Anda di halaman 1dari 9

INTERPRETASI DISKRIPSI MIKROMORFOLOGI ELEMEN GENETIK

PENDAHULUAN Berdasarkan informasi genetik, objek utama diskripsi mikromorfologi disusun berdasarkan uruturutan sebagai berikut: plasma akumulasi aliran dan bentukan baru bahan organik mineral skeleton agregat dan mikrosonalitas, mikrostruktur elementer pori. Plasma merupakan komponen massa tanah yang aktif, lebih dari komponen lain dalam transformasi akibat proses pembentukan tanah. Melalui pengamatan irisan tipis banyak sekali bentukan morfologi yang dapat diamati yang secara kimiawi tidak dapat diukur. Kandungan dan bahkan komposisi bahan organik masih belum dapat diamati dan diukur secara pasti. Karakteristik lempung-humus dari plasma bersama-sama dengan diskripsi komposisi humus, menunjukkan aras stabilitas bagian tanah yang terdispersi, kenyataannya haL ini cukup penting dalam menentukan mikrosonasi pada mikromass. Karakter profil dan sebaran lempung-karbonat dalam horizon tertentu cukup nyata terjadi dalam tanah Chernozem, dan tanah-tanah lain di wilayah semi-arida dan arida. Hubungan formasi baru karbonat cukup menarik untuk dipelajari. Hal penting yang perlu dipahami pada tanah yang kelengasannya berlebihan atau bahkan tergenang adalah aras pembentukan feruginasi plasma, terutama korelasinya dengan data analisa kimia (pembentukan oksida besi dan bukan silika), demikian juga memperkirakan terjadinya mobilitas

plasma. Seperti kita ketahui bersama bahwa plasma lempung-oksida besi tahan terhadap kemungkinan terjadinya perpindahan dan merintangi terjadinya iluviasi lempung. Karakteristik optik plasma merupakan refleksi aras mobilitas dan intensitas penyusunan kembali pengelompokkan ulang partikel tanah. Hal yang dapat diterima bahwa makin tinggi birefringence plasma. maka tipe fabrik makin komplek dan bersifat lebih mobil. Komposisi mekanik dan tipe batuan induk menguatkan terjadinya kenampakkan ini. Melalui proses ini, tanah lempung (tanah non-salin bukan karbonat) biasanya menunjukkan orientasi optik material halus yang tinggi. Litorelik (lithorelict) merupakan hasil pelapukan beberapa mineral dan juga seringkali mempunyai birefringence yang tinggi. Pada horizon atau tanah yang mempunyai plasma lempung yang anisotropi lemah, proses migrasi tidak terjadi atau perkembangannya tidak baik. Adanya pemisahan yang terjadi sekitar skeleton menunjukkan tahap awal perpindahan masa tanah halus. Terbentuknya fibrous-random dan bentuk fibrous-aliran sejalan dengan penyusunan kembali in situ. Tipe kemas-fibrous yang berulang sesuai dengan stratifikasi akumulasi aliran lempung, selanjutnya tersebar dan secara berangsur berkurang, merupakan kombinasi proses bahan lempung dan akumulasi aliran oleh plasma. Diskripsi kombinasi akumulasi aliran dan analisa granulometrik, merupakan informasi yang baik tentang mekanisme proses iluviasi yang terjadi. Tipe kemas spasial berhubungan dengan proses kryogenetik. Berdasarkan Hubungan dengan tipe kemas yang lain, maka kita akan berpendapat peranan dari (a) eluviasi-iluviasi, (b) proses lain pedomorfisme yang terjadi pada mineral primer dalam proses pembentukan profil tanah.

