Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOKIMIA

METABOLISME KARBOHIDRAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENYAKIT LAPAR SAAT PUASA

PROGRAM S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG 2012

I.

PENDAHULUAN a. Definisi Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi seharihari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat merupakan salah satu dari tiga bahan makanan pokok manusia dan hewan disamping lemak dan protein. Dalam tubuh manusia dan hewan, senyawa ini merupakan cadangan energi dan tersimpan didalam sel sebagai glikogen. Karbohidrat terdapat dalam jumlah cukup besar didalam tumbuh-tumbuhan, terutama pada bagianbagian yang keras seperti biji, ubi dan kulit. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam. Pada hewan dan manusia, karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen, terutama dihati (2-8%) dan otot (0.5-1%). Glikogen hati terutama berguna bagi untuk mempertahankan agar kadar glukosa darah normal (70-90 mg/ml darah), sedangkan glikogen otot bertindak sebagai penyedia energi untuk keperluan interaksi. Karbohidrat sebenarnya bukan nama umum senyawaan kimia yang secara kimiawi berupa bentuk hidrat dari karbon dan secara empiris mempunyai rumus: (Cn(H2O)n). Termasuk dalam kelompok senyawa ini misalnya glukosa (C6H12O6) dan sakarosa (C11H22O11). Terdapat pula senyawa yang tidak mematuhhi rumus umum tersebut seperti ramnosa dengan rumus molekul (C6H12O5) dan dimasukkan dalam kelompok karbohidrat karena senyawa ini memiliki sifat-sifat yang sama dengan karbohidrat.

b. Jenis Karbohidrat Karbohidrat yang terdapat pada makanan dapat dikelompokkan: 1. Available Carbohydrate (Karbohidrat yang tersedia), yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, diserap serta dimetabolisme sebagai karbohidrat. 2. Unvailable Carbohydrate (Karbohidrat yang tidak tersedia) Yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia, sehingga tidak dapat diabsorpsi. Selain itu karbohidrat juga dapat di golongkan berdasarkan jumlah molekulnya, yakni : 1. Monosakarida Karbohidrat yang paling sederhana (simple sugar), oleh karena tidak bisa lagi dihidrolisa. Monosakarida larut di dalam air dan rasanya manis, sehingga secara umum disebut juga gula. Berdasarkan atom C penyusunya golongan monosakarida ini biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa. Heksosa merupakan monosakarida ynag mengandung 6 buah karbon, misalnya : - Glukosa : Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa. Glukosa dijumpai di dalam aliran darah (disebut Kadar Gula Darah) dan berfungsi sebagai penyedia enersi bagi seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Pada keadaan fisiologis Kadar Gula Darah sekitar 80-120 mg %. - Fruktosa : Disebut juga gula buah ataupun levulosa. Merupakan jenis sakarida yang paling manis, banyak dijjumpai pada mahkota bunga, madu dan hasil hidrolisa dari gula tebu. Di dalam tubuh fruktosa didapat dari hasil pemecahan sukrosa. - Galaktosa : Tidak dijumpai dalam bentuk bebas di alam, galaktosa yang ada di dalam tubuh merupakan hasil hidrolisa dari laktosa. Pentosa merupakan monosakarida yang mengandung 5 buah karbon, seperti : Ribosa, Arabinosa, Xylosa.

2. Disakarida Merupakan gabungan antara 2 (dua) monosakarida, pada bahan makanan disakarida terdapat 3 jenis yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. - Sukrosa : Adalah gula yang kita pergunakan sehari-hari, sehingga lebih sering disebut gula meja (table sugar) atau gula pasir dan disebut juga gula invert. Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. - Maltosa : Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan berubah menjadi warna biru. - Laktosa : Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa kurang larut di dalam air. 3. Polisakarida Merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus ataupun bercabang. Polisakarida rasanya tawar (tidak manis), tidak seperti monosakarida dan disakarida. Terdapat beberapa jenis polisakarida yaitu amilum, dekstrin, glikogen dan selulosa. - Amilum : Amilum merupakan karbohidrat dalam bentuk simpanan bagi tumbuhtumbuhan dalam bentuk granul yang dijumpai pada umbi dan akarnya. Amilum tidak larut di dalam air dingin, tetapi larut di dalam air panas membentuk cairan yang sangat pekat seperti pasta; peristiwa ini disebut "gelatinisasi". - Dekstrin : Merupakan zat antara dalam pemecahan amilum. Molekulnya lebih sederhana, lebih mudah larut di dalam air, denganjodium akan berubah menjadi wama merah. - Glikogen : Glikogen merupakan "pati hewani", terbentuk dari ikatan 1000 molekul, larut di dalam air (pati nabati tidak larut dalam air) dan bila bereaksi dengan iodium akan menghasilkan warna merah. Glikogen terdapat pada otot hewan, manusia dan ikan. Glikogen disimpan di dalam hati

