Anda di halaman 1dari 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Kampung Bangka Pontianak memiliki luas wilayah binaan 1,666 km2 mencakup 15 RW dan 66 RT dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 berjumlah 46.254 KK. Wilayah binaan Puskesmas Kampung Bangka adalah Kelurahan Bansir Laut dan Kelurahan Bangka Belitung Laut. Puskesmas Kampung Bangka terletak di kelurahan Bangka Belitung dengan batas wilayah, sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Darat Sekip/Kecamatan Pontianak Kota, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Parit Haji Husin 2, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Parit Tokaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Banjar Serasan (Puskesmas Kampung Bangka, 2010).
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka

55

V.1.1 Kependudukan Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka mencapai 46.254 KK dengan jumlah laki-laki sebanyak 23.314 jiwa dan perempuan berjumlah 22.940 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40 tahun keatas Umur Jumlah 2015 orang 2546 orang 3540 orang 4826 orang 5470 orang 2540 orang 3470 orang 2073 orang 6961 orang

Sedangkan

distribusi

penduduk

berdasarkan

mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Tabel 5.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Mata Pencaharian Petani Nelayan Pengusaha besar/sedang Pengrajin/industri kecil Buruh industry Buruh bangunan Buruh pertambangan Buruh perkebunan besar/kecil Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri Sipil TNI/Polri Pensiunan (PNS/TNI Polri Peternak Jumlah 2137 43 875 234 691 1.274 0 841 273 4.496 4.496 375 251 7296

55

V.2

Karakteristik Responden V.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Proporsi terbesar umur responden yaitu 31-40 tahun sebanyak 178 responden (48,8%), sedangkan proporsi umur yang paling sedikit yaitu 20-30 tahun sebanyak 16 responden (4,4%). Secara lengkap data distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak
Umur 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun Total
(Data primer 2012)

Jumlah 16 178 112 42 17 365

% 4,4 48,8 30,7 11,5 4,7 100

V.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Proporsi terbesar jenis pekerjaan responden yaitu bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 244 responden (66,8%), sedangkan proporsi jenis pekerjaan yang paling sedikit yaitu bekerja sebagai PNS sebanyak 37 responden (10,1%). Secara lengkap data distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.4

55

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak
Jenis Pekerjaan PNS Pegawai Negeri Swasta Wiraswasta Total (Data primer 2012) Jumlah 37 84 244 365 % 10,1 23,0 66,8 100

V.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Proporsi terbesar tingkat pendidikan responden yaitu SMA sebanyak 311 responden (85,2%), sedangkan proporsi tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu SMP hanya sebanyak 1 responden (0,3%). Secara lengkap data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak Tingkat Pendidikan SMP SMA PT Total
(Data primer 2012)

Jumlah 1 311 53 365

% 0,3 85,2 14,5 100

V.3

Hasil Analisa Univariat V.3.1 Pengetahuan Berdasarkan analisa data diperoleh distribusi data normal dengan nilai rata-rata (mean) pengetahuan responden (9,80) sehingga responden dikategorikan memiliki pengetahuan baik jika nilai pengetahuan 10 dan dikategorikan pengetahuan kurang baik jika nilai pengetahuan < 10. Proporsi pengetahuan responden

55

sebagian besar berada pada kategori kurang baik yaitu sebesar 196 (53,7%), sedangkan pengetahuan responden pada kategori baik sebesar 169 (46,3%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak Pengetahuan
Baik Kurang baik Total
(sumber: data primer 2012)

Frekuensi
169 196 365

%
46,3 53,7 100

Berikut adalah distribusi analisis per item pertanyaan pengetahuan responden tentang pendidikan seks di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak.

