Anda di halaman 1dari 33

D I S U S U N OLEH : KELOMPOK III YAYUK MARFIRAH SYUKRIADI NORA MONALISA DESI SUGIARTI MUHAMMAD KAMAL YUDI PRAYOGA MIRNA

WAHYUNI FIKI GIOFANI AZIZAH

DOSEN PEMBIMBING : Ns,SRI RATNA DEWI, S.kep

POGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA BANDA ACEH 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah swt,yang mana dengan rahmat allah dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan makalah KDM II tentang KONSEP PRE,INTRA, POST OPERASI & ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PREOPERASI Salawat dan salam tak lupa penulis aturkan atas junjungan Nabi Muhammad saw dan keluarganya,yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini. Makalah ini dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya berkat kerja sama dan dukungan berbagai pihak.oleh kerena itu,penulis mugucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu selaku pembimbing 2. Teman-teman sejawat dan semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran serta tenaga sehingga dapat menyeslesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makah ini masih banyak kesalahan,untuk penulis sangat mengharapka kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.penulis berharap semoga kehadiran makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.. i ii 1

A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2

BAB II KONSEP PRE,INTRA,POST OPERASI

A. PRE OPERASI /PRA BEDAH a. pengertian a.Jenispembedahan/operasi b.Aspek legal dalmpembedahan /operasi c.Persiapanklien di unit perawatan d.faktorresikoterhadappembedahan B. INTRAOPERASI a. pengertian a.Anastesi b.Tehnik-tehnikanastesi c.Jenis-jenisanastesi C. PERAN PERAWAT SELAMA FASE INTRAOPERASI D. POST OPERASI a. pengertian a.Tahapankeperawatan post operasi b.Pemindahan pasien dari kamar operasi keruangpemulihan c.Perawatan post anastesi di ruangpemulihan(Recovery Room)

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA DAN POST OPERASI PRAOPERASI/PRABEDAH INTRAOPERASI/INTRABEDAH PASCAOPERASI/PASCA BEDAH

BAB IV PENUTUP A KESIMPULAN B SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan pre-operatif merupakan tahapan awal dari perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan vase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Dilakukan untuk menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien sehat kembali. Perioperatif terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1. Pre-operatif (sebelum) 2. Intra-operatif (selama) 3. Post-operatif (sesudah)

B. TUJUAN Setelah mempelajari bab ini,anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian perioperasi 2. Menjelaskan jenis pembedahan dan anastesi. 3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada perioperasi.

BAB II KONSEP PRE,INTRA,POST OPERSI

A. PENGERTIAN PRE OPERASI / PRABEDAH

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005). Pembukaan bagian tubuh ini umumnya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang di akhiri dengan penutupan dan penjahitan luk. Digestif atau saluran pencernaan adalah saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari prabedah (preoperative),bedah (intraoperatif),dan pasca bedah (postoperative). Prabedah atau praoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakanpembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah. Intra bedah atau intraoperasi merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pascabedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dilmulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. (Alimul hidayat,2006 :162)

a.Jenis pembedahan /pre operasi

Jenis pembedahan berdasarkan lokasi

Berdasarkan lokasinya,pembedahan dapat dibagi menjadi bedathorak,kardiovaskular,bedah nuerologi,bedah ortopedi,bedah urologi,bedah kepala,leher,bedah digestif,dan lain-lain.

Jenis pembedahan berdasarkan tujuan

Berdasarkan tujuannya,pembedahan dapat dibagi menjadi :

Pembedahan diagnostic,ditujukan untuk menentukan sebab tejadinya gejala dari penyakit,seperti biopsy,eksplorasi dan laparatomi. 1. Pembedahan kuratif,dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,misalnya pembedahan apendiktomi. 2. Pembedahan restorative,dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau menyambung daerah yang terpisah. 3. Pembedahan paliatif,dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit. 4. Pembedahan kosmetik,dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian tubuh seperti rhinoplasti.

Jenis anestesi

Anestesi dapat dibagi menjadi : 1. Anestesi umum Anestesi umum adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran dan menimbulkan relaksasi serta hilangnya sensasi rasa. Pada umumnya,metode pemberiannay adalah dengan inhalasi dan intravena. 2. Anestesi regional Anestesi regional adalah anestesi yang dilakukan untuk meniadakan proses kejutan pada ujung atau serabut saraf,serta hilangnya rasa pada daerah tubuh tertentu,dan pasien masih berada dalam keadaan sadar. Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf,blok regional intravena dengan tourniquet,blok daerah spinal,dan melalui epidural. 3. Anestesi local Anestesi local adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesi dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topical.

4. Hipoanestesi Hipoanestesi adalah anestesi yang dilakukan untuk membuat status kesadaran pasif secara artificial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta mengurangi kesdaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode digunakan adalah hypnosis. 5. Akupuntur Akupuntur adalah anestesi yag dilakukan untuk memblok rasa nyeri dengan merangsang keluarnya endrofin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau electrode pada permukaan. (Alimul hidayat,2006: 162)

b.Aspek Legal Dalam Pembedahan/Operasi

Aspek legal adalah hal yang penting dalam melaksanakan pembedahan untuk mengantisipasi kemungkinan dampak yang terjadi. Melalui surat persetujuan dilakukannya tindakan (informed consent),berbagai informasi mengenai sifat,prosedur yang akan

dilakukan,adanya pilihan terhadap prosedur pembedahan,serta risiko terhadap pilihan dari pembedahan dapat diketahui oleh pasien. Informed consent pada dasarnya bertujuan untuk melindungi pasien dari tindakan yang dilakukan,serta melindungi tim pembedahan dari pengaduan atau tunttan hokum.( Alimul hidayat, 2006:163).

c. Persiapanklien di unit perawatan 1.Persiapan Fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu : a. Persiapan di unit perawatan b. Persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :

a Status kesehatan fisik secara umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,

status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal. b.Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. c. Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.

d Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube). e. Pencukuran daerah operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan

F Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. g. Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan. .h. Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :. i. Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan tangan diatas perut Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali) Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif 2.Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)

Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat meSngurangi guncangan tubuh saat batuk.

3.Latihan GerakSendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri. Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.

2.Persiapan penunjang Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG. Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :

a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.

c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD) Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial). . Dan lain-lain d. Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain 1. Usia Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ. 2Nutrisi Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.

3. Penyakit Kronis Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi. 4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya. 5. Merokok Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya. 6. Alkohol dan obat-obatan Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT. (http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/26/konsep-dasar-operasi/ )

B.Intaroperasi Fase intraoperatif merupakan periode di mana pasien yang menjalani operasi di ruang operasi. Tersebut berakhir ketika pasien dipindahkan ke ruang pemulihan pasca anestesi.perawat intraoperatif adalah anggota penting dari tim bedah, advokasi untuk klien,menjaga keselamatan, dan terus menilai dengan kebutuhan klien dan tim. Tahapan dari fase intra operasi: a.Anastesi Istilah anestesi berasal dari Bahasa Yunani an yang artinya tidak, dan aisthesisyang artinya perasaan. Secara umum anestesi berarti kehilangan perasaan atau sensasi. Walaupun demikian, istilah ini terutama digunakan untuk kehilangan perasaan nyeri yangdiinduksi untuk memungkinkan dilakukannya pembedahan atau prosedur lain yang menimbulkan rasa nyeri. (Tim Penerjemah EGC. Anestesi. Dalam: Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 1996; 96. ) b.Tehnik-Tehnik Anastesi Pilihan teknik anestesi untuk sebagian besar kasus adalah masalah individual.Selain aspek-aspek teknis, untuk menentukan pilihan tersebut juga harus mempertimbangkan status emosional pasien. Secara umum, anestesi lokal atau regional lebih disukai, khususnya pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau saluran pernapasan, karena lebih aman dan nyaman (Petres J, Rompel R, Robins P. Anesthesia. Dalam:Dermatologic Surgery: Textbook and Atlas.New York: Springer 1996; A(3): 17-23. c.Jenis Jenis Anestesi

Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh). Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya

Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusiadan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi. Anestesi diklasifikasikan bersifat umum atau regional. anestesi agen biasanya dikelola oleh seorang ahli anestesi atau perawat anestesi. Anestesi umum adalah semua sensasi dan kesadaran. dengan anestesi umum, refleks pelindung seperti batuk dan refleks muntah hilang.Sebuah anestesi umum bertindak dengan memblokir pusat kesadaran di

otak sehinggaamnesia, analgesik (ketidakpekaan terhadap nyeri), hipnosis (tidurbuatan), dan relaksasi (menyatakan suatu bagian tegang kehilangan tubuh) terjadi. Anesthetis Umum biasanya diatur oleh infus intravena atau dengan penghirupan gasmelalui masker atau melalui tabung endotrakeal dimasukkan ke trakea. Anestesi umum memiliki kelebihan tertentu. karena alam bawah sadar klien daripadasadar dan gelisah, pernapasan dan fungsi jantung dapat segera diatur. anestesi jugabisa disesuaikan dengan panjang dari operasi dan usia klien dan status fisik. Kerugianutama itu adalah bahwa ia menekan sistem pernapasan dan peredaran darah. Beberapa klien menjadi lebih cemas tentang anestesi umum daripada tentang operasi itu sendiri. Seringkali karena mereka takut kehilangan kemampuan untuk mengontrol tubuh mereka sendiri. Anestesi regional adalah gangguan sementara dari transmisi impuls syaraf dari dan kewilayah tertentu atau wilayah tubuh. Klien kehilangan sensasi di area tubuh, tetapi tetapsadar. Beberapa teknik yang digunakan: a. topikal (permukaan) anestesi diterapkan langsung pada kulit dan selaput lendir, permukaan kulit terbuka, luka, dan luka bakar. Para agen topikal yang paling sering digunakan adalah lidokain, (Xylocaine) dan benzokain. Anestesi topikal dapat segeradiserap dan berperan cepat. b. Anestesi lokal (infiltrasi) disuntikkan ke area tertentu dan digunakan untuk Prosedurbedah kecil seperti menjahit luka kecil atau melakukan biopsi. Lidokain atau tetrakain0,1% dapat digunakan. c.blok saraf adalah teknik di mana agen anestesi disuntikkan ke dalam dansekitar saraf atau saraf kelompok kecil yang memberikan sensasi untuk sebagian kecil daerah tubuh. blok utama yang melibatkan beberapa saraf atau pleksus (misalnya, pleksus brakialisanesthetizes lengan); bl ok kecil melibatkan saraf tunggal (misalnya, saraf wajah). d. blok intravena (Bier blok) digunakan paling sering untuk Prosedur yang melibatkanlengan, pergelangan tangan, dan tangan. suatu tourniquet oklusi diterapkan padaekstremitas untuk mencegah infiltrasi dan penyerapan zat intravena disuntikkan luarekstremitas yang terlibat.

C.Peran perawat selama fase intraoperasi

1.

Pemeliharaan Keselamatan a. Atur posisi pasien 1). Kesejajaran fungsional 2). Pemajanan area pembedahan 3). Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi a. Memasang alat grounding ke pasien b. Memberikan dukungan fisik c. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

2.

Pematauan Fisiologis a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada pasien b. Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien.

3. a. b. c. d.

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar) Memberikan dukungan emosional pada pasien Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi Terus mengkaji status emosional pasien Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan kesehatan lain yang sesuai.

4.

Penatalaksanaan Keperawatan a. Memberikan keselamatan untuk pasien b. Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia. (http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/29/askep-intra-operatif/ )

D.Pengertian Post Operasi

Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pen kajiankeperawatan preoperative.Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedurpembedahan dann hal-hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan.

Tindakan pasca operasi dilakukan dalam2tahap, yaitu periode pemulihanegera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yangmenjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 smapai2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien. Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit *atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.

a.Tahapankeperawatan post operasi Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah : 1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room), 2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room), 3. Transportasi pasien ke ruang rawat, 4. Perawatan di ruang rawat.

b. Pemindahanpasiendarikamaroperasikeruangpemulihan Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase. Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.

c.Perawatan post anastesi di ruangpemulihan(Recovery Room) Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk (1) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi) (2) ahli anastesi dan ahli bedah (3) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya. Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase. Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah : Fungsi pulmonal yang tidak terganggu Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam

Mual dan muntah dalam kontrol Nyeri minimal (http://ilmubedah.info/?s=pre+operasi+intra+dan+post+operasi )

