Anda di halaman 1dari 8

AUTOBIOGRAFI

TUGAS INDIVIDU ISBD

MARIA SAFRIANTI 8335090309

S1 AKUNTANSI REGULER 2009

Personifikasi Diri
Nama saya adalah Maria Safrianti. Saya seorang anak perempuan yang terlahir pada hari selasa, 24 September 1991. Maria adalah nama panggilan saya, dan kedudukan saya dalam keluarga adalah sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Saya terlahir di tengah-tengah keluarga yang berasal dari Sumatera Utara. Ayah lahir di Pematang Siantar, 53 tahun silam. Ibu lahir di Tarutung, 47 tahun silam. Ayah dan ibu saya adalah seorang kristiani, dengan demikian saya pun secara otomatis memeluk agama yang sama yaitu Kristen Protestan. Ayah saya adalah seorang pelaut di sebuah kapal cargo dengan jabatan sebagai Kapten. Ayah adalah seorang panutan yang menakjubkan. Saya selalu bersyukur memiliki ayah seorang pelaut yang selalu mampu memberi contoh yang baik meskipun beliau tidak dapat menemani kami setiap hari. Ibu adalah seorang ibu rumah tangga. Ya, Tuhan memang adil, ketika ayah harus mencari nafkah dengan mengelilingi dunia bersama kapalnya, Ibu dihadirkan sebagai pelindung kami anak-anaknya setiap hari. Saya memiliki satu orang kakak dan satu orang adik laki-laki. Kakak saya bernama Martha, dan adik saya bernama Allen. Keluarga kami bertempat tinggal di Jalan Sawo 3 RT 002/ RW 004 No. 17, Jatisampurna, Cibubur, Bekasi. Keluarga kami sudah 15 tahun tinggal di sini dan untuk saya, itu adalah waktu yang sangat lama. Saya adalah anak yang cukup aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Menurut cerita ibu, ketika saya berumur 3 tahun, saya sudah mampu pergi berimunisasi sendiri ke kelurahan. Saya juga sering sekali memakai sepatu dan tas ibu saya didalam rumah dan bertingkah seolah-olah saya sedang berada di dalam kantor. Mungkin saya terlalu banyak berimajinasi dan selalu ingin mencoba banyak hal. Memang terlihat tua sebelum waktunya, namun bagi ibu apa yang saya lakukan ketika saya kecil adalah hal yang sulit dilupakan. Saya juga mampu memainkan alat music Saxophone sejak SMP meskipun tidak mahir dan pro. Saya tidak mengikuti program TK ketika saya kecil. Orangtua saya langsung memasukkan saya ke Sekolah Dasar ketika saya berumur 5.5 tahun. Saya bersekolah di SDN Jatisampurna V Bekasi. Karena jarak sekolah yang tidak jauh dari rumah, maka saya selalu berangkat sendiri dengan berjalan kaki. Semasa SD, saya seringkali mengikuti lomba. Lomba matematika, IPS/PPkn, serta