55

Tabel 5.7 Analisis Per Item Pertanyaan Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak
Jawaban No Pertanyaan Benar 1 2 3 4 Yang dimaksud dengan seks pranikah adalah. Yang menjadi penyebab remaja melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah Resiko yang akan dihadapi remaja sebagai akibat dari perilaku seks pranikah adalah Upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk melindungi remaja dari perilaku seks pranikah adalah Dampak sosial akibat dari perilaku seks pranikah bagi remaja adalah Remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah akan beresiko melakukan Seorang anak perempuan dikatakan telah matang sistem reproduksinya apabila Seorang anak laki-laki dikatakan telah matang sistem reproduksinya apabila Organ reproduksi (alat kelamin) wanita dibagi atas Selaput tipis yang menutupi bagian lubang vagina Fungsi dari vagina yang paling penting, sebagai Fungsi dari testis pada pria, yaitu Fungsi dari rahim, adalah 283 215 117 130 267 265 257 282 138 355 183 297 211 304 257 % 78 58,9 32,1 35,6 73 72,6 70 77 38 96,3 50,8 81 58 83 70 Salah 82 150 248 235 98 100 108 83 227 10 182 68 154 61 108 % 22 41,1 67,9 64,4 27 27,4 30 23 62 2,7 49,2 19 42 17 30 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 N

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Cairan yang keluar dari penis saat klimaks disebut 15 Organ reproduksi pada laki-laki yang mengalami ereksi/tegang pada saat melakukan hubungan seksual (sumber: data primer 2012)

Berdasarkan hasil proporsi jawaban atas pertanyaan pengetahuan menunjukkan bahwa masih banyak responden yang menjawab salah dalam pertanyaan tentang resiko yang akan dihadapi remaja sebagai akibat dari perilaku seks pranikah adalah sebesar 67,9%, dan upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk melindungi remaja dari perilaku seks pranikah adalah sebesar 64,4%.

55

V.3.2 Sikap Berdasarkan analisa data diperoleh distribusi data normal dengan nilai rata-rata (mean) sikap responden (7,98) sehingga responden dikategorikan memiliki sikap mendukung jika nilai sikap 8 dan dikategorikan sikap tidak mendukung jika nilai sikap < 8. Proporsi sikap responden sebagian besar berada pada kategori tidak mendukung yaitu sebesar 190 (52,1%), sedangkan sikap responden yang mendukung sebesar 175 (47,9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak Sikap
Mendukung Tidak Mendukung Total
(sumber: data primer 2012)

Frekuensi
175 190 365

%
47,9 52,1 100

Berikut adalah distribusi analisis per item pernyataan sikap responden tentang pendidikan seks di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak.

55

Tabel 5.9 Analisis Per Item Pernyataan Sikap Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak
Sikap Tidak % setuju 37,3 229

No

Pernyataan

Setuju

% 62,7

Hubungan seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan disebut hubungan seks pranikah. 2 Remaja melakukan hubungan seks pranikah karena pengetahuan mereka yang baik tentang hal tersebut 3 Remaja akan beresiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sebagai akibat dari perilaku seks pranikah 4 Untuk melindungi remaja dari perilaku seks pranikah, sebaiknya orang tua memberikan pendidikan seks sejak dini 5 Remaja akan menerima celaan dari masyarakat sebagai dampak sosial akibat perilaku seks pranikah yang dilakukannya 6 Remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah akan selalu menjaga dengan baik kandungannya 7 Remaja perempuan yang telah matang sistem reproduksinya akan mengalami menstruasi 8 Remaja laki-laki yang telah matang sistem reproduksinya tidak akan mengalami mimpi basah 9 Organ reproduksi (alat kelamin) perempuan dibagi menjadi alat kelamin luar dan alat kelamin dalam 10 Selaput tipis yang menutupi lubang vagina bukan selaput dara 11 Organ vagina berfungsi sebagai saluran keluar bagi darah haid dan lendir dari dalam rahim 12 Fungsi organ testis adalah tidak menghasilkan sperma 13 Organ rahim berfungsi sebagai tempat berkembangnya janin pada saat hamil 14 Pada saat klimaks penis tidak mengeluarkan sperma tapi air kencing 15 Organ reproduksi yang mengalami ereksi/tegang pada saat berhubungan seksual adalah penis (sumber: data primer 2012)

136

365

185

50,7

180

49,3

365

246

67

119

33

365

133

36

232

64

365

171

46,8

194

53,2

365

188

51,5

177

48,5

365

161

44

204

56

365

289

79

76

21

365

173 172 192 226 203 249 192

47,4 47,1 53 62 56 68 53

192 193 173 139 162 116 173

52,6 52,9 47 38 44 32 47

365 365 365 365 365 365 365

Berdasarkan hasil proporsi jawaban atas pernyataan sikap menunjukkan bahwa masih banyak responden yang menjawab salah dalam pertanyaan tentang Untuk melindungi remaja dari perilaku seks pranikah, sebaiknya orang tua tidak memberikan pendidikan seks sejak dini sebesar 64%, dan Hubungan seksual

