Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Kita perlu dan harus mengendalikan penyakit tanaman, karena penyakit tanaman itu sebagaimana kita ketahui adalah sangat merugikan, merusak fisiologis kehidupan serta biologis tanaman. Tentu saja akan berakibat pula merugikan terhadap hasil dan produksi dari tanaman yang kita usahakan tersebut, yang berarti panen kita dirugikan atau jelasnya kita ikut

menderita kerugian pula olehnya. Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan. Padahal penggunaannya sering menimbulkan masalah seperti pencemaran lingkungan,

keracunan terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan resistensi serta resurgensi bagi hama serangga (Rejesus, 1986; Stoll 1988; Thamrin dan Asikin, 2005) Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi keracunan pestisida antara 44.000 2.000.000 orang setiap tahunnya. Dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida (resistansi hama itu sendiri),

membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang kurang tepat dapat

mengakibatkan keracunan bagi manusia dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak stabil / tidak seimbang. Menurut Ahmed, 1995 lebih dari 400.000 kasus keracunan satu tahunnya dan 1,5%diantaranya sangat parah serta terjadi kontaminasi air, tanah, udara yang berdampak negatif terhadap kesehatan. Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis. Untuk mengurangi frekuensi penggunaan pestisida sintetik salah satunya adalah

menggantinya dengan pestisida dari bahan nabati, karena beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang bersifat toksik terhadap hama (Balfas, 1994; Mudjiono et al., 1994).Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui mengandung senyawa bioaktif antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, asetogenin, fenil propan, dan tannin yang dapat berfungsi sebagai insektisida dan repelen (Campbell, 1933,Burkill, 1935). Sifat bahan nabati pada umumnya mudah terurai di alam sehingga residunya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan baik di lingkungan maupun pada bahan makanan (Maciver, 1962). Salah satu pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Selain ramah lingkungan, pestisida alami merupakan pestisida yang relatif

aman dalam penggunaannya dan ekonomis. Untuk itu, penulis akan membahas mengenai pemanfaatan ekstrak daun sirih (piper l better) sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan.

B.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kandungan daun piper l better?

2. 3.

Bagaimana kehidupan hama thrips? Adakah pengaruh ekstrak daun piper l better terhadap hama thrips?

C.

BATASAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan batasan masalah penelitian eksperimen tentang penyemprotan ekstrak daun piper l better terhadap hama thrips.

D.

TUJUAN
1. 2. 3. Mengetahui kandungan daun piper l better Mengetahui kehidupan hama thrips Mengetahui pengaruh ekstrak daun daun piper l better terhadap hama thrips

E.

MANFAAT

1.

Secara teoritis Dengan adanya penelitian tentang pengaruh ekstrak daun piper l better terhadap kehidupan hama thrips maka melahirkan pengetahuan baru tentang pengurangan penggunaan pestisida sintetis.

2.

Secara praktis Dengan adanya penelitian tentang pengaruh ekstrak daun piper l better terhadap kehidupan hama thrips diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak, antara lain :

1.1 Bagi tenaga kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi para tenaga kesehatan sebagai penanggulangan sintetis. terhadap keracunan pestisida

1.2 Bagi institusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi IKIP PGRI MADIUN yang dapat digunakan sebagai studi literatur dan bahan kajian untuk peneliti berikutnya guna mencapai yang lebih baik. 1.3 Bagi masyarakat

Dapat menggunakan bahan pestisida alami untuk mengurangi keracunan pestisida

1.4 Bagi peneliti Dapat meningkatkan wawasan dan

menambah ilmu pengetahuan serta memperoleh pengalaman dengan adanya penelitian ini

BAB II PEMBAHASAN A. LANDASAN TEORI

DAUN SIRIH (Piper betle L.) Divisi Subdivisi Klas Ordo Famili Genus Species : Spermatopyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Piperales : Piperaceae : Piper : Piper betle Linn