bahasa inggris sudah menjadi langganan untuk saya ikuti sejak saya kelas 3. Hasilnya pun cukup menyenangkan. Saya selalu meraih gelar juara dalam setiap lomba yang saya ikuti. Saya juga pernah mengikuti program Dokter Kecil yang diselenggarakan di tingkat Kotamadya bersama teman-teman dari sekolah lain. Setelah lulus dengan predikat lulusan terbaik dari SDN Jatisampurna V Bekasi, saya pun melanjutkan pendidikan saya di SMPN 230 Jakarta Timur. Tidak jauh berbeda dari masa SD, di SMP pun saya sering mengikuti lomba di bidang akademik. Saya pernah menjadi juara 1 dalam lomba membaca berita tingkat kecamatan dan kotamadya selama 2 tahun berturut-turut. Saya juga pernah menjadi juara 2 lomba membaca berita dalam bahasa inggris di tingkat provinsi dan mendapat hadiah yang cukup besar. Selama SMP, saya dikenal sebagai anak yang supel dan memiliki banyak teman. Saya juga dikenal banyak guru karena hal yang positif. Meskipun demikian, saya juga bukan anak yang 100% teladan. Saya juga pernah melakukan hal yang nakal namun dalam batasan yang sangat wajar. Selepas dari SMPN 230 Jakarta Timur, saya pun melanjutkan pendidikan ke salah satu SMA terbaik di Jakarta. Saya diterima sebagai siswa di SMAN 81 Jakarta Timur. Diterima di sekolah terbaik bukanlah hal yang saya impikan ketika masih duduk di bangku SMP. Namun ternyata ketika hasil UAN SMP menunjukkan angka yang tinggi, orangtua saya pun mendaftarkan ke SMAN 81 Jakarta Timur ini. Awalnya saya merasa sangat sangsi atas diri saya sendiri, karena siswa-siswa yang diterima di sekolah ini adalah siswa yang memang memiliki kecerdasan dan kemampuan financial yang sangat baik. Sebagian besar mereka berasal dari SMP favorit dan sekaligus dari keluarga berada. Saya bukan berasal dari keluarga yang sangat berlebihan, sehingga saya harus mampu mengatur pergaulan saya agar tidak terbawa arus yang sifatnya hedonisme. Bagi saya, bersekolah di salah satu SMA terbaik adalah tantangan tersendiri. Saya harus mampu mengikuti sistem belajar yang sangat cepat dan disiplin di sekolah ini, sehingga saya harus memacu diri saya untuk selalu belajar dan tidak mau kalah dari teman-teman yang mengikuti banyak les dan bimbingan di luar sekolah. Selama SMA, saya sangat menikmati masa-masa dimana saya mampu mengikuti pelajaran sekaligus bermain bersama teman-teman. Meskipun saya tidak mengendarai mobil ke sekolah seperti teman-teman dekat saya, namun mereka tetap menyayangi saya sebagai seorang teman tanpa memandang sebelah mata. Menurut saya, berteman bukan karena harta dan kekuasaan, tapi karena kenyamanan dan bagaimana kita mampu saling membangun satu sama lain agar dapat berhasil bersama-sama. Orangtua saya

memang melarang saya untuk mengendarai mobil ke sekolah, karena menurut mereka saya masih terlalu muda untuk dilepas dengan tanggung jawab yang besar. Selama di SMA, saya mengikuti 2 ekskul, yaitu Paskibra dan Sinematografi. Dalam Paskibra, saya cukup menonjol dan sempat mengikuti siswatama sekaligus mewakili sekolah saya untuk tergabung dalam barisan 17 pengibaran bendera di kotamadya dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Meskipun pada akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kegiatan Paskibra ini ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk sinematografi sendiri, saya hanya mengikuti beberapa pelatihan tentang bagaimana membuat film dan berakting dalam theater. Saya tidak mendalami bidang ini karena terlalu memakan waktu sementara saya harus menyeimbangkan waktu untuk belajar dan kegiatan lainnya. Saya tidak banyak mengikuti lomba di SMA, hanya satu lomba yang saya ikuti yaitu lomba akuntansi di kelas 3 dan saya hanya meraih juara ketiga. Namun ternyata usaha saya untuk belajar tidak sia-sia di akhirnya. Sebelum mengikuti tes masuk perguruan tinggi manapun, saya sudah diterima di Universitas Negeri Jakarta jurusan Akuntansi melalui jalur PMDK. Namun karena saya ingin sekali menjadi seorang duta besar, saya pun memilih untuk mencoba mengikuti SIMAK UI dengan mengambil 4 jurusan yaitu Hubungan Internasional, Adm. Niaga, D3 Akuntansi, dan D3 Perbankan. Namun ternyata saya diterima di pilihan ke-3 yaitu D3 Akuntansi UI. Tidak merasa puas, saya pun mencoba Hubungan Internasional UGM, namun saya hanya hanya diterima di jurusan Filsafat UGM. Akhirnya saya pun memilih mengambil S1 Akuntansi Universitas Negeri Jakarta karena saya tidak lagi berkeinginan mencoba jalur SNMPTN ataupun UMB pada saat itu. Jurusan Akuntansi adalah salah satu jurusan yang memang saya sukai. Saya banyak mendapat saran bahwa di bidang IPS, akuntansi merupakan jurusan favorit dan menjanjikan lapangan pekerjaan yang luas. Bukan hal yang mudah mengambil jurusan ini. Selain karena sulit dari segi mata kuliah, bagi saya akuntansi juga tantangan yang hanya bisa di taklukkan dengan niat dan kemampuan diluar akademis. Selama saya kuliah, saat pernah mewakili Fakultas Ekonomi untuk terbang ke Manila dalam rangka mengikuti peresmian linkage antara UNJ dengan Della Sale Lipa University. Pengalaman yang sangat mengesankan dan memberi banyak pelajaran berarti untuk bekal saya nanti. Saya juga cukup baik dalam bidang akademis dan cukup mampu mengikuti alur perkuliahan sampe di semester 6 ini.

