Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

: FOTO (ELEKTRO) KATALIS

1. Menggunakan pasangan elektrode inert (misalnya, Pt atau grafit) dan bantuan tegangan dari luar potensial sekitar 1,3 Volt atau lebih, air diurai menjadi H2 dan O2. Sementara itu, tanpa pemberian daya dari luar, pasangan elektrode lapisan tipis kristal TiO 2 (baik anastase atau rutile) dan iluminasi foton pada permukaan TiO 2 , peneliti mengklaim bahwa air dapat diurai menjadi H2 dan O 2 . a. Penjelasan fenomena water spiltting (penguraian air) yang melibatkan interaksi cahaya dan Kristal TiO 2, tanpa pemberian daya dari luar sebagaimana yang diklaim peneliti diatas (Akira Fujishima, et.al (2005)) adalah sebagai berikut : - Ketika TiO 2 mengabsorbsi cahaya yang memiliki energi yang lebih tinggi daripada band gap-nya, maka akan timbul elektron (e-) pada pita konduksi (Condutance Band = CB) dan holes (h+) pada pita valensi (Valence Band = VB). (seperti terlihat pada gambar 76).

Arus listrik foton yang ditimbulkan (photogenerated) elektron (e-) dan holes (h+ ) menyebabkan terjadinya reaksi redoks. Molekul air direduksi oleh elektron (e-) menjadi H2 dan dioksidasi oleh holes (h+) menjadi O 2 , hingga akhirnya seluruh air terpisah. Skema reaksinya digambarkan seperti di bawah ini :

Lebar band gap, dari potensial pita valensi (VB) dan pita konduksi (CB) memegang peran yang penting. Level dasar (bottom level) harus lebih negatif daripada potensial reduksi H+/H2 (0 V vs NHE = normal hydrogen electrode). Sementara level puncak (top level) dari pita valensi harus lebih positif daripada potensial oksidasi O 2 /H2 O (1.23 V). Dan ternyata potensial struktur pita TiO 2 secara termodinamika memenuhi persyaratan 1

ini. Faktor lain yang mempengaruhi sifat fotokatalis TiO 2 adalah pemisahan muatan (charge separation), mobilitas dan masa hidup (life time) dari arus listrik foton yang ditimbulkan (photogenerated) elektron (e-) dan holes (h+ ).

b. Dalam penjelasan fenomena yang menyertai klaim tersebut diatas, sistem dengan input foton tersebut bahkan menghasilkan tegangan dan arus listrik. Klaim tersebut menurut saya benar, penjelasannya adalah sebagai berikut : - Ketika permukaan elektroda rutile TiO2 di- iradiasi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang yang lebih pendek (memiliki energi lebih tinggi) dari band gap, sekitar 415 nm (3.0 eV), arus foton mengalir dari elektroda platina menuju elektroda TiO 2 melalui sirkuit luar. Karena adanya perpindahan foton ini maka timbulah arus listrik. Arus listrik yang timbul sebanding dengan reaksi oksidasi yang terjadi, dimana reaksi oksidasi (evolusi oksigen atau penigkatan oksigen) terjadi di elektroda TiO 2 , sedangkan reaksi reduksi (evolusi hidrogen atau peningkatan hidrogen) terjadi pada elektrode Pt. Secara skematis terlihat pada fig : 1 dibawah ini

2.

Dalam perkembangannya fenomena tersebut diatas telah diteliti aspek aplikasinya diantaranya untuk (i) unit penghancur polutan, yakni dengan memanfaatkan kemampuan oksidasi yang tinggi dari sistem itu; (ii) konversi CO2 menjadi fine chemical (misalnya, metana, methanol etc), dengan memanfaatkan air dan sisi reduksi dari ssstem tersebut; (iii) penyediaan bahan swabersih, dengan memanfaatkan sinergi antara perilaku ampifillik [hidrofob (super) hidrofilik] dan kemampuan oksidasinya; (iv) salah satu penghasil listrik lewat sistem sel surya. a. Penjelasan sistematis penghancur polutan berbasis fenomena tersebut diatas adalah sebagai berikut : - Reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada permukaan TiO 2 . Molekul yang mengandung oksigen diserap dan mengalami proses reduksi di permukaan TiO 2 tadi. Seperti yang sudah disebutkan, holes (h+) yang timbul pada TiO 2 berlaku sebagai oksidator kuat, dan sebagian besar senyawa mengalami proses oksidasi secara sempurna, yakni masingmasing elemen dari senyawa teroksidasi menjadi bentuk akhir hasil oksidasi. Berbagai macam bentuk oksigen aktif dihasilkan dari proses reaksi dekomposisi ini yaitu : O 2 -, OH, HO 2 , dan O. Reaksi dekomposisi oksigen ini digambarkan sebagai berikut :