dan otot sebagai cadangan enersi, yang sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa bila dibutuhkan. - Selulosa : selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuhtumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia, oleh karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa. Meskipun tidak dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat memperbesar volume dari faeses, sehingga akan memperlancar defekasi.

II.

PEMBAHASAN a. Metabolisme Karbohidrat Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat yang dikonsumsi akan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi sebagai dasar pembentukan energi di dalam tubuh. Proses metabolisme karbohidrat di dalam tubuh melalui beberapa jalur antara lain glikolisis, siklus krebs, glikogenesis, katabolisme melalui jalur HMP. 1. Glikolisis Baik dalam keadaan anaerob maupun aerob, glukosa diubah menjadi piruvat melalui serangkaian reaksi glikolisis. Dalam keadaan anaerob piruvat dikonversi menjadi asam laktat atau alkohol sedangkan dalam keadaan aerob piruvat dikonversi menjadi asetil KoA yang kemudian masuk dalam jalur asam trikarboksilat. Sedangkan serangkaian reaksi yang terjadi berurutan dalam jalur EMP untuk mengkonversi glukosa menjadi asam piruvat yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap perubahan glukosa menjadi triosa fosfat (yang memerlukan energi kimia) dan tahap perubahan triofo fosfat menjadi asam piruvat sambil melepaskan energi kimia ke lingkungannya.

Berikut adalah bagan glikolisis :

Metabolisme karbohidrat melalui jalur glikolisis melalui beberapa tahap, yaitu : a. Isomerasi Glukosa 6-Fosfat Merupakan reaksi isomerasasi glukosa menjadi frutkosa 6-faosfat. Reaksi ini dan sebaliknya dikatalisis enzim fosfo glukoisomerase (G = + 1400 kalori, pH 7) Kkstb = 0,5. b. Fosforealasi Frutkosa -6-Fosfat Menjadi Frutkosa 1,6 Difosfat Pada reaksi tahap ketiga ini dikatalisis oleh fosfo-fruktosakinase. Tahap ini merupakan tahap reaksi penting untuk pengendalian metabolism karena enzim ini adalah enzim allosterik yang dapat dipengaruhi oleh beberapa metabolit umum. Kelebihan ATP ataupun asam sitrat dapat menghambat enzim fosfofruktokinase ini. Sebaliknya AMP, ADP, dan Fruktosa 6-P dapat menstimulasi enzim. Enzim ini memerlukan ion Mg2+ sebagai kofaktor dan

memiliki berat molekul yang sangat tinggi ( 360.000) dan terdiri dari 4 sub unit). c. Pembentukan Trio Fosfat Reaksi berikutnya menyangkut pemotongan glukosa 1,6 difosfat dengan membentuk dua triosa fosfat: dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehida -3 fosfat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah aldolase, yang diisolasi pertama kali oleh Warburg kini diketahui banyak ditemukan di alam. Hasil yang didapat dari oksidasi aldehida menjadi asam karboksilat disimpan dalam bentuk gugus asil fosfat:1-3 difosfogliserat. Enzim yang berperan adalah gliseraldehida-3-fosfatdehidrogenase. Berat molekul enzim ini 145.000 dan terdiri atas suatu tetramer dengan berat molekul masing-masing sebunit 35.000 dan terikat erat dengan NAD+, jadi seluruhnya ada 4 NAD+. d. Interkonversi Asam 3-Fosfogliserat Menjadi 2-Fosfogliserat Fosfogliseril Fosfogliserat. e. Pembentukan Asam Fosfoenol Piruvat Reaksi berikutnya dikatalisis oleh enzim enolase: Tetapan setimbang (Kstb) reaksi ini sama dengan 3 molekul, hal ini berarti bahwa reaksi diatas berjalan secara reversible. Asam fosfoenol piravat (PED) merupakan molekul berenergi tinggi. Hidrolisis molekul ini menghasilkan G=-14.800 kalori. f. Hidrolisis Asam Fosfoenol Piravat Menjadi Piravat Gugus fosfat dari PEP dipindahkan kepada ADP sehingga terbentuk ATP. Reaksi ini dikatalisis leh enzim piravat kinase dan menghasilkan energi sebesar 61000 kalori. Taoutomerisasi dari bentuk enol menjadi keto dapat memberikan cukup energy untuk membentuk ATP. 2. Siklus krebs Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. mutase mengkatkalisis interkonvensi dua macam asam

Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul (CO2) dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul (CO2), dan teroksidasi dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat.

Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs. Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2. Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron. 3. Glikogenesis Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan glukosa 6fosfat dsari glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai senyawa kimia berenergi tinggi. Sedang enzim yang mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat.

Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa 1-fosfat uridil transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi). Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum untuk biosintesis disakarida dan polisakarida. Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan dari glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut. Dalam hal ini UDP-glukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa fosfat sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim sukrosa fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.

4. Jalur katabolisme melalui jalur HMP Jalur HMP tau biasa di sebut jalur Heksosa Mono Phospat sangat penting untuk menghasilkan pentose yang diperlukan untuk sintesis asam nukleat dan nukleotida yang mengandung gugus prostetik, juga sebagai penghasil materi awal untuk sintesis asam amino aromatic dan vitamin,dan juga berperan dalam beberapa reaksi biosintesis. Merupakan salah satu jalan untuk oksidasi glukosa namun tidak bertujuan menghasilkan energy (ATP). Jalur HMP aktif dalam beberapa jaringan tubuh, seperti jaringan lemak, kelenjar korteks adrenal, kelenjar tiroid, eritrosit, dan kelenjar mammae. Namun tidak aktif dalam sel otot. Fungsi dari HMP antara lain : membentuk NADPH untuk sintesis asam lemak dan steroid, membentuk pentose yang berfungsi dalam sintesis nukleotida dan asam nukleat. Jalur ini aktif dalam hepar, jaringan adiposa (lemak), adrenal korteks, glandula tiroid, sel darah merah,testes dan payudara yang sedang menyusui. Dalam otot aktivitas jalur ini ren-dah sekali. HMP Shunt akan menghasilkan suatu pentosa untuk sintesis nukleotida dan asam nukleat. Ribosa 5-fosfat akan bereaksi dengan ATP menjadi 5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP). Dalam otot enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase dan 6-fosfoglukonat dehidrogenase hanya sedikit sekali, namun otot dapat membuat ribosa 5-fosfat, yaitu dengan kebalikan HMP Shunt. Pada keadaan kelaparan, enzim-enzim utama dari

glikolisis, HMP shunt dan glikogene-sis aktifitasnya menurun, sebaliknya aktifitas enzim-enzim utama dari glukoneogenesis dan glikogenolisis meningkat. Enzimenzim utama HMP shunt adalah: Glukosa 6-fosfat dehidrogenase dan 6

fosfoglukonat dehidrogenase. Pola jalur HMP dapat dilihat pada gambar :

b. Penyakit Lapar pada saat Puasa 1. Definisi Puasa secara fisiologis berarti membatasi asupan makanan dan minuman antara terbit fajar sampai terbenam matahari. Lamanya bervariasi tergantung letak geografis suatu daerah di bumi, yang berpengaruh terhadap lama siang dan malam. Di Indonesia lama puasa kurang lebih 12-14 jam. Lama berpuasa akan berpengaruh terhadap adaptasi fisiologis tubuh selama puasa. Untuk mendukung aktivitas internal dan eksternal, tubuh membutuhkan energi. Sumber energi didapatkan dari metabolisme bahan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Proporsi makanan yang normal biasanya mengandung karbohidrat 55-75%, lemak 15-30% dan protein 10-15% (Waugh&Grant, 2003). Bahan makanan sumber energi tersebut akan dipecah menjadi molekul yang sederhana dan diubah menjadi energi kimia yang disimpan dalam bentuk Adenosin Tri Phosphat (ATP) dan menghasilkan panas melalui oksidasi seluler (siklus Krebs). Setiap 1 gram karbohidrat yang dioksidasi akan menghasilkan energi 4,1 kkal, air dan karbon dioksida (Sherwood, 2007). Energi yang dihasilkan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada kondisi basal (basal metabolic rate) dan pada saat beraktivitas. Apabila asupan makanan sumber energi seimbang dengan kebutuhan, maka berat badan tubuh akan relatif tetap. Namun apabila terjadi kelebihan asupan sumber energi, maka berat badan tubuh akan naik karena kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi terutama dalam bentuk lemak. Pada saat terjadi kekurangan sumber energi dalam waktu yang cukup lama, maka cadangan lemak akan dibongkar dan diubah menjadi energi, sehingga dapat terjadi penurunan berat badan (Guyton&Hall, 2006). Karbohidrat dalam sirkulasi darah diedarkan terutama dalam bentuk glukosa dan disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot skelet. Cadangan glikogen ini hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan energi kurang dari 1 hari. Glukosa merupakan sumber energi yang utama sebagian besar sel dan sangat

