Anda di halaman 1dari 15

KENTANG_POKOK BAHASAN Kentang (Solanum tuberosum L.

) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Umbi kentang sekarang telah menjadi sal ah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Am erika Selatan. Klasifikasi ilmiah dari kentang adalah : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Upakelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk se mak tau herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna h ijau, kemerah-merahan atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengar uhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih ba ik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih me nyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh. Desa genting terletak di kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali dengan ket inggian tempat berkisar antara 1000-1200 mdpl. Di daerah ini terdapat banyak sek ali komoditas hortikultura, khususnya sayuran yang dibudidayakan. Kentang merupa kan salah satu komoditas yang dibudidayakan di tempat ini. Petani yang kita temu i untuk observasi usahatani kentang adalah Bapak Hartono. Bapak Hartono memiliki lahan untuk budidaya kentang seluas 1 hektar, akan tetapi lahan itu bukan hanya miliknya saja tetapi milik saudaranya juga yang beliau pinjam untuk usahatani k entang. Pada saat observasi lapang, kelompok kami hanya menemukan lahan yang bar u digarap untuk penenaman kentang pada bulan Mei mendatang. Kebanyakan kentang m emang ditanam pada bulan ini dikarenakan memasuki musim kemarau jadi intensitas hujannya sangat rendah. Akan tetapi, menurut beberapa sumber di daerah Cepogo la in yang sedang melakukan pemanenan sayuran saat kami temui, sebenarnya saat ini ada beberapa petani yang menanam kentang, namun tidak banyak. Jadi, petani di da erah ini mengenal sistem off season, yaitu penanaman di luar musim. Hal ini dila kukan karena daerah ini merupakan pemasok sayuran di wilayah karesidenan Surakar ta, sebagian wilayah Magelang dan Yogyakarta, sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen, beberapa komoditas sayur yang tergantung musim tanam, mereka siasati dengan menanam secara off season, agar pasokan tetap ada di pasaran. Budidaya kentang meliputi beberapa tahapan yang mungkin hampir sama deng an budidaya tanaman hortikultura lainnya. Beberapa teknik budidaya yang dilakuka n oleh bapak Hartono meliputi : 1. Pembibitan Benih yang digunakan oleh bapak Hartono adalah benih dari varietas Gran ola karena produktifitas yang tinggi dan cocok dengan kondisi lingkungan di desa nya. Benih tersebut berasal dari penangkar dengan harga Rp 8000,00 per kilogram dengan kebutuhan benih rata-rata 2000 kg per hektar. Benih yang siap tanam adala h benih yang telah muncul tunas sepanjang 2 cm. 2. Pengolahan Tanah Tanah diolah dengan cangkul sampai halus dan bersih dari gulma. Hal ini perlu dilakukan karena tanaman kentang menghendaki tanah yang gembur dengan aer asi yang baik untuk berkembangnya umbi. Jika tanahnya keras atau lengket, umbi s ulit berkembang dan kualitas umbi yang dihasilkan tidak baik. Lahan yang sudah diolah diberi pupuk kandang atau kompos yang matang ya ng ditebarkan secara merata atau ditaruh pada tempat penanaman benih kentang. Se baiknya pupuk kandang diletakkan dalam garitan atau alur dangkal selebar 15 cm y ang dibuat lurus dengan arah Timur-Barat. Pembuatan garitan tersebut dilakukan u ntuk memudahkan meletakkan benih kentang. Setiap satu hektar membutuhkan pupuk k andang/kompos sekitar 20 ton atau 0,5 - 0,8 kg/tanaman. 3. Penanaman

Setelah pupuk kandang ditaruh dalam alur, barulah umbi kentang diletakk an satu per satu di atas pupuk kandang. Jarak penanaman 25 X 80 cm. Selanjutnya diberi pupuk buatan yang terdiri dari campuran Urea, SP-36 dan KCl yang ditaruh di samping kanan dan kiri umbi yang ditanam itu. Dosis pupuk yang diberikan unt uk Urea 300 kg, SP-36 300 kg dan KCl 100 kg setiap hektarnya. Sesudah benih kentang ditanam, benih segera ditutup/diurug tanah seteba l 15 - 20 cm supaya benih tidak kekeringan kena sinar matahari. Untuk menutup ta nah pada umbi itu bisa dilakukan dengan cara tanah diantara barisan alur benih d ikeruk selebar 30 cm dengan kedalaman 30 - 40 cm. Dengan cara ini maka terbentuk lah guludan dan bagian tanah yang dikeruk membentuk selokan yang berguna untuk d rainase dan jalan bagi pekerja sewaktu melakukan pemeliharaan tanaman. 4. Pemeliharaan a. Pemupukan Susulan Pemberian pupuk Urea dilakukan 21 hari setelah tanam (hst) sebanyak 300 kg/ha dan 45 hst 150 kg/ha. Pupuk SP-36 diberikan pada 21 hst dengan dosis 250 kg/ha dan pupuk KCl pada 21 hst sebanyak 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha. Pemberia n pupuk ini diaplikasikan dengan jarak 10 cm dari batang tanaman. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan kira-kira satu minggu 2 kali atau seperlunya dan p ada waktu kira-kira 2-3 hari menjelang pemupukan susulan. c. Pengairan Perlakuan pengairan untuk lahan kentang di daerah ini tidak terlalu diu tamakan. Selain kentang merupakan umbi yang apabila tanah terlalu basah dapat me nyebabkan kebusukan, daerah ini termasuk dataran tinggi dimana setiap saat terja di hujan walaupun intensitasnya sangat rendah dan sedang tidak dalam musim pengh ujan. Namun, apabila pengairan sangat diperlukan, air ini didapatkan dari salura n air yang berupa pipa panjang. Pipa ini mengalirkan air dari semacam sumber air . Karena struktur lahannya berupa lereng yang banyak dijumpai jurang, pipa ini d ipasang menggantung melewati jurang, agar pengairan pada lahan-lahan pertanian d i lereng dapat dijangkau. Kemudian air yang didapat ditampung ke dalam drum pena mpungan yang telah disediakan oleh petani di sekitar lahannya yang kemudia digun akan untuk penyiraman secara manual. d. Pengendalian Hama dan Penyakit Beberapa hama yang sering ditemui pada bedidaya kentang adalah ulat gra yak yang dapat diketahui dengan gejala ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian dilakukan dengan cara memangkas daun yang telah ditempeli telur. S elain ulat grayak ditemui hama penggerek umbi dengan gejala daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pe mbungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena s ebagian umbi telah dimakan. Pengendaliannya menggunakan pestisida pestona. Selain hama, juga ditemui penyakit yang menyerang kentang, diantaranya busuk daun yaitu daun bercak kelabu kekuningan dan bentuknya tidak teratur. Warn a nini akan berubah menjadi coklat gelap dan pada sisi bawah daun terdapat beludr u warna putih kelabu (mirip tepung). Bercak kemudian berkembang ke tangkai daun, batang, dan umbi. Pengendalian penyakit busuk daun adalah dengan penyemprotan f ungisida. Penyakit layu fusarium dengan pengendalian yang harus dilakukan adalah penghindaran luka pada umbi bibit.memilih bibit yang sehat, dan menyucikan guda ng penyimpanan bibit dari hama dan penyakit. Ada pula penyakit yang disebabkan o leh virus. Untuk penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat berbahaya karena tidak dapat dikendalikan menggunakan pestisida, namun hanya dengan penggunaan b enih yang bermutu dan bebas virus. 5. Pemanenan Agar dapat dipanen, umur kentang paling tidak 90 hari. Secara fisik tan aman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan y ang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tid ak cepat mengelupas bila digosok dengan jari. Penanganan pasca panen yang dilakukan petani sangat minim dan sederhana seperti mengeringkan secara alami atau membiarkannya di tempat terbuka. Hasil panen yang diperoleh bapak Hartono dijual ke pasar di daerah Boyolali, Surakarta