Ada 2 kunci keberhasilan dari proses ini adalah : 3

o Penggunaan fotokatalis TiO 2 yang berukuran nano dan menyebarkan serbuk ini ke atas substrat yang memiliki luas pemukaan seluas mungkin o Menyebarkan TiO 2 secara luas untuk mengumpulkan cahaya matahari. Dikarenakan konsentrasi polutan di lingkungan secara umum masih rendah, sinar UV yang terkandung dalam cahaya matahari masih cukup kuat untuk menguraikan polutan dengan fotokatalis TiO 2 , jika kita dapat mengumpulkan cahaya dari area yang luas. b. Konversi CO 2 menjadi hidrokarbon atau alkohol, dalam kondisi ambient, berbasis fenomena tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai proses abiotik pembentukan senyawa organik, sebagai alternatif dari proses biotik konversi CO 2 menjadi karbohidrat secara fotosintesis pada tumbuhan. - Penjelasan CO 2 dapat dan air dapat dikonversi menjadi methanol oleh keberadaan foton dan TiO 2 adalah sebagai berikut : Seperti yang dilaporkan pada jurnal (meskipun mekanisme secara eksak produksi methanol dari fotoreduksi CO 2 belum begitu jelas) tetapi pada saat analisa berlangsung menunjukkan adanya hubungan yang bagus antara kinetika dengan eksperimen IR. Munculnya hasil intermediet format dan metoksi pada permukaan CuO/ TiO 2 , sementara pada TiO 2 yang tidak didoping dengan CuO tidak muncul senyawa intermediet, menandakan bahwa katalis spesies tembaga berperan penting sebagai lokasi untuk tersedianya methanol. Kakumoto, menjelaskan bahwa pada hidrogenasi CO 2 , sintesis metanol terutama terjadi pada Cu+, yang sebanding dengan penyerapan CO 2. Dibawah ini diusulkan bagaimana mekanisme sintesis metanol pada permukaan CuO/ TiO 2 dapat terjadi : TiO 2 + h ----- TiO 2 (h+ + e-) H2 O + CO2 ----- H + HCO 3 2h+ + HCO 3 ----- H+ + O2 + CO2 H+ + e- ----- H

Foto eksitasi (photo-exited) elektron (e-) dan hole positif (h+) terjadi ketika insiden foton yang diserap oleh permukaan katalis CuO/ TiO2 . Hole pertama akan bereaksi 4

dengan air dan/atau H2 CO 3 . Selain itu elektron yang terjadi mungkin dikonsumsi melaui reduksi H+ menjadi bentuk radikal H. Pada saat yang sama CO 2 diserap (absorb) pada Cu+ secara linier. Untuk selanjutnya, diharapkan secara bertahap interaksi radikal H dan H+ dengan CO 2 yang terserap pada permukaan Cu+ akan terbentuk methanol melaui bentuk intermedietnya format dan metoksi. c. Skenario mengisi kembali cadangan minyak bumi (senyawa hidrokarbon) bila habis, sebagai alternatif dari hipotesa pembentukan minyak bumi melalui pembusukan fosil yang memakan waktu geologi yang sangat lama dibandingkan waktu hidup manusia, Yaitu : Membaca jurnal tentang efek dari spesies tembaga (Cu) pada sintesis metanol secara fotokatalis dari karbondioksida melalui katalis titania yang didoping tembaga (Cu), memberikan harapan baru tentang sintesa senyawa hidrokarbon dari bahan yang sangat melimpah di alam ini yakni CO 2 . Walaupun yield yang dihasilkan belum begitu banyak tetapi dengan penelitian yang berkelanjutan nantinya akan didapatkan yield methanol dalam jumlah besar. Suatu saat nanti bila tehnologi katalis CuO/ TiO 2 sudah berhasil mendapatkan perangkat yang paling ideal, gas CO 2 dari cerobong asap industri, dapat kita alirkan dan kita kontakkan dengan permukaan katalis CuO/ TiO 2 maka akan terbentuk senyawa methanol. Dengan suatu sistem khusus kita tampung metanol yang terbentuk ini. Dari metanol yang kita panen ini kita lakukan sintesa untuk mendapatkan senyawa hidrokarbon. Secara teoritis, sintesa hidrokarbon dari methanol dapat kita lakukan seperti dibawah ini

H+, Kalor CH3 OH + CH3 COOH (1) 2CH3 CH2 MgBr HCOOCCH3 OH HCCH2 CH3 CH2 CH3 CH3 CH=CH2 CHCH3
H Katalis Pt 2, H2SO4, Kalor

HCOOCCH3 OH HCCH2 CH3 CH2 CH3

(metil asetat)

+ H2O

(2) H2 O, H+

(3-pentanol)

CH3 CH=CHCH2 CH3

CH3 CH2 CH2CH2 CH3

(PENT ANA)

Anda mungkin juga menyukai