Anda di halaman 1dari 23

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar 1. Pengertian Ileus obstruktif adalah terganggunya isi intestinal secara fisik, hal ini dikarenakan keadaan keadaan : perlengketan ( adhesion ), hernia dapat mengakibatkan ostruksi ketika batang usus terperangkap di dalam defek,

neoplasma, penyakit peradangan usus, benda asing dan batu empedu intususepsi, volvulus . ( Hotma rumahorbo, dkk, 2000 : 182 ) Obtruksi usus ( illeus ) dapat didefinisikan sebagai gangguan ( apapun penyebabnya ) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. ( Sylvia Anderson Price, Lorraine M. Wilson, 1995 : 4O2 ) Obtruksi usus ( illeus ) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus bisa juga karena adanya blockage dimana dari usus kecil yang merupakan awal terjadinya perlengketan yang mana di usus besar penyebab utamanya adalah neoplasma. ( Long, 1996 : 242 ) Dengan bersumber pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa illeus ostruktif merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya obstruksi di dalam usus, baik karena terpelintirnya usus atau adanya benda asing yang menyebabkan obstruksi dimana system pencernaan klien terganggu dan 9

10

mengakibatkan terjadinya pola eliminasi bab terganggu ( sampai terjadi obstruksi di usus : obstipasi ) yang akhirnya harus mengalami tindakan operasi. 2. Anatomi Sistem Pencernaan Sistem pencernaan merupakan suatu tatanan yang terbentuk dari adanya hubungan antara bagian yang tergabung dalam saluran pencernaan dan organ asesoris yang bertujuan untuk menyediakan nutrien baik karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin serta elektrolit dan air secara terus menerus bagi kebutuhan tubuh. Saluran pencernaan terbentang mulai mulut sampai anus yang secara berurutan dan sistematis, selengkapnya dimulai dari mulut, pharing, esophagus, lambung, intestinal ( duodenum, jejenum, illeum ), kolon, sigmoid, rectum, dan anus. Organ yang termasuk dalam organ asesorius atau pendukung system pencernaan adalah pankreas, hati, dan kantung empedu. a. Mulut dan Pharing Makanan ( bolus ) didalam mulut mengalami penghancuran secara mekanik yang disebut mastikasi ( mengunyah ). Proses ini di dukung oleh keberadaan organ organ dalam mulut seperti gigi geligi, saliva dan lidah. b. Esophagus Panjang esophagus lebih kurang 25 cm dengan diameter kurang lebih 2 cm, berfungsi sebagai saluran masuknya bolus dan air kedalam lambung, di esophagus bolus bercampur dengan mucus untuk memudahkan masuknya bolus ke lambung, fungsinya hanya sebagai saluran bolus menuju lambung.

11

c. Lambung Lambung terbentang mulai dari garis tengah abdomen condong kekiri dan sebagian besar badan lambung berada di kuadran atas kiri abdomen, panjang 25 cm dngan lebar 10 cm, ukuran dapat bertambah tergantung isi dan ukuran tubuh. d. Usus Halus Usus halus terdiri dari 3 bagian besar yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Panjang masing masing bagian ini, duodenum 25 cm, jejenum 1,5 2 m, dan ileum 2,5 4 m. Lamanya kimus berada di usus halus berkisar antara 3 - 10 jam dengan frekuensi peristaltik 4 8 permenit. e. Usus Besar Usus besar terdiri dari sekum, kolon, dan rectum, kolon terbagi atas kolon asendens, transversum, dan desendens serta sigmoid. f. Pankreas Merupakan organ retroperitoneal di dalam rongga abdomen di belakang curvatura mayor lambung, panjang 10 20 cm dengan lebar 2,5 5 cm. g. Hati Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh, terletak di kuadran kanan atas abdomen.

