Variabel Bebas
Untuk pengukuran persepsi responden mengenai
penting atau tidaknya risiko-risiko sebagai variabel penelitian
digunakan Skala Likert. Data ini merupakan data kualitatiI
yang dikuantitatiIkan sehingga berbentuk skala interval. Skor
yang digunakan adalah 1 sampai 5 dengan penjelasan sebagai
berikut.
Sangat penting : Skor 5
Penting : Skor 4
Cukup : Skor 3
Tidak penting : Skor 2
Sangat tidak penting : Skor 1

Untuk mengukur Irekuensi terjadi atau taraI keburukan
item-item risiko digunakan Skala interval. Pengukuran item
risiko yang dapat diukur Irekuensi terjadinya semisal risiko
banfir adalah sebagai berikut.
- Tidak pernah terjadi/terjadi 0 kali : Skor 1
- Pernah terjadi/terjadi 1 kali : Skor 2
- Sering terjadi/terjadi lebih dari 1 kali : Skor 3

Untuk beberapa item risiko lain yang tidak dapat
diukur Irekuensinya semisal risiko iklim politik negara yang
buruk, yang diukur adalah taraI keburukannya yaitu:
- Tidak terjadi : Skor 1
- Terjadi dengan kondisi buruk : Skor 2
- Terjadi dengan kondisi sangat buruk : Skor 3

3.6.2. Variabel Terikat
Data untuk variabel sasaran proyek (variabel terikat Y)
merupakan data kuantitatiI dengan skala rasio. Karena satuan
46
yang digunakan tidak sama maka data ini perlu dikonversikan
menjadi data interval. Digunakan data interval dengan skala 1
sampai 5.
Metode konversi skala ditunjukkan dengan contoh
untuk data deviasi biaya/kontribusi berikut.

Data tertinggi 4
Data terendah -1
Jangkauan data 4 - (-1 ) 5

Jumlah kelas 5 (ditentukan)
Interval 5 / 5 1
Skala 1 (positiI besar) 4 s/d 4 - 1 4 s/d 3
2 (positiI) 3 s/d 3 - 1 3 s/d 2
3 (sesuai rencana) 2 s/d 2 - 1 2 s/d 1
4 (negatiI) 1 s/d 1 - 1 1 s/d 0
5 (negatiI besar) 0 s/d 0 - (-1) 0 s/d -1


Instrumen Pengumpulan Data (Kuesioner)

Alat untuk mendapatkan data disebut instrumen.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner adalah gabungan
dari bentuk checklist dan pilihan ganda. Berikut ini
dijelaskan proses penyusunan kuesioner agar dapat menjadi
alat ukur yang akurat.

3.7.1. Konstruksi Kuesioner
Langkah-langkah penyusunan instrumen dapat diawali
dengan penjabaran menjadi variabel, indikator, dan
komponen-komponennya. Komponen terendah penjabaran
variabel dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan. Seluruh
butir pertanyaan yang telah selesai disusun ditempatkan
47
dalam lembaran instrumen kuesioner. Butir-butir dalam
kuesioner berisi item-item risiko dan sasaran proyek/
kegiatan sesuai dengan hasil pendeIinisian variabel. Bagian
kanan berisi kolom check-list.
Kuesioner harus mudah dimengerti atau dipahami
responden, tidak menimbulkan persepsi bias, dan mudah
pengisiannya. Kuesioner disertai penjelasan agar
memudahkan responden dalam mengisinya. Kuesioner dibuat
dengan susunan yang teratur, tulisan yang jelas, dan dicetak
dalam bentuk yang bagus.

48
Tabel 3. Definisi Konsep dan Variabel

Variabel bebas

Konsep Variabel Indikator

Resiko Ekternal tidak dapat
diprediksi
Perubahan kebijakanlperaturan pemerintah
Pergolakan sosial dan politik
Acts oI od dan natural hazard
Eksternal dapat
diprediksi
Kondisi perekonomian negara yg kurang baik
Masalah dalam penyediaan sumberdaya
(material; tenaga kerja; alat)
Kondisi owner yang kurang mendukung
Kondisi perusahan /cabang yang kurang baik
Retribusi di luar dugaan
Internal non-teknis Kondisi keuangan proyek yang buruk
Kondisi waktu pelaksanaan proyek yang buruk
K3
Kondisi SDM proyek yang kurang baik
Kecurangan; kelalaian; ketidakjujuran
Risiko akibat pihak ke tiga
Kerusakan alat; properti; Iisik proyek
Internal teknis Tidak dipenuhinya spesiIikasi teknis
Hal-hal teknis proyek yang mengalami
perubahan dari owner
Masalah teknologi/metode konstruksi
Masalah kondisi Iisik aktual yang ditemui di
lapangan
Legal Masalah kontrak dan pasal-pasalnya
Tuntutan hukum
Perizinan dan pembebasan lahan





