Anda di halaman 1dari 5

Berfikir Secara Logika Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses

penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran. Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif / logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Contoh argumen deduktif: 1. Setiap mamalia punya sebuah jantung 2. Semua kuda adalah mamalia
3. Jadi setiap kuda punya sebuah jantung

Penalaran induktif / logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif: 1. Kuda Sumba punya sebuah jantung 2. Kuda Australia punya sebuah jantung 3. Kuda Amerika punya sebuah jantung

4. Kuda Inggris punya sebuah jantung


5. Jadi setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif. Deduktif Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sekurangnya dalam premis. Logika Matematika Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Pembuktian Logika Yang dimaksud dengan pembuktian disini adalah proses membuktikan benar atau salahnya suatu kesimpulan secara logika. Ketika membuktikan kesimpulan tersebut, kita menggunakan fakta-fakta atau argumentasi-argumentasi (yang dinyatakan dalam bentuk proposisi) yang diasumsikan benar. Fakta-fakta ini kita sebut juga sebagai premis (atau aksioma, atau postulat, atau hipotesa). Dan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis disebut juga sebagai konsekuensi logis. Negasi (Ingkaran) Negasi adalah pengingkaran terhadap nilai kebenaran suatu pernyataan. ~ p : tidak p sudah secara ada, implisit, Induktif Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

dan. atau. .

Operator Logika p q : p dan q p q : p atau q p q : Jika p maka q

1) Konjungsi adalah penggabungan dua pernyataan atau lebih dengan operator 2) Disjungsi adalah penggabungan dua pernyataan atau lebih dengan operator 3) Implikasi adalah penggabungan dua pernyataan dengan operator Jika , maka 4) Biimplikasi adalah penggabungan dua pernyataan dengan operator jika dan hanya jika p q : p jika dan hanya jika q Nilai Kebenaran Konjungsi, Disjungsi, Implikasi, dan Biimplikasi

Kesimpulan: perhatikan nilai kebenaran yang tercetak tebal 1) Konjungsi akan bernilai benar (B), jika kedua premis benar, 2) Disjungsi akan bernilai salah (S), jika kedua premis salah 3) Implikasi akan bernilai salah (S), jika premis sebelah kiri benar (B) dan kanan salah (S) 4) Biimimplikasi akan bernilai benar (B), jika premis kiri dan kanan kembar Konvers, Invers, dan Kontraposisi Bila terdapat bentuk implikasi p q, maka diperoleh tiga pengembangannya sebagai berikut:

Kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1) invers adalah negasi dari implikasi 2) konvers adalah kebalikan dari implikasi 3) kontraposisi adalah implikasi yang dibalik dan dinegasi Pernyataan-Pernyataan yang Equivalen 1) implikasi kontraposisi 2) konvers invers :pq~q~p :qp~p~q

3) ~(p q) ~ p ~ q 4) ~(p q) ~ p ~ q 5) ~(p q) p ~ q 6) p q ~pq

: ingkaran dari konjungsi : ingkaran dari disjungsi : ingkaran dari implikasi : ingkaran dari biimplikasi

7) ~(p q) (p ~ q) (q ~ p)

Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial

Kuantor Universal adalah suatu pernyataan yang berlaku untuk umum,

notasinya x dibaca untuk semua nilai x


Kuantor Eksistensial adalah suatu pernyataan yang berlaku secara khusus,

notasinya x dibaca ada nilai x atau beberapa nilai x Ingkaran dari pernyataan berkuantor 1) ~(x) (~x) 2) ~(x) (~x) Penarikan Kesimpulan 2) Modus Tollens (MT) p q : premis 1 ~q : premis 2 ~p : kesimpulan

Jenis penarikan kesimpulan ada 3 yaitu: 1) Modus Ponens (MP) p q : premis 1 p q : premis 2 : kesimpulan

3) Silogisme p q : premis 1 qr : premis 2 p r : kesimpulan Menarik Kesimpulan Menggunakan Logika (Silogisme) Hukum dalam logika tidak termasuk pengamatan empiris, dan fungsi argumen logis untuk mengantarkan kita kepada kesimpulan yang tidak dapat diperoleh dari sekedar pengamatan. Kita membuat kesimpulan dikarenakan ada hubungan logis antara satu proposisi atau premis lebih dengan proposisi yang lain, kesimpulannya kurang lebih berbentuk bahwa yang kedua pasti benar jika yang pertama benar. Kemudian jika kita mengetahui yang pertama, kita dapat meyatakan yang kedua berdasarkan yang pertama.

Silogisme Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif. a. Silogisme Katagorik Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). b. Silogisme Hipotetik Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. c. Silogisme Disyungtif Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. REFERENSI http://id.wikipedia.org/wiki/Logika (diakses tanggal 14 Maret 2012 Pukul 17.00) http://bundaarik.multiply.com/journal/item/45?&show_interstitial=1&u= %2Fjournal%2Fitem tanggal 14 Maret 2012 Pukul 17.10) Rachmat, Setiadi. 2004. Pengantar Logika Matematika. Bandung: Informatika www.soalmatematik.com/.../4.%20LOGIKA%20MATEMATIKA.pdf tanggal 14 Maret 2012 Pukul 17.56) (diakses

Anda mungkin juga menyukai