Anda di halaman 1dari 8

Tugas Jaga Untuk Mualim

Internasional Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarer (STCW) 1978, mempersyaratkan Nahkoda dan Mualim dalam menjalankan fungsi navigasi harus memiliki Kompetensi Tugas Jaga sesuai tingkat/levelnya. Untuk tingkat operasional, mualim harus memiliki kemampuan melaksanakan tugas jaga navigasi yang selamat dan aman, sedangkan untuk tingkat manajemen, nahkoda/mualim harus membuat penataan dan prosedur tugas jaga sehingga kapal dalam bernavigasi sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Standar tugas jaga (Watchkeeping) sebagaimana yang di atur/ditetapkan oleh STCW Code Chapter VIII untuk dapat terlaksananya tugas jaga navigasi yang aman dan selamat adalah sebagaimana berikut ini: A. KELELAHAN (FATIGUE)

Setiap orang yang akan diberikan tugas jaga sebagai mualim jaga atau Anak Buah Kapal (ABK) yang merupakan anggota jaga harus telah mendapatkan waktu istirahat sekurang-kurangnya 10 jam dalam periode 24 jam. Periode istirahat tersebut boleh terbagi tidak lebih dari dua bagian/periode, namun salah satu periodenya tidak boleh kurang dari 6 jam. Persyaratan periode istirahat di atas dapat menyimpang dalam hal emergency atau ada suatu latihan (drill) atau dalam kondisi memaksa lainnya. Selain daripada itu yang telah dipersyaratkan di atas, dari 10 jam minimal yang dipersyaratkan, masih dapat dikurangi, namun tidak kurang dari 6 jam dan pengurangan itu tidak boleh melebihi dua hari dalam periode 7 hari sekurang-kurangnya diberikan waktu istirahat 70 jam. Untuk mencegah terjadinya kelelahan, perlu diperhatikannya persyaratan periode istirahat, pekerjaan/kegiatan yang berlebihan hanya dapat dilakukan untuk pekerjaan yang tidak dapat ditunda demi alasan keselamatan atau alasan lingkungan, atau untuk hal-hal yang tidak di antisipasi sebelumnya pada saat kapal akan memulai pelayarannya. Meskipun tidak ada definisi teknis tentang kelelahan secara universal, setiap orang yang terlibat didalam pengoperasian kapal harus waspada terhadap faktor-faktor yang dapat membuat terjadinya kelelahan dan mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan dalam pengoperasian kapal. Kebugaran untuk melaksanakan tugas jaga perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (i) Ketentuan tentang periode istirahat dalam mencegah terjadinya kelelahan sehingga tidak terjadinya jumlah jam kerja yang berlebihan. Sisa waktu yang bukan untuk istirahat bukan berarti adalah waktu yang diperbolehkan seluruhnya untuk tugas jaga atau tugas lainnya. (ii) Lama dan frekuensi cuti serta pemberian kompensasi cuti adalah merupakan faktorfaktor dalam mencegah kelelahan. (iii) Untuk kapal-kapal yang pelayarannya berjarak pendek, ketentuan-ketentuan di atas dapat di buat tersendiri dalam penataan keselamatannya. B. JAGA NAVIGASI/LAUT

Mualim untuk dapat melaksanakan Kompetensi Tugas Jaga Navigasi yang aman wajib memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang: (i) Isi aplikasi dan makna peraturan internasional tentang pencegahan tubrukan di laut (Collision Regulation). (ii) Prinsip-prinsip yang harus diamati selama menjalankan tugas jaga Navigasi. (iii) Prosedur tim kerja anjungan yang efektif (Effective Bridge Teamwork Procedures). (iv) Menggunakan rute sesuai dengan The General Provisions on Ship Routeing.

