Oleh : Iin Hanifah-1210 600 042 Muhamad Ajian-1210 600 056 Qorina Rijkiana-1210 600 072
Pengertian
Child Maltreatment atau penganiayaan anak
adalah istilah umum yang mengacu pada empat tindakan utama: kekerasan fisik, pengabaian, pelecehan seksual, dan kekerasan emosional. Maltreatment dapat berupa banyak bentuk tindakan, termasuk tindakan yang mayoritas dialami oleh anak-anak : 1. hukuman fisik 2. Kekerasan pada saudara (sibling violence) 3. Penyerangan, serta tindakan yang signifikan, 4. Seperti penganiayaan fisik ( Finkelhor & Dziuba-Leartherman, 1994 )
Pengertian
Non
Accidental Trauma mengacu pada efek penganiayaan secara luas terhadap kelanjutan pengembangan fisik dan emosional pada anak. Anak-anak, yang dikarenakan tidak mempunyai kemandirian dalam lingkungan sosial dan psikologis, mereka sangat tergantung pada orang dewasa.
Lanjutan. . .
Child Abuse And Neglect memiliki pengaruh psikologis yang cukup besar pada anak, karena dalam hubungan yang sedang berlangsung yang diharapkan adalah akan melindungi, mendukung, dan memelihara mereka .
Anak-anak dari keluarga yang kejam dan terabaikan tumbuh dalam lingkungan yang gagal untuk memberikan kesempatan yang tepat bagi mereka untuk memandu perkembangan mereka, dan akan mengakibatkan kerusakan fisik dan emosional mereka. (Wolfe & Jaffe, 2001).
awal dan paling abadi yang secara signifikan dapat mempengaruhi kompetensi anak, ketahanan, dan rasa kesejahteraan. Pengaruh keluarga yang positif akan memberikan sumber dukungan yang utama untuk pola-pola hubungan seumur hidup yang aman dan kesejahteraan. Keluarga atau peristiwa dan pengalaman yang sangat negatif dan berbahaya, memberikan konteks untuk beberapa kekerasan paling parah dalam masyarakat (Straus, Gelles, & Steinmetz, 2003).
Lanjutan. . .
(Types of Maltreatment)
Kekerasan Fisik (physical
abuse) Pengabaian (Neglect) Pelecehan Seksual (Sexual Abuse)
Jenis Penganiayaan
Kekerasan Emosional
(Emotional Abuse )
meliputi meninju, memukul, menendang, menggigit, pembakaran, atau secara fisik melukai anak. Dalam beberapa kasus, korban dari kekerasan fisik anak terjadi sebagai akibat dari over-disiplin atau hukuman fisik yang berat. Luka fisik bisa berkisar dari tingkatan yang ringan (memar, luka), sampai sedang (bekas luka, lecet), sampai parah (luka bakar, keseleo, atau patah tulang). Tanda fisik ini hanya menunjukkan luka yang nampak saja.
Pengabaian (Neglect)
Anak-anak yang menderita akibat pengabaian secara fisik dan emosional, ditandai oleh kegagalan untuk menyediakan kebutuhan dasar fisik, pendidikan, atau emosional. Pengabaian fisik mencakup penolakan atau keterlambatan dalam mencari perawatan kesehatan, pengusiran dari rumah atau penolakan pada anak yang melarikan diri untuk kembali ke rumah, ditinggalkan, dan pengawasan yang tidak memadai. Pengabaian pendidikan mencakup perilaku seperti membiarkan bolos terus-menerus, kegagalan untuk mendaftarkan anak di sekolah yang sesuai usia sekolah, dan kegagalan mengikutsertakan anak pada pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Lanjutan
Pengabaian emosi, salah satu kategori yang paling sulit
ditentukan, termasuk tindakan seperti kurangnya perhatian yang ditandai dengan kebutuhan anak akan kasih sayang, penolakan atau kegagalan untuk menyediakan kebutuhkan perawatan psikologis, pelecehan orang tua di hadapan anak. anak-anak yang terlantar mungkin menderita masalah kesehatan fisik, pertumbuhan yang terbatas, dan peningkatan komplikasi dalam kondisi kesehatan lainnya, seperti diabetes, alergi, dan kegagalan-pertumbuhan (Lyons-Ruth, Zeanah, & Benoit, 2003). Mereka juga dapat menunjukkan pola perilaku yang terombang-ambing antara aktivitas yang tidak disiplin dan kepasifan ekstrim (Hildyard & Wolfe, 2002),
Lanjutan
Contoh kasus pelecehan seksual (Sedlak & Broadhurst, 1996) Seorang gadis 10 tahun yang diperkosa oleh ayahnya; Dua saudara perempuan dan seorang saudara yang dilecehkan secara seksual oleh ibunya. seorang anak 4 tahun yang dibelai (fondled) oleh ayahnya selama kunjungan akhir pekan.
Perilaku dan perkembangan anak-anak yang mengalami pelecehan seksual mungkin akan berpengaruh secara signifikan, terutama dalam kaitannya dengan frekuensi kekerasan, penggunaan kekerasan, (Berliner & Elliott, 2002).
kelalaian oleh orang tua atau pengasuh yang telah menyebabkan, atau dapat menyebabkan, gangguan perilaku, kognitif, emosional, atau gangguan mental. Sebagai contoh, orang tua atau pengasuh dapat menggunakan bentuk-bentuk ekstrim atau aneh dari hukuman, seperti kurungan seorang anak di dalam kamar mandi yang gelap.
Lanjutan
Berikut bentuk penganiayaan atau kekerasan emosional karena persyaratan definisi bahwa tindakan telah menyebabkan, atau dapat menyebabkan, kerusakan serius (Sedlak & Broadhurst, 1996): Seorang anak muda di strap di kursi yang tinggi sepanjang hari, sementara orang tuanya pergi bekerja; Seorang anak 4-tahun yang dikunci di dalam kamar mandi sebagai sarana disiplin. Anak yang trauma ketika ayah mereka membawa mereka ke toko untuk membeli senjata, dengan ancaman akan membunuh mereka dan ibu mereka. Eksploitasi: eksploitasi pada anak-anak termasuk pekerja anak dan prostitusi anak, yang diakui sebagai bentuk yang signifikan dari trauma anak dan remaja di seluruh dunia.
korespondensi antara beberapa jenis penganiayaan dan usia anak. Anak yang lebih muda, yang memiliki kebutuhan terbesar untuk perawatan dan pengawasan, adalah korban yang paling umum dari kekerasan fisik. Lalu remaja muda, balita dan anak prasekolah adalah korban yang paling umum dari kekerasan fisik dan emosional, yang sesuai dengan munculnya kemandirian yang lebih besar dan konflik orangtua selama periode perkembangannya. Kejadian pelecehan seksual, sebaliknya, adalah awal yang relatif konstan pada usia 3 tahun, yang membuktikan adanya kerentanan pada anak-anak dari tahun-tahun awal prasekolah.
kurang beruntung (meskipun juga terjadi antara keluarga yang berpenghasilan lebih tinggi).
Struktur keluarga dapat dihubungkan dengan kemungkinan penganiayaan
terjadi pada keluarga besar, dimana adanya tugas-tugas tambahan, tanggung jawab, dan tuntutan.
Anak-anak yang dianiaya tidak hanya harus berhadapan dengan ledakan kemarahan orangtua yang tak terduga atau pengkhianatan, tetapi juga harus beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang menimbulkan tantangan perkembangan baginya. Pengaruh ini mencakup peristiwa yang dramatis, seperti kekerasan pernikahan dan pemisahan anggota keluarga, baik dalam kegiatan sehari-hari yang penting tetapi mungkin mengganggu atau menjengkelkan, seperti interaksi yang tidak ramah, kesempatan belajar yang sedikit, dan gaya hidup yang kacau.
Lanjutan
Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual mengalami gangguan pelafalan dalam mengembangkan pandangan diri mereka dan dunia, yang mengakibatkan perubahan emosi dan perilaku yang signifikan menunjukkan upaya mereka untuk mengatasi kejadian tersebut. karena sumber stres dan ketakutan terpusat dalam keluarga mereka, maka anak-anak yang dianiaya ditantang untuk menemukan cara beradaptasi yang menimbulkan resiko minimal, dan menawarkan perlindungan maksimal dan kesempatan untuk pertumbuhan (Trickett, Kurtz, & Pizzigati, 2004).