55

yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan disebut hubungan seks pranikah sebesar 62,7%. V.3.3 Perilaku Orang Tua Untuk menentukan perilaku orang tua, maka digunakan jawaban responden pada kuesioner yang telah disiapkan. Jika responden memberi tanda cheklist pada pertanyaan no 3 dan 4, berarti pernah melakukan pendidikan seks kepada anaknya, sedangkan jika responden tidak memberi tanda checklist pada pertanyaan no 3 dan 4 berarti tidak pernah melakukan pendidikan seks kepada anaknya. Proporsi perilaku responden sebagian besar berada pada kategori tidak pernah yaitu sebesar 207 (56,7%), sedangkan perilaku responden yang pernah sebesar 158 (43,3%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak Perilaku Orang Tua Pernah Tidak pernah Total
(sumber: data primer 2012)

Frekuensi 158 207 365

% 43,3 56,7 100

Berikut adalah distribusi analisis per item perilaku responden tentang pendidikan seks di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak.

55

Tabel 5.11 Analisis Per Item Perilaku Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak
Perilaku No 1 2 3 4 5 Pernyataan Memberikan informasi tentang nama organ-organ reproduksi Memberikan informasi tentang fungsi organ-organ reproduksi Memberikan informasi tentang bahaya perilaku seks pranikah Memberikan informasi mengenai upaya untuk menghindari seks pranikah
Pernah

% 50.7 48,8 38,1 37,8 54,2

Tidak pernah

% 49,3 51,2 61,9 62,2 45,8

N 365 365 365 365 365

185 178 139 138 198

180 187 226 227 167

Memberikan informasi tentang mengenai penyakit yang mungkin ditularkan jika melakukan seks pranikah 6 Memberikan informasi mengenai aturan bahwa remaja laki-laki untuk menjaga keperjakaan, dan remaja perempuan untuk menjaga keperawanan 7 Memberikan informasi tentang perubahan tubuh akibat pengaruh hormon pada remaja 8 Memberikan informasi tentang cara pergaulan yang sesuai dengan agama dan baik antar lawan jenis 9 Memberikan informasi mengenai yang harus dilakukan ketika remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal 10 Memberikan informasi mengenai bagaimana mencegah kehamilan (sumber: data primer 2012)

134

36,7

231

63,3

365

67

18,4

298

81,6

365

271

74,2

94

25,8

365

245 190

67,1 52,1

120 175

32,9 47,9

365 365

Berdasarkan hasil proporsi jawaban atas pertanyaan perilaku menunjukkan bahwa masih banyak responden yang belum pernah melakukan dalam pertanyaan tentang memberikan informasi tentang perubahan tubuh akibat pengaruh hormon pada remaja sebesar 81,6%, dan memberikan informasi mengenai aturan bahwa remaja laki-laki untuk menjaga keperjakaan, dan remaja perempuan untuk menjaga keperawanan sebesar 63,3%.

55

V.4

Hasil Analisa Bivariat V.4.1 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks Oleh Orang Tua Pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Dari pengumpulan data yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian

pendidikan seks oleh orang tua pada remaja di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks Oleh Orang Tua Pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Kota Pontianak
Perilaku Variabel Pengetahuan Baik Kurang Baik Total Pernah N 96 62 158 % 56,8 31,6 43.3 Tidak Pernah N % 73 43,2 134 68,4 207 56.7 Total N 169 196 365 % 100 100 100 OR (95% CI) p value

2,842 1.85-4,36

0.000

(sumber: data primer 2012)

