Anda di halaman 1dari 2

Korupsi Pajak, Bahasyim Tetap Divonis 12 Tahun

JAKARTA - Mahkamah Agung (MA) mengabulkan kasasi terdakwa kasus korupsi dan pencucian uang Bahasyim Assifie. Namun, sekalipun mengabulkan kasasi, MA tetap menghukum Bahasyim total 12 tahun penjara seperti hukuman Pengadilan Tinggi Tipikor. Hanya saja, kasasi MA merinci 12 tahun penjara tersebut terdiri atas hukuman 6 tahun penjara untuk kasus korupsi Bahasyim dan 6 tahun penjara dalam perkara pencucian uang. Ketua Majelis Kasasi Djoko Sarwoko mengatakan, Pengadilan Tinggi Tipikor salah menerapkan hukum. Karena menggabungkan perkara korupsi dan pencucian uang Bahasyim jadi satu perkara. Adapun majelis kasasi MA memutuskan perkara korupsi dan pencucian uang Bahasyim harus dipisah. (Majelis kasasi memvonis) 6 tahun untuk korupsinya dan 6 tahun untuk pencucian uangnya. Jadi ini kabul bodonglah (kasasi dikabulkan tapi tetap divonis total 12 tahun penjara), ujar Djoko ketika ditemui di ruang kerjanya Gedung MA (30/11/2011). Djoko mengatakan, denda bagi Bahasyim juga terbagi dua. Denda perkara korupsi Rp500 juta dan perkara pencucian uang Rp500 juta. Sehingga total denda bagi Bahasyim tetap Rp1 miliar. Djoko mengatakan, perincian kasus Bahasyim menjadi kasus korupsi dan pencucian uang sesuai dengan pasal 66 Kitab Undang Undang Hukum Pidana. Dalam pasal tersebut dijelaskan, perkara yang berbeda maka hukumannya harus dipisah-pisah. Djoko mengatakan, perkara Bahasyim diputus 31 Oktober 2011 dengan Ketua Majelis Djoko Sarwoko dan anggota majelis MS Lumme dan Leopold Hutagalung. Dalam perkara tersebut, Leopold mengajukan dissenting opinion. Leopold berpandangan perkara pencucian uang Bahasyim tak tepat jika diproses oleh majelis perkara korupsi. Diketahui, majelis kasasi kasus Bahasyim adalah majelis perkara korupsi. Bahasyim adalah mantan pejabat di Direktorat Jenderal Pajak. Dia sebelumnya didakwa menyalahgunakan kewenangan sebagai kepala kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak Jakarta Tujuh. Bahasyim juga didakwa meminta uang Rp1 miliar terhadap wajib pajak. Selain itu, Bahasyim juga didakwa melakukan pencucian uang dengan modus memindahkan harta Rp932 miliar ke dalam rekening anak dan istrinya. Uang tersebut diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Di tingkat pertama Bahasyim divonis 10 tahun dan di tingkat banding di Pengadilan Tinggi Tipikor Bahasyim divonis 12 tahun.

Sumber : http://news.okezone.com/read/2011/11/30/339/536182/korupsi-pajak-bahasyim-tetapdivonis-12-tahun

Analisis Kasus :

Bahasyim didakwa telah melakukan tindak pidana korupsi dengan melakukan pemerasan terhadap wajib pajak Kartini Mulyadi pada Februari 2005. Dengan dalih perbaikan kantor, Bahasyim meminta uang yang lantas disetujui Kartini dengan memberikan uang senilai Rp1 miliar. Uang tersebut ditransfer ke rekening istri Bahasyim, Sri Purwanti. Dalam dakwaan kedua, Bahasyim disebut JPU telah melakukan tindak pidana pencucian uang. Dalam kurun waktu 2004 hingga 2010 terdapat mutasi berupa penyetoran atau transfer uang masuk sekitar Rp885.147.034.806. Agar jumlah tersebut tidak terlihat mencolok, kata JPU, Bahasyim membukukan atas nama istrinya Sri Purwanti, dan kedua anaknya Winda Arum Hapsari dan Riandini Resanti. JPU menduga keseluruhan uang yang berada di rekening Bahasyim dan keluarganya adalah hasil korupsi mengingat selama kurun waktu 2004 hingga Maret 2010, mantan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Koja ini tidak memiliki usaha yang dapat menghasilkan keuntungan dengan nilai besar.

Pasal yang dilanggar : Dalam dakwaan primer, yang dikenakan jaksa adalah pasal pemerasan, yakni pasal 12 huruf a Undang-Undang Anti Korupsi No. 20 tahun 2001.
(pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya)

Dalam dakwaan keduanya, jaksa menjerat Bahasyim dengan UU Pencucian Uang No. 25 tahun 2003. Bahasyim dikenakan pasal 3 huruf a Undang-Undang Pencucian Uang No. 25 tahun 2003, dengan ancaman pidana penjara maksimal lima belas tahun.
(menempatkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain)

Vonis dan sanksi : Untuk korupsi dipidana 6 tahun penjara dengan denda Rp 500 juta dan pencucian uang selama 6 tahun dengan denda 500 juta

Anda mungkin juga menyukai