h. Kantung empedu

12

Merupakan kantong berbentuk buah pear, terletak di bawah lobus kanan hati, dapat menampung lebih kurang 100 500 ml. 3. Etiologi Penyebab yang dapat menimbulkan ileus obstruktif : a. Perlengketan ( adhesion ) b. Hernia c. Neoplasma d. Penyakit peradangan usus e. Benda asing, batu empedu f. Intususepsi g. Volvulus Sedangkan dalam Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson (1995 : 4O3) mengatakan bahwa penyebab illeus obstruktif berhubungan dengan golongan usia yang terserang dan tempat obstruksi sekitar 50 % dari semua obstruksi terjadi pada usia pertengahan dan orang tua, dan timbul akibat perlengketan yang terjadi karena pembedahan sebelumnya. Tumor tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker kolon bertanggungjawab atas 80 % obstruksi. Volvulus adalah usus yang terpelintir paling sering terjadi pada pria tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Intususepsi seringterjadi pada ileum terminal yang masuk sekum,

13

benda benda asing dan kelainan congenital merupakan penyebab obstruksi pada anak atau bayi. 4. Patofisiologi Pada saat intestinal tidak mampu mengabsorbsi dan mendorong isi ke bagian bawah saluran cerna, maka pada daerah tersebut akan mengalami distensi. Pada keadaan demikian maka intestinal berupaya mendorong isi ke bagian bawah sehingga terjadi peristaltik usus yang berlebihan. Peristaltik usus yang berlebihan tadi akan merangsang sekresi intestinal yang berlebihan sehingga terjadilah distensi. Dengan adanya distensi akan mengakibatkan oedem intestinal yang akan meningkatkan permiabilitas kapiler, sehingga terjadilah perpindahan plasma ke cavum peritoneum. Dengan adanya

obstruksi, cairan akan terjebak didalam lumen intestinal bagian proksimal dari obstruksi sehingga akan terjadi penurunan absorbsi cairan dan elektrolit di dalam vaskuler. ( Hotma Rumahorbo, dkk , 2000 : 183 ) Ketika obstruksi terjadi gelombang peristaltik sebelah proksimal dari daerah obstruksi meningkat, kemudian intermiten dan akhirnya hilang, terjadilah konstipasi karena sebagian dari feses biasanya lewat dari obstruksi.

B. Dampak Pre Operasi Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia 1. Gangguan Rasa Nyaman

14

Pada klien yang mengalami atau menderita obstruksi usus karena pada saat intestinal tidak mampu mengabsorsbi dan mendorong isi kebagian bawah saluran cerna, maka pada daerah tersebut akan mengalami distensi abdomen, bising usus berkurang atau tidak ada, maka mengakibatkan nyeri di sekitar abdomen, nyerinya kolik seperti kram, nyeri dirasakan terus menerus dan makin lama makin sakit. 2. Kebutuhan Eliminasi Pada klien yang mengalami ileus obstruktif akan mengalami pola eliminasi bab tidak lancar karena adanya obstruksi pada usus baik berupa perlengketan, batu empedu, benda asing, peradangan usus, atau karena tertariknya segmen usus ke dalam segmen berikutnya, terpelintirnya usus.Pada eliminasi urine ( bak ) juga tidak lancar karena kandung kemih tertekan dan menyebabkan retensi urine. 3. Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Karena pada penderita ileus obstruktif akibat dari distensi abdomen yang sangat mengganggu karena adanya nyeri yang intermiten maka istirahat klien kurang atau terganggu, terkadang klien akan mengalami muntah. 4. Kebutuhan Aktivitas Sehari hari Dengan keadaan yang distensi abdomen klien hanya dapat menahan nyeri apabila klien duduk ( semi fowler ) dan diam karena apabila nyeri terasa klien hanya dapat merasakan nyeri yang kolik ( kram abdomen ) dengan dibatasi masukan melalui oral ( klien di puasakan ) klien hanya mendapatkan masukan

15

elalui parenteral ( infus ), klien mengalami muntah maka klien semakin lemas, aktivitas terganggu. 5. Kebutuhan Rasa Aman Rasa aman akan terganggu karena klien merasa dirinya kurang informasi mengenai penyakit, prosedur tindakan, nyeri yang dirasakan semakin bertambah sehingga klien cemas.