, Magelang dan Yogyakarta.

Teknik Budidaya Kacang Panjang Tanaman kacang panjang tumbuh baik pada tanah Latosol/lempung berpasir, su bur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5, 5-6,5. Suhu antara 20-30oC, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tah un dan ketinggian optimum kurang dari 800 mdpl (Anonim, 2007). Klasifikasi botani tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut: a) Divisi : Spermathophyta b) Sub Divisi : Angiospermae c) Class : Dycotyledoneae d) Ordo : Leguminales e) Famili : Leguminaceae f) Genus : Vigna g) Spesies : Vigna spp. Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti Indonesi a.Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (protei n,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B dan C). Kandungan protein naba ti pada sayur kacang panjang berkisar 17-21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sam pai 7 t/ha (pada musim hujan). Sentra penanaman kacang panjang didominasi oleh Pulau Jawa terutama Jawa B arat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DI Aceh, Sumatra Utara, Lampung dan Bengkulu. Spesies kacang panjang yang umum dibudidayakan antara lain: 1. Kacang panjang tipe merambat (V. sinensis var. sesquipedalis) yang kita kenal sebagai kacang panjang biasa. Varietas yang ditanam adalah varietas unggul KP1 dan KP2, varitas lokal Purwokerto, no 1494 Cikole, Subang, Super Subang , Usus h ijau Subang dll. 2. Kacang panjang tipe tegak yaitu kacang tunggak/tolo/dadap/sapu (V. unguiculat a L.), dan kacang uci/ondel (V. umbellata ). Varitas unggul adalah KT1, KT2, KT3 . 3. Kacang panjang hibrida (V. sinensis ssp. Hybridus) seperti kacang bushitao. V aritas yang dirilis adalah No. 10/a, 12/a, 13/a, 14/a, 17/a, 18/a dan EG BS/2. Bapak Juwari membudidayakan tanaman kacang panjang tipe merambat. Varietas yang ditanam adalah varietas unggul KP1 dan KP2. A. Pembibitan Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah ham a dan penyakit. Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg. Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang su dah disiapkan (Anonim, 2007). Pak Juwari tidak melakukan kegiatan pembibitan, akan tetapi beliau langsun g menanam benih kacang panjang (direct seeding) ke media tanam. Dalam pemilihan benih kacang panjang yang akan ditanam, Pak Juwari mempunyai patokan dalam memil ih benih yaitu bentuk benih yang utuh, warna mengkilap dan ukuran yang besar. Be nih-benih yang digunakan Pak Juwari ini didapatkan bukan dari benih kemasan teta pi benih tersebut berasal dari hasil panen musim kemarin yang disisakan untuk me njadi benih. Hal ini dilakukan agar dapat menghemat biaya. B. Pengelolaan Media Tanam Pak Juwari melakukan pengelolaan lahan seperti berikut : 1) Membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah me

njadi gembur. 2) Membuat bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, t inggi 30 cm lahan. 3) Menyiramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bede ngan dengan dosis 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya unt uk setiap 1000 m2(10 botol/ha). C. Teknik Penanaman Pak Juwari menerapkan jarak lubang tanam tipe tegak yaitu sekitar 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim pe nghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asalkan air tanahnya memadai. Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama 0,5 jam lalu tiriskan. Benih dimasu kkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur. D. Penyulaman, Penyiangan, Pemangkasan/Perempelan Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam. Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 mingg u setelah sebar, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored. Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlal u rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga. E. Pemupukan Lahan kacang panjang milik Pak Juwari seluas 2000m2 maka pemupukan yang di terapkan adalah : 50 TOTAL 37,5 Umur 12,5 25 Dasar KCl SP-36 (kg) Urea(kg) Dosis Pupuk Waktu(kg) Makro Takaran pupuk yang digunakan Pak Juwari ini berdasarkan saran dari pemilik toko pupuk dimana beliau membeli pupuk tersebut yaitu di daerah Bejen, Karangan nyar. Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tana m. POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, denga n cara disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 M2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika pengg unaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik/tangk i). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengga nggu penyerbukan (dapat disiramkan dengan dosis + 2 tutup/10 liter air ). F. Pengairan Sistem pengairan yang diterapkan oleh Pak Juwari yaitu pada fase awal pert umbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengair an berikutnya tergantung musim. Selain itu, di sekitar lahan terdapat saluran ir igasi seperti selokan yang dapat membantu pengairan tanaman kacang panjang. G. Pengendalian Hama dan Penyakit Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di lahan Pak Juwari, kita m enemukan adanya serangan hama Lalat Kacang (Ophiomya phaseoli). Gejala yang timb ul yaitu terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman y ang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan sampai kecoklatan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian yang dapat dilaku kan yaitu dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan. Gambar 1. Salah Satu Bentuk Serangan Lalat Kacang H. Panen Teknik pemanenan yang diterapkan oleh Pak Juwari yaitu dengan waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan. Selep as panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortas i. Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap dipasarkan. Untuk ketersediaan bibit pak juwari menyisakan beberapa polong hingga dapat dipa nen polong tua Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong tangk ai buah dengan pisau tajam. Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong t elah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol.

I. PASCAPANEN 1. Pengumpulan Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu dic uci dan ditiriskan. Untuk polong tua setelah dikumpulkan, lalu polong dikeringka n dengan cara dijemur sampai kadar air 12-14%. 2. Penyortiran Memisahkan polong muda yang baik dengan yang rusak. Kriteria mutu polong muda ya itu ukuran polong minimal 20 cm, tingkat ketuaan polong tergolong muda, penampak an biji tidak menonjol dan warna hijau dan segar. Sedangkan untuk polong tua yan g sudah kering dipisahkan dari kulit polong, dan biji dikeringkan sampai 12%-14% kadar airnya. 3. Penyimpanan Untuk mempertahankan kesegaran polong, penyimpanan sementara sebelum dipasarkan sebaiknya di tempat teduh. Penggunaan remukan es atau peyimpanan dalam lemari pe ndingin, sedangkan polong tua disimpan di dalam kaleng dan diletakkan di tempat yang kering dan sirkulasi udara baik. 4. Penjualan ke Pasar Bejen Karanganyar Hasil panen dijual ke pasar Bejen, Karanganyar dengan harga per ikatnya Rp 1.500 ,00. Hasil panen yang di dapat oleh Pak Juwari yaitu seharusnya sebanyak 1600 kg , akan tetapi karena serangan hama dan tidak terawatnya lahan dengan baik maka h asil panen menurun menjadi 1000kg saja. Dengan harga jual Rp 1.500 Pak Juwari me ndapatkan hasil panen Rp 1.500.000 saja. KUBIS Kubis dalam bahasa latin bisa disebut Brassica oleracea merupakan komoditas pertanian yang cukup bagus untuk dikembangkan baik di dataran rendah atau datar an tinggi. Selain itu juga memiliki nilai ekonomis sebagai tanaman tumpang sari atau tanaman pokok. Kebutuhan masyarakat terhadap kubis akan terus meningkat seiring dengan per tambahan jumlah penduduk dan daya belinya. kubis tidak dapat dilepaskan dari ber bagai hidangan kuliner yang ada di Indonesia. Hampir semuanya menggunakan kubis sebagai bahan bakunya, seperti salad, mi jawa dan lainnya. Dengan semakin berkem bangnya industri makanan jadi maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terha dap kubis yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya. Agar kebutuhannya terhadap kubis selalu terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah produksinya. Saat ini produksi kubis lebih banyak diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negeri, sedang untuk ekspor jumlahnya masih relatif rendah. Mengingat kebutuhan terhada p kubis yang kian terus meningkat maka petani dituntut untuk bekerja secara efis ien dalam mengelola usahataninya agar produksi yang diperoleh lebih tinggi dan k euntungan yang diperoleh menjadi lebih besar. Pengamatan yang dilakukan kelompok 3 meliputi beberapa aspek, antara lai n : 1. Kondisi Umum Lahan Pengamatan lapang tentang budidaya tanaman kubis yang dilakukan oleh kelom pok 3 diakukan di Desa Gondosuli Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar di lahan milik Bapak Karyo. Desa Gondosuli sendiri berada pada ketimggian 1.909 m d pl. Pengamatan dilakukan meliputi semua aspek yang dapat kita lihat dan dapat ki ta tanyakan. Lahan Bapak Karyo ini berada di halaman rumahnya, yang setiap musim pasti ditanami jenis sayuran untuk memenuhi kebutuhan hidup. Lahan seluas 300 m 2 ini terdapat 100 tanaman kubis. Selain kubis, Bapak Karyo pernah menanam tana man obat jombang dan bawang merah. Kondisi lahan cukup baik, hanya saja masih ad a beberapa gulma yang belum dibersihkan. 2. Cara Budidaya Kubis Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya mulai melengku ng ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabil a ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen. Dalam budidaya, kubi

s adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennia l) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu ding in, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan ma ti. Berikut cara budidaya tanaman kubis yang dilakukan bapak Karyo : a. Pengolahan Tanah Kubis dapat tumbuh ada semua jenis tanah, tetapi yang paling baik untuk tan aman kubis adalah tanah yang gembur banyak mengandung humus atau lempung berpasi r dengan pH berkisar antara 6 7 (Rukmana, 1994). Pengolahan tanah hanya dilakuka n secara sederhana yaitu menggunakan cangkul sebanyak 2 kali. Pengolahan tanah I dilakukan 15 hari sebelum tanam, sedangkan pengolahan tanah II dilakukan % hari sebelum tanam untuk menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah I. Kemu dian membuat lubang tanam dan diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar tiap luba ngnya. b. Penanaman Bibit yang didapat dari Desa Ngablak, Magelang (daerah sekitar gunung Merap i), sehingga bapak Karyo tidak perlu melakukan persemaian dan transplanting. Bib it yang diperoleh berumur sekitar 2-3 minggu. Jumlah bibit 100 langsung ditanam pada lubang tanam yang telah dibuat kemudian ditutup dengan top soil. Jarak tana mnya 50 x 50 cm. c. Pemeliharaan 1) Pemupukan Pupuk yang digunakan hanya urea, dengan dosis seluruhnya 30 kg. Pemberian p upuk dilakukan 3 kali masing-masing 10 kg. Pemberian pupuk pertama pada usia 1 b ulan, pemberian kedua pada usia 2 bulan dan pemberian pupuk ketiga pada usia 75 hari. Pupuk diberikan dengan cara disebar di sekitar tanaman. 2) Pengairan Irigasi dilakukan dengan memanfaatkan air hujan, karena ini adalah musim pe nghujan. Untuk pengairan jika musim kemarau menggunakan sistem leb yang dilakuka n 2 kali seminggu. Diusahakan agar lahan tidak berlebihan air (air cukup). 3) Penyiangan gulma Gulma disiangi dengan cara cabut dan menggunakan sabit untuk gulma yang ber ukuran besar. Penyiangan yang dilakukan bapak Karyo jika muncul gulma saja, bias anya 2 kali seminggu. Dan lebih intensif lagi ketika fase pembentukan krop. 4) Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit bapak Karyo hanya menggunakan satu jenis ins ektisida yaitu Curacron. Curacron dapat dibeli di toko pertanian terdekat. Insek tisida ini disemprot jika hanya ada hama yang terlihat merugikan saja, tetapi bi asanya penyemprotan dilakukan 6 kali, yaitu dilakukan dua minggu sekali, tetapi lebih seting dilakukan penyemprotan pada musim kemarau. Hama yang menyerang bias anya ulat misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp. , Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), sedang kan penyakitnya adalah busuk daun atau busuk akar yang disebabkan bakteri busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpan an. Hama di musim hujan tidak begitu berpengaruh, tetapi jika musim kemarau sera ngannya akan lebih banyak. d. Panen dan Pascapanen Kubis dipanen ketika usia sudah mencapai 3 bulan (90 hari). Cara pemanenan kubis dengan menggunakan sabit yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagian pangkal batang kubis ( dibabat ). Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun k rop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ung u, krop bagian dalam sudah padat. Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop. Panen dilakukan 3 kali dengan interval waktu 3-5 ha ri. Hasil panen sekitar 150-200 kg. Setelah dipanen kubis diletakkan pada keranjang plastik. Ditata agar tidak saling tindih, hal ini untuk mengurangi resiko kerusakan. Hasil panen kemudian d ibawa langsung ke pasar Tawangmangu, dan istri Bapak Karyo sendiri yang menjual di pasar tersebut. Kubis pasti habis terjual dan tidak mengalami kesulitan dalam hal pemasaran karena banyak konsumen yang mencarinya, terutama para pedagang sa te yang berada disekitar Tawangmangu membutuhkan kubis sebagai pelengkap menunya .