VARIABEL TERIKAT
49


Konsep
Dimensi / Variabel (Y) Indikator Item
Sasaran
proyek
Pencapaian sasaran proyek
Tepat biaya Deviasi biaya proyek
Tepat waktu Deviasi durasi proyek
Tepat mutu Jumlah item Non-conIormity
Product (NC-Product)


3.7.2 Validitas dan Reliabilitas

Tujuan pembuatan kuesioner adalah mendapatkan
inIormasi yang relevan dengan tujuan survei dan tingkat
keandalan (reliability) serta keabsahan atau validitas
validity setinggi mungkin. Validitas berkaitan dengan
pengertian apakah instrumen yang digunakan untuk
mengukur 'sesuatu dapat mengukur secara tepat 'sesuatu
yang diukur (Nurgiyantoro, unawan, dan Marzuki, 2000).
Uji Validitas Sejalan akan menguji apakah item-item
pertanyaan dalam kuesioner telah mencerminkan apa yang
diteliti atau mampu mengukur variabel dalam penelitian, uji
ini dilakukan dengan Teknik Korelasi Product Moment (r).
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
- Valid jika r K r-kritis (-: 1 / 5)
- Tidak valid jika jika r r-kritis (-: 1 / 5)

50
Reliabilitas berkaitan dengan pengertian apakah
instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur 'sesuatu itu
dapat mengukur 'sesuatu yang akan diukur tersebut secara
konsisten dari waktu ke waktu. Teknik Uji Reliabilitas yang
dapat digunakan adalah teknik Konsistensi Internal dengan
Metode Stabilitas Alpha Cronbach, menggunakan coeIisien
reliabilitas r (Nurgiyantoro, unawan, dan Marzuki, 2000).
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
- Reliabel jika r ~ 0,6
- Tidak Reliabel jika r 0,6


3.8. Pengolahan Data.
Pengolahan data untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan dalam penelitian sebagaimana yang dijelaskan
dalam rumusan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.8.1. Analisa DeskriptiI
Analisa ini berguna untuk mendapatkan inIormasi yang
bersiIat deskriptiI nengenai variabel-variabel penelitian.
Statistik deskriptiI dimaksudkan untuk menganalisa data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Sehingga jenis analisis ini bersiIat mendukung
analisis data selanjutnya. Deskripsi disajikan dengan
distribusi Irekuensi data dan hasilnya ditabulasikan dalam
tabel Irekuensi.

3.8.2 Analisa Faktor
Variabel-variabel risiko yang telah diinventarisasi
sebelumnya diuji sebagai Iaktor-Iaktor yang signiIikan
51
merupakan risiko-risiko baik pada bidang usaha jasa
konstruksi secara umum maupun pada proyek yang
dikerjakan secara khusus. Analisa ini menggunakan data yang
telah dikumpulkan melalui kuesioner mengenai penting atau
tidaknya risiko-risiko tersebut sebagai variabel. Alat analisa
statistik yang digunakan adalah Analisa Faktor. Hasil
akhirnya adalah risiko-risiko positiI/signiIikan pada proyek
konstruksi dalam bentuk kelompok-kelompok (Iaktor-Iaktor)
yang ditetapkan sebagai variabel. Analisa data dapat
dilakukan dengan menggunakan paket program statistik SPSS
release 11.0 for Windows.
Analisa Iaktor adalah prosedur yang digunakan untuk
mereduksi dan meringkas data berupa banyak variabel yang
memiliki korelasi satu sama lain sampai tingkatan yang
memungkinkan untuk diolah lebih lanjut. Fungsi Analisa Faktor
adalah sebagai berikut (Wibisono, 2000).
a. Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah
diamati dalam himpunan variabel.
b. MengidentiIikasikan variabel-variabel yang akan digunakan
ke dalam analisa lanjutan (regresi, korelasi, atau
diskriminan).
c. Membentuk himpunan dari variabel (dengan jumlah lebih
sedikit) untuk menggantikan (sebagian/seluruh) himpunan
variabel awal.
d. Menganalisa suatu Ienomena dengan data yang sangat besar.
e. Menjabarkan/menguraikan suatu kaitan kompleks di antara
Ienomena ke dalam Iungsi kesatuan-kesatuan