Mualim atau bridge-team dalam melaksanakan tugas jaganya sesungguhnya adalah mewakili tugas nahkoda sebagai penanggung jawab utama keselamatan kapal dalam bernavigasi serta melaksanakan P2TL/COLREG 1972. Mualim yang sedang tugas jaga navigasi setiap saat harus melaksanakan pengamatan keliling yang tepat (proper look-out) sesuai aturan 5 Colreg 1972. Pengamatan keliling bertujuan mempertahankan tingkat kewaspadaan dengan menggunakan pendengaran, penglihatan dan sarana yang tersedia sesuai kondisinya. Berdasarkan hasil pengamatan keliling wajib dilanjutkan dengan penilaian akan situasi dan resiko tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lainnya. Agar pengamatan keliling dapat dilaksanakan denagn tepat dan perhatian penuh maka pengamat tidak dapat menjalani tugas lain secara bersamaan yang akan dapat mengakibatkan terganggunya tugas pengamatan. Tugas pengamatan dan mengemudi harus dipisah tidak boleh dirangkap, seorang yang sedang menjalankan tugas mengemudi tidak dapat dianggap sebagai pengamat, kecuali pada kapalkapal kecil dimana dari posisi mengemudi dapat melihat keseluruh arah (3600 derajat) tanpa ada bagian kapal yang menghalangi dan melemahkan pengamatan di malam hari atau adanya kesukaran dilaksanakan pengamatan keliling. Mualim yang bertugas jaga navigasi dapat sebagai pengamat seorang diri di anjungan di siang hari bila keadaannya: (i) Situasi telah dinilai dengan cermat dan tanpa keragu-raguan bahwa tugas jaga memungkinkan dilakukan seorang diri akan aman. (ii) Faktor-faktor relevan telah diperhitungkan sepenuhnya namun tidak terbatas hanya pada: Kondisi Cuaca (Weather) Jarak tampak (Visibility) Kepadatan lalu lintas Perkiraan akan bahaya navigasi Perhatian yang diperlukan bilamana bernavigasi di dekat atau dalam tata pemisahan lalu lintas (Traffic Separation Scheme). (iii) Bila terjadi perubahan situasi yang tiba-tiba maka diperlukan bantuan yang segera di anjungan dimungkinkan. Penataan penjagaan wajib dibuat oleh Nahkoda atau Mualim pada tingkat manajemen atau Mualim I. Dalam penataan tersebut komposisi petugas jaga akan menjamin dapat dilaksanakannya pengamatan keliling secara terus menerus. Komposisi petugas jaga di anjungan memungkinkan dilibatkannya ABK yang cakap (Qualified Ratings). Kepada para Mualim/Deck Officers demi terselenggarakannya jaga navigasi yang selamat dan aman agar selalu mengacu tiga huruf ASK: A = attitude, S = skill, bersikap disiplin terhadap tugas dan prosedur jaga. memiliki kemampuan atau cakap sebagai Mualim jaga.

K = knowledge, memiliki pengetahuan yang cukup akan tugas sebagai mualim jaga. Namun berdasarkan statistik memberi indikasi bahwa dari kejadian tubrukan dan kandas penyebab utamanya adalah akibat kelalaian atau sikap tidak disiplin terhadap tugasnya, bukan karena lack of skill and knowledge. Mualim jaga yang bertugas di anjungan membantu nahkoda atau pandu keluar dari perairan sempit atau suatu perairan pelabuhan/bandar, selanjutnya bertugas: Melaporkan pandu turun (Pilot Disembarked) kepada Port Control VTS. Plot posisi awal perjalanan (beginning of sea voyage/passage). Periksa kembali garis haluan (ship's intended track). Dapatkan atau hitung kesalahan gyro compass dan kompas magnet serta koreksikan terhadap haluan yang dikemudikan (sebaiknya tuliskan dipapan haluan yang sedang dikemudikan). Pastikan bahwa kapal siap sea voyage/passage (cargo gear pada posisinya dengan baik, tutup palka terkunci dengan baik, pintu-pintu kedap air tertutup dengan baik, benderabendera diturunkan, tangga pandu dan gangway telah tersimpan ditempatnya).

C.