e. Analisis Ekonomi Berdasarkan hasil perhitungan, biaya produksinya hanya sekitar Rp 222.250,0 0 yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable dan penerimaanya sebesar Rp 4 00.000,00. Sedangkan pendapatan bersih hanya Rp 177.750,00. Return cost ratio me rupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi, usaha ini menguntungk an jika R/C > 1. Hasil perhitungan R/C adalah 1,799 yang berarti bahwa modal se besar 1000 yang diinvestasikan akan kembali 1,799. ROI merupakan analisis yang d igunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja dan investasi atau me ngukur keuntungan usaha terhadap penggunaan dana investasi dan modal kerja. Pada perhitungan ROI sebesar 79,98 % yang berarti bahwa usaha tani ini mendapatkan k euntungan sebesar 79,98 %. KANGKUNG Kelompok 4 melakukan wawancara kepada petani yang menanam tanaman kangkun g darat yaitu Bapak Slamet Riyanto. Lokasi dari lahan kangkung darat ini berada Dusun Brajan, Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Lahan kangkun g darat yang diamati oleh kelompok 4 memiliki luas lahan sekitar 200 m2 dengan k etinggian tempat 160 m dpl. Berikut beberapa hasil dari wawancara yang telah kami lakukan : 1. Benih Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Biji yang dipergunakan Bapak Slamet Riyanto ini diperoleh dengan cara membeli dari toko saprodi yang terletak di pasar mangu. Biasanya benih ini dijual dalam kemasan per kilogram dan untuk luas lahan 200 m2 ini diperlukan benih sebanyak 3,5 kg. Benih yang digunakan ada lah benih Amanda dengan harga per kg sebesar Rp. 35.000,00. 2. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengolahan tanah yaitu dengan cara d icangkul untuk membuat struktur tanah menjadi remah dan gembur. Lahan dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur. Setelah itu tanah diratakan agar ketinggiannya s ama. 3. Penanaman Tanah yang sudah dicangkul tersebut dirata kemudian benih yang berupa biji ditanam secara direct seeding dengan pembuatan lubang tanam menggunakan tugal. J arak tanam yang digunakan adalah 10 cm x 10 cm, jadi pada lahan seluas 200 m2 te rsebut terdapat 20.000 tanaman kangkung. Setelah biji dimasukkan, tanah ditutupi dengan kompos (pupuk kandang). Pada penanaman kangkung darat yang dilakukan ole h Bapak Slamet Riyanto kali ini berlangsung saat musim hujan sehingga pengairan tidak perlu dilakukan pada lahan, tetapi jika penanaman dilakukan pada musim kem arau, maka pengairan perlu dilakukan setiap 1 minggu sekali. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan untuk budidaya kangkung darat ini berupa pengai ran, pemupukan, serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma. Untuk pengairan, s eperti apa yang dijelaskan diatas bahwa pengairan dilakukan hanya saat penanaman pada musim kemarau yaitu setiap 1 minggu sekali. Sedangkan penanaman pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. Pemupukan yang dilakukan pada lahan ini adalah pertama kali menggunakan pup uk kompos setelah biji ditebar. Yang kedua adalah dengan pupuk anorganik Urea se banyak 1 kali pada saat 14-15 hari setelah direct seeding. Untuk lahan seluas 20 0 m2 ini pupuk Urea yang digunakan adalah 2 kg, aplikasinya dengan cara disebar. Dalam pemeliharaan tanaman kangkung darat juga dilakukan pengendalian hama, gulma, serta penyakit. Pengendalian hama, penyakit dan gulma hanya dilakukan se cara mekanik atau manual. Untuk pengendalian hama dan penyakit yaitu dengan memb uang dan membunuh hama yang berupa lembing yang menyebabkan bintil-bintil putih kecoklatan pada daun kangkung sehingga kenampakan sayuran kangkung kurang bagus. Namun, pada saat ini kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Selain it u, pengendalian hama secara mekanik juga untuk menjaga kualitas hasil sayuran ka ngkung agar terhindar dari bahaya residu pestisida. Dan pengendalian gulma hanya dilakukan dengan cara mencabut gulma-gulma yang ada di sekitar pertanaman kangk ung.