Proses analisa Iaktor adalah menghitung korelasi antar
variabel-variabel maniIes yang akan diolah membentuk variabel
laten (ambar 3.1). Dari semua variabel maniIes yang diolah
52
beberapa di antarnya akan diagregasikan ke dalam sejumlah
variabel laten yang lebih sedikit. Variabel maniIes diwakili oleh
satu item pertanyaan dalam kuesioner. Langkah-langkah
Analisa Faktor adalah sebagai berikut (ambar 3.2).






ambar 3.1 Hubungan antara Variabel Laten, ManiIes, dan
Item Pertanyaan



















L-K
M-1
M-2
M-n
Q-1
Q-2
Q-n
Analisa Iaktor
Merumuskan masalah
Menyusun matriks korelasi
Menetukan jumlah Iaktor
MenaIsirkan Iaktor-Iaktor
Menghitung skor Iaktor Memilih variabel
Menentukan model yang tepat
Merotasi Iaktor-Iaktor
53



ambar 3.2 : Langkah-langkah Analisa Faktor
(Malhotra, 1996)

54
I. Merumuskan masalah
Dalam perumusan masalah perlu dilakukan perumusan
tujuan analisa Iaktor dan variabel-variabel secara jelas.
Variabel-variabel dan data yang diperoleh dimasukkan ke
dalam model analisa Iaktor dalam menu SPSS release 11.0
for Windows.

II. Membuat matriks korelasi
Semua data yang masuk dan diolah akan menghasilkan
matriks korelasi. Dengan matriks korelasi a.kan dapat
diidentiIikasikan variabel-variabel tertentu yang tidak
mempunyai korelasi dengan variabei lain sehingga perlu
dikeluarkan dari analisa. Pada tahap ini juga dapat diketahui
variabel-variabel yang memiliki nilai komunalitas yaitu
variabel dengan koeIisien lebih tinggi dari 0,5 dan variabel
tersebut dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan
Bartlett s Test of Spherity yang berIungsi melihat
signiIikansi variabel dalam Iaktor. Kemudian digunakan Ufi
Kaiser-Meyer-Olkin untuk mengetahui kecukupan nilai
loading variabel yang diterima oleh model Iaktor. Ukuran
ketepatan uji ini terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ukuran ketepatan Kaiser- Meyer-Olkin

Ukuran KMO Rekomendasi
~ 0,9 Baik sekali
~ 0,8 Baik
~ 0,7 Sedang/agak baik
~ 0,6 Cukup
~ 0,5 Kurang
0,5 Ditolak
55

Sumber: Sharma (1996)

III. Rotasi Iaktor
Hasil penyederhanaan Iaktor dalam matriks Iaktor
memperlihatkan hubungan antara Iaktor dengan variabel,
tetapi dalam Iaktor-Iaktor tersebut terdapat banyak variabel
yang berkorelasi sehingga sulit diinterpretasikan. Dengan
menggunakan rotasi Iaktor matriks, matriks Iaktor
ditransIormasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana
sehingga mudah untuk diinterpretasikan . Dalam penelitian
ini digunakan rotasi varimax.

IV. Interpretasi Iaktor
Interpretasi Iaktor dapat dilakukan dengan
mengelompokkan variabel yang mempunyai Iaktor loading
tinggi ke dalam Iaktor tersebut. Untuk interpretasi hasil
perilaku ini variabel yang mempunyai Iaktor loading kurang
dari 0,5 akan dikeluarkan dari model. Yang dilakukan di sini
adalah:
a. Perhitungan skor Iaktor, dimaksudkan untuk mencari
nilai Iaktor yang dapat digunakan untuk analisa
multivariate.
b. Penyelesaian surrogate variabel, dimaksudkan untuk
mencari salah satu variabel dalam setiap Iaktor
sebagai wakil dari masing-masing Iaktor. Pemilihan
ini berdasarkan nilai pada Iaktor loading tertinggi.

V. Menentukan ketepatan model
Tahap terakhir analisa Iaktor adalah mengetahui apakah
model mampu menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang
56
ada perlu diuji dengan teknik Principal Component Analysis
(PCA) yaitu dengan melihat jumlah residual antara korelasi
yang diamati dengan korelasi yang diproduksi. Apabila nilai
residual semakin tinggi di atas 0,05 maka semakin buruk
kemampuan model untuk menjelaskan Ienomena yang ada.