PERGANTIAN JAGA

Mualim yang bertugas jaga laut/navigasi tidak diperkenankan menyerahkan tugas jaganya kepada mualim pengganti jika ada keyakinan bahwa mualim pengganti tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, dalam situasi seperti ini maka Nahkoda harus diberi tahukan. Mualim jaga pengganti harus yakin bahwa regu (team) jaganya telah siap dan dapat melaksanakan tugas jaganya, terutama sehubungan dengan penyesuaian pandangan untuk kondisi gelap, Mualim pengganti tidak diperkenan menerima tugas jaga samapi pandangannya sungguh telah menyesuaikan dengan kondisi cahaya. Setelah menerima tugas jaga, Mualim pengganti harus periksa dan memastikan bahwa posisi duga (DR) atau posisi sejati kapal, haluan, dan kecepatan kapal, sesuai dengan yang dikehendaki (intended track), khusus untuk kapal Unmanned Machinery Space (UMS) pastikan UMS Controls, alarm dan indikator lainnya yang berada dianjungan dalam kondisi OK. Selain itu harus juga periksa jaganya kedepan termasuk tindakan yang perlu diambil bilamana diperkirakan ada bahaya navigasi. Mualim jaga pengganti harus meyakinkan dirinya untuk hal-hal berikut: (i) Standing Orders dan perintah khusus Nahkoda lainnya yang berkaitan dengan navigasi kapal. (ii) Posisi, haluan, kecepatan dan draft kapal. (iii) Kondisi saat itu dan perkiraan pasang surut, arus, cuaca, jarak tampak, dan pengaruhnya terhadap haluan dan kecepatan kapal. (iv) Jika kontrol mesin penggerak utama dari anjungan pastikan prosedur menggunakan mesin penggerak utama untuk manuver. (v) Situasi navigasi atau pelayaran yang meliputi: Kondisi operasional peralatan navigasi dan peralatan/perlengkapan keselamatan yang sedang digunakan atau kemungkinan digunakan selama periode jaganya. Kesalahan kompas gasing (gyro compass) dan kompas magnet. Keberadaan dan pergerakkan kapal-kapal disekitarnya atau yang dalam jangkauan pengamatan. Kemungkinan bahaya dan kondisi yang akan dapat terjadi selama periode jaganya. Kemungkinan efek dari kemiringan kapal (List), Trim, berat jenis air dan Squart. Bilamana pada saat pergantian jaga navigasi, Mualim yang akan digantikan sedang melaksanakan tindakan manover atau tindakan lain untuk menghindari bahaya maka pergantian itu harus ditunda sampai tindakan dimaksud benar-benar selesai. Saat pergantian jaga navigasi adalah saat yang amat penting dan inilah saat untuk melakukan pengecekkan kembali: Posisi Arus dan angin Kondisi cuaca dan visibility Kecepatan dan haluan Kesalahan kompas atau pedoman. Kesalahan-kesalahan yang diluar kesadaran dapat terjadi. Suatu kejadian dimana haluan pada peta tertulis 256 derajat, namun mualim jaga yang akan digantikan menset pada autopilot 265 derajat. Kesalahan baru disadari pada saat pergantian jaga. D. PELAKSANAAN JAGA NAVIGASI/LAUT

Mualim yang bertugas jaga navigasi harus: Melaksanakan tugas jaganya di anjungan. Tidak diperkenankan meninggalkan anjungan sampai ada penggantinya yang tepat. Memberi tahukan Nahkoda jika timbul keragu-raguan akan tindakan yang harus diambilnya demi keselamatan.