Jika di rangkum riwayat pendidikan saya adalah sebagai berikut : Tahun 1997 2003 Tahun 2003 2006 Tahun 2006 2009 : : : SDN Jatisampurna V, Bekasi SMPN 230 Pondok Ranggon, Jakarta SMAN 81, Jakarta Timur Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta Saya memiliki banyak hobi. Membaca, menonton film, mendengarkan music, dan memainkan Saxophone adalah diantaranya. Bagi saya, membaca adalah cara saya untuk melihat dunia dari sisi yang paling mudah dan murah. Saya tidak perlu pergi keliling dunia untuk mengetahui apa yang ada di seluk beluknya, karena dengan membaca saya dapat memilih apa yang ingin saya ketahui dari dunia ini tanpa harus dibatasi. Menonton film pun demikian. Saya dapat menikmati sisi kebebasan saya sebagai seorang manusia dengan menonton film dengan genre apapun. Mendengarkan music dan memainkan saxophone adalah 2 hal yang sanga syukuri dalam hidup saya. Musik adalah nyawa dari jiwa seni saya. Saya mungkin tidak akan bisa memainkan saxophone jika saya tidak music. Jazz dan pop adalah aliran yang paling saya sukai. Ketika saya merasa ingin merasa damai dan melepaskan beban, mendengarkan alunan saxophone Dave Coz adalah pilihan yang tidak akan saya lewatkan. Dalam keadaan apapun, musik mampu menjadi sahabat yang paling bagi saya. Hanya dengan mendengarkan lagu yang sesuai dengan suasana hati, rasanya seperti bercerita tanpa kata namun dimengerti dan dimaklumi. Cita-cita saya kelak adalah menjadi seorang wanita yang sukses. Kelak ketika saya mampu berdiri sendiri untuk menjalani kehidupan, saya ingin memiliki rumah dengan satu bagian yang mampu menjadi tempat saya menikmati hobi saya, dan merasa bahwa ketika saya memasuki ruangan itu, saya memang sudah berada dalam dunia yang saya cintai.

Tahun 2009 Sekarang :