3.8.3 Analisa Regresi
Setelah didapat risiko-risiko yang signiIikan pada
pelaksanaan proyek dan pengelompokannya langkah
selanjutnya adalah menganalisa sejauhmana kelompok-
kelompok risiko ini berpengaruh negatiI bagi sasaran proyek.
Analisa ini menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui
kuesioner mengenai pendapat responden tentang Irekuensi
terjadi atau taraI keburukan item-item risiko.
Dalam tahap ini dilakukan pengujian apakah kelompok-
kelompok (Iaktor-Iaktor) risiko sebagai variabel risiko (X)
memiliki pengaruh yang siginiIikan terhadap variabel sasaran
proyek (Y) secara simultan dan secara parsial. Pengaruh secara
simultan akan menjawab pengaruh risiko secara keseluruhan
pada pencapaian sasaran proyek. Pengaruh secara parsial akan
menjawab pengaruh masing-masing kelompok risiko pada
pencapaian sasaran proyek.
Untuk menganalisa pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat ini digunakan alat analisa statistik berupa
Analisa Regresi. Menurut ujarati (1995), Analisis Regresi
adalah:
"Studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas)
dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata
populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai
variabel independen yang diketahui."
57

Analisa data menggunakan paket program statistik SPSS
release 11.0 for Windows. Berikut ini dijelaskan masing-
masing analisa terebut.

A. Pengaruh secara simultan
Pengarus secara simultan diselesaikan dengan Analisa
Regresi Linier Berganda. Analisa Regresi Berganda digunakan
untuk menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel bebas
dengan satu variabel terikat. Modelnya adalah sebagai berikut:

Y ab1X1 b
2
X
2
b
3
X
3
. . . . . b,X, e

Di mana:

Y Variabel terikat Sasaran proyek/ kegiatan
X
n
Variabel bebas/prediktor n Kelompok risiko n
a Konstanta/intersep
b
n
KoeIisien prediktor / koeIisien regresi Xn
(menunjukkan angka peningkatan/ penurunan variabel
terikat akibat dari perubahan variabel bebas)
e Error t erms kesal ahan acak.


58
Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
- Apakah ada/tidak ada pengaruh yang signiIikan
antara variabel-variabel bebas secara simultan
terhadap variabel terikat? Pertanyaan ini dijawab
dengan uji hipotesis nilai statistik F-test.
- Seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh
seluruh variabel bebas?

Pertanyaan ini dapat dijawab dengan nilai KoeIisien
Determinasi (R
2
) yang didapat dari tabel hasil perhitungan.
R
2
dapat bernilai antara 0 dan 1. Semakin besar nilai R
2

berarti semakin besar kemampuannya dalam menjelaskan.

B. Pengaruh Secara Parsial
Pengaruh secara parsial diselesaikan dengan Analisa
Regresi Linear Sederhana yang menjelaskan hubungan
Iungsional ataupun kausal satu variabel bebas dengan satu
variabel terikat. Modelnya adalah sebagai berikut (Sugiyono,
2000).

Yab. X

Di mana:

Y Variabel terikat Sasaran proyek
X Variabel bebas/prediktor Kelompok-kelompok risiko
a Konstanta/intersep
b KoeIisien prediktor/koeIisien regresi (menunjukkan
angka peningkatan/penurunan variabel terikat berdasarkan
variabel bebas)
59

Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyan berikut (Kuncoro, 2001)
- Manakah diantara variabel bebas yang
mempengaruhi variabel terikat ?
Pertanyaan ini dijawab dengan uji hipotesis nilai
statistik F-test.
- Apakah semakin besar variabel bebas, variabel
terikat akan semakin besar juga? Pertanyaan ini
dijawab dengan melihat nilai Koetisien Regresi (B).
jika bernilai positiI berarti semakin besar variabel
bebas, variabel terikat akan semakin besar.
- Seberapa jauh variabel terikat mampu dijelaskan
oleh variabel bebas?

Pertanyaan ini dijawab dengan meninjau KoeIisien r
2
.
Variabel bebas yang memiliki pengaruh paling besar adalah
yang memiliki nilai r
2
terbesar.

3.8.4 Analisa Jalur.
Untuk mengetahui hubungan yang lebih mendalam
antara variabel-variabel risiko, variabel sasaran proyek yang
meliputi biaya, waktu, dan mutu serta kaitannya dengan sasaran
perusahaan secara menyeluruh, maka dalam penelitian ini
digunakan pula teknik analisis jalur (path)

Anda mungkin juga menyukai