Tetap bertanggung jawab untuk keselamatan navigasi kapal meskipun Nahkoda berada di anjungan sampai Nahkoda memberi tahukan bahwa tanggung jawab diambil alih dan dipahami oleh kedua pihak pertanggungjawaban telah di alihkan. Seorang Nahkoda bila akan mengambil alih komando dari mualim jaga seyogyanya memberitahukan hal itu. Banyak Nahkoda mengambil alih komando di anjungan tanpa memberitahukan. Hal ini berakibat pada kesempatan lain mualim jaga berpendapat bahwa setiap kali Nahkoda berada di anjungan maka komando secara otomatis telah diambil alih oleh Nahkoda, sehingga ia tidak akan mengambil tindakan yang seharusnya ia lakukan. Selama tugas jaga harus dilakukan pengecekan haluan yang sedang dikemudikan, posisi dan kecepatan kapal dalam interval waktu yang memadai/sering dengan menggunakan peralatan navigasi yang sesuai untuk meyakinkan dirinya bahwa kapal berada pada haluan direncanakan. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus paham benar lokasi dan mengoperasikan seluruh peralatan keselamatan dan peralatan navigasi yang ada diatas kapalnya dan harus memperhatikan serta mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan pengoperasian peralatan-peralatan tersebut. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi tidak boleh diberi tugas lain atau menjalankan tugas lain yang dapat berakibat mempengaruhi keselamatan navigasi kapal dan harus menggunakan seluruh peralatan navigasi sesuai diperuntukkannya dengan yang paling efektif. Mualim yang bertugas jaga navigasi bilamana sedang menggunakan radar harus setiap saat menyadari ketentuan-ketentuan yang mengatur penggunaan RADAR dalam Collision Regulation 1972. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi, jika diperlukan tidak boleh segan untuk menggunakan kemudi, mesin dan isyarat bunyi, namun untuk penggunaan mesin/perubahan kecepatan harus memberitahukan sebelumnya akan maksudnya, untuk UMS dimana engine control berada di anjungan maka penggunaan harus sesuai prosedurnya. Mualim yang bertugas jaga navigasi harus memahami karakteristik kapalnya, termasuk lingkaran putar dan jarak henti serta memperhitungkan perbedaan karakteristik kapal lainnya. Pergerakan kapal dan aktivitas yang berhubungan dengan navigasi kapal selama periode jaga harus dicatatkan dengan teliti. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus setiap saat melaksanakan pengamatan keliling (look out), pada kapal yang kamar peta nya terpisah mualim yang bertugas jaga dapat memasuki kamar peta bilamana diperlukan untuk keperluan tugas navigasinya namun hanya untuk periode waktu yang relatif singkat. Sebelum masuk ke ruang peta pastikan keadaan sekeliling kapal bahwa hal itu dapat dilaksanakan sehingga prinsip look-out dapat tetap terlaksana. Untuk menghindari keadaan bahaya yang tidak diharapkan, selama dalam pelayaran peralatan-peralatan navigasi jika keadaan mengijinkan harus sesering mungkin di periksa, pemeriksaan yang dilaksanakan harus dicatat/ditulis. Pemeriksaan demikian juga harus dilaksanakan pada saat kapal akan tiba di suatu pelabuhan atau saat menjelang keberangkatan. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus secara reguler mengecek untuk memastikan bahwa: Juru mudi mengemudikan, atau kemudi otomatis pada haluan yang benar. Kesalahan kompas standar bila keadaan memungkinkan harus sekurang-kurangnya sekali ditentukan dalam periode jaga dan juga bila memungkinkan setelah perubahan haluan yang besar. Penunjukkan antara standar kompas dan gyro kompas harus sesering mungkin dibandingkan, repeater dan master kompas disingkronisasikan. Kemudi otomatis sekali dalam periode jaga dicoba dengan manual. Lampu-lampu navigasi dan lampu isyarat serta peralatan navigasi lainnya berfungsi dengan baik.

Perlengkapan radio berfungsi dengan baik termasuk sumber tenaganya. Pada kapal UMS, control, alarm dan indikator berfungsi dengan baik. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus selalu menyadari perlunya setiap saat memenuhi peraturan SOLAS 1974 as amanded, untuk itu mualim jaga harus mempertimbangkan: Perlu menempatkan orang untuk memegang kemudi kapal dan mengemudikannya (to steer the ship) secara manual pada waktu yang sesuai sehingga memungkinkan dalam situasi bahaya dapat ditanggulangi dengan selamat. Bahwa kapal yang sedang kemudi otomatis jika mualim jaga harus mengambil tindakan darurat akan dapat menimbulkan situasi berbahaya. Mualim jaga yang harus mengambil tindakan darurat tanpa bantuan seseorang, akan melanggar ketentuan untuk melaksanakan look-out yang harus dilaksanakan secara terus menerus. Mualim yang bertugas jaga navigasi harus menggunakan dan terbiasa menggunakan seluruh alat navigasi yang ada di kapalnya, termasuk memahami keterbatasan-keterbatasan dan kemampuan tiap alat serta sadar bahwa perum gema (echo sounder) adalah alat bantu navigasi yang penting. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi dalam daerah berpenglihatan terbatas atau akan memasuki daerah yang berpenglihatan terbatas dan diperairan yang padat lalu lintasnya (ramai) harus menggunakan RADAR. Dalam menggunakan RADAR harus memperhatikan akan keterbatasan-keterbatasan RADAR yang sedang digunakannya. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi jika menggunakan RADAR harus mengganti/mengubah skala jarak secara periodik atau sesering mungkin sesuai kebutuhan sehingga dapat mendeteksi object sedini mungkin. Mualim jaga harus menyadari bahwa object kecil akan memberikan echo sounder yang lemah sehingga ada kemungkinan tidak terdeteksi. Bilamana menggunakan RADAR, mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus menggunakan skala jarak yang tepat/sesuai dan mengamati display/tampilan RADAR dengan cermat. Plotting atau analisis yang sistematis harus mulai dilaksanakan dalam waktu yang memadai. Mualim yang sedang bertugas jaga harus memberitahu Nahkoda: 1. Jika kapal memasuki atau akan memasuki daerah berpenglihatan terbatas. 2. Jika keadaan lalu lintas atau manover kapal-kapal lain memerlukan perhatian atau tindakan khusus. 3. Jika kesulitan mempertahankan haluan kapal. 4. Tidak dapat melihat daratan, rambu navigasi atau mendeteksi kedalaman pada waktu yang diperkirakan. 5. Jika tampak daratan, atau rambu navigasi atau perubahan kedalaman yang tidak diperkirakan sebelumnya. 6. Terjadi kerusakan mesin, alat pengontrol mesin penggerak/telegraph, mesin kemudi dan alat navigasi termasuk alarm atau indikatornya. 7. Jika alat radio komunikasi tidak berfungsi dengan baik. 8. Dalam cuaca buruk, jika dirasakan cuaca akan semakin memburuk. 9. Jika kapal menjumpai suatu bahaya navigasi seperti gunung es atau kerangka kapal. 10. Kapal dalam keadaan darurat atau setiap keragu-raguan. Meskipun dipersyaratkan untuk memberitahukan Nahkoda secepat mungkin , keadaan-keadaan luar biasa yang akan terjadi, akan tetapi mualim yang sedang melaksanakan tugas jaga navigasi bila keadaan memerlukan juga harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan kapalnya. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus memberikan seluruh informasi dan instruksi yang tepat dan memadai kepada personil regu jaganya sehingga dapat terlaksananya penjagaan yang aman dan dapat dilaksanakan pengamatan keliling ( look-out ) yang baik.