5. Pemanenan Pemanenan kangkung darat ini dilakukan pada tanaman yang telah berumur 25-3 0 hari dengan ketinggian tanaman sekitar 25 cm. Untuk satu kali panen hasil yang diperoleh adalah 600 ikat sayuran kangkung yang langsung dijual pada tengkulak setelah dipanen dengan harga Rp. 500,00 per ikat, sehingga uang hasil penjualan yang diperoleh adalah Rp.300.000,00 tiap kali panen. Pemanenan kangkung darat ini dapat dilakukan lebih dari satu kali yaitu mak simal 3-4 kali. Setelah panen pertama, tanaman kangkung disisakan bagian bawah t anaman yang mengandung tunas air dan tunas tersebut akan tumbuh menjadi tanaman kangkung baru. Waktu pertumbuhan tanaman yang tumbuh dari sisa panen pertama ini lebih cepat sehingga panen ke-2 dan selanjutnya dapat dilakukan pada hari ke 20 setelah panen pertama. 6. Analisis usaha tani Biaya produksi yang diperlukan untuk budidaya kangkung pada satu kali musim tanam adalah Rp. 141.000,00 dengan penerimaan Rp. 300.000,00. Jadi diperoleh ke untungan sebesar Rp. 159.000,00 untuk setiap kali budidaya kangkung di lahan Bap ak Slamet Riyanto ini. Berdasarkan hasil perhitungan Return of Investment (ROI) didapatkan niali sebesar 112,76%, hal ini menyatakan bahwa usaha budidaya kangku ng ini dapat mengembalikan modal awal dalam waktu satu tahun. Return cost ratio menunjukkan perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi, dan nilai yang diperoleh adalah 2,13. Nilai 2,13 ini lebih besar dari 1 dan menunjukkan bahwa usaha budidaya kangkung ini menguntungkan. 7. Pola tanam, permasalahan dan penyelesaian masalah Pola tanam yang dilakukan adalah monokultur, dimana tanaman yang ditanam ti ap musim tanam pada lahan tersebut adalah sama yaitu kangkung darat. Permasalaha n yang dihadapi dalam budidaya kangkung darat ini adalah jika terjadi peningkata n serangan hama. Apabila pengendalian hama secara mekanik sudah tidak dapat dian dalkan, maka satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ters ebut adalah penggunaan pestisida. Namun, penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan agar tidak menimbulkan bahaya bagi konsumen.

ASPARAGUS A. Kondisi UmumLahan Lahan yang menjadi obyek pengamatan kami adalah lahan dengan komoditas asparagus . Identitas dan karakteristik lahan adalah sebagai berikut Pemilik : CV. Aspakusa Luas Lahan : 100 m x 10 m Lokasi : Teras, Boyolali Jumlah Bedengan : 5 Jumlah Tanaman : 300 Umur Tanaman : 4 tahun Batas Utara : Lahan padi Batas Timur : Lahan padi Batas Selatan : Lahan kangkung Batas Barat : Lahan bayam merah Topografi Lahan : datar B. Cara Budidaya Tanaman 1. Pembibitan Pembibitan Asparagus dapat dilakukan secara vegetatif dengan kultur jaringa n, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif dari biji . Dari ke tiga asal bibit tersebut, bibit yang berasal dari biji lebih baik. Awa lnya, bibit didatangkan dari Taiwan, tetapi mulai tahun 2007 ini petani mulai me ngembangkan usaha pembibitan asparagus secara mandiri. Asparagus merupakan tanaman yang ditanam secara tidak langsung (Indirect se edling) melalui persemaian. Dalam pembibitan dengan biji terdapat 6 tahap, yaitu

Persemaian Dalam persemaian, perlu diperhatikan pemilihan lahan persemaian yaitu lahan yang berdrainase baik, bukan bekas lahan tanaman asparagus, tanahnya gembur, su bur dan berpasir. Bedengan tempat persemaian dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari hama. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 20 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm. b) Perendaman benih Benih yang akan disemaikan sebelumnya direndam dalam air dingin pada suhu 2 7C selama 24-48 jam. Selama perendaman, air diganti 2 3 kali. Biji yang mengamban g pada saat perendaman dibuang. c) Semai benih Benih disemai pada tanah dengan jarak tanam 1510 cm, dengan kedalaman 2,5 cm, setiap 1 lubang ditanam 1 biji. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau sek am kemudian disiram secukupnya. d) Perawatan persemaian Meliputi pencegahan hama dan penyakit dilakukan seawal mungkin. e) Pemupukan Sewaktu masih dipersemaian setiap 20 30 hari dilakukan pemupukan susulan ure a. f) Seleksi dan Pencabutan benih Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah 5 6 bulan. Hal-hal yan g harus diperhatikan dalamtransplanting diantaranya bibit yang akan dipindahkan a dalah bibit yang sehat. Bibit yang dicabut harus segera ditanam dan sebelum pena naman akar dipotong, disisakan 20 cm, dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya 20 cm. 2. Pengolahan tanah Sebelum penanaman, lahan yang akan ditanami asparagus dibajak dalam dan mer ata. Dibuat parit dengan kedalaman 15 20 cm. Untuk tempat tanam, jarak antar tan aman 40 50 cm dan jarak antar baris 1,25 1,5 m. Lebar bedengan sekitar 1 m. Pupu k dasar yang digunakan pada awal tanam tidak digunakan pupuk kimia, tetapi mengg unakan pupuk kandang. 3. Penanaman Bibit yang ditanam adalah bibit yang sudah berumur 5 6 bulan. Penanaman di lakukan pada pagi hari sekitar jam 9 atau pada sore hari sekitar jam 4. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman Asparagus meliputi : a) Pembumbunan Apabila tunas sudah mulai tumbuh, dapat dilakukan pembumbunan. Pada musim huj an, parit diperdalam. Hal ini karena Asparagus tidak menyukai genangan. b) Pemangkasan Pemangkasan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 10 batang, selebihnya dipangkas. Setelah mendekati masa panen batang yang dipelihara cukup 3 5 batang . Pemangkasan juga dilakukan pada cabang dan batang yang terserang hama atau pen yakit. c) Pengairan dan drainase Dilakukan dengan cara menggenangi parit (di-Lb) setinggi setengah dari tinggi parit, ditunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang.irigas i pada musim kemarau dilakukan tiap 1 minggu sekali. d) Pemupukan susulan Selain pupuk susulan biasa, setiap tahun juga dilakukan pemupukan berkala, ya itu pemupukan berat seperti saat pertama kali tanam. Pada saat tersebut tidak di lakukan panen selama 3 4 minggu (fase istirahat) dan dilakukan seleksi induk. Pu puk susulan dilakukan dengan cara membuat parit sepanjang barisan berjarak 20 cm dari tanaman, dalamnya parit 15 cm kemudian pupuk dicampur dan ditutup dengan t anah. Pupuk susulan kimia diberikan setiap bulan, sedangkan pupuk kandang diberi kan setiap 3 bulan sekali. Pupuk susulan ke empat kembali lagi seperti pupuk I, dan seterusnya. e) Pengelolaan hama dan penyakit Tanaman induk yang mati karena terkena hama atau penyakit dipotong dan digant