BAB 111 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PRE, INTRA DAN POST OPERASI a.PRA OPERASI/ PRABEDAH Pengkajian keperawatan Beberapa hal yang perlu dkaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,kesiapan psikologis,pengobatan yang memerlukan kerja obat anestesi,seperti antibiotika yang berpotensi dalam istirahat otot,antikogulan yang dapat meningkatkan perdarahan,antihipertensi yang mempengaruhui anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi,diuretika yang berpengaruh pada ketidakseimbangan potassium,dan lain-lain. Selain itu,terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya,status nutrisi,ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu,dan sebagainya. Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi thoraks,kapasitas vital,fungsi paru,dan analisis gas darah pada pemantaun system respirasi, kemudian pemeriksaan elektrokardiogram, darah,leukosit,eritrosit,hematokrit, pemeriksaan eletrolit,

air kencing,albumin,blood urea nitrogen (BUN), kreatinin,dan lain-lain untuk

menentukan ngangguan system renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi ngangaguan metabolisme. Diagnose keperawatan Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pra operasi/prabedah adalah: 1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian dan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi. 2. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnay pengetahuan atau menurunnya nutrisi. 3. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan deficit penginderaan/ motor.

Perencanaan keperawatan Diagnosa 1: cemas bhd ancaman terhadap kematian Tujuan: 1. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan 2. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada ketakutan 3. Risiko infeksi dan cedera tidak terjadi Rencana tindakan : 1. Untuk mengatasi adanay rasa cemas dan takut,dapat dilakukan persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan,penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi,dan seterusnya. 2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan dengan persiapan pra operasai /prabedah seperti diet,persiapan perut,kulit,persiapan bernafas dan lathan batuk,persiapan latihan kaki,latihan mobilisasi,dan lain-lain. Pelaksanaan/tindakan keperawatan

1. Pemberian pendidikan kesehatan praoperasi/prabedah Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan,diantaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah,alat-alat khusus yang diperlukan,pengiriman ke kamar bedah,ruang pemulihan,dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.

2. Persiapan diet Pasien yang akan dibedah /operasi memerlukan persiapam khusus dalam hal pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum dibedah,tetapi 8 jam sebelum bedah tidak dperbolehkan makan,sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Persiapan kulit Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakn sabun heksaklorofin

(hexachlorophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,maka harus dicukur.

4. Latihan bernafas dan latihan batuk Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intracranial,mata,telinga,hidung,dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan,merusak jaringan,dan melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diafragma,dengan cara seperti dibawah ini: Atur posisi tidur semifowler,lutut dilipat untuk mengembangkan thorak. Tempatkan tangan diatas perut. Tarik nafas perlahan-lahan melali hidung,biarkan dada mengembang. Tahan nafas selama 3 detik. Keluarkan nafas dengan mulut yang dimoncongkan. Tarik nafas dan keluar kan kembali,lakukan hal yang sama hingga 3 kali,setelah nafas terakhir,batukkan untuk mengeluarkan lendir. Istirahat.

5.Latihan kaki Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis,latihan kaki yang dianjurkan anatara lain antara lain latihan memompa otot,latihan quadrisep,dan latihan mengenjangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha,kemudian istirahatkan otot kaki,dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakuakan dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur,kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur,mengangkat tumit,melipat lutut rata pada tempat tidur,dan ulangi hingga 5 kali. Latiahan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian ,coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur,lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali.

6.Latihan mobilitas Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkluasi,mencegah dekubitus, merangsang peristaltic serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas,pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan,melatih duduk disisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien kesisi tempat tidur,melatih duduk diawali tidur fowler,kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung disisi tempat tidur.

7Pencegahan cedera Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera,tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah/operasi adalah : Cek identitas pasien. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,misalnya

cincin,gelang,dan lain-lain. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi Lepaskan lensa kontak Lepaskan protesa Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis. Evaluasi keperawatan Evaluasi terhadap masalah prabedah/operasi secara umum dapat di nilai dari adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada intra dan pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan,ketakuatan,serta tidak ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.(Alimul hidayat,2006:164) Diagnosa 2: resiko infeksi

b.INTRABEDAH Pengkajian keperawatan Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan

fisiologis,perubahan tanda vital,system,kardiovaskular,keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu,lakukan pengkajian terhadap tim dan instumen pembedahan serta anestesi yang di berikan. Diagnosis keperawatan Hal yang harus di perhatiakan dalam diagnosis keperawatan intra bedah/ intaoperasi adalah: cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan nosokhomial berhubungan........... Perencanaan keperawatan Tujuan : Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari tindakan pembedahan.

Rencana tindakan : a. Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan pembedahan seperti pemakaian baju bedah,tutup kepala,masker,penutup sepatu,celemek,dan sarung tangan,serta pencucian tangan. b. Lakukan persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan pembedahan. c. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.