E.

PENJAGAAN PADA DAERAH DAN KONDISI KHUSUS.

1. Cuaca terang (Clear Weather) Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus mendeteksi apakah akan timbul resiko tubrukan terhadap kapal yang mendekat dengan cara mengambil baringan kompas secara berkala dan tepat. Namun harus selalu disadari walaupun perubahan baringan cukup besar bahwa tubrukan akan mungkin tetap terjadi terutama bila mendekati kapal-kapal yang relatif amat besar atau suatu tundaan dalam jarak yang amat dekat. Dengan kata lain agar tidak terjadi tubrukan terhadap kapal-kapal yang relatif besar atau kapal yang sedang menunda janganlah melintas atau mendekat kapal-kapal itu dalam jarak yang dekat. Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi dalam memenuhi Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (Colreg 1972), harus melakukan tindakannya sedini mungkin dan nyata. Tindakan yang dilakukan harus diperiksa kembali apakah menghasilkan keadaan kapal sesuai yang diinginkannya. Dalam cuaca terang bilamana keadaan mengijinkan, mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus mempraktekkan penggunaan radar yang tepat. 2. Penglihatan Terbatas (Restriced Visibility) Bilamana kondisi penglihatan menjadi terbatas atau akan menjadi terbtas, Mualim yang sedang bertugas jaga sebagai tanggung jawab / tugas pertamanya adalah melaksanakan aturan-aturan yang relevan dari Colreg 1972 terutama aturan-aturan isyarat bunyi ( Aturan 35 ) , berlayar dengan kecepatan aman dengan mesin siap berolah gerak ( Aturan 19 ) . Selain dari pada itu Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus : * Memberitahu Nahkoda * Menempatkan seorang pengamat yang tepat * Menghidupkan lampu navigasi * Hidupkan dan operasikan RADAR. 3. Pada Saat Keadaan Gelap Gulita Nahkoda dan mualim yang sedang bertugas jaga, bilamana menata tugas pengamatan keliling (look-out) harus memperhatikan peralatan yang ada dianjungan dab alat navigasi yang dapat / boleh digunakan, pembatasan-pembatasan seperti prosedur dan pengamanan diberlakukan. 4. Perairan Pantai dan Lalu Lintas Padat Harus menggunakan peta skala besar yang sesuai untuk areanya dan telah dikoreksi dengan informasi terkini. Posisi fix harus ditentukan secara berkala dan sesering mungkin dengan bila memungkinkan metode yang berbeda-beda. Mualim yang sedang bertugas jaga harus mengidentifikasi secara tepat seluruh rambu-rambu navigasi yang relevan. 5. Bernavigasi Dengan Pandu/Pilot Diatas Kapal. Meskipun kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas seorang pandu, kehadirannya diatas kapal tidak membebaskan Nahkoda atau Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi dari tugas dan kewajibannya untuk keselamatan kapal. Nahkoda dan pandu harus bertukar informasi yang berhubungan dengan prosedur navigasi, kondisi setempat dan karakteristik kapal. Nahkoda dan atau Mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus bekerjasama erat dengan pandu dan selalu menjaga serta memeriksa posisi kapal dan pergerakannya. Jika timbul keragu-raguan terhadap tindakan atau kehendak pandu, mualim yang sedang bertugas jaga harus mencari klarifikasi dari pandu tersebut dan jika masih terdapat keraguraguan harus sesegera mungkin melaporkannya kepada Nahkoda dan bila diperlukan mengambil tindakan sebelum Nahkoda tiba di anjungan. 6. Pada Saat Kapal Berlabuh Jangkar. Jika Nahkoda menganggap perlu dilanjutkannya tugas jaga navigasi / laut pada saat kapal berlabuh jangkar , maka mualim yang sedang bertugas jaga navigasi harus : 1. secepat mungkin menentukan dan plot posisi kapal di peta yang sesuai. 2. Bilamana keadaan mengijinkan , setiap interval waktu yang memadai periksa apakah kapal dalam posisi labuh jangkar yang masih aman dengan mengambil baringan-baringan dari rambu-rambu navigasi yang fix atau dari objek-objek di daratan yang dapat diidentifikasi. 3. pastikan bahwa pengamatan keliling yang baik tetap dapat terlaksana. 4. Pastikan ronda keliling kapal dilakukan secara berkala / periodik. 5. Mengamati keadaan cuaca, pasang surut dan ombak.