Deskripsi Masyarakat & Wilayah


Saya tinggal di daerah perkampungan yang sudah lebih banyak berisikan pendatang daripada penduduk asli. Dulu ketika pertama kali pindah, daerah rumah saya masih kental dengan suasana kebersamaan dan gotong royong. Saya sering melihat bagaimana ayah membantu penduduk untuk bersama-sama menebang pohon-pohong yang menghalangi jalan dan membantu merapikan jalanan dengan semen. Namun sekarang, setelah pendatang berdatangan, daerah rumah saya sudah penuh dengan rumah. Tidak ada lagi lahan besar tersisa utuk anak-anak bermain bola di sore hari atau bermain petak umpet seperti yang dulu sering saya lakukan bersama teman-teman kecil saya. Dulu daerah rumah saya lebih terkesan kelas bawah karena banyak rumah yang hanya terbuat dari bili atau bambu. Namun demikian para tetangga adalah orang-orang yang sangat perhatian dan peka terhadap sesama. Saat ini, jika saya melihat dan menilai, tidak ada lagi kebersamaan itu. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kehidupan masing-masing. Kepekaan dan rasa perduli tidak lagi seperti dulu. Ya, inilah kehidupan modern yang mau tidak mau harus dijalani seiring dengan zaman yang semakin dinamis. Kegiatan kemasyarakatan seperti posyandu masih dilakukan untuk anakanak melakukan imunisasi. Selain itu kegiatan perlombaan ketika 17 Agustus pun lambat laun semakin sepi meskipun tetap di laksanakan setiap tahun. Kegiatan siskamling pun masih dilakukan walaupun dengan personil yang hanya itu-itu saja dan semuanya berasal dari penduduk asli. Saya mencintai lingkungan saya apapun yang terjadi. Bagi saya perubahan hal yang wajar, dan tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mencintai lingkungan beserta isinya.

Kegiatan Yang Pernah Dilakukan


Kegiatan sosial yang pernah saya lakukan mungkin tidak banyak, tetapi cukup berkesan dalam diri saya. Saya pernah mengunjungi Panti Asuhan Geronith Syaloom di daerah grogol untuk memberi sedikit bantuan makanan dan hiburan untuk anak-anak yatim piatu disana. Mengenal anak-anak itu mengajari saya bahwa saya masih selalu kurang bersyukur atas apa yang saya miliki. Saya melihat ketegaran mereka beranjak besar tanpa orangtua, namun tetap tertawa

dan selalu melihat kehidupan dari sisi yang menakjubkan. Saya sebagai anak yang memiliki orangtua lengkap dengan kakak dan adik masih seringkali merasa kurang puas dan melihat permasalahan yang saya hadapi adalah masalah terbesar. Saya belajar banyak dari kunjungan tersebut. Saya juga pernah mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti PKMJ, kepanitiaan acara jurusan dan fakultas, serta beberapa kali mengikuti acara kemanusiaan dari gereja. Saya belajar tentang bagaimana bekerja sama yang baik, saya belajar tentang arti kecukupan, kemandirian, kebersamaan, dan keorganisasian dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Dalam lingkungan, saya hanya sekali mengikuti kepanitiaan 17 Agustus untuk mencari pengisi acara dan tatanan lomba yang akan dilaksanakan. Mengikuti kepanitiaan bersama temanteman lingkungan rumah sangat menyenangkan. Saya jadi lebih dekat dengan teman-teman yang hanya sekali dua kali berpapasan di lingkungan perumahan saya. Saya juga belajar untuk mengatur orang-orang yang lebih tua dengan cara yang sopan dan dimengerti. Terdengar mudah memang, tapi pada kenyataannya tidak semudah itu. Kehidupan yang saya jalani sekarang adalah jembatan untuk memacu diri menjadi lebih baik dalam segala aspek di hari yang akan datang. Saya mencintai apa yang saya kerjakan dan saya tekuni saat ini, dan semoga saya mampu membawa kecintaan saya ini ke arah yang memang saya ingin capai. Kegiatan yang saya pernah lalui ataupun yang mungkin sekarang sedang saya jalani adalah bumbu penyedap untuk membuat perjalanan saya ke masa depan yang lebih baik menjadi semakin berwarna.

Bersama Pembantu Dekan III, Kajur Akuntansi, Kaprodi S1, serta teman-teman dari Indonesia dan Manila ketika mengikuti peresmian Linkage Universitas Negeri Jakarta dan Della Salle Lipa University :

Bersama Petinggi Rektorat UNJ, Dosen, dan teman-teman UNJ dalam acara kuliah umum bersama Barrack Obama di Universitas Negeri Jakarta:

Bersama teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi dalam kegiatan transisi di Bogor, Jawa Barat:

Anda mungkin juga menyukai