Pada kebanyakan tanah dengan batuan debuan dan lempungan, kemungkinan besar dapat dirunut (trace) sifat batuan asli dan transformasi yang terjadi di dalam profil berdasarkan kemas massa tanah halus. Akumulasi aliran, bentukan baru garam dan oksida besi merupakan kenampakan yang paling nyata terbentuk akibat proses pembentukan tanah. Akumulasi aliran merupakan indek utama terjadinya proses lessivage dan bentuk lain proses iluviasi. Komposisi akumulasi aliran sejalan dengan produk yang bersifat mobil (lempung, besi, mineral skeleton halus). Ukuran dan kuantitas menunjukkan intensitas proses yang terjadi. Hubungan sebaran akumulasi aliran sering menunjukkan diversitas umur yang apabila dikombinasikan dengan analisa komposisi, akan memperoleh gambaran beberapa fase proses iluviasi, atau proses poligenetik yang terjadi di dalam tanah. Adanya bentukan baru tertentu merupakan titik awal, dalam interpretasi asal-usul proses genesa tanah. Secara mikromorfologi, kita akan memperkuat analisa morfologi dengan cara merunut bentukan baru terkecil dan kemudian dilakukan evaluasi kemas-internal dan/atau sifat kristalisasi dari bahan bentukan baru. Bentukan baru dalam bentuk oksida besi merupakan hasil beberapa proses gleisasi. Bentuk dari bentukan baru menunjukkan proses oksidasi-reduksi yang terjadi di dalam profil tanah. Melalui proses oksidasi-reduksi, konkresi besi berbentuk lempeng yang mampat dan keras. Kemas yang tidak dapat dibedakan merupakan horison gleisasi-eluviasi dengan kondisi hidrologi yang kontras; bentukan yang tidak mengeras dan tidak kompak menunjukkan kondisi horison yang selalu lembab.

Bentukan karbonat merupakan refleksi kondisi pH horison. Perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsit dan sebarannya dalam massa tanah dapat digunakan untuk merekonstruksi perpindahan elemen karbonat yang bersifat dinamis. Bentuk kristal gipsum di dalam tanah di pengaruhi oleh kondisi kelengasan tanah dan komposisi granulometrik. Individu kristal-interkalasi sering dijumpai pada tanah-tanah bertekstur debuan, sedang akumulasi kristal pada tanah bertekstur kasar. Masa padat gipsum sangat berhubungan dengan proses rekristalisasi pada kondisi air tanah dangkal. Bentukan baru gipsum dapat digunakan untuk memperbaiki pendapat tentang perubahan berdasarkan waktu garam terlarut di dalam tanah tetapi juga untuk memperbaiki diagnosis terbentuknya kristal baru di dalam tanah. Hasil studi mikromorfologi bahan organik tanah adalah determinasi tipe humus, seperti humus kasar "moder" dan bentuk-bentuk transisinya. Studi mikromorfologi memberikan defmisi yang lebih tepat tentang humus, karena kriteria utama untuk membedakan bentuk humus dipinjam dari istilah mikromorfologi. Kita mengingatkan kembali bahwa kriteria yang digunakan berhubungan dengan aras perombakan bahan organik yang terjadi dan perkembangan bentuk mineral-organik. Analisis karakter bahan organik akan banyak bermanfaat sebagai indek pembentukan humus. Sebagai contoh: dijumpainya sisa karbon berwarna hitam dan jaringan tanaman yang masih baik, menunjukkan bahan yang masih baru atau tidak terdekomposisi secara sempurna karena dalam keadaan tergenang. Tanda tanda tertentu aktivitas fauna tanah dapat digunakan untuk evaluasi aktivitas biologi tanah. Aras pedalitas masa tanah, partisipasi bahan apedal dalam kemasmikro, bentuk, ukuran dan genera agregat merupakan indeks yang secara integral dapat digunakan untuk mengevaluasi proses

pembentukan tanah yang terjadi. Agregat yang lemah atau belum terbentuk sama sekali menunjukkan proses yang lemah atau awal pembentukan tanah. Akan tetapi, beberapa proses pembentukan tanah akan menghasilkan bentukan yang sama. Sebagai contoh proses gleisasi akan menyebabkan tidak terbentuknya agregat masa tanah. Karakter mineral penyusun skeleton mempunyai arti yang bersifat independen apabila homogenitas bahan induk diuji. Agihan mineral di dalam profil dan kenampakan pelapukan yang terjadi memberikan informasi intensitas dan karakter pelapukan yang terjadi di dalam tanah. Agihan mineral skeleton dan konsentrasinya berhubungan dengan partikel mikro, nampak dekat dengan retakan menunjukkan pengembangan proses eluviasi. Karakterisasi skeleton yang berhubungan erat dengan karakterisasi kemasmikro tidak dapat digunakan untuk membedakan masalah genesa dan hanya sebagai "latar belakang" proses pembentukan tanah yang terjadi. Pelapukan dan proses eluviasi-eluviasi menyebabkan terjadinya beberapa perubahan karakter elemen kemasmikro. Apabila diskripsi mikromorfologi tidak mempunyai maksud tertentu, kemudian studi pori yang terbentuk merupakan bagian yang diperlukan dan diperikan secara lengkap. Informasi pori yang terbentuk dapat sebagai tambahan informasi agregat tanah yang terbentuk (packing voids, retakan) dan adanya kegiatan biologi (gerakan akar dan fauna tanah). Pada tanah yang kaya karbonat dan garam lainnya, dinamika garam dapat dikarakterisasikan berdasarkan bentukan baru yang terbentuk (seperti lempeng atau pori vesikuler). Pori adalah jalan terjadinya perpindahan sehingga perlu diperikan dengan baik.

MIKROMORFOLOGI DALAM PENELITIAN TANAH TERAPAN Penelitian mikromorfologi dalam ilmu tanah tidak terbatas pada diagnosis bentukan pedogenesis dan mekanisme proses pembentukan tanah. Studi mikromorfologi pada akhir akhir ini jauh lebih berkembang dalam mempelajar pengaruh manusia terhadap tanah atau yang lebih dikenal sebagai proses antropogenik, terutama dalam mempelajari ameliorasi yang dilaksanakan terhadap tanah. Penggunaan mikromorfologi dalam penelitian ilmu tanah akan dapat lebih tepat memahami arah perubahan yang terjadi akibat pengaruh manusia terhadap tanah. Kita akan membahas penelitian tanah terapan yang dapat memanfaatkan gatra mikromorfologi. Pada saat ini, waktu dan intensitas pertanaman yang dilakukan cukup tinggi, tetapi kesulitan untuk mengetahui perubahan yang tedadi di dalam tanah. Hal ini sangat berhubungan dengan intensitas pengolahan yang dilakukan. Semua faktor menyebabkan terjadinya degradasi pada beberapa sifat tanah, pertama kali yang mengalami perubahan adalah struktur tanah. Dalam beberapa kasus kerusakan dan dispersi yang terjadi pada struktur tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan pola pori tanah dengan regim udara. Pada kasus yang lain, terutama dengan tekstur berat, pertanaman yang intensif menyebabkan pembentukan struktur baru, meningkatnya jumlah rongga tanah yang akan memperbaiki kondisi penghawaan dan regim kelengasan tanah. Dengan demikian tugas mikromorfologi adalah mencari/mengamati perubahan yang tejadi terhadap kemas lapisan olah tanah sesudah pertanaman dan mengamai gatra yang bersifat positif dan negatif. Melalui pendekatan mikromorfologi akan dapat dievaluasi perubahan struktur tanah sesudah pertanaman inteasif dan mengukur stabilitas struktur dan karakter perubahan struktur serta pola pori yang terbentuk.

Perubahan yang umum yang terjadi pada kemasmikro akibat pemupukan organik dan anorganik sangat sukar diamati dengan menggunakan irisan tipis. Sudah diketahui bahwa pemupukan mineral bahkan dalam jumlah yang rendah tanah, menurunkan porositas, akan menyebabkan terjadinya dispersi/kerusakan struktur menurunkan pori berukuran besar dan meningkatnya

gumpalan/bongkah tanah. Dalam waktu yang bersamaan pori tanah akan terisi bahan halus berukuran debu atau lempung dan akibatnya proses eluviasi dan euviasi terjadi lebib kuat. Pemupukan organik akan melindungi terjadinya kerusakan pada beberapa sifat tanah. Dengan demikian, proporsi pupuk organik dan mineral harus diberikan secara optimal untuk mempertahankan kondisi tanah tetap baik. Penelitian mikromorfologi mempunyai prospek yang baik dalam mendukung studi ameliorasi yang dilaksanakan terhadap tanah. Akibat dilaksanakan pengembangan pengatusan dan pengairan, maka terjadi perubahan sebaran bahan halus di dalam profil tanah: partikel lumpur, Fe-hidroksida, garam terlarut dan senyawa organik. Besarnya sebaran yang terjadi seringkali diabaikan dan tidak mungkin dapat diamati menggunakan metode analisis yang konvensional. Pada waktu yang bersamaan juga mempengaruhi bermacam-macam karakteristik tanah. Dalam kasus ini, mikromorfologi harus mempelajari awal proses sekunder dari transformasi prolil dan melihat arah perubahan yang terjadi. Pada awal diagnosis kemungkinan besar akan dijumpai jalan keluar yang efektif untuk mencegah/mengurangi efek negatif yang kemungkinan terjadi, sebelum pengaruh negatif terjadi lebih meluas. Sebagai contoh dalam mempelajari pola pori tanah akan dapat diketahui kemungkinan terjadinya aliran kesamping, sehingga akan memudahkan dan lebih teliti dalam menghitung kebutuhan air. Sebagai akibat dikembangkannya pengairan, akan terjadi perpindahan partikel lumpur secara vertical. Perpindahan lumpur secara vertikal akan menyumbat pori berukuran harus. Dalam hal ini, mikromorfologi akan banyak membantu dalam mengurangi

kemungkinan terjadinya penyumbatan pada pori tanah dengan melihat kualitas air pengairan yang digunakan. Pada tanah-tanah semacam ini, garam-garam terlarut mempunyai mobilitas yang tinggi. Pengendapan garam akan terjadi pada horison yang berbeda, seringkali menyebabkan sifat kimia dan aliran air yang kurang penguntungkan. Masalah penting yang harus diketahui karakter akumulasi garam di dalam massa tanah: sebaran atau konsentrasi dalam pori atau rongga tanah. Informasi ukuran dan bentuk kristal garam juga sangat penting. Akumulasi garam kadang-kadang akan mengubah secara sempurna kemasmikro tanah asal. Mikromorfologi dapat digunakan untuk mengarahkan program ameliorasi yang harus dilakukan, sebagai contoh ameliorasi kimiawi tanah-tanah tertentu yang kaya garam. Reklamasi tanah bekas tambang merupakan obyek yang menarik dari gatra mikromorfologi. Pada umumnya komposisi tanah-tanah bekas tambang sangat rumit. Hal ini tergantung pada jenis penanaman kembali yang akan dilaksanakan, demikian juga komposisi bahan induk tanah atau limbah industri yang ada. Kebanyakan batuan yang ada bersifat toksik. Tanah yang akan direklamasi dan ditanami kembali, proses pembentukan tanah menyebabkan terjadinya perubahan komposisi bahan induk dan terjadi penyusunan kembali komponen tanah. Senyawa yang tidak stabil tersebut (sebagai contoh pirit) teroksidasi dan hasil pelapukannya menghasilkan interaksi dengan mineral tanah yang akan ditanami. Pada kondisi tertentu, mikromorfoiogi harus mampu mengamati karakter dan mekanisme transformasi bahan induk dan arah proses utama yang berlangsung. Penelitian ini harus sampai pada rekomendasi yang berhubungan dengan tujuan penanaman kembali dengan

mempertimbangkan gatra ekonomi apabila usaha reklamasi dan penanaman kembali tersebut akan dilakukan.

Pustaka Sutanto R. (1994) Mikromorfologi dalam penelitian tanah. Handout. Program studi Ilmu Tanah Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian Fakultas Pertanian, UGM. Yogyakarta. Hal: 80-84

Anda mungkin juga menyukai