‘Volume 1 Nomor 2 ~ Agustus 2007: 171 - 186
Penilaian Kesehatan Bank
Dengan Metode Camel:
Studi Kasus pada PT BPR ABC
Kalvin Sihol
‘Alumni Business School - Universitas Pelita Harapan
Daniel Pangaribuan
Sckolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
Abstract
‘The periodic evaluation of a bank's performance by Bank Indonesia periodiely
is needed by its stakeholder or by our economy. This is because of the central
role of banks as intermediaries in our economy. One way to control or
supervise the performance of a bank by Bank Indonesia is through issuing SE
No 30/3/UPPB dated April 30 1997 as a standard of performance. This
standard is named CAMEL (Copital, Asset, Management, Earning and
Liquidity) Method. A bank whose performance does not meet one or more of
the five standards yet, should improve it iself if not, it would get a warning
‘or sanction from Bank Indonesia
Keywords : performance, CAMELPENDAHULUAN
Pengertian Bank menurut Undang ~ Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang,
perbankan, (Kasmir 1998, hal. 23):
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan meryalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk - bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Dari pengertian diatas fungsi perbankan adalah sebagai intermediasi antara
‘masyarakat pemilik dana dan pengusaha sebagai pihak yang membutuhkan dana. Agar fungsi
inj berjalan dengan baik maka bank tersebut harus sehat dan memiliki kepercayaan dari
‘masyarakat / perusahaan. .
Permasalahan perbankan pada tahun 1997 saat terjadinya krisis moneter merupakan
bbukti bahwa masih banyak bank di Indonesia vang belum sehat, Permasalahan tersebut masih
berlanjut sampai sekarang yang ditunjukkan dengan sulitnya bank menyalurkan kredit ke
‘masyarakat / perusahaan dan tingginya suku bunga kredit perbankan, Pada umumnya bank di
Indonesia mengalami permasalahan yang hampir serupa, yaitu permasalahan dalam hal
struktur permodalan, permasalahan dalam likuiditas bank, permasalahan dengan kredit macet,
biaya operasi yang tinggi, tingginya spread antara bunga tabungan dan bunga Kredit,
permasalahan kondisi ekonomi makro, dan permasalahan krisis kepercayaan masyarakat
yang terlhat dari adanya beberapa bank yang mengalami rush oleh masyarakat.
Dampak dari permasalahen perbankan pada tahun 1997 adalah banyak bank yang
‘mengalami [kuidasi atau penghentian kegiatan usaha dan banyak pula bank yang di merger
dengan bank lain karena kekurangan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR). Bank yang,
terkena likuidasi adalah bank yang mempunyai Capital Adequacy Ratio / CAR minus
Sedangkan bank yang termasuk dalam kategori harus dimerger adalah bank yang memiliki
CAR kurang dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia NO.26/20/KEP/DIR sebesar 8%.
Likuidasi dan merger totap saja tidak menyelesaikan permasalahan perbankan di
Indonesia, Karena meskipun terkena /ituidasi, pemerintah harus tetap menjamin semua
simpanan’ masyarakat di bank yang terkena iituidasi, disamping begitu besamya BLBL
(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang telah diterima bank yang terkena likuidai
ertolak dari permasalahan tersebut maka Kesehatan bank adalah menyangkut
kepentingan semua pibak (stakeholders) yaitu pemilik bank, manajemen bank, masyarakat
sebagai pengguna jasa bank dan pemerintah sebagai regulator. Ketentuan kesehatan bank
tersebut dimaksudkan sebagai tolak ukur bagi pihak manajemen bank, apakah mereka
‘menjalankan bisnis bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga sedapat mungkin
terhindar dari permasalaban yang terjadi pada waktu alu. Hal ini akan berpengaruh terhadap
tas moneter di
Mengingat betapa pentingnya Kesehatan bank yang akan berpengaruh terhadap
stabilitas moneter secara Keseluruhan maka Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas
perbankan di Indonesia mempunyai kewajiban untuk mencegah terulangnya kembali
1 Integy -Jurnal Akuntansi dan Kouangan — ol. 1 No. 2~ Agustus 2007: 171 186permasalahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan olch bank Indonesia adalah dengan
‘membuat standar kesehatan bank.
Berdasarkan ketentuan dalam undang-undang tentang perbankan tersebut, Bank
Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No.26/S/BPPP Tanggal 29 Mei 1993 yang
mengatur tentang Tata Cara Penilsian Tingkat Kesehatan Bank. Metode atau cara penilaian
tingkat Kesehatan bank tersebut dikenal sebagai metode CAMEL (Capital, Asset,
Management, Earnings and Liquidity), Ketentuan ini merupakan penyempuraan Ketentuan
‘yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan Surat ‘No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februz
1991. Khusus untuk Bank Perkreditan Rakyat diterbitken Surat Edaran No. 30/3/UPPB
tanggal 30 April 1997 yang merupakan penyempurnaan dari SE. No. 26/6/BPPP tanggal 29
Mei 1993, Dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997
tersebut akan dilakukan pengukuran tingkat Kesehatan bafk perkreditan rakyat dengan
‘menggunakan metode CAMEL.
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BPR ABC.
DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL
1. Metode CAMEL,
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja dalam bukunya yang berjudul Usng,
Perbankan, dan Ekonomi Moneter (2004, hal. 213): Metode yang digunakan BI untuk
mengevaluasi Kondisi sebuah BPR secara menyeluruh adalah metode CAMEL. Dengan
‘menggunakan metode CAMEL, tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kuantitatif
‘dan Kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
ssuatt bank, yang meliputi Aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen,
Rentabilitas, dan Likuiditas (CAMEL)
‘Tata Cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan SK.Dir
Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997 adalah sebagai berikut :
‘a. Faktor Permodalan
Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebagaimana diatur dalam surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/2/BPPP tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank bagi Bank Perkreditan Rakyat masing-masing tanggal 29 Mei 1993.
b, Faktor Kualitas Aktiva Produkt
Penilaiaan terhadap Faktor Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 rasio:
1). Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif
2) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk oleh bank terhadap
Penghapusan Aktiva Produktif yang wajibdibentuk oleh Bank
c. Penilaian terhadap faktor manajomen mencakup 2 (dua) Komponen, yaitu manajemen
umum dan manajemen risiko dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan
sebagaimana yang sudah diisi oleh pihak PT BPR ABC.
Jumlah pertanyaan/pernyataan ditetapkan sebanyak 25 yang terdiri tas 10
pertanyaan/pernyataan manajemen umum dan 15 pertanyaan/pernyataan mangjemen
Peniéian Kesehatan Bank ... (Sito! dan Pangaribuan) 173