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua kepada remaja diperoleh ada sebanyak 96 (56,8%) responden dengan pengetahuan baik, pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja, lebih besar dibandingkan responden dengan pengetahuan yang kurang baik sebanyak 62 (31,6%) berperilaku pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja. Hasil uji hipotesis chi square dengan taraf signifikasi () yang diambil sebesar 5% diperoleh nilai p value = 0,000. Menunjukkan bahwa H0 ditolah dan Ha diterima artinya bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
55

dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua kepada remaja di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,84, artinya responden yang memiliki pengetahuan baik, 3 kali cenderung pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik. V.4.2 Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks Oleh Orang Tua Pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka Dari pengumpulan data yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara sikap dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua pada remaja di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks Oleh Orang Tua Pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bangka
Perilaku Tidak Pernah Pernah % N % N 38,9 107 61,1 68 51 26,8 139 73,2 158 43.3 207 56.7 OR (95% CI) p value

Variabel Sikap Mendukung Tidak Mendukung Total


(sumber: data primer 2012)

Total N 175 190 365 % 100 100 100

4,289 2,75-6,67

0.000

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua kepada remaja diperoleh ada sebanyak 107 (61,1%) responden dengan sikap mendukung, pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja, lebih besar dibandingkan responden dengan sikap yang tidak mendukung

55

sebanyak 51 (26,8%) berperilaku pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja. Hasil uji hipotesis chi square dengan taraf signifikasi () yang diambil sebesar 5% diperoleh nilai p value = 0,000. Menunjukkan bahwa H0 ditolah dan Ha diterima artinya bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua kepada remaja di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bangka. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,28, artinya responden dengan sikap mendukung, 4 kali cenderung pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap tidak mendukung.

V.5

Pembahasan V.5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks Oleh Orang Tua Pada Remaja di Puskesmas Kampung Bangka. Hasil dari penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik cenderung untuk tidak melakukan pemberian pendidikan seks kepada remaja. Hal ini terlihat dari hasil analisa yaitu 53,7% responden yang memiliki pengetahuan kurang baik. Dari total jawaban responden sebagian besar responden tidak mengetahui upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk melindungi remaja dari perilaku seks pranikah sebanyak 64,4% dan

55

risiko yang akan dihadapi remaja sebagai akibat dari perilaku seks pranikah sebesar 67,9%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua kepada remaja di Puskesmas Kampung Bangka dengan nilai p value = 0,000 dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik cenderung berperilaku untuk tidak pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja di Puskesmas Kampung Bangka. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas/tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan pada umumnya membentuk sikap pada diri seseorang dan mempengaruhi tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan yang kurang baik cenderung membentuk perilaku yang tidak mendukung kesehatan. Karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki responden tentang pendidikan seks pada remaja maka responden cenderung untuk tidak pernah melakukan pendidikan seks kepada remaja. Seks merupakan masalah yang paling sulit di dunia untuk didiskusikan atau dibicarakan, dan sebagian besar orang mencoba menghindari atau sebaliknya memasukkan lelucon yang berbau seks ke dalam percakapan, sehingga membuat diskusi tidak nyaman lagi untuk diteruskan. Dalam sebagian besar kasus para

55

orang tua bahkan orang tua yang baik dan bertanggung jawab dalam mengajar anak-anak mereka tentang apapun yang harus diketahui oleh anak-anak cenderung menghindari masalah-masalah seks secara keseluruhan (Wuryani, 2008). Kondisi ini juga dilansir oleh detik.health bahwa banyak orang tua enggan menjelaskan tentang seksualitas kepada anaknya karena beranggapan anak akan tahu dengan sendirinya setelah dewasa. Padahal ini justru dapat membuat anak memperoleh informasi yang salah dan menyesatkan (Merry, 2011). Kebisuan tentang seks dalam keluarga sangat mungkin karena banyak orang tua juga tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang seksualitas manusia. Kalaupun mereka cukup memadai pengetahuan seksualitasnya, namun seringkali tidak tahu bagaimana menyampaikan secara tepat kepada anak-anaknya," jelas Irwan M. Hidayana, MA, dari Pusat Kajian Gender dan Seksualitas FISIP UI, dalam acara National Symposium and Workshop on Sexology 2011 di Hotel Le Meridien, Jakarta (Merry, 2011). Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua harus memiliki pengetahuan tentang pendidikan seks namun masih banyak orang tua mengabaikan betapa pentingnya pendidikan seks tersebut bagi anak-anak mereka. Berdasarkan penelitian Fox & Inazu (1980) dalam Sarwono (2007) menunjukkan hasil yang mendukung perlunya pendidikan