6. Jika jangkar menggaruk / tidak makan sehingga kapal larat, laporkan kepada Nahkoda dan ambil tindakan yang sesuai. 7. Pastikan bahwa mesin penggerak pada tingkat siap berolah gerak dan mesin penunjang lainnya juga dalam keadaan siap untuk digunakan sewaktu-waktu sesuai dengan instruksi Nahkoda. 8. Jika jarak tampak berkurang / memburuk laporkan kepada Nahkoda. 9. Pastikan bahwa lampu-lampu isyarat dan sosok-sosok benda yang wajib dinyalakan / diperlihatkan telah dinyalakan / diperlihatkan, dan bila harus memperdengarkan isyarat bunyi maka bunyikan sesuai dengan aturan dalam Colreg 1972. 10. Lakukan tindakan untuk menjaga lingkungan akibat pencemaran dari kapal sesuai Peraturan Pencegahan Pencemaran ( Marpol 1973 / 1978 as amanded ). F. PRNSIP-PRINSIP YANG HARUS DIAMATI SAAT JAGA RADIO. Untuk dapat terlaksananya tugas jaga dilaksanakan dengan baik dan aman ketika kapal dilaut , pemerintah diwajibkan untuk memberi perhatian agar perusahaan pelayaran , para nahkoda dan perwira / personil yang bertugas jaga radio untuk memenuhi ketentuan radio yang ada pada STCW Code dan Radio Regulation. Radio Operator yang melaksanakan tugas jaga radio harus : 1. Memastikan selama periode jaga pada frekuensi sebagaimana yang ditetapkan dalam Radio Regulation dan SOLAS. 2. Selama tugas jaga secara teratur memeriksa peralatan radio dan sumber tenaganya berfungsi dengan baik, bila didapati kerusakan atau kelainan laporkan kepada Nahkoda. Sesuai ketentuan Radio Regulation dan SOLAS , Radio Log wajib dibuat. Radio Operator yang ditetapkan bertanggung jawab untuk komunikasi radio untuk setiap kejadian bahaya / distress. Dalam membuat catatan / record hal-hal berikut wajib dicatatkan beserta waktunya : 1.Summary distress, urgency and safety radiocomunication 2. Setiap kejadian penting yang berhibungan dengan pelayanan / kegiatan radio 3. Posisi kapal sekurang-kurangnya sekali dalam sehari 4. Ringkasan kondisi keadaan peralatan radio dan sumber tenaganya. Buku harian radio / Radio Record harus berada pada posisi dimana dilakukan komunikasi distress, dan selalu dimungkinkan untuk dilihat / diperiksa oleh Nahkoda dan pejabat pemerintah yang berwenang. G. JAGA PELABUHAN.