Klasifikasi lengkap tanaman sirih menurut Koesmiati (1996) dalam Dwiyanti (1996) adalah sebagai berikut : Morfologi daun sirih Wijayakusuma et al. (1992) mengatakan bahwa sirih sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Tanaman ini banyak ditanam orang di pekarangan, batangnya berwarna hijau kecokelatan. Permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodule atau ruas yang besar tempat keluarnya akar. Tumbuh memanjat dan bersandar pada batang lain, tinggi dapat mencapai 5 15 m. Daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai, daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing. Tepi rata. Lebar 2.5 10 cm, panjang 5 18 cm, mengeluarkan bau aromatik bila diremas. Semua

bagian tanaman, akar, daun dan bijinya digunakan untuk obat tetapi daunnya lebih banyak digunakan dan dikenal daripada buahnya. Cukup banyak jenis bahan kimia yang terdapat pada sirih dan pemakaiannya sebagai obat tradisional sudah lama dikenal. Khasiat dari daun sirih ini selain sebagai styptic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada kulit) juga berdaya antioksida, antiseptic, fungisida dan bahkan sebagai bakterisidal. Hal ini juga dikatakan oleh Widarto (1990) bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai aktivitas terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Darwis, 1991). Kandungan gizi Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Selain minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun sirih adalah vitamin, asam organik, asam amino, gula, tanin, lemak, pati dan karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari senyawa fenol, turunan fenol propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol (sampai 42,5 %), karvakrol, chavikol, kavibetol,

alilpirokatekol, kavibetol asetat, alilpirokatekol asetat, sinoel, estragol, eugenol, metil eter, p-simen, karyofilen, kadinen, dan senyawa seskuiterpen (Darwis, 1991). Menurut Hidayat (1968) dalam Dwiyanti (1996), di dalam 100 g daun sirih segar mengandung komposisi sebagai berikut : kadar air 85,4 g, protein 3,1 g, lemak 0,8 g, karbohidrat

Sirih diketahui mengandung saponi, flavonida dan polipenol; sedangkan rimpang lengkuas mengandung benzil benzoat, pmethoksisinamal dan xanthorhizal (Sastrahidayat, 1990; Speenis et al)

Sedangkan menurut Tampubolon (1981) dalam Dwiyanti (1996), daun sirih mengandung senyawa tanin, gula, vitamin, dan minyak atsiri. Minyak atsiri daun sirih yang berwarna kuning kecokelatan mempunyai rasa getir, berbauwangi dan larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform, serta tidak larut dalam air (Soemarno, 1987 dalam Dwiyanti, 1996). Menurut Takahashi (1981), pada dasarnya bahan alami yang mengandung senyawa bioaktif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu (a) bahan alami dengan kandungan senyawa

antifitopatogenik (antibiotika pertanian), (b) bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat fitotoksik atau mengatur tumbuh tanaman (fitotoksin, hormon tanaman dan sejenisnya) (c) bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat aktif terhadap serangga (hormon serangga, feromon, antifidan, repelen, atraktan dan insektisidal).

B.

KERANGKA BERFIKIR

C.

HIPOTESIS Hipotesis nol a) b) c) Tidak terdapat kandungan dalam ekstrak daun pepaya Tidak terdapat kehidupan nyamuk culex pipiens Tidak terdapat pengaruh antara ekstrak daun sirih dengan kehidupan nyamuk culex pipiens Hipotesis 1 a) Terdapat kandungan dalam ekstrak daun sirih (piper betle linn) b) c) Terdapat kehidupan nyamuk culex pipiens Terdapat pengaruh antara ekstrak daun sirih dengan nyamuk culex pipiens

D.

DEFINISI OPERASIONAL Kehidupan adalah

BAB III A. PENELITIAN KUANTITATIF 1. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilakukan di desa Kraton kecamatan Maospati kabupaten Magetan.

Dimulai pada bulan april 2012. 2. POPULASI Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang

dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Notoadmodjo,2005). Populasi yang digunakan adalah semua varietas cabai di Desa Kraton Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. 3. SAMPEL Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili kriteria populasi

(Nursalam, 2001). Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah cabai rawit yang terdapat di Desa Kraton Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Kriteria dalam penelitian ini yaitu pada tanaman cabai muda 4. SAMPLING Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Azis, 2007). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Anda mungkin juga menyukai