C. Dampak Post Operasi Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia 1. Kebutuhan Rasa Aman Tindakan operasi laparatomy akan menimbulkan ketidaknyamanan akibat dari adanya torehan, tarikan manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi akibat stimulus oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasi atau karena ishcemi jaringan akibat ganggua suplau darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau oedem. Setelah operasi faktor lain yang menambah rasa nyeri seperti infeksi, distensi,spasmus otot di seputar daerah torehan. 2. Kebutuhan Oksigenasi Pasien pasca bedah berisiko tinggi untuk menderi komplikasi pulmonary, komplikasi paru paru biasanya dapat dicegah oleh pengelolaan keperawatan. Komplikasi pulmonary yang paling sering terjadi ialah atelektase dan statis pneumonia pada atelektase bronchioli tertutup secret, daerah distal kolapsnya alveoli karena udara yang ada di reabsorbsi dan

16

terjadi hipoventilasi. Hebatnya atelektase ditentukan oleh lokasi sumbatan, bila bronchis utama kepada salah satu paru paru tersumbat paru paru akan menderita atelektase. Bila bronchis ke satu lobus tersumbat hanya satu lobus yang menderita atelektase. Pneumonia hipoststis adalah peradangan paru paru akibat secret yang statis. Baik atelaktase maupun hipostatis pneumonia menurunkam oksigenisasi penyembuhan yang terlalu lama dan menambah ketidaknyamanan bagi klien. 3. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Pada kira kira 24 jan sampai 48 ajm setelah bedah, cairan ditahan tubuh karena adanya stimulus hormon antidiuretik ( ADH ) yang merupakan bagian respon stress terhadap trauma dan pengaruh anestesi. Kekurangan sodium dan potassium dapat terjadi pada klien pasca operasi akibat kehilangan darah dan cairan pada saat bedah karena melalui pipa nasogastrik, kehilangan potassium terjadi juga pada waktu kerusakan jaringan. Terutama setelah trauma yang hebat dan cedera yang hancur kehilangan sekresi gastric terdampak kehilangan chorida berakibat alkalosis metabolic.

4. Kebutuhan Eliminasi a. Eliminasi urine

17

Klien hidrasinya baik, biasanya kencing setelah 6 jam sampai 8 jam setelah pembedahan walaupun diberikan 2000 ml atau lebih dan total urine selama sehari 1500 ml. Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh pada saat operasi, peningkatan kehilangan cairan yang tidak terasa, muntah dan peningkatan sekresi hormon antidiuretik, karena fungsi tubuh stabil kembali, keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal dalam waktu kira kira 48 jam, retensi urine atau ketidakmampuan kencing dapat terjadi pada periode dari pasca bedah. b. Eliminasi usus Peristaltik menurun dalam 24 jam setelah bedah daerah pelvis atau abdomen. Tidak akan terjadi gerakan isi usus bila peristaltik belum ada atau menurun, konstipasi sering terjadi setelah bedah yang besar yang disebabkan oleh neuroendokrin terhadap stress, anestesi tidak ada kegiatan dan tidak ada intake makanan yang banyak serat. 5. Kebutuhan Rasa Aman Akibat tindakan operasi dan kurangnya pengetahuan klien tentang laparatomy serta ketidakmampuan menggunakan koping mekanisme terhadap sterssor yang dihadapi. Kemudian berdampak pada kesehatan fisiknya sehingga klien merasa terancam timbul cemas. 6. Kebutuhan Aktivitas Ambulasi dini merupakan factor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca

18

bedah.Keuntungan dapat diraih dari latihan mobilisasi pada periode dini pasca bedah.

D. Pendekatan Proses Keperawatan Proses keperawatan adalah komponen praktek keperawatan yang dilandasi teori, menurut Yura dan Walsh. Proses keperawatan adalah urutan sistematis dalam menentukan masalah masalah klien, membuat perencanaan,, melaksanakan implementasi, dan evaluasi, apakah perencanaan efektif dalam memecahkan yang telah teridentifikasi. Asuhan keperawatan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien, melaksanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap klien sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang digunakan terhadap klien.( Nasrul Effendi, 198 : 96 ) 1. Pengkajian Yaitu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien dan mengidentifikasi, mengenali masalah masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, social, dan lingkungan ( Nasrul Effendi, 1995 :18 ) a. Pengumpulan data yang diperoleh meliputi : 1) Identitas