: a)

i dengan cara membesarkan batang yang tumbuh normal. Hama yang sering dijumpai a dalah ulat grayak dan ulat tanah yang menyerang selama periode transisi musim ke marau ke musim hujan, sedangkan penyakit yang menyerang dari golongan jamur bata ng. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik selama serangan belu m terlalu berat. Aplikasi pestisida dilakukan jika serangan sudah cukup berat. P estisida yang digunakan adalah Curacron dan Furadan. 5. Panen dan Pasca Panen a) Kriteria panen Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur 4-5 bulan setelahtransplanting. Asparagus hijau yang dipanen adalah setelah muncul diatas tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup. b) Cara panen, interval, frekuensi Panen dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas atau memoton g batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Di CV aspakusa, asparagus dipanen dengan cara memotong rebung asparagu s dengan pisau yang dilakukan pada pagi hari. Jika panen pertama dilakukan pada umur 4 bulan setelahtransplanting, maka penen kedua pada umur 5 bulan dengan inte rval panen 2 hari sekali, bulan keenam dan seterusnya dapat dipanen setiap hari. Grading untuk asparagus terdiri dari 3 tingkatan yaitu Kualitas A : panjang rebung 25cm, diameter bagian bawah rebung lebih dari 1 cm, seluruhnya berwarna hijau dan bagian ujungnya tidak mekar Kualitas B : Panjang rebung 25cm, diameter bagian bawah rebung 0,8-1c m, seluruhnya berwarna hijau dan bagian ujungnya tidak mekar Kualitas C : Panjang rebung dibawah 25 cm, diameter bagian bawah rebu ng 0,5-0,8 cm, bagian ujungnya mekar KANGKUNG Lahan yang menjadi obyek pengamatan kami adalah lahan dengan komoditas cabai merah besar. Identitas dan karakteristik lahan adalah sebagai berikut : Pemilik : Bapak Tukiyo Luas lahan : 2500 m2 Lokasi : Desa Papahan, Tasik madu, Karanganyar Batas utara : Sawah Batas Timur : Sawah Batas selatan : Jalan raya Batas barat : Sawah Topografi lahan : Datar A. Budidaya Tanaman 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan untuk penanaman cabai, dilakukan dengan langkah-langkah Pe mbuatan bedengan atau guludan, dengan lebar bedengan 100-120 cm, untuk lebar sel okan 60-70 cm, sedangkan tingginya berkisar 30 cm sampai 50 cm. Untuk menaikkan PH Tanah lahan pak Tukiyo dilakukan pengapuran tanah pada saat pengolahan tanah, diberikan kapur pertanian berdosis 0,5 Ton. Penambahan kapur untuk meningkatkan ph sudah merupakan penyelesaian 50% terhadap kendala kesuburan tanah, penambaha n kapur dapat memberikan unsur kalsium di tanah yang sangat dibutuhkan tanaman s aat berbunga nanti, selain itu dilakukam pemberian pupuk kandang pada saat pengo lahan lahan dengan perkiraan 1 kg/tanaman. Bedengan yang telah dipupuk dirapikan , kemudian disiram secukupnya lalu dipasang mulsa plastik hitam perak (MPHP), ke mudian dibuat lubang pada plastik dengan jarak 60 x 70 cm. 2. Penanaman Sebelum melakukan penanaman pak Tukiyo melakukan pembibitan/indirect seedi ng terlebih dahulu. Benih disemai pada polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, polybag d iisi dengan media campuran tanah, pupuk kandang. Untuk lahan seluas 0,25 hektar diperlukan benih + 45 gr atau 4 bungkus yang diperoleh dari toko saprodi. Pemeli haraan pada bibit tanaman meliputi penyiraman dan pencabutan gulma. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 x 70 cm, bibit cabai telah

berumur 14 hari atau berdaun 2 - 4 helai. Waktu tanam yang dipilih pak Tukiyo p ada pagi hari. Transplanting dilakukan dengan cara mengambil polybag berisi bibi t sambil dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari telunjuk da n jari tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara pelan dan hati-hati, ma ka bibit cabai akan keluar bersama akar dan medianya. kemudian bibit dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat, kemudian segera disiram sampai tanahnya cukup basah. 3. Pemeliharaan a) Pemasangan ajir Cabai hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus) dari b ilah bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm. Ajir dipasang (dit ancapkan) tegak tiap 1 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti arah panja ng bedengan. Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusak an akar tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir. b) Pengairan (Penyiraman) Pada fase awal pertumbuhan penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap ha ri. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dil akukan dengan cara dileb setiap 3 - 4 hari sekali. Pengeleban ini airnya cukup s ampai batas antara tanah bagian bawah dengan ujung MPHP. Pada kondisi lahan Pak Tukiyo selalu tergenang air karena intensitas hujan yang cukup tinggi, sehingga airnya perlu dikurangi dengan dibuang kembali melalui saluran pembuangan. Tanah yang becek atau menggenang akan memudahkan tanaman terserang penyakit layu. Seda ngkan tanaman yang sudah produktif (berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak, tetapi yang terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kekeringan. c) Pemupukan Pada kondisi pertumbuhan tanaman cabai cukup bagus, pemberian pupuk cukup sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuknya adalah berupa NPK sebanyak 2 sendok per tanaman yang diberikan di antara 2 tanaman cabai bagian kiri dan kanan atau + 3 7 kg . Pupuk ZA sebanyak + 75 kg dan pupuk urea + 25 kg selain mengandung unsur Nitrogen, juga kaya akan unsur Belerang (S) yang diperlukan untuk pertumbuhan c abai secara optimal. d) Pengendalian Hama dan Penyakit Salah satu kendala pada budidaya cabai pada lahan pak Tukiyo adalah adanya keriting daun cabai yang disebabkan oleh hama trips. Gejala keriting pada daun tanaman cabai sebagian besar disebabkan oleh hama trips. Gejala yang ditimbulkan oleh trips pada daun cabai adalah adanya daun yang keriting dengan bentuk lekuk an yang menggulung ke atas. Biasanya serangan trips diikuti dengan gejala rontok nya bunga cabai, sehingga dapat menurunkan produktivitas cabai. e) Panen Panen cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam dengan kriter ia panen cabai sudah berwarna merah. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Pak Tukiyo biasanya memanen bersama istrinya. Cara panen cabai adalah me metik buah bersama tangkainya secara hati-hati. f) Pasca Panen Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dikumpulkan di tempat pen ampungan. Rata-rata hasil panen cabai Pak Tukiyo setiap kali petik sebesar 0,5 k w. Panen bisa dilakukan sampai 10 kali, dan hasil panen langsung dijual pada bak ul/tengkulak yang biasanya langsung mendatangi ke lahan dengan harga Rp 16.00017.000/kg.

LABU Lahan yang menjadi obyek pengamatan kami adalah lahan dengan komoditas lab u siam (monikultur). Identitas dan karakteristik lahan adalah sebagai berikut : Pemilik : Bapak Eri Luas Lahan : 50 m x 40 m (0,2 ha) Lokasi : Desa Segoro Gunung, Ngargoyoso, Karanganyar Jumlah Tanaman : 260 tanaman Umur Tanaman : 3 tahun Batas Utara : Jalan Batas Timur : Lahan tomat yang di tumpang sari dengan timun dan kubis Batas Selatan : Lahan cabai Batas Barat : Jalan Topografi Lahan : Miring Tanaman labu siam tergolong mudah ditanam. Wilayah tanamnya menyebar di be rbagai belahan dunia, dari daerah beriklim tropis sampai subtropis. Dataran ting gi berhawa dingin maupun dataran rendah berhawa panas cocok ditanami labu. Labu siam tumbuh dengan baik pada ketinggian 200-1.000 m dpl. Adaptasi labu terhadap perilaku cuaca juga sangat baik. Labu tak hanya mampu berantisipasi terhadap kur angnya air di musim kemarau, melainkan juga terhadap kelebihan air di musim huja n. Labu akan tumbuh optimal pada tanah yang kering, berdrainase dan aerasi baik, gembur, serta kaya bahan organik. Tanah yang cenderung asam dengan pH 5-6,5 jus tru disukainya. Untuk rata-rata lahan di Indonesia yang berkecenderungan asam, p roses pengapuran untuk menaikkan pH bisa diabaikan. Budidaya Tanaman 1. Pembibitan Pembibitan pada tanaman labu siam dilakukan secara Inderect seeding. Benih labu dikembangbiakkan dengan biji. Untuk labu siam dapat diperoleh bijinya deng an memetik buah yang sudah tua. Kemudian diperam di tempat yang lembap hingga ke luar tunasnya. Namun kali ini pak Eri menggunakan bibit unggul yang dibeli dari Sumowono, Bandungan. Dengan lahan seluas 0,2 Ha maka pak Eri harus membeli 260 b ibit dengan harga RP.3000 per bibit. 2. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan penanaman, tanah diolah dengan pencangkulan 2 kali hingg a tanah menjadi gembur, kemudian diberi kotoran ayam sebagai pupuk dasar. Kotora n ayam sebaiknya ditaruh sekitar lubang tanam. Tanah tidak perlu dibuat bedengan ataupun guludan. Akan tetapi, perlu dibuat parit pengairan sederhana dengan men ggali parit kecil di sekeliling lahan dan di antara beberapa baris tanaman. 3. Penanaman Jarak tanam yang digunakan dalam budidaya labu siam pak Eri adalah 4m 4m. Penanaman dilakukan dengan memasukkan 2 bibit tiap lubangnya. Lubang penanaman d ibuat berukuran agak besar dengan tugal. Labu siam yang ditanam dengan para-para menggunakan jarak tanam 4 x 4 m dengan lubang tanamnya harus besar. Tutupi buah dengan tanah dan pelihara tunasnya agar tumbuh dengan baik. 4. Pemeliharaan a. Pemasangan Para-para Para-para terbuat dari bambu. Bambu ditancapkan di sekitar pokok batang. T inggi bambu dari permukaan tanah sekitar 1,5 m. Jadi bambu dipotong lebih dari i tu agar bisa ditancapkan ke dalam tanah dengan kuat. Masing-masing bambu yang di jadikan tiang rambatan disambung dengan bambu lain di bagian atasnya. Jadi, dari atas para-para terlihat seperti kotak-kotak yang saling bersambung. Tambahkan b ambu-bambu lagi dalam posisi melintang dan membujur agar bidang kotak menjadi se kitar 30 x 30 cm atau 50 x 50 cm. Pengecilan bidang kotak pada atap para-para di maksudkan agar buah labu siam dapat tumbuh sempurna dan mudah dipetik. Para-para harus dibuat sekuat mungkin karena nantinya akan menyangga labu siam yang cukup berat. Pembuatan para-para pada lahan pak Eri ini menghabiskan 500 bambu. b. Pengairan Pengairan pada tanaman labu siam milik pak Eri ini menggunakan pengairan d engan pipa-pipa paralon yag dialirkan pada setiap tanaman labu siam. Air yang di gunakan berasal dari sumber air yang lokasinya lebih tinggi dibanding dengan lah an dan jaraknya jauh. Sehingga pengalirannya harus dengan menggunakan pipa paral