Pelaksanaan (tindakan) keperawatan 1. Penggunaan baju seragam bedah/operasi

Penggunaan baju seragam bedah didesain secara khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar,berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril,atau baju harus dimasukan kedalam celana,atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri.dan digunakan tutup kepala,masker,sarung tangan,serta celemek steril. 2. Mencuci tangan steril Dengan 7 langkah: 3. Menerima pasien di daerah bedah. Sebelum memasuki wilayah bedah,pasien harus melakukan pemeriksaan ulang diruang penerimaan untuk mengecek kembali nama,bedah yang akan dilakukan, nomor status registrasi pasien,berbagai hasil laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah,alat protesa,dan lain-lain.

4. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah Posisi yang di anjurkan pada umumnya adalah telentang,telungkup,trendelenburg, lithotomic,lateral,dan lain-lain.

5. Pembersihan dan persiapan kulit Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spectrum khasiat,memiliki kecepatan khasiat,atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya terdapat kadar alcohol,sabun detergen,atau bahan organic lainya. 6. Penutup daerah steril Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya mikrooragnisme antara daerah yang steril atau tidak.

7. Pelaksanaan anestesi

Pelaksaan anestesi dapat dilakukan dengan berbagai macam,antara lain anestesi umum, inhalasi atau intravena,anestesi regional dengan cara memblok saraf,dan anestesi local.

8. Pelaksanaan pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan. Evalusai keperawatan Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular,pernafasan,ginjal,dan lain-lain.(Alimul hidayat,2006:168) c.PASCABEDAH/OPERASI Pengkajian keperawatan Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahn (pasca bedah) diantaranya adalah status kesadaran,kualitas jalan nafas,sirkulasi,dan perubahan tanda vital yang lain,keseimbangan elektrolit,kardiovaskular,lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya,serta alat yang digunakan dalam pembedahan. Diagnosis keperawatan Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah adalah: 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya pembedahan. 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sebagai dampak anestesi. 3. Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi. 4. Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan ) berhubungan dengan penurunan nafsu makan. 5. Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi. 6. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan. 7. Ngangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan yang menurun. kontinuitas jaringan akibat luka

8. Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.

Perencanaan dan pelaksanaan keperawatan Tujuan: 1. Meningkatan proses penyembuhan luka. 2. Mempertahankan respirasi yang sempurna. 3. Mempertahankan sirkulasi. 4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. 5. Mempertahankan eliminasi. 6. Mempertahankan aktivitas. 7. Mengurangi kecemasan.

Rencana tindakan: 1. Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen,dan mempertahankan integritas dinding kapiler. 2. Mempertahan respirasi yang sempurna dengan cara latihan nafas,yakni nafas yang dalam dengan mulut terbuka,tahan selama 3 detik,kemudian hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik nafas melali hidung dengan menggunakan diafragma,kemudian keluarkan nafas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.

3. Mempertahankan sirkulasi,dengan cara menggunakan stocking pada pasien yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik. 4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.

5. Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine. 6. Mempertahankan aktivitas dengan cara latiahn memperkuat otot sebelum ambulatory. 7. Mengurangi kecamasan denga cara melakukan komunikasi secara terapeutik. Evaluasi keperawatan Evaluasi terhadap masalah pascabedah/operasi secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,seperti adanya peningkatan proses penyembuhan luka,system respirasi yang sempurna,system sirkulasi,keseimbangan cairan elekrtolit,system eliminasi,aktivitas,serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.(Alimul hidayat,2006:170)

BAB 1V PENUTUP i. KESIMPULAN

1. Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir k etika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. 2. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. 3. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intr a operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. ii. SARAN Hendak penugasan seperti ini dilakukan dalam upaya membantu mahasiswa/mahasiswi dalam penambahan ilmu dan diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.aziz Alimul ,pengantar kebutuhan dasar manusia,cetakan kelima,Jakarta : salemba medika,2006 Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta. Kozier, erb; Oliveri ( 1991 ), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California. Petres J, Rompel R, Robins P. Anesthesia. Dalam:Dermatologic Surgery: Textbook and Atlas.New York: Springer 1996; A(3): 17-23. (Tim Penerjemah EGC. Anestesi. Dalam: Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 1996; 96.

Anda mungkin juga menyukai