penting bagi kerja sel otak yang hanya bisa menghasilkan energi dari glukosa saja. (Guyton&Hall, 2006). 2. Adaptasi Fisiologis Terkait dengan Kebutuhan Energi Selama Berpuasa Metabolisme Karbohidrat selama puasa Asupan makanan tidak konstan, intermiten, tergantung siklus makan. Sesaat sesudah makan terdapat fase yang disebut fase absorbsi. Sedangkan pada saat berpuasa beberapa jam terdapat fase paska absorbsi atau fase puasa. Pada fase absorbsi, zat makanan yang masuk akan diserap melalui traktus digestivus dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada fase ini glukosa sangat berlimpah dan ia merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan lemak dan protein sangat sedikit digunakan sebagai sumber energi, karena hampir semua sel akan menggunakan glukosa sebagai sumber energi apabila tersedia. Kelebihan energi tidak segera digunakan tetapi disimpan dalam bentuk glikogen dan trigliserid. Pada fase paska absorbsi cadangan energi dalam tubuh akan dimobilisasi untuk menyediakan energi yaitu melalui proses glikogenolisis (pemecahan glikogen) dan lipolisis (pemecahan lemak) dan juga akan dibentuk glukosa dari sumber nutrien non karbohidrat (glukoneogenesis) (Guyton&Hall, 2007). Organ yang terlibat dalam keseimbangan energi selama berpuasa terutama adalah hepar, jaringan lemak, otot skelet dan otak. Hepar berfungsi sebagai

penyedia cadangan glikogen yang utama dan sebagai tempat konversi nutrien sumber energi menjadi glukosa (glukoneogenesis) yang utama. Sedangkan otak merupakan organ yang sangat penting bagi pengaturan fungsi tubuh secara keseluruhan dan hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Otak tidak bisa menyimpan glikogen, sehingga kerjanya sangat membutuhkan kadar glukosa darah yang cukup, yang dalam keadaan normal dipertahankan pada kadar 70-110 mg/dL. Hormon yang mengatur keseimbangan energi terutama adalah hormon insulin dan glukagon. Hormon insulin dibentuk oleh sel Langerhans dalam pankreas, sedangkan glukagon diproduksi oleh sel pankreas. Kerja insulin glukosa ke dalam sel,

terhadap karbohidrat adalah memfasilitasi masuknya

merangsang glikogenesis, mencegah glikolisis dan menghambat glukoneogenesis. Sedangkan kerja glukagon adalah kebalikan dari insulin. Pada keadaan puasa kadar glukosa darah akan turun, sehingga memacu terbentuknya glukagon. Akibatnya proses yang terjadi adalah adanya peningkatan produksi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah dengan glikogenolisis, lipolisis dan glukoneogenesis (Guyton&Hall, 2006). 3. Penyakit lapar selama puasa dan hubungannya dengan metabolisme karbohidrat Hal pertama yang dirasakan tubuh selama puasa adalah rasa lapar, haus dan lemas. Rasa sakit ini sebagai hasil dari penghentian asupan makanan kedalam tubuh selama beberapa jam, namun semua rasa sakit ini akan hilang setelah tubuh kembali memberikan asupan makanan dan minuman kedalam tubuh. Pada saat berpuasa sesungguhnya tubuh akan memberikan sinyal rasa lapar dan merangsang rasa ingin makan. Namun dengan kesadaran seseorang akan menahan rasa laparnya, sehingga proses adaptasi terhadap kekurangan sumber energi di atas akan terjadi dan kebutuhan energi tetap akan terpenuhi (Buhner, 2007). Dalam keadaan puasa, energi yang berasal dari makanan dan minuman saat sahur akan digunakan secara hemat untuk aktivitas sistem kekebalan tubuh dan proses berpikir oleh otak karena gula darah yang tersedia dari pencernaan sangat mudah untuk mengalami proses metabolisme. Pada keadaan normal cadangan glikogen akan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dalam waktu 10-12 jam. Sesudah itu cadangan glikogen akan habis dan tubuh akan melakukan pembongkaran lemak (lipolisis) menjadi asam lemak dan gliserol untuk diubah menjadi asetil KoA sebagai bahan dalam siklus Krebs/oksidasi seluler. Sehingga setelah puasa selama 1 bulan seseorang dapat mengalami penurunan berat badan - 1 kilogram (Buhner, 2007). Banyak hormon dan enzim lain yang aktivitasnya meningkat selama puasa untuk mendukung adaptasi terkait dengan keseimbangan energi ini. Beberapa penelitian baik pada hewan maupun manusia telah membuktikannya. Maeda et al

(2004) menemukan bahwa transportasi gliserol dalam sel lemak melalui molekul pembawa gliserol meningkat selama puasa. Hal ini dikarenakan adanya lipolisis saat puasa. Klein dan Wolfe (1992) menunjukkan bahwa rendahnya asupan karbohidrat (kadar glukosa darah) memacu terjadinya respon metabolik pada puasa jangka pendek. Farooq et al (2004) menemukan bahwa pada saat puasa terdapat penurunan kerja enzim yang memacu glukolisis tetapi terdapat peningkatan kerja enzim yang memacu glukoneogenesis. Sedangkan Ortiz et al (2003) membuktikan bahwa pada saat puasa terdapat peningkatan kortisol, grhelin, glukagon dan metabolisme. c. Regulasi Karbohidrat Pada Saat Puasa Glikogen adalah bentuk polimer dari glukosa, merupakan polisakarida glukosa yang menjadi cadangan karbohidrat dalam tubuh. Pada mamalia (termasuk manusia) glikogen terbanyak didapatkan di hepar. 5-6 % dari berat hepar berupa glikogen, bahkan pada pemakan tinggi karbohidrat kadar glikogen di dalam heparnya dapat dicapai 10-15% dari berat hepar. Cadangan glikogen di dalam hepar ini akan habis setelah 12-18 jam pasca absorbsi. Artinya setelah 12-18 jam dari saat makan dan tidak ada masukan glukosa atau karbohidrat dari luar, glikogen yang berada di dalam hepar akan habis terpakai oleh tubuh. Di samping hepar, glikogen juga terdapat di dalam otot skelet dan sel ginjal, serta sedikit di jaringan lain. Yang dimaksud dengan glukoneogenesis adala reaksi yang merubah senyawa bukan karbohidrat menjadi karbohidrat (glukosa). Jalur ini merupakan salah satu jalur yang merupakan sumber glukosa endogen. Peranan fisiologis dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah pada saat masukan glukosa darah rendah, misalnya pada saat puasa, atau apabila tubuh dalam keadaan stress, agar glukosa darah tidak kurang dari batas minimal. Kadar glukosa darah harus dipertahankan di atas batas minimal mengingat ada jaringan tubuh yaitu otak, sel darah merah, dan sel limfoit serta makrofag yang untuk fungsi fisiologisnya mutlak membutuhkan glukosa. Growth Hormon yang menjadi mediator respon