19

Menurut Sylvia A.Price, Lorraine M.Wilson ( 1995 : 403 ) illeus obstruktif terjadi pada golongan usia pertengahan dan orang tua, kebanyakan pria tua dan biasa terjadi pada anak dan bayi. 2) Riwayat kesehatan (a) Keluhan utama Klien illeus obstrutif, keluhan yang dirasakan pada saat pengkajian adalah adanya nyeri pada abdomen akibat dari distensi abdomen (b) Riwayat kesehatan sekarang Rasa nyeri didaerah obstruksi, pada mulanya nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri bila ditekan dan dilepas, nyeri biasanya menyerupai kejang, datangnya bergelombang, mual, muntah, dan anoreksia hampir selalu ada. (c) Riwayat kesehatan dahulu Klien kemungkinan mempunyai riwayat penyakit peradangan atau infeksi. (d) Riwayat kesehatan keluarga Kaji kecenderungan penyakit keluarga, apakah ada gangguan keturunan diantaranya diabetes mellitus, hipertensi asma. 3) Pemeriksaan Fisik a) System pencernaan Pada klien ileus obstruktif akan ditemukan mual, anoreksia, muntah dan nyeri abdomen karena akibat dari adanya obstruksi di

20

usus, nyeri abdomen karena terjadi distensi dan terasa seperti kram, bising usus pada ileus obstruktif pertama meningkat, lamalama menjadi tidak ada. Setelah dilakukan operasi biasanya bising usus klien tidak terdengar akibat adanya pengaruh anestesi umum, adanya nyeri tekan pada badomen, juga akan ditemukan mual akibat nyeri dan pengaruh obat anestesi serta mukosa bibir tampak kering karena pada hasil pertama post operasi biasanya masih dipuasakan. b) System pernapasan Pola napas normal, napas yang cepat dipengaruh oleh adanya rasa nyeri, napas cepat dan dangkal karena distensi abdomen (tekanan pada diafragma) tetapi tidak terjadi sesak, sedangkan setelah dilakakukan operasi akan ditemukan perubahan frekuensi pernapasan akibat anestesi umum yang mempengaruhi pusat pernapasan dan akibat nyeri.

c) System kardiovaskuler Pada klien obstruktif tekanan darah normal, denyut nadi normal, terjadi perubahan apabila kien mengalami nyeri yang berlebihan, pada post operasi juga klien tidak meimbulkan

21

tekanan darah yang tinggi. d) System integumen Pada klien illeus obstruktif apabila penyebabnya karena peradangan pada usus maka peningkatan suhu terjadi apabila penyebabnya bukan karena peradangan maka suhu normal. Pada klien post operasi akan tampak adanya sayatan atau luka opearsi di daerah perut. e) System muskuloskeletal Pada klien illeus obstruktif biasanya mengeluh lemah dan pergerakan terbatas karena adanya nyeri pada daerah perut, sedangkan pada post operasi keluhan lemas dan pergerakan terbatas disebabkan karena nyeri akibat luka operasi. f) System perkemihan Pada klien illeus obstruktif terjadi retensi urine karena tekanan pada kandung kemih, pada klien post operasi bak lancar.

g) System persyarapan Pada klien illeus obstruktif nyeri terjadi karena adanya obstrusi sedangkan pada post operasi nyeri terjadi karena sayatan atau luka operasi. Nyeri terasa karena adanya

22

perangsangan reseptor nyeri yang dihantarkan pada pusat nyeri di kortek serebri. Akibat nyeri tersebut, klien akan terganggu sehingga biasanya klien mengeluh kebutuhan istirahat terganggu, fungsi syaraf cranial dan reflek biasanya tidak terganggu. h) System reproduksi Pada klien illeus obstruktif pre dan post operasi tidak ditemui adanya kelainan - kelainan pada sistem reproduksi. 4) Data Psikologis Rasa cemas biasa terjadi pada klien pre operasi hal ini terjadi karena adanya stressor yaitu pembedahan yang akan dilakukan, yang dikhawatirkan akan berakibat buruk, sehingga perlu dikaji tanggapan klien terhadap tindakan perawatan atau pengobatan yang akan dilakukan. 5) Data Sosial Kaji persepsi klien, pola pikir, hubungan komunikasi serta kebiasaan berinteraksi dengan orang, kaji perubahan tingkah laku, tingkat ketergantungan terhadap orang lain,terhadap penyakit dan keadaan yang dialami. 6) Data Spiritual Keyakinan klien akan kesembuhan penyakitnya, persepsi klien terhadap penyakit yang dideritanya dikaitkan dengan kepercayaan atau

23

agamanya. 7) Data Penunjang Radiographie : foto rontgen abdomen ( berbaring dan tegak ) diambil untuk mengidentifikasi daerah daerah yang terisi udara dan cairan. b. Analisa Data Analisa berarti mengaitkan, menghubungkan yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan klien yang dilakukan dengan mengesahkan data, mengelompokkan data, membandingkan dengan standar, menentukan kesenjangan dan membuat kesimpulan. c. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan yang dikembangkan oleh perawat berdasarkan data pengkajian yang menunjukkan gangguan pemenuhan kebutuhan manusia baik aktual maupun potensial.

Kemungkinan masalah yang mungkin muncul akibat ileus obstruktif : 1. Nyeri 2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan 3. Risiko tinggi terhadap infeksi

24

4. Cemas 2. Perencanaan Mencakup penyusunan prioritas, merumuskan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk memecahkan masalah klien. Adapun diagnosa dan rencana tindakan pada klien yang mengalami ileus obstruktif adalah : a. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen Tujuan : Nyeri hilang Kriteria evaluasi : - Nyeri berkurang atau tidak ada - Tidak terjadi distensi abdomen
Tabel 3 Intervensi dan rasional untuk nyeri 1 2 Intervensi Pertahankan klien pada posisi selama semi Untuk membantu Rasional gravitasi terhadap gerakan 1 2 fowler selang GI perawat untuk pernapasan Kaji tingkat nyeri, lokasi, intensitas serta faktor Memudahkan dan memudahkan melaksanakan tindakan Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi Untuk menghindari , menutup gejala sampai yang menyebabkan bertambah dan keperawatan selanjutnya dan spesifik dalam keefektifannya penyebab obstruksi telah di temukan berkurangnya rasa nyeri melaksanakan tindakan Batasi aktivitas atau pertahankan tirah baring Mengurangi penggunaan energi dan membantu mengontrol nyeri dengan mengurangi kebutuhan untuk Ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi kontraksi otot Untuk memfokuskan perhatian klien, membantu

menurunkan ketegangan otot

b.Risiko tinggi terhadap kekurangan volum e cairan berhubungan dengan muntah dan penghisapan nasogastrik Tujuan : Volume cairan seimbang

25

Kriteria evaluasi : - Muntah tidak ada


Tabel 4 Intervensi dan rasional untuk risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan Imtervensi 1 Kaji tanda vital, catat perubahan tekanan darah, takikardi, demam, kaji turgor kulit Awasi masukan dan keluar, catat kehilangan cairan penghisapan nasogastrik Evaluasi kekuatan / tonus otot / ukur Rasional 2 Indikator dehidrasi / hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan Perubahan pada kapasitas gaster / motilitas usus dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan, peningkatan risiko dehidrasi Kehilangangaster besar dapat mengakibatkan penurunan Kolaborasi : berikan cairan tambaha IV sesuai indikasi magnesium dan kalsium, mengakibatkan kelemahan Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera pasca operasi dan klien mampu memenuhi cairan peroral

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kemungkinan nekrosis dan ruptur usus Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria evaluasi : - Suhu normal 37 oC - Nyeri tidak ada
Tabel 5 Intervensi dan rasional untuk risiko tinggi terhadap infeksi Intervensi 1 Pantau : - kualitas dan intensitas nyeri setiap 1 2 jam - tanda vital setiap 2 jam Beritahu dokter dengan segera bila nyeri abdomen Temuan ini menunjukan potensial ruptur dan Rasional 2 Deteksi dini terhadap potensial masalah dengan intervensi segera dapat mencegah akibat serius

26

meningkat, suhu terus meningkat, dan lingkar perut terus meningkat, disertai dengan penghentian bsing usus tiba tiba Siapkan klien untuk pembedahan usus bila

peritonitis.

Intervensi bedah dioerlukan untuk

mencegah akibat serius ini Obstruksi vaskuler atau mekanis umumnya seseorang

direncanakan Ikuti kewaspadaan umum ( mencuci tangan yang baik sebelum dan sesudah aktivitas perawatan klien, menggunakan sarung tangan bila kontak dengan darah atau cairan tubuh yang mungkin terjadi ) pada kontak klien

memerlukan intervensi bedah Penyakit peningkatan kerentanan

terhadap infeksi, petugas pelanyanan kesehatan paling umum sebagai sumber infeksi nasakomial

d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Tujuan : Klien tenang Kriteria evaluasi : - Klien merasa tenang - Klien mengungkapkan pemahamam tentang penyakit
Tabel 6 Intervensi dan rasional untuk cemas Intervensi 1 Awasi respon fisiologis misal ; takipneu, pusing, sakit kepala Catat petunjuk perilaku contoh : gelisah mudah terangsang, kurang kontak mata, perilaku melawan Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan Rasional 2 Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami klien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik Indikator derajat takut yang dialami klien, klien merasa tak terkontrol terhadap situasi atau mencapai status panic Membuat hubungan terapeutik, membantu klien

27

umpan balik Akui bahwa ini merupakan situasi menakutkan dan lainnya diekpresikan mirip dengan takut. Bantu klien dalam menyatakan perasaan dengan mendengar dengan aktif Berikan informasi akurat, nyata dengan apa yang dilakukan, misal: sensasi yang diharapkan Berikan lingkungan tenang untuk istirahat Dorong orang terdekat tinggal dengan klien, berespon terhadap tanda panggilan dengan cepat, gunakan sentuhan dan kontak mata yang tepat 1 Berikan kesempatan pada orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan / masalah. Dorong orang terdekat untuk memperlihatkan perilaku nyata positif Tunjukkan teknik relaksasi contoh : visualisasi, latihan napas dalam,

menerima perasan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep Bila klien mengalami takut sendiri, validasi bahwa ini perasaan yang normal dapat membantu klien merasa kurang terisolasi Melibatkan klien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan Memindahkan klien dari stresor luar meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilam koping Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri

2 Membantu orang terdekat menerima kecemasan / rasa takutnya sendiri yang dapat dipindahkan ke klien, meningkatkan perilaku dukungan yangn dapat mempermudah penyembuhan Belajar cara untuk rileks dapat membantu

menurukan takut dan ansietas, juga pada klien dengan pendarahan GI yang sering merupakan orang dengan tipe kepribadian A yang mempunyai kesulitan untuk rileks, belajar keterampilan penting untuk penyembuhan dan mencegah berulangnya masalah Perilaku berhasil dapat dikuatkan dalam menerima takut, meningkatkan rasa klien terhadap kontrol diri dan memberikan kenyakinan Perubahan mungkin perlu berulangnya kondisi ulkus untuk menghindari

Bantu klien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping postif yang digunakan dengan berhasil pada waktu yang lalu Dorong dan dukung klien dalam evaluasi pola hidup

Perencanaan pada post laparatomy terdiri atas : a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret akibat

28

efek anestesi Tujuan : Jalan napas efektif Kriteria evaluasi : - Respirasi normal ( 16 24 X / menit ) - Tidak nyeri waktu bernapas - Ekspansi dada maksimal

Tabel 7 Intervensi dan Rasinal untuk bersihan napas tidak efektif Intervensi 1 Observasi frekuensi / kedalaman pernapasan Auskultasi bunyi napas Rasional 2 Napas dangkal, menahan napas dapat mengakibatkan hipoventilasi Area yang menurun / tidak ada bunyi napas di duga atelektasis, sedangkan bunyi mengi, ronchi Bantu klien untuk membalik, batuk, dan napas dalam secara periodik, anjurkan melakukan teknik batuk efektif Tinggikan kepala tempat tidur, pertahankan posisi fowler rendah dukung abdomen saat batuk Kolaborasi dalam memberikan analgesik sebelum pengobatan pernapasan / aktivitas therapi menunjukan kongesti Meningkatkan ventilasi paru dan mobilisasi serta mengeluarkan secret Menurunkan ketegangan otot pernapasan Memudahkan batuk lebih efektif, napas dalam dan aktivitas

b. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan secara Tujuan : Kekurangan volume cairan dan elektrolit tidak terjadi Kriteria evaluasi : - Tanda vital stabil - Membran mukosa lembab

29

- Turgor kulit baik


Tabel 8 Intervensi dan rasional untuk risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan dan elektrolit Intervensi 1 Awasi masukan dan keluar, termasuk drainage dari NG , dan luka 1 Awasi tanda vital, kaji membran mukosa, turgor kulit, Gunakan jarum kecil untuk injeksi, dan lakukan penekanan lebih lama dari biasanya pada bekas suntikan Kolaborasi dalam pemberian cairan IV, produk darah, sesuai indikasi Kolaborasi dalam pemberian vitamin K Rasional 2 informasi tentang

Memberikan

penggantian

kebutuhan dan fungsi organ 2 Indikator keadekuatan volume sirkulasi Menurunkan hematoma Mempertahankan volume sirkulasi adekuat dan membantu dalam penggantian faktor pembekuan Memberikan pengantian faktor yang diperluka untuk proses pembekuan trauma, risiko perdarahan atau

c. Nyeri

berhubungan luka operasi

Tujuan : Nyeri hilang Kriteria evaluasi : - Nyeri hilang atau berkurang


Tabel 9 Intervensi dan rasional untuk nyeri Intervensi 1 Kaji tanda tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika klien menyangkal adanya rasa sakit Evaluasi rasa sakit secara reguler aaaaa9 setiap 2 jam) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0 4) Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya: semi fowler Observasi efek analgesik Rasional 2 mengindikasikan rasa

Dapat

sakit

akut

dan

ketidaknyamanan Sediakan informasi mengenai kebutuhan /

efektifitas intervensi dan mengetahui seberapa jauh nyeri dirasakan klien Mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi, posisi semi fowler dapat mengurangi ketegangan otot abdomen Respirasi menurun pada pemberian narkotik

30

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan : Mampu melakukan aktivitas fisik Kriteria evaluasi : - Mampu melakukan aktivitas sehari hari Mampu melakukan gerakan seperti miring kanan miring kiri, duduk, berdiri, dan jalan
Tabel 10 Intervensi dan rasional untuk intoleransi aktivitas Intervensi 1 Bantu klien untuk melakukan latihan gerak aktif dan pasif Anjurkan klien untuk tetap ikut berperanserta dalam aktivitas sehari- hari Rasional 2 Untuk memperkuat otot abdomen dan tulang belakang serta memperbaiki mekanika tubuh Untuk meningkatkan penyembuhan dan partisipasi klien akan meningkatkan kemandirian serta perasaan kontrol terhadap diri

e. Potensial infeksi berhubungan dengan luka operasi Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria evaluasi : - Luka operasi kering - Luka sembuh - Tanda tanda vital normal
Tabel 11 Intervensi dan rasional untuk potensial infeksi Intervensi 1 Monitor serta laporkan tanda dan gejala infeksi Rasional 2 Keadaan luka dapat terpantau

31

(bengkak, memar, nyeri, panas, dan kelainan fungsi) Monitor suhu setiap 4 jam 1

Perubahan suhu yang mencolok dapat 2 mengindiikasikan infeksi sehingga tanda infeksi akan segera diketahui Mencegah invasi kuman ke jaringan yang rusak dan menjaga agar luka tetap kering Antibiotik merupakan suatu zat yang mempunyai daya untuk membunuh mikroorganisme sehingga akan mempercepat proses penyembuhan Vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler

Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik Berikan obat antibiotik dengan program therapi

Berikan vitamin C sesuai advice dokter

3. Pelaksanaan Menurut Efendy (1995 : 64) pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegiatan yang dilakukan : melihat data dasar mempelajari rencana, menyesuaikan rencana, mengadakan tindakan keselamatan, menentukan kebutuhan bantuan, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah di susun, analisa umpan balik, mengkomunikasikan hasil asuhan keperawatan. 4. Evaluasi Menurut Efendy (1995 : 64) evaluasi adalah mengkaji respon klien terhadap standar atau kriteria yang ditentukan oleh tujuan yang ingin di capai. Kegiatan yang dilakukan : menggunaka standar keperawatn yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, membandingkan data dengan kriteria, menyimpulkan hasil yang kemudian di tulis dalam daftar masalah.

Anda mungkin juga menyukai