on. Pengairan juga dapat mengandalkan hujan. c. Pemupukan Pupuk dasar yang digunakan pak Eri adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran Ayam, dilakukan pemberian per tanaman. Untuk satu tanaman diberi setenga h kantung plastik (karung yang berukuran 50kg). Pemberiannya dilakukan pada awal penanaman. Pupuk ini dibenamkan dekat batang pokok. Pak Eri juga melakukan pemu pukan dengan NPK. Pemupukan NPK dilakukan setelah panen labu siam dilakukan. Pak Eri membutuhkan NPK sebanyak 5 kg/0,2 ha untuk sekali pemupukan ditabur melingk ari batang. d. Penyiangan Sebelum tanaman labu tumbuh merambat atau menjalar, tindakan penyiangan ha rus sering dilakukan. Tanah yang belum tertutup seluruhnya mudah sekali ditumbuh i oleh rumput-rumput liar. Tanah di sekitar batang utama tanaman perlu juga diti nggikan. Caranya tarik tanah ke dekat batang tanaman sehingga pada pokok tanaman tanah menjadi lebih tinggi. Setelah tanaman keluar sulur-sulurnya perlu membuat para-para. Penyiangan dilakukan secara berkala sesuai dengan intensitas rumput atau g ulma yang tumbuh di lahan sekitar labu siam. Pada lahan pak Eri dilakukan penyia ngan atau pembersihan gulma dengan menggunakan cangkul, karena dengan pencangkul an menurut pak Eri lebih efektif dan cepat dibandingkan dengan menggunakan sabit atau sejenisnya. Untuk asumsi jika dicangkul akan mengenai akar dari labu siam tersebut pak Eri tidak masalah karena akar akan tumbuh lagi bahkan akan menjadi akar yang percabangan akarnya banyak sehingga penyerapan haranya pun akan maksim al, buah dari labu siam juga akan berukuran besar dan lebat. e. Pemangkasan Pemangkasan daun-daun yang sudah tua pada labu siam dilakukan agar kelemba ban pada lahan labu siam tetap terjaga sehingga hama dan penyakit / jamur dapat terkendali dengan adanya pemangkasan daun tersebut. Pemangkasan daun menggunakan pisau atau cuter. Pemangkasan pada labu dilakukan saat tanaman berumur 3-6 ming gu. Pemangkasan cabang diusahakan agar tunas menyebar dengan baik sehingga buah tumbuh merata dan banyak. Cabang tua yang tidak tumbuh memanjang lagi dipotong u jungnya agar bisa bertunas. Daun tua yang tidak produktif lagi juga dibuang. Unt uk perlakuan ini pak Eri melakukannya setiap 10 hari sekali. Tetapi jika pertumb uhanya cepet, pemangkasan dapat dilakukan tanpa harus menanti 10 hari. f. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada lahan labu siam yang ditanam oleh Pak Eri ini jarang sekali ditemukan hama sehingga pak Eri tidak menggunakan pestisida dalam pemeliharaannya. Labu s iam merupakan tanaman yang tidak banyak terserang hama. Tetapi kedala yang diala mi oleh pak Eri ini adalah adanya Jamur (jamur Phytophthora) yang menyerang tana man labu siam. Untuk pengandalian yang dilakukan adalah menggunakan Fungisida. 5. Panen Pemanenan labu siam pertama kali dilakukan pak Eri pada umur 2 bulan setel ah tanam walaupun panen yang dihasilkan baru sedikit kerena tanaman labu siam ma sih belum memiliki banyak cabang sehingga buah yang dihasilkan melum melimpah. P emanenan labu siam menggunakan pisau atau cuter untuk memotong tangkai buah labu siam sehingga memudahkan dalam proses pemetikannya. Pemanenan dilakukan setiap 5 hari sekali dimana dalam sekali panen diperoleh hasil mencapai 5 kwintal. Pema nenan dilakukan oleh 4 tenaga kerja wanita. 6. Pasca Panen Setelah itu dilakukan proses pengumpulan panenan labu siam untuk ditimbang dan dijual. Penjualan labu siam dilakukan dengan cara didatangi beberapa tengku lak yg datang kelahan. Labu siam dijual dengan harga Rp 1000,- per kg. Tetapi la bu siam bisa mencapai harga Rp 3500 per kg pada saat musim tidak hujan. Biasanya penurunan harga labu siam terjadi karena musim hujan. WORTEL Lahan yang menjadi obyek pengamatan kami adalah lahan dengan komoditas wor tel. Identitas dan karakteristik lahan adalah sebagai berikut : Pemilik : Ibu Sujito

Luas lahan :300m2 Lokasi : Desa Ngleter, Ngargoyoso, Karanganyar Batas utara : Jalan Raya Batas Timur : Lahan wortel Batas selatan : Lahan tomat Batas barat : Lahan kubis A. Budidaya Tanaman 1. Penyiapan Benih Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya. Biji (benih) wort el diperoleh dengan membenihkan sendiri yaitu dari pemeliharaan wortel hingga ta naman tersebut berbunga dan menghasilkan biji. Bunga wortel yang berwarna putih dibiarkan sampai mengering lalu diambil biji-bijinya dengan cara menggosok-gosok an benih wortel dengan kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan dengan kata lain di uyeg . 2. Persiapan Lahan Sebelum penanaman, tanah dicangkul sedalam 30-40 cm, dan diberi pupuk kand ang sebanyak 1 rit per300m2. Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibuat al ur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm. Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah ge mbur. Kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50 cm. 3. Penanaman Penanaman dilakukan secara sebar langsung merata dalam alur-alur/garitan-g aritan yang tersedia. Selanjutnya menutupi benih wortel dengan tanah tipis sedal am 0,5-1 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 10 cm x 10 cm pada lahan seluas30 0m2 sehingga terdapat 20.000 tanaman wortel pada lahan Ibu Sujito. 4. Pemeliharaan a. Penjarangan: Penjarangan tanaman wortel dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Tujuan penjarangan adalah untuk memperoleh tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil produksinya dapat tinggi. b. Penyiangan : Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tanaman wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain -lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya saat tanaman wortel be rumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan pemupukan susulan. Cara menyianginya dengan membersihkan rumput liar dengan alat bantu cangkul atau deng an cara mekanik yaitu dengan cabut langsung. Tanah di sekitar barisan tanaman wo rtel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kela k umbinya tertutup oleh tanah. c. Pendangiran : Pendangiran dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan, yaitu pad a saat tanaman akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. d. Pemupukan : Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah Ponska dan pupuk organik. Dosis pupuk masing-masimg 10 kg untuk lahan seluas300m2. Wakt u pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan. e. Pengairan : Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari, terut ama pada musim kemarau. Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan d apat dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar tanah tidak keke ringan. 5. Pemanenan Ciri-ciri tanaman wortel sudah saatnya dipanen adalah tanaman wortel yang telah berumur 3 bulan sejak sebar benih atau pada umur 90-97 HST. Cara pemanenan dilakukan dengan mencabut umbi beserta akarnya. Untuk memudahkan pencabutan bia sanya tanah digemburkan dahulu. Ibu Sujito biasanya memanen wortel dengan dibant u keluarganya. Pemanenan dilakukan pagi hari agar dapat segera dipasarkan. 6. Pasca Panen Ibu Sujito mengumpulkan seluruh rumpun (tanaman) wortel yang usai dipanen pada suatu tempat yang strategis, biasanya di pinggir kebun yang teduh dan hasil panen langsung dijual pada bakul/tengkulak yang biasanya langsung mendatangi ke

lahan dengan harga Rp 3000/kg.

Anda mungkin juga menyukai