Lanjutan
Konsekuensi Perkembangan
Terdapat dimensi perkembangan yang diakibatkan oleh kekerasan fisik, pengabaian, dan pelecehan seksual, diantaranya: 1. Kekerasan fisik Fisik kecil: memar, luka, lecet besar: luka bakar, kerusakan otak, patah tulang Kognitif sedikit keterlambatan dalam area fungsi kognitif dan intelektual, masalah akademis, kesulitan dalam penalaran moral Perilaku Agresi, masalah pertemanan, kepatuhan kompulsif Sosioemosional Ketidakmampuan sosial, atribusi permusuhan, kesulitan dalam kepekaan sosial
Lanjutan
2. Pengabaian Fisik Gejala pertumbuhan yang gagal, pertumbuhan yang lambat, perkembangan fisik yang belum matang. Kognitif sedikit keterlambatan dalam area fungsi kognitif dan intelektual, masalah akademis, kesulitan dalam penalaran moral Perilaku Cenderung pasif, hyperactive Sosioemosional Ketidakmampuan sosial, seperti menarik diri atau ketergantungan sosial, kesulitan dalam kepekaan sosial
Lanjutan
3. Pelecehan Seksual Fisik Gejala fisik: sakit kepala, sakit perut, perubahan apetite, muntah, keluhan ginekologi. Kognitif Tidak ada bukti kerusakan kognitif, menyalahkan diri, rasa bersalah. Perilaku Ketakutan, kecemasan, PTSD - terkait terjadinya tanda masalah yang mendalam. Sosioemosional Gejala depresi, harga diri yang rendah, perilaku sex, perilaku yang menampung kekerasan (contohnya pengungkapan yang tertunda)
Lanjutan - Psikopatologi
Mempengaruhi gangguan mood (Mood and
Affect Distrubances) Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Penyesuaian Seksual (Sexual Adjustment) Kriminal dan Perilaku Anti Sosial (Criminal and Antisocial Behavior)
Penyebab
Bentuk-bentuk penganiayaan terjadi paling sering selama
periode transisi peran stres bagi orangtua, seperti periode pasca melahirkan, para anak usia dini dan awal remaja "oposisi" periode batas pengujian, dan waktu ketidakstabilan keluarga dan gangguan (Milner, 2003). sensitif, ketersediaan, dan dukungan perhatian terutama selama periode kritis, adalah ciri mendasar dari penganiayaan.
Keadaan keluarga, terutama konflik dan kekerasan Keluarga yang miskin, juga akan mengakibatkan
Pencegahan penganiayaan yang cukup menjanjikan, khususnya jika dimulai dini dalam pembentukan hubungan orangtua-anak.
Intervensi untuk penganiayaan fisik dan pengabaian menekankan orangtua dan pelatihan keluarga yang berfokus pada membesarkan anak dan manajemen stres. Metode ini juga menguntungkan anak sebagai hasil dari peningkatan perawatan orangtua.
Lanjutan
Pemulihan dari kekerasan fisik melibatkan pelatihan orang tua dalam keterampilan membesarkan anak yang lebih positif, disertai dengan metode perilaku-kognitif untuk mentargetkan pola kemarahan tertentu atau keyakinan yang terdistorsi Pengobatan untuk pengabaian anak berfokus pada keterampilan orang tua dan harapan, dilengkapi dengan pelatihan kompetensi sosial dan manajemen rumah tangga. Intervensi untuk anak-anak yang telah mengalami pelecehan seksual menekankan kebutuhan anak-anak untuk keselamatan, pemahaman, dan konsekuensi ekspresi emosional. Metode perilaku-kognitif telah menunjukkan nilai dalam bekerja dengan anak-anak yang mengalami pelecehan seksual, terutama jika disertai dengan pendidikan dan dukungan kepada pengasuh yangmendukung pula.