Anda di halaman 1dari 16

Jafar Lantowa. Kepribadian Tokoh Zahrana dalam Novel Takbir Cinta Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Zulkifli Lubis, S.Pd, M.Sn, dan pembimbing II Sitti Rachmi Masie, S.Pd, M.Pd. Novel Takbir Cinta Zahrana menampilkan kepribadian tokoh Zahrana yang dinamis melalui permasalahan yang dihadapi. Tokoh Zahrana memiliki kepribadian islami yang tampak melalui tingkah laku dalam menentukan kriteria calon suaminya yang berakhlak mulia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh Zahrana dalam novel Takbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Takbir Cinta Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Republik Jakarta, tahun 2008, cetakan ