Anda di halaman 1dari 44

Dr.

Sunu Herwi Pranolo


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta HP: 0821-3869-1278 / E-mail: sunu_pranolo@yahoo.com

Pendahuluan
[A] non-fossilized and biodegradable organic material originating from plants, animals and micro-organisms. This shall also include products, by-products, residues and waste from agriculture, forestry and related industries as well as the non-fossilized and biodegradable organic fractions of industrial and municipal wastes (United Nations Framework Convention on Climate Change, 2005) sebagai hasil reaksi antara CO2 di udara dengan air dan sinar matahari (melalui fotosintesis) yang menghasilkan senyawa karbohidrat sebagai penyusun utama biomassa salah satu sumber energi terbarukan yang paling banyak dimanfaatkan (terutama di negara berkembang mencapai 40% pasokan energi; di negara maju kurang dari 5%) menyumbang 10% 14% pasokan energi dunia
2

Pendorong pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi


1. Perkembangan teknologi konversi energi dan produksi pertanian
Proses lebih murah Proses lebih efisien Konversi meningkat

2. Terjadinya kelebihan (surplus) produksi pangan terutama di negara maju


De-populasi daerah pedesaan lahan pertanian meluas Subsidi terhadap tanaman pertanian Peningkatan emisi gas rumah kaca (greenhouse gases): CO2 Biomassa merupakan sumber energi bersifat CO2-neutral

3. Issue perubahan iklim (global warming pemanasan global)

Hal terpenting: Biomassa relatif tersedia melimpah dan merata di setiap tempat dapat menjamin ketahanan energi (energy security) !!!
3

Sumber Daya Biomassa


Tanaman Pangan/Pakan
Sumber gula/pati Menghasilkan lemak/minyak Mengandung protein (sangat jarang)

Limbah Organik
Tanaman Kemurgi

Sisa panen/industri pertanian, perkebunan, kehutanan Kotoran ternak Sampah padat perkotaan

Tanaman budidaya sumber karbon dan energi (dedicated energy crops tanaman peruntukan energi) Banyak mengandung lignoselolusa Selain pangan dan pakan

Limbah Organik
mestinya dapat digunakan sebagai bahan baku suatu proses koproduk bernilai rendah
Pembabatan Rumput

Limbah Pertamanan Kota

Pemangkasan Pohon
Daun-daun Jerami, sekam padi

Sisa Panen

Tongkol jagung Cangkang Sawit

Limbah Organik

Limbah Pengolahan/ Penggunaan Hasil Pertanian Kotoran Ternak Sampah Padat Kota Kertas Plastik Sisa makanan Bahan tak terbakar

Pembentukan Biomassa (tanaman pangan/pakan dan kemurgi)


Melalui fotosintesa: (dengan bantuan sinar matahari) Energi sinar matahari diserap dan disimpan tanaman dalam wujud senyawa organik Reaksi sederhana pembentukan biomassa: 6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2 bahan anorganik bahan organik (biomassa: selolusa, hemiselolusa, lignin) dan oksigen energi matahari energi kimia Reaksi sederhana konversi biomassa (secara kimia atau biologi) menjadi energi: biomassa + O2 CO2 + H2O (disertai pelepasan energi)

Tanaman Kemurgi
Sengaja dibudidayakan Siklus penanaman-pemanenan-penumbuhan-ulang berjangka relatif pendek (panjang siklus bisa mencapai 10 tahun) Tanaman kemurgi: Tanaman gula Tanaman pati Tanaman minyak (lemak maupun atsiri) Tanaman lignoselulosa.
menjamin penggunaan sumber daya secara berkelanjutan !.
ditanam dan dipanen secara periodik

Fakta: Pada tanaman-tanaman gula, pati dan minyak sekalipun, komponen terbesar tanaman adalah lignoselulosa batang, cabang, ranting, daun, akar
8

Kecenderungan : tanaman gula, pati, dan minyak yang produktifitas biomassa ( lignoselulosanya) lebih besar, lebih disukai. tanaman lignoselulosa kian menjadi incaran; untuk pembangkitan listrik maupun produksi bahan bakar cair via BTL (Biomass To Liquids; kombinasi gasifikasi dan reaksi sintesis FischerTropsch). perolehan energi (MJ/ha/th) memang biasanya paling besar pada tumbuhan yang hanya akar dan batang.

Tanaman lignoselulosa terbagi menjadi


Berkayu Tumbuh Cepat Tak Berkayu

(woody)

(herbaceous)

Berdaun Jarum (Softwood) Berdaun Lebar (Hardwood)

Berbatang Besar

Berbatang Kecil

10

Tanaman Berkayu Tumbuh Cepat


Dipanen pada rotasi 3 10 tahun.

Karakter yang dikehendaki : tumbuh cepat pada berbagai jenis tanah/lahan; kayunya berberat-jenis dan bernilai-kalor tinggi; arsitektur batang-cabang dan kerindangan daun memungkinkan jarak tanam pendek; berefisiensi konversi energi surya besar; dapat tumbuh lagi dari tunggul (able to coppice); mampu memanfaatkan nitrogen udara (able to fix nitrogen).

11

Ciri-ciri softwood dan hardwood


Parameter ciri Komposisi (%-b) : Selulosa Hemiselulosa Lignin Ekstraktif Kelas tumbuhan Mampu tumbuh dr tunggul Kemudahan delignifikasi Derajat polimerisasi lignin Kadar gugus asetil Kadar abu (terutama SiO2) Contoh Softwood 42 2 27 2 28 3 32 gimnosperma tidak < > < > Pinus Hardwood 45 2 30 5 20 4 53 angiosperma ya > < > < Turi
12

Contoh-contoh yang sudah/agak populer : Turi (Sesbania grandiflora). Janti atau Jayanti (Sesbania sesban). Kaliandra (Calliandra calothyrsus) Kayu putih (Eucalyptus sp., Melaleuca leucadendra). Sengon/albasiah (Albizia chinensis/falcata/lebbek). Akasia (Acacia sp.). Cemara (Casuarina equisetifolia/junghuhniana) pbj. pbj pohon berdaun jarum Contoh lain yang potensial dan multiguna : Kelor (Moringa oleifera). Malapari (Pongamia pinnata/glabra, Derris indica). Nimba (Azadirachta indica). Mindi (Melia azedarach). Kacang hiris (Cajanus cajan).
13

Perolehan (produktifitas) tanaman berkayu tumbuh cepat : 15 30 ton/ha/th, maksimum: 30 65 ton/ha/th; nilai kalor kayu: 18,5 21,0 MJ/kg. Sekalipun kebanyakan tumbuh cepat, pohon-pohon berdaun jarum umumnya tak mampu tumbuh lagi dari tunggul (sisa penebangan). Kayu berdaun jarum sangat bernilai untuk papan bangunan dan pembuatan kertas, sehingga limbah berbentuk sisa-sisa penebangan (logging) dan pengerjaan/pengolahan, yang cocok untuk dijadikan bahan bakar, lazim mudah tersedia.

14

Tanaman Energi Tak Berkayu


Biomassa di atas tanah, pohon ini biasanya hanya hidup satu musim tanam. Perolehan (produktifitas) biomassa di daerah 4 musim:
rata-rata 5,5 11 ton/ha/th, maksimum 20 25 ton/ha/th; di daerah tropik akan lebih tinggi.

Sifat-sifat kimia biomassa tanaman tak berkayu lebih mirip kayu pohon berdaun lebar:
kadar lignin rendah, karbohidratnya lebih mudah dijumput, hemiselulosa-nya terutama berwujud ksilan (polimer ksilosa).

Kadar silika ( kadar abu): tumbuhan tak berkayu > yang berkayu. Tumbuhan tak berkayu paling potensial untuk tanaman perkebunan energi : rumput-rumputan.
15

Rumput-rumputan berbatang besar : Yang menghasilkan gula/pati: tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), sorgum biji/manis (Sorghum bicolor), dan hanjeli (Coix lacryma-jobi). Yang hanya berlignoselulosa: kaso/gelagah/tebu-salah (Saccharum spontaneum), glagah (Miscanthus sp.), rumput gajah (Pennisetum purpureum). Pemanenan rumput-rumputan berbatang besar, sekali-pun dengan mesin pemanen, merupakan kegiatan padat-karya. Rumput-rumputan berbatang kecil : rumput benggala/guinea (Panicum maximum), jajagoan/kejawan (Echinochloa/Panicum crusgalli), alang-alang (Imperata cylindrica).
16

Faktor-faktor pendukung potensi rumput-rumputan berbatang kecil sebagai tanaman energi tak berkayu: dapat dipanen seperti jerami; tidak saling menindih/menimpa satu sama lain, ketika tumbuhan sudah tinggi. Tanaman yang menahun lebih tahan kekeringan, lebih tahan hama, dan lebih tak mengerosi tanah dibanding tanaman semusim. Keanekaragaman dan potensi tanaman-tanaman energi tak berkayu di Indonesia belum teridentifikasi baik.

17

Sifat sifat Biomassa


Sifat-sifat biomassa dinyatakan sebagai: 1. Sifat kimia 2. Sifat fisika 3. Nilai kalor Sifat-sifat biomassa menentukan: 1. Pemilihan teknologi konversi biomassa menjadi energi 2. Tingkat kesulitan proses-proses yang mungkin timbul ketika penanganan

Pemilihan jenis biomassa menentukan:


bentuk akhir energi (gas, cair atau padat) hasil konversi biomassa

18

Sifat Kimia Biomassa


1. Analisis komponen organik:
kadar-kadar protein, minyak-lemak, gula, pati, dan lignoselulosa Bagi tanaman energi, kadar-kadar selulosa, hemiselu-losa dan lignin juga sering dikehendaki
Biomassa Softwood Hardwood Jerami gandum Rerumputan Lignin Selulosa Hemiselulosa 25% 30% 20% 25% 20% 25% 10 % 40%

27% 30% 35% 40% 20% 25% 45% 50% 15% 20% 33% 40% 5% 20% 30% 50%

Perbandingan selulosa/hemi-selolusa penting diketahui untuk konversi secara biokimia, mis.: pembuatan bio-ethanol. Rerumputan menghasilkan lebih banyak etanol (280 L/t) dibanding kayu (205 L/t).
19

2. Analisis proksimat:
kadar air, bahan menguap (volatile matter), karbon tak geming (fixed carbon), dan abu
Biomassa
Kayu Jerami padi Sekam padi

M
17% 10% 8%

VM
68% 61% 59%

FC
14% 19% 20%

Abu
1% 10% 13%

Tongkol jagung
Lignite Bituminous

7%
34% 11%

71%
29% 35%

21,5%
31% 45%

1,5%
6% 9%

VM: komponen penyusun biomassa yang menguap pada pemanasan suhu 950 oC selama 7 menit (termasuk air) FC : komponen penyusun biomassa tersisa setelah proses penguapan VM (diluar abu dan kadar air)
20

3. Analisis ultimat: (analisa elemental)


kadar-kadar unsur penting seperti C, H, O, S, N, dan abu
Biomassa Kayu Jerami padi Sekam padi Tongkol jagung Lignite Bituminous C 51,4% 43,6% 42,6% 47,0% 56,4% 73,1% H 6,2% 3,5% 5,0% 5,6% 4,2% 5,5% O 41,3% 40,3% 37,8% 45,7% 18,4% 8,7% N 0% 0,7% S 0,1% Abu 1,0%

0,1% 11,9% 1,5% 5% 9,0%

0,2% 0,04% 14,4% 0,2% 0,04% 1,6% 1,4% -1,7%

Perbandingan O:C dan H:C berhubungan dengan nilai kalor biomassa diagram van Kravelen

21

Diagram van Krevelen

22

Kadar Abu/Residu sisa padatan hasil konversi biomassa baik secara termokimia (menghasilkan abu) maupun bio-kimia (menghasilkan residu padat) Semakin besar kandungan abu, semakin rendah nilai kalor Kadar abu mempengaruhi biaya penanganan dan pemrosesan secara keseluruhan Abu berpotensi meleleh (menjadi slag), terutama ketika proses pembakaran mengurangi kapasitas produksi sekaligus meningkatkan biaya operasi Jumlah residu padat > jumlah abu
Pendidikan dan Pelatihan Teknis Gasifikasi Biomassa Untuk Pembangkit Listrik

23

Kadar Alkali logam alkali di biomassa: Natrium (Na), Kalium (K), Magnesium (Mg), Fosfor (P) dan Kalsium (Ca) reaksi logam tersebut dengan Silika (yang terkandung di abu) menghasilkan lelehan lengket yang dapat mengganggu (blocked) pipa-pipa saluran

Pendidikan dan Pelatihan Teknis Gasifikasi Biomassa Untuk Pembangkit Listrik

24

Sifat Fisika Biomassa


Sifat fisika terpenting: densitas curah atau volume curah Berhubungan dengan biaya transportasi dan penyimpanan
Biomassa Kayu: Hardwood Softwood Pelet Serbuk gergaji Jerami Terurai Terpotong Pelet 24,7 49,5 12,0 49,5 1,4 1,8 0,02 0,04 0,02 0,08 0,56 0,71 4,4 5,2 5,6 1,6 1,8 6,2 0,23 0,18 0,19 0,56 0,63 0,12 Volume curah (m3/ton) Densitas curah (ton/m3)

25

Nilai Kalor
menyatakan kandungan energi atau panas yang berpotensi terbebaskan ketika dibakar dengan udara. diukur sebagai kandungan energi tiap satuan massa atau volume, MJ/kg (padat), MJ/L (cairan) atau MJ/Nm3 (gas) dinyatakan sebagai:
Gross Calorific Value (GCV) atau Higher Heating Value (HHV): kandungan energi total terbebaskan ketika bahan bakar dibakar dengan udara (termasuk panas penguapan air) Nett (NCV) atau Lower Heating Value (LHV): kandungan energi termanfaatkan

26

Gross heating value higher heating value (HHV): Kebanyakan dalam rentang 15 20 MJ/kg-kering. Rumus perhitungan empirik (MJ/kg-kering) : GHV = 0,4571 x (% C basis kering) 2,70

Net heating value lower heating value (LHV): NHV = GHV kalor penguapan air terbentuk

Yang terukur dalam kalorimater (bomb) biasanya adalah GHV, yang lebih banyak dibutuhkan dalam perhitungan teknik/rekayasa adalah LHV.
27

Nilai kalor (HHV) berbagai jenis biomassa Biomassa Jerami gandum Rerumputan Sekam padi Jerami padi Tongkol jagung Ampas tebu Cangkang sawit Kadar Air 6% 13% 15% 8% 10% 7% 50% 12% HHV (MJ/kg) 17,3 17,4 15,4 13,7 17,5 9,2 18,3

Bituminous

8% 12%

26,2

28

Karakteristik Biomassa untuk proses gasifikasi Kadar air biomassa tidak lebih dari 30%. Kadar air biomassa dapat diturunkan dengan pengeringan. Biomassa kering udara memiliki kadar air berkisar antara 10 15%. Bentuk partikel mendekati bulat, kubus atau selinder. Bentuk partikel pipih atau serbuk mengakibatkan hambatan aliran gas di dalam reaktor. Ukuran partikel biomassa umpan gasifikasi antara 0,5 10,0 cm. Bulk density umpan sebaiknya tidak kurang dari 250 kg/m2. Biomassa dengan bulk density terlalu rendah mengakibatkan temperatur gasifikasi kurang tinggi.
29

Pemanenan Biomassa
Proses pemanenan merupakan proses padat energi (untuk transportasi) dan berpotensi membuat kotor biomassa (dapat menganggu proses konversi) Kandungan air berpotensi juga meningkat selama proses pemanenan menambah biaya produksi (perlu pengeringan awal) Tanaman berkayu tumbuh cepat biasanya dipanen dalam bentuk tebangan dan dapat dipotong-potong lebih lanjut (chipped) Tanaman tak-berkayu dipanen sebagai bal atau butiran (grain) Proses pemanenan memunculkan biaya biaya transportasi (yang dipengaruhi oleh jarak tempuh densitas energi, MJ/m3, jenis dan bentuk biomassa) Biaya transportasi jalan raya dapat mencapai 70% total harga biomassa (penanaman, pemanenan dan transportasi)

30

Biaya pemanenan
Biomassa Limbah hutan Jerami Bal Bentuk Potongan kayu Biaya (Rp/t) 500.000 400.000 700.000

Tanaman tumbuh Potongan cepat

31

Berat sisa panen terhadap produk utama


Produk Jagung, < 8300 L/ha Jagung, > 8300 L/ha Padi Millet Sorgum Kacang polong Buncis Kedelai Kentang Kacang suuk Coklat Gula tebu Sisa panen Cngkng + btng Cngkng + btng Jerami Jerami Jerami Kacang (?) Kacang (?) Kacang Umbi Kacang umbi Biji Gula Prod. utama Biji pipilan Biji pipilan Butiran padi Butirn padi Butirn padi Jerami Jerami Jerami Batang Batang Cangkang Bagas Nisbah berat 1,0 1,5 1,4 1,4 1,4 1,5 2,1 2,1 0,4 1,0 0,2 1,16

Setiap 1 ton gabah (padi) akan dihasilkan 700 800 kg beras dan 200 300 kg sekam Setiap 1 ton buah jagung akan dihasilkan sekitar 500 kg biji jagung dan 500 kg bonggol

32

Kapasitas Perolehan Energi (Yield)


Kombinasi produktifitas dan nilai kalor biomassa (HHV) menghasilkan perolehan energi (yield). Peningkatan yield dapat melalui rekayasa genetika yang menghasilkan tanaman hibrida (hasil persilangan dua induk berbeda sifat) Pengembangan melalui dua cara:
Spesies berproduktifitas tinggi ditanam di tanah produktif Spesies berproduktifitas sedang ditanam di tanah marginal
33

Potensi Pembangkitan Listrik Biomassa di Indonesia


Indonesia adalah negara kepulauan transmisi dan distribusi listrik sulit Banyak pulau tidak memiliki cadangan bahan bakar konvensional (fosil), tetapi setiap pulau memiliki kekhasan (jenis, jumlah) biomassa yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan listriknya sendiri (self-sufficient) Indonesia negara berbiodiversitas dahsyat. Darat no. 2 didunia, darat + laut bahkan no. 1! Pembangkitan listrik hayati menjadi penting karena bisa memasok sepanjang tahun . Kemungkinan kombinasi pasokan (hybrid) : biodiesel + surya + angin + ..... perkebunan listrik + surya + angin + .... Produksi bahan bakar dan listrik hayati dapat mengeksploitasi sumber daya lokal ( langsung meningkatkan pendapatan/income penduduk setempat). Tanaman tumbuh cepat yang layak untuk perkebunan listrik : miscanthus ( rumput glagah), kaso, turi, nimba, kelor, dsb.
34

Potensi biomassa untuk listrik di Indonesia


35

36

37

Tingkat keberlimpahan sumber daya


Yang paling menarik dari sisi keekonomian adalah sisa-sisa panen pertanian dan kehutanan serta sampah kota. Pengumpulan dalam jumlah besar dan segregasi (utk sampah)? Angka-angka pasti pasokan potensial di lokasi? Lahan pertanian potensial bisa digunakan tapi kini belum dimanfaatkan. Lahan pertanian ekses kini dimanfaatkan tapi bisa nganggur di masa depan, jika produktifitas meningkat (di Indonesia ???). Lahan hutan potensial hutan berproduktifitas rendah yang bisa dikonversi untuk perkebunan kemurgi.
38

Contoh: betulkah hutan lindung lebih baik dari perkebunan sawit? Manfaat ekonomi bagi penduduk sekitar?. Kemampuan menjadi penyerap (sink) karbon dioksida? Sebagian dari hutan lindung/tropika mungkin bisa dikonversikan, asal di tiap lokasi jangan terlalu besar atau bahkan seluruhnya (memusnahkan biodiversitas). Mungkinkah di Indonesia ada pulau garam, pulau beras, pulau gula, pulau glukosa-fruktosa, dll.? Indonesia masih perlu banyak berbenah diri, berbudaya saling menguntungkan (postive sum game) dan berpikir lebih komprehensif!

39

Hambatan Penyebarluasan Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber Energi

Sifat fisik biomassa (densitas curah) rendah Konflik potensial dalam penggunaan sumber daya tanah dan air untuk energi biomassa maupun penggunaan lain Biaya investasi tinggi, tetapi periode pengembalian modal lama Tidak ada mekanisme insentif dan pembiayaan dari pemerintah, misalnya subsidi Kebijakan pendukung lemah Pengetahuan, kepedulian dan sosialisasi kurang Kemampuan industri dalam negeri masih rendah
40

Kesimpulan
Penggunaan biomassa, sebagai sumber energi tradisional di negara berkembang, akan memainkan peran penting membantu negara maju mengurangi dampak pembakaran bahan bakar fosil jika segera dilakukan tindakan penanaman kembali secara luas Biomassa sebagai salah satu sumber energi terbarukan membantu menurunkan efek pemanasan global (global warming) Tanaman berkayu tumbuh cepat dan tak berkayu merupakan biomassa sumber energi terpenting Energi (kimia) tersimpan di tanaman dalam bentuk selolusa, hemi-selolusa, dan lignin Perbandingan selolusa, hemi-selolusa, dan lignin merupakan kunci utama penentu rute konversi energi

41

Semua biomassa dapat dibakar (proses termokimia): pembakaran untuk menghasilkan steam sebagai penggerak steam turbine yang akan menghasilkan listrik. Tetapi, beberapa jenis biomassa lebih cocok dikonversi secara bio-kimia untuk produksi bahan bakar gas atau cair. Kandungan energi biomassa (dasar kering dan bebas abu) berada dalam kisaran 17 21 MJ/kg. Pemilihan penggunaan biomassa atas dasar: laju pertumbuhan, kemudahan pengelolaan, pemanenan, dan sifat-sifat kimia/fisika/nilai kalor.
42

Pustaka
1. Bridgwater, A.V., 2003, Renewable fuels and chemicals by thermal processing of biomass, Chemical Engineering Journal, 91, 87 102 2. Demirba, A., 2001, Biomass resource facilities and biomass conversion processing for fuels and chemicals, Energy Conversion & Management, 42, 1357 1378 3. Klass, D.L., , Biomass for renewable energy, fuels, and chemicals, 4. McKendry, P., 2002, Energy production from biomass (part 1): overview of biomass, Bioresource Technology, 83, 37 46 5. Sayigh, A., 1999, Renewable energy the way forward, Applied Energy, 64, 15 30 6. Soerawidjaja, T.H., Materi perkuliahan Teknologi Kemurgi, TK-ITB 7. Yulistiani, F., Susanto, H., dan Adi, T.P., 2009, Kajian teknoekonomi pabrik konversi biomassa menjadi bahan bakar FischerTropsch melalui proses gasifikasi 8. , 2007, Energy [r]evolution A sustainable Indonesia Energy Outlook, Greenpeace International European Renewable Energy Council (EREC)
43

44

Anda mungkin juga menyukai