Anda di halaman 1dari 13

NASKAH AGAMA ISLAM

Tentang Rukun Islam

Oleh:

Ikrar Nusantara Putra


NPM 150510100186

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010

Tugas Mandiri 4. 1. Uraikan dengan singkat Rukun Iman berdasarkan AL-Quran dan Hadist dalam naskah sebanyak minimal tiga lembar ! 2. Uraikan masing masing Rukun Iman disertai sekurang kurangnya dua ayat AL-Quran dan dua hadist shahih, serta tuliskan sumber pustakanya ! Pembahasan : 1. Al-Quran menggunakan kata iman dalam dua arti yang berlainan. Imam Raghib al-Asfihani dalam kamus al-Qur-an menuliskan bahwa kata iman itu kadang kadang tak lebih artinya, pengakuan di bibir. Penggunaan kata iman seperti itu, hanya sekedar ucapan di bibir, banyak ditemukan dalam catatan sejarah, khususnya ketika menceritakan perihal orang orang munafik. ....Mereka pada hari itu lebih dekat pada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatgakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan hatinya... (Ali Imran: 167). Dalam ayat lai dikatakan : Wahai Rasul ( Muhammad), janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba lomba dalam kekafiran. Yaitu orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka.kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman (Al-Maidah:41) Demikian pula dalam sebuah peprangan rasulullah SAW melarang tentara muslim memerangi musuh hingga mereka mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan allah. ( HR. Iamm Bukhari dari Umar RA) ImamAl- Asfihani juga mengatakan bahwa iman berartipula tasdiqun bil qalbi wa amalun biljawarih, artinya, keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu harus diiringi dengan pembenaran di hati dan diamalkan dengan anggota badan. Allah berfirman: Dan orang orang yang beriman kepada Allah dan para utusanNya, mereka adalah orang orang yang tulus dan setia kepada Tuhan mereka (Al-Hadid:19) Tetapi kata iman digunakan juga, pembenaran di hati dan berbuat baik. Dikisahkan oleh Al- Quran, Orang orang badui itu berkata kami telah beriman katakanlah (kepada mereka), kamu belum beriman tetapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman belum masuk ke dalam hatimu..... (Al-Hujurat:4) Dalam ayat ini, kata iman berarti benar benar pembenaran di hati. Dalam contoh lain,Dan apa sebab kamu tidak beriman kepada Allah? Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu, dan ia sunguh sungguh menerima perjanjianmu jika kamu beriman (Al-Hadid:8)

Ayat ini dipahami bahwa iman kepada allah berarti berkorban dalam membela kebenaran, sebagaiamana pemahaman dari hubungan ayat satu dengan ayat lainnya. Menurut istilah ulama fikih, apa yang diuraikan diatas disebut iman mujmal, iman secara garis besar, sedangkan iman yang teruraidisebut iman mufasshal. Iman yang disebut ke dua diterangkan oleh AlQuran sebagai berikut: Beriman kepada Yang Maha Gaib (yakni, Allah), neriman kepada apa yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW, danberiman kepada apa yang diwahyukan para nabi sebelumnya, dan berimn kepada akhirat. (Al-Baqarah:2-4) Selanjutnya dari ayat lain dijelaskan lebih lanjut lima ajaran iman, yaitu agar beriman kepada Allah, dan Hari Akhir, dan para Malaikat, dan Kitab kitab, dan para Nabi (Al-Baqarah:177) Sedangkan dalam hadist Rasulullah SAW menerangkan bahwa rukun islam ada 6 dengan sabdanya : Hendaklah engkau berimankepada Allah, para MalaikatNya, Kita-kitabNya, Rasul-rasulNya dan Hari akhir, dan ( yang ke 6 diulangi lagi katahendaklah engkau beriman) kepada takdir, takdir baik dan takdir jelek (HR Imam Bukhari Muslim dari Umar bin Khattab RA)

Jadi Iman menurut ajaran Islam adalah penggabungan tiga unsur : hati, lisan dan perbuatan, dengan kata lain, hati meyakini, at-tasdiqubilqalbi, lisan mengucapkan, al-ikraru billisani, dan dilakukan dalam tindakan sesuai dengan aturan, al-amal bil arkam.