55

seks untuk remaja, khususnya yang dilakukan orang tua. Penelitian yang dilakukan terhadap 449 pasangan ibu-anak remaja putri ini membuktikan bahwa makin sering terjadi percakapan tentang seks antara ibu dan anak, tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa jika komunikasi antara ibu dan anak dilakukan sebelum aanak melakukan hubungan seks, hubungan seks dapat dicegah. Makin awal komunikasi itu dilakukan, fungsi penceganhannya makin nyata. Akan tetapi, jika komunikasi dilakukan setelah hubungan seks terjadi, komunikasi itu justru akan mendorong lebih sering dilakukannya hubungan seks. Meskipun demikian, dalam hal terakhir ini, pengaruh positif dalam komunikasi itu tetap ada, yaitu hubungan seks yang terjadi tidak sampai menimbulkan kehamilan yang diharapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (2007)

menunjukkan bahwa remaja memang paling banyak bertanya kepada teman dalam masalah seks namun bagi remaja yang masih murni kelakuannya, mereka paling banyak bertanya kepada orang tua. Akan tetapi memang banyak orang tua sendiri yang kurang mampu memenuhi kebutuhan anak-anak remaja mereka. Selain sikap orang tau yang masih belum terbuka tentang seks, sehubungan dengan masih kuatnya berlaku tabu-tabu sehubungan dengan masalah seks, orang tua juga seringkali memang kurang paham perihal masalah seks. Pengetahuan yang terbatas itulah yang

55

menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia tentang perilaku seks bebas remaja perkotaan dan ditemukan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka

kecendrungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidaktahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecendrungan perilaku seks remaja akan menurun. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrillah dkk yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan seksualitas dan kualitas komunikasi orang tua-anak dengan perilaku seksual pranikah di SMK Surakarta. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa kualitas komunikasi antara orang tua dan anak dapat

menghindarkan remaja dari perilaku seksual pranikah, hal ini dikarenakan antara orang tua dan anak terjalin hubungan atau komunikasi yang intensif sehingga memungkinkan terjadinya diskusi, sharing, dan pemecahan masalah secara bersama. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks. Semakin baik tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks, maka akan semakin baik pula komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anaknya.

55

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka pemecahan masalah yang relevan adalah keterbukaan dan transparansi dalam proses pendidikan seks. Bukan saja pendidikan seks yang disampaikan melalui sekolah, media massa, saluran komunikasi publik dan lain-lain, tetapi yang paling penting pendidikan seks dari orang tua. Karena orang tua dan keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling utama sebelum remaja melakukan sosialisasi dengan institusi lainnya. Kurangnya pengetahuan orang tua dalam hubungannya dengan pemberian pendidikan seks pada remaja juga dibuktikan dalam sebuah penelitian tentang pendidikan seks di SMA D.I Yogyakarta dimana dalam penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa orang tua merasa tidak nyaman membahas topik seks dengan anaknya. Ada beberapa alasan umum untuk keadaan ini yaitu orangtua merasa ketiadaan tingkat pengetahuan untuk menjawab pertanyaan tentang kesehatan reproduksi, orangtua tidak tahu batasan informasi yang pantas diberitahu anaknya, orangtua tidak tahu umur yang baik untuk mulai memberi pendidikan seks kepada anaknya, orangtua tidak tahu cara berkomunikasi dengan anaknya dengan suara sahabat, dan orangtua kurang bisa menciptakan suasana terbuka dan nyaman untuk pembahasaan seksualitas dengan anaknya (Creagh, 2004).

55

Masalah seks dianggap sulit dibahas oleh kebanyakan orangtua. Mungkin karena generasi itu tidak menerima pendidikan seks saat berusia remaja, topik ini susah didekati. Berdasarkan hasil jawaban pada kuesioner dalam penelitian ini ditemukan bahwa masih kurangnya pengetahuan ibu tentang risiko yang akan dihadapi remaja sebagai akibat dari perilaku seks pranikah yaitu sebesar 67,9%. Perilaku seks pranikah sangat beresiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagian besar responden tersebut tidak mengetahui bahwa jika anak remaja melakukan seks pranikah maka remaja tersebut beresiko terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang fungsi alat reproduksi. Usia remaja ditandai dengan matangnya organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Kehamilan dapat terjadi apabila sperma dan sel telur bertemu. Proses kehamilan terjadi berawal dari kegiatan seks. Bagi remaja yang tidak mengetahui hal ini, maka risiko terjadinya kehamilan sangat besar terjadi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan juga bahwa sebanyak 227 (62%) responden tidak mengetahui organ reproduksi (alat kelamin) wanita terbagi atas apa saja. Kurangnya pengetahuan responden mengenai organ reproduksi baik pada wanita maupun pria merupakan salah satu faktor yang menyebabkan responden tidak memberikan pendidikan seks kepada remaja. Hal ini disebabkan karena responden tidak bisa menjelaskan tentang alat

55

reproduksi wanita dan pria serta hal-hal apa saja yang menyangkut alat reproduksi. Kurangnya pengetahuan tentang organ reproduksi menghambat ibu-ibu untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Berdasarkan jawaban tentang pengetahuan juga ditemukan sebanyak 182 (49,2%) responden yang tidak mengetahui fungsi dari vagina yang paling penting. Sebagian besar responden tersebut memberikan jawaban bahwa fungsi dari vagina adalah sebagai tempat berkembangnya janin. Responden tersebut tidak

mengetahui bahwa fungsi utama vagina adalah sebagai saluran darah haid dari dalam rahim. Responden menganggap bahwa vagina dan rahim itu adalah sama. Kurangnya pengetahuan tentang fungsi vagina tersebut akan membuat ibu-ibu salah dalam memberikan pemahaman kepada anak remajanya. V.5.1 Hubungan Sikap dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks Oleh Orang Tua Pada Remaja di Puskesmas Kampung Bangka. Hasil dari penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap tidak mendukung dan cenderung untuk tidak melakukan pemberian pendidikan seks kepada remaja. Hal ini terlihat dari hasil analisa yaitu 52,1% responden yang memiliki sikap tidak mendukung. Dari total jawaban responden sebagian besar responden tidak mendukung pernyataan tentang untuk melindungi remaja dari

55

perilaku seks pranikah, sebaiknya orang tua tidak memberikan pendidikan seks sejak dini sebanyak 63,8%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua kepada remaja di Puskesmas Kampung Bangka dengan nilai p value = 0,000 dan responden yang memiliki sikap tidak mendukung cenderung berperilaku untuk tidak pernah memberikan pendidikan seks kepada remaja di Puskesmas Kampung Bangka. Pendidikan seks pada masa sekarang ini semakin

dibutuhkan, terutama untuk membekali remaja itu sendiri untuk melakukan berbagai tindakan di masa depan. Orang tua dalam hal ini berperan penting untuk memberikan pendidikan seks oleh karena mereka adalah figure pertama yang dikenali oleh remaja pada umumnya. Orang tua hendaknya tidak marah ketika anak remajanya bertanya mengenai seks atau bahkan melakukan eksperimen seksual, karena hal ini justru dapat berdampak buruk pada remaja Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap responden pendidikan tidak seks mendukung tentang lebih besar perilaku pemberian yang

dibandingkan

dengan

mendukung. Sikap orang tua tersebut mungkin selain dipengarahi oleh pengetahuan juga sudah ada penanaman sikap dari orang tua, guru,agama dan kebudayaan mereka, dan pengaruh dari tempat tinggalnya. Orang tua yang memiliki sikap tidak mendukung ini

55

dipengaruhi oleh sikap mereka yang belum mengetahui pentingnya menjaga perilaku anak remaja mereka sendiri sehingga tidak mudah terjerumus ke hal-hal yang dapat merusak anak remaja mereka. Misalnya bergaul dengan teman-teman yang nakal, nonton film porno, baca buku porno, pergaulan bebas dan kurangnya keterbukaan antara anak dan orang tua. Apabila orang tua menyadari manfaat pendidikan seks dimana dapat membantu remaja untuk mengetahui risiko sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, bergaul dengan benar dan menjaga dirinya dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat G. W. Alport (1935) dalam Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu dalam suatu penghayatan objek. Perbedaan sikap yang ditunjukkan responden disebabkan karena sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003).

55

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah diri orang yang bersangkutan sendiri (faktor intern), sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998). Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Menurut Azwar (2005) orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu obyek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak memihak dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif. Dalam sikap positif, kencederungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Dalam kehidupan masyarakat sikap ini penting sekali. Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang berperilaku pernah melakukan pemberian pendidikan seks kepada anak remajanya, terjadi karena responden memperoleh pendidikan yang cukup terutama pendidikan seks, faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya perilaku mendukung yaitu faktor lingkungan eksternal dan internal. Sedangkan responden yang berperilaku tidak pernah melakukan pemberian pendidikan seks,

55

terjadi karena kurangnya pendidikan responden tentang seksual, serta kurangnya faktor-faktor dari eksternal maupun internal. Sehingga responden menganggap bahwa pendidikan seks tidak terlalu penting untuk diketahui dan diajarkan kepada anak-anaknya Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Prabowo (2008) tentang sikap ibu dalam menyikapi pendidikan seks kepada anaknya. Sebagian besar responden memberikan sikap yang negatif terhadap keingintahuan anak akan pendidikan seks. Tapi bukan berarti ibu tidak bisa mendidik anak, mereka melakukan ini karena menurut mereka pengetahuan seks adalah sesuatu yang tabu sehingga pada waktu remaja bertanya seputar seks, orang tua menghindar atau malah marah. Mereka takut bila remaja tahu banyak tentang pengetahuan seks dikhawatirkan malah akan melakukan hal-hal yang menyimpang atau mungkin karena kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua selalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik dan keluarga tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak dalam memasuki masa remaja dengan baik, disamping itu remaja merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik sehingga memicu mereka bertemu dengan pacarnya tanpa kontrol. Sebab tidak tahu akan batas-batasnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh akhirnya hubungan akan medalam sehingga terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.

55

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitan Arfan (2009) bahwa sikap orang tua dalam memberikan pendidikan seks ternyata juga memiliki hubungan dengan perilaku seksual remaja di SMU Santun Untan Pontianak. Kecenderungan perilaku seksual remaja juga dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam memberikan pendidikan seks. Semakin baik sikap yang ditunjukkan oleh orang tua maka remaja cenderung untuk tidak melakukan perilaku seksual. Masih banyaknya orang tua yang kurang terbuka akan pendidikan seks disebabkan adanya tabu untuk membicarakan masalah seks kepada anaknya, padahal pendidikan seks oleh orang tua sangatlah penting sebagai pedoman remaja dalam menghadapi masa remaja yang penuh dengan cobaan dan tuntutan tanggung jawab agar terhindar dari perilaku-perilaku seksual yang beresiko dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di

masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak 204 (56%) responden tidak setuju bahwa remaja perempuan yang telah matang sistem reproduksinya akan mengalami menstruasi. Ibu-ibu beranggapan bahwa menstruasi yang terjadi pada anak remajanya lebih disebabkan karena faktor usia. Jika anak perempuan sudah menginjak usia remaja maka akan mengalami menstruasi dan hal ini juga diperkuat pemahaman bahwa setiap anak remaja perempuan pasti mengalami menstruasi. Pemahaman yang kurang

55

mengenai sistem reproduksi mengakibatkan ibu-ibu enggan memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Sikap tidak setuju juga sebagian besar terlihat pada hasil penelitian ini yaitu sebanyak 192 (52,6%) responden tidak setuju bahwa organ reproduksi (alat kelamin) perempuan dibagi menjadi alat kelamin luar dan alat kelamin dalam, serta sebanyak 193 (52,9%) responden tidak setuju bahwa selaput tipis yang menutupi lubang vagina bukan selaput dara. Sikap ini terbentuk karena kurangnya pengetahuan serta pemahaman tentang alat reproduksi. Hal ini diduga karena responden kurang terpapar dengan informasi yang berkaitan dengan pendidikan seks. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan

diperoleh sebagian besar melalui mata dan telinga dengan kata lain melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang diperoleh melalui penglihatan dapat dilakukan dengan membaca dari media cetak yang beredar dimasyarakat, baik berupa buku, Koran dan majalah-majalah juga dapat diperoleh melalui media massa dan internet. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh melalui

pendengaran dapat diperoleh dari mendengarkan berita dari radio dan televise dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

55

Anda mungkin juga menyukai