Glukoneogenesis, proses sintesis glukosa dari precursor bahan karbohidrat, terjadi terutama di hati pada keadaan puasa. Pada keadaan kelaparan yang ekstrem, korteks ginjal juga dapat membentuk glukosa. Sebagian besar glukosa yang dihasilkan oleh korteks ginjal digunakan oleh medula ginjal, tetapi sebagian glukosa dapat masuk ke dalam aliran darah. Diawali dengan piruvat, sebagian besar langkah pada glukoneogenesis adalah kebalikan dari reaksi pada glikolisis. Sebenarnya, jalur-jalur ini berbeda hanya di 3 titik. Enzim yang berperan dalam mengkatalisis reaksi ini diatur sedemikian rupa sehingga yang utama adalah glikolisis atau glukoneogenesis, tergantung pada keadaan fisiologis. Sebagian besar langkah glukoneogenesis menggunakan enzim yang sama dengan enzim yang mengkatalisis proses glokolisis. Aliran karbon, tentu saja, adalah dalam arah yang berlawanan. Terdapat tiga urutan reaksi pada glukoneogenesis yang berbeda dengan langkah padanan pada glikolisis. Ketiganya melibatkan perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat ( PEP ) dan reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1,6 bifosfat untuk membentuk fruktosa 6- fosfat dan dari glukosa 6- fosfat untuk membentuk glukosa. Selama glukoneogenesis, perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat dikatalisis oleh serangkaian enzim dan bukan 1 enzim seperti yang digunakan pada glikolisis. Reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1.6 bifosfat dan dari glukosa 6 fosfat masing-masing menggunakan enzim yang berbeda dengan enzim padanan pada glikolisis. Walaupun selama glikolisis terjadi penambahan fosfat oleh kinase, yang menggunakan ATP, selama glukoneogenesis fosfat dikeluarkan oleh fosfatase yang memebebaskan Pi. Dengan demikian, langkah glukoneogenik ini secara energetis lebih mudah terjadi daripada apabila pada reaksi-reaksi tersebut dihasilkan ATP. Glikogenolisis merupakan proses yang berlawanan dengan glikogenesis, tetapi menggunakan jalur reaksi yang berbeda, dengan demikian enzim-enzimnya berbeda pula. Kalau pada glikogenesis enzim utamanya adalah glikogen sintetase dan branching enzyme. Seperti halnya glikogen sintetase, fosforilase juga terdapat dalam dua bentuk, bentuk aktif dan bentuk inaktif yang saling interkonversidengan cara fosforilasi dan defosforilasi pula. Bedanya dengan glikogen sintetase, aktifasi

fosforilase lebih kompleks dan melibatkan rentetan reaksi yang bersifat berantai dan saling terkait. Perlu diketahui bahwa pengendalian glikogenesis dan glikogenolisis berjalan serantak dan saling berlawanan, dengan pengertian kalu glikogenesis dipacu pada saat yang sama glikogenolisis dihambat, sebaliknya bila glikogenolisis dipacu pada saat yang sama pula glikogenesis dihambat.

III.

KESIMPULAN Metabolisme karbohidrat berlangsung melalui 5 cara: Siklus Crebs, Glikogenesis, Glikolisis, Jalur HMP, Oksidasi Piruvat. Untuk mencukupi kebutuhan energi selama puasa agar penyakit lapar dapat diatasi, tubuh melakukan metabolisme karbohidrat dengan memecah cadangan gula (glikogen) melalui reaksi glikogenolisis dan membentuk glukosa cadangan dari sumber nutrient non karbohidrat (glukoneogenesis).

IV.

DAFTAR PUSTAKA Buhner, S.H., 2007, The health benefit of water fasting. acces http://gaianstudies.org/articles4.htm,

Farooq, N., Yusufi, A.N.K., Mahmood, R., 2004, The effect of fasting on enzymes of carbohydrates metabolism and brush border in rat intestine, Nutrition Research, (Vol 24) (No 6) pp 407-416, http://www.cababstractsplus.org/google/abstract.asp?AcNo=20043129166

Guyton, A.C. dan Hall, 2006, J.E. Textbook of Medical Physiology, 11th ed., Elsevier Saunders, Philadelphia.

Maeda, N., Funanishi, T., Nagasawa, A., et.al., 2004, Adaptation to fasting by glycerol transport through aquaporin 7 in adipose tissue, Proc Natl

Acad Sci USA, Dec 21;101(51):178801-6. Epub 2004 Dec 10, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/enterz?cmd=Retrieve&db=PubMed&list_uids=155913 41, download 27 September 2007.

Ortiz, R.M., Noren D.P., Ortiz C.L., Talamantes, F., 2003, GH ang ghrelin increase with fasting in a naturally adapted species, the northern elephant seal (Mirounga anguistirostris), J Endocrinol, Sep;178(3):533-9,

Anda mungkin juga menyukai