2.

IMAN KEPADA ALLAH

Iman terhadap wujud Allah Nubdzatun fil Aqidah Iman terhadap wujud Allah ditopang oleh fitrah, akal sehat, dalil syariat dan juga indera. Secara fitrah setiap manusia pasti mengakui bahwa ada yang menciptakan dirinya, hal itu dia yakini tanpa perlu berpikir panjang atau pun belajar ilmu tertentu. Tidak ada yang menyimpang dari keyakinan ini selain orang yang sudah terpengaruh faktor lain yang menyimpangkannya dari fitrah tersebut. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap bayi dilahirkan pasti dalam keadaan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari). Adapun secara akal maka sesungguhnya keberadaan makhluk yang ada sejak dahulu hingga sekarang ini semua menunjukkan pasti ada yang menciptakan mereka. Tidak mungkin mereka menciptakan dirinya

sendiri, atau terjadi secara tiba-tiba tanpa pencipta. Maka tidak ada kemungkinan selain alam ini pasti diciptakan oleh Allah taala. Allah berfirman : Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun yang ada sebelumnya ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri? (QS. ath-Thur (52) : 35). Ketika mendengar dibacakannya ayat ini maka Jubair bin Muthim yang pada saat itu masih kafir mengatakan, Hampir-hampir saja hatiku terbang, itulah saat pertama kali iman menyentuh dan bersemayam di dalam hatiku. (HR. Bukhari). Begitu pula adanya kitab-kitab suci yang semuanya berbicara tentang Allah, ini merupakan dalil syariat tentang keberadaan/wujud Allah. Iman terhadap Rububiyyah Allah Nubdzatun fil Aqidah Rabb adalah Dzat yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur urusan dan memerintah. Kita wajib mengimani bahwa tidak ada pencipta, pengatur dan yang berhak memerintah semua makhluk selain Allah semata. Allah berfirman: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy548. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. al-Araaf(7) : 54). Allah juga berfirman : Itulah Allah Rabb kalian. Sang pemilik kerajaan. Sedangkan sesembahan yang kalian seru selain-Nya tidaklah menguasai apapun walaupun hanya setipis kulit ari. (QS. Fathir : 13). Tidak ada orang yang mengingkari hal ini kecuali dikarenakan kesombongan dan kecongkakan seperti halnya Firaun. Orang-orang musyrik pun sudah mengakui hal ini bahwa tidak ada yang menguasai alam ini dan menciptakan langit dan bumi selain Allah. Allah berfirman (yang artinya), Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka pasti menjawab; yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. az-Zukhruf : 9). Allah juga berfirman (yang artinya), Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan mereka, maka pasti mereka akan mengatakan : Allah (QS. az-Zukhruf : 87). Iman terhadap Uluhiyyah Allah Nubdzatun fil Aqidah

Artinya kita mengimani bahwa hanya Allah sesembahan yang benar dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman (yang artinya), Sesembahan kalian adalah sesembahan yang esa. Tidak ada sesembahan selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah : 163). Demikian itulah kuasa Allah, Dia adalah sesembahan yang haq sedangkan segala yang diseru selain-Nya adalah sesembahan yang batil. (QS. al-Hajj : 62). Maka segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah batil. Oleh sebab itu dakwah yang diserukan oleh para rasul adalah sama yaitu, Hai kaumku, sembahlah Allah. tidak ada sesembahan yang benar bagi kalian selain Dia. (QS. al-Araaf : 59). Iman terhadap Asma wa Sifat Allah Nubdzatun fil Aqidah Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang disebutkan oleh Allah atau rasul-Nya, di dalam al-Quran ataupun as-Sunnah sesuai dengan kemuliaan-Nya, tanpa menyimpangkan maknanya, tanpa menolak, dan tanpa menentukan bentuk dan caranya, serta tidak disertai dengan menyerupakannya dengan makhluk. Allah berfirman (yang artinya), Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. asy-Syura : 11). Dalam mengimani hal ini terdapat dua kelompok besar yang menyimpang yaitu muaththilah dan musyabihah. Muaththilah menolak nama, sifat ataupun sebagian darinya dengan alasan bahwa apabila kita menetapkan hal itu akan menyebabkan terjadinya penyerupaan Allah dengan makhluk. Hal ini jelas tidak benar karena itu sama saja mengatakan bahwa di dalam al-Quran terdapat pertentangan. Padahal Allah sendiri yang menetapkan adanya nama atau sifat tersebut. Dan pertentangan ini sangat mustahil terjadi. Sedangkan kaum musyabbihah menetapkan nama dan sifat akan tetapi menyerupakan hakikatnya dengan nama dan sifat makhluk. Menurut mereka itulah yang dimaksud oleh dalil, padahal Allah sendiri menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya. Maka menyerupakan Allah dengan makhluk jelas sebuah kebatilan, karena sama nama belum tentu hakikatnya sama.

IMAN KEPADA MALAIKAT Kandungan iman kepada malaikat Rujukan : Nubdzatun fil Aqidah Malaikat adalah makhluk ghaib yang senantiasa taat beribadah kepada Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Allah menganugerahkan kepada mereka ketundukan yang penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan yang hebat sehingga dapat melaksanakannya. Jumlah mereka banyak, tidak ada yang dapat menghitung semuanya kecuali Allah. Hal itu sebagaimana diceritakan oleh Nabi dalam hadits Anas yang mengisahkan peristiwa miraj Nabi ke langit bahwa di baitul mamur ada tujuh puluh ribu malaikat yang

mengerjakan shalat di sana; apabila mereka sudah keluar darinya maka mereka tidak lagi kembali (HR. Bukhari dan Muslim). Mengimani malaikat mengandung : Keimanan terhadap wujud/keberadaan mereka Mengimani nama-nama mereka yang kita ketahui dan keberadaan mereka meskipun tidak kita ketahui namanya Mengimani sifat-sifat mereka yang diberitakan kepada kita Mengimani perbuatan atau tugas mereka yang kita ketahui

Buah iman kepada malaikat Rujukan : Nubdzatun fil Aqidah Iman kepada malaikat akan dapat membuahkan manfaat yang agung di antaranya : Mengetahui kebesaran Allah taala dan kemahakuasaan-Nya Bersyukur kepada Allah atas perhatian-Nya kepada manusia di mana Allah menciptakan malaikat yang menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka Mencintai ketaatan malaikat terhadap perintah Rabbnya

IMAN KEPADA KITAB-KITAB Kandungan iman kepada Kitab Rujukan : Nubdzatun fil Aqidah hal. 32 Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah kitab-kitab suci yang Allah turunkan kepada para rasul-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada manusia, petunjuk bagi mereka agar mereka bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Iman kepada kitab-kitab mengandung empat hal : Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui, adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global Membenarkan berita yang sahih yang terdapat di dalamnya sebagaimana berita-berita yang terdapat di dalam al-Quran dan berita-berita di dalam kitab suci terdahulu yang tidak diubah-ubah atau diselewengkan Mengamalkan hukumnya yang belum dihapus oleh al-Quran dan merasa ridha dan pasrah kepada ketentuannya, sedangkan pemberlakuan kitab suci terdahulu telah dihapuskan semuanya oleh alQuran

Buah iman kepada Kitab Rujukan : Nubdzatun fil Aqidah Iman kepada kitab membuahkan : Menyadari perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada masing-masing kaum sebagai petunjuk untuk mereka Mengetahui kebijaksanaan Allah dalam menetapkan syariat-Nya di mana Allah menetapkan syariat yang sesuai dengan keadaan masing-masing kaum

Iman terhadap al-Quran Rujukan : Kitab Tauhid li Shafits Tsani al-Quran adalah kalamullah, lafaz maupun maknanya. Diturunkan dari-Nya, bukan makhluk. Didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan kemudian beliau menyampaikannya kepada para sahabatnya. Itulah yang kita baca dengan lisan kita, yang ditulis di dalam mushaf, dihafal di dalam dada dan kita dengar dengan telinga kita. al-Quran diturunkan kepada Nabi yang terakhir dan ia merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada manusia dan menghapus syariatsyariat terdahulu. al-Quran yang ada di tangan-tangan kita itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan ia akan tetap ada hingga tiba waktunya diangkat di akhir zaman nanti. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menunaikan tugasnya untuk menjelaskan al-Quran ini dengan ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Allah taala berfirman : Dan Kami turunkan kepadamu al-Quran agar kamu jelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau berpikir. (QS. an-Nahl(16) : 44). IMAN KEPADA PARA RASUL Definisi rasul Nubdzatun fil Aqidah Secara bahasa Rasul artinya orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu. Sedangkan pengertian rasul dalam syariat adalah orang yang mendapatkan wahyu dengan syariat serta diperintahkan untuk menyampaikannya. Rasul yang pertama adalah Nuh alaihis salam, sedangkan rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Allah taala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepadamu al kitab sebagaimana Kami mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya. (QS. an-Nisaa : 163). Allah juga berfirman Bukanlah Muhammad itu sekedar bapak dari salah seorang dari kalian akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah dan penutup nabi-nabi. (QS. al-Ahzab : 40).

Perbedaan nabi dengan rasul Kitab Tauhid li Shafits Tsani Nabi secara istilah adalah seorang lelaki merdeka yang mendapatkan berita dari Allah taala dengan syariat terdahulu untuk dia ajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya yang telah menganut syariat terdahulu tersebut. Adapun rasul adalah lelaki merdeka yang mendapatkan berita dari Allah dengan syariat serta diprintahkan untuk menyampaikannya kepada kelompok orang yang tidak mengetahuinya atau kaum yang menyelisihinya dari kalangan orang-orang yang menjadi sasaran dakwahnya. Kenabian merupakan sayrat kerasulan, sehingga tidak bisa menjadi rasul kecuali nabi. Setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya. Rasul diutus kepada orang yang belum mengenal agama Allah dan syariat-Nya atau kepada orang-orang yang telah mengubah syariat dan agama dalam rangka mengajari dan mengembalikan mereka kepada ajaran yang benar. Maka rasul adalah hakim di antara mereka. Sedangkan nabi hanya diutus untuk mendakwahkan syariat sebelumnya yang sudah ada. Kandungan iman kepada para Rasul Nubdzatun fil Aqidah Iman kepada para rasul mengandung beberapa hal : Mengimani bahwa risalah mereka adalah haq dari sisi Allah, maka barangsiapa yang mengingkari risalah salah satu saja di antara mereka sama saja dia telah kafir kepada mereka semua. Allah berfirman (yang artinya), Kaum Nuh mendustakan seluruh rasul. (QS. asy-Syuara : 105). Mengimani rasul yang kita ketahui namanya, dan apabila tidak kita ketahui maka kita mengimani mereka secara global Membenarkan berita yang benar-benar diberitakan oleh mereka Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

Buah iman kepada para Rasul Nubdzatun fil Aqidah Iman kepada rasul membuahkan berbagai faidah di antaranya : Mengetahui rahmat Allah taala dan perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah mengutus untuk mereka para rasul yang menunjukkan kepada mereka kepada jalan Allah dan menjelaskan kepada mereka tata cara beribadah kepada-Nya Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini

Mencintai para Rasul alaihimush shalatu was salam dan mengagungkan mereka, memuji mereka dengan pujian yang sepantasnya karena mereka adalah para utusan Allah yang telah menunaikan dengan baik kewajiban beribadah kepada-Nya serta menyampaikan risalah kepada umat manusia.

Mencintai dan mengagungkan Rasulullah Kitab Tauhid li Shafits Tsalits hal. 65 Wajib bagi setiap orang untuk mencintai Allah, bahkan hal itu tergolong ibadah yang paling agung. Dan salah satu konsekuensi kecintaan kepada Allah adalah kecintaan kepada Rasul. Nabi bersabda, Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada anak dan orang tuanya, dan dari seluruh manusia. (HR. Bukhari dan Muslim). Di samping itu kita juga dilarang melakukan perbuatan melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam memuji beliau. Beliau bersabda, Janganlah kamu memujiku sebagaimana kaum Nashara memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah bahwa aku adalah hamba dan utusan-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim). Termasuk bentuk pengagungan kepada beliau adalah dengan menjunjung tinggi sunnah-Nya. Allah berfirman (yang artinya), Dan tidaklah ia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya, namun itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS. an-Najm : 3-4). Dan kita juga tidak boleh sembarangan membicarakan sahih tidaknya hadits tanpa landasan ilmu.

IMAN KEPADA HARI AKHIR Kandungan iman kepada hari Akhir Nubdzatun fil Aqidah Hari akhir adalah hari tatkala umat manusia dibangkitkan dari kuburnya untuk dihisab dan dibalas amalamalnya. Iman kepada hari akhir mengandung 3 hal : Iman akan terjadinya hari kebangkitan; yaitu dihidupkannya orang-orang yang telah mati ketika ditiupnya sangkakala untuk kedua kalinya maka bangkitlah mereka untuk menghadap Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum berkhitan. Iman terhadap adanya hisab dan pembalasan amal. Setiap orang akan dibalas berdasarkan amalnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijaksanaan Allah taala yang telah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia untuk menerima dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah juga memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang menentang rasulNya, kalau seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini semua merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah tentu saja terbebas darinya

Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal abadi bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang kafir dan zalim.

Fitnah kubur dan siksa kubur Nubdzatun fil Aqidah Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian, seperti : Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia dikuburkan mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa Nabinya. Pada saat itu Allah akan memberikan ketegaran bagi hamba-hamba-Nya yang beriman sehingga ia akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik. Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zalim yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan tulus lagi jujur

Buah iman kepada hari Akhir Nubdzatun fil Aqidah Iman kepada hari akhir akan membuahkan : Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat Menghibur hati seorang mukmin yang mengalami kehilangan sebagian kenikmatan dunia

IMAN KEPADA TAKDIR Kandungan iman kepada Takdir Nubdzatun fil Aqidah hal. 53 Iman kepada takdir mencakup empat hal : Mengimani bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah sendiri ataupun perbuatan makhluk Mengimani bahwa Allah telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali dengan kehendak Allah, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun makhluk

Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan makhluk Allah, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya

Kehendak manusia Nubdzatun fil Aqidah Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syariat maupun dalil kenyataan. Dalil dari syariat antara lain firman Allah Maka baransgiapa yang berkehendak silakan mengambil jalan untuk kembali kepada Rabb-nya. (QS. anNaba(78) : 39). Allah juga berfirman (yang artinya), Bertakwalah kepada Allah sekuat kemampuan kalian. (QS. atTaghabun : 16). Sedangkan dalil kenyataan menunjukkan bahwa setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai kehendak dan kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Buah iman kepada Takdir Nubdzatun fil Aqidah Iman kepada takdir akan menghasilkan : Sikap bersandar kepada Allah dalam melakukan usaha Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa

Macam-macam taqdir Kitab Tauhid li Shafits Tsani Takdir ada bermacam-macam : Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi Takdir umri; yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai mengawali kehidupannya di dalam rahim ibunya Takdir sanawi; yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap tahunnya Takdir yaumi; yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya, baik itu terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang

Al-Baqarah : 177

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 177). (Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma'mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil 'Aliyah.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah SAW tentang "al-Bir" (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut di atas (S. 2. 177) Rasulullah SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardhu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illalah, wa asyhadu anna Muhammadan 'Abduhu wa rasuluh", kemudian meninggal di saat ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.)

Al-Baqarah : 2-4

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa 3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka 4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].

[13]. Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

[17]. Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.

Anda mungkin juga menyukai