Dalam rangka keselamatan kapal, di pelabuhan, nahkoda wajib membuat penataan jaga yang sesuai dan efektif agar kapal dalam situasi dan kondisi normal dapat selalu tertambat atau berlabuh dengan aman. Untuk kapal-kapal jenis khusus , atau bermesin penggerak khusus dan kapal bermuatan berbahaya, beracun, mudah terbakar atau muatan yang memerlukan perhatian khusus bila diperlukan nahkoda dapat membuat penataan jaga yang tidak seperti umumnya. Komposisi dan lama periode jaga dek dipelabuhan tergantung dari kondisi bagaimana kapal ditambat, type kapal, dan karakteristik tugas jaganya. Penataan jaga dek selama kapal dipelabuhan harus selalu dapat : 1. Menjamin keselamatan jiwa , keselamatan kapal, keselamatan lingkungan pelabuhan khususnya dari pencemaran dan dapat di operasikannya mesin-mesin untuk kegiatan bongkar muat dengan selamat. 2. Memenuhi ketentuan-ketentuan internasional , nasional, atau setempat. 3. Terlaksananya rutinitas dan ketertiban kapal. H. SERAH TERIMA JAGA PELABUHAN.

Mualim yang bertugas jaga tidak dapat menyerahkan jaganya kepada pengganti bila diyakini bahwa pengganti tidak mampu melaksanakan tugas jaganya dengan baik / efektif. Bila terjadi kasus seperti ini harus dilaporkan kepada Nahkoda.

Mualim jaga pengganti harus yakin bahwa regu jaganya akan mampu melaksanakan tugas jaganya dengan baik dan efisien. Bila pada saat / jam pergantian jaga sedang berlangsung kegiatan yang penting maka kegiatan itu harus diselesaikan oleh mulaim jaga yang akan digantikan, kecuali atas catatan / perntah nahkoda. Sebelum mengganti jaga deck, Mualim yang akan digantikan wajib memberi informasi kepada mulaim pengganti tentang hal-hal berikut : 1. Kedalaman perairan ditempat kapal bersandar, draft kapal, waktu dan tinggi pasang surut, kondisi tali tambat / tross dan spring, penataan jangkar dan panjang rantai, keadaan mesin penggerak utama dan kesiapannya bila sewaktu waktu dibutuhkan untuk keadaan emergency. 2. Seluruh kegiatan / pekerjaan yang akan dilakukan diatas kapal , jenis dan muatan / cargo yang akan dimuati atau sisanya serta sisa muatan setelah bongkar. 3. Sounding / level air bilges dan ballast tank. 4. Lampu isyarat yang sedang dinyalakan atau isyarat bunyi yang sedang diperdengarkan. 5. Jumlah awak kapal yang harus berada dikapal dan orang-orang yang berada dikapal. 6. Kedaan peralatan pemadam kebakaran. 7. Peraturan-peraturan khusus pelabuhan. 8. Catatan dan perntah Nahkoda. 9. Jalut komunikasi yang dimungkinkan antara kapal dan personil di darat termasuk port authorities bila terjadi keadaan darurat atau memerlukan bantuan. 10. Setiap keadaan lainnya yang dianggap penting untuk keselamatan kapal, awak kapal, muatan dan lingkungan dari akibat polusi. 11. Prosedur untuk melaporkan kepada instansi yang berwenang bila terjadi polusi lingkungan akibat aktivitas kapal. Mualim pengganti sebelum melaksanakan tugas jaga deck harus memeriksa dan meyakinkan dirinya bahwa : 1. Tali tambat / tross dan spring serta rantai jangkar dalam kondisi yang baik dan memadai. 2. Isyarat bunyi dan lampu isyarat yang dibunyikan / dinyalakan telah sesuai ketentuan. 3. Aturan-aturan keselamatan dan pencegahan kebakaran telah dilaksanakan. 4. Regu jaganya mengerti dan menyadari sifat muatan bahaya yang sedang dimuat atau dibongkar dan mengerti tindakan yang harus dilakukan bila terjadi tumpahan atau kebakaran. 5. Kondisi diluar atau sekeliling kapal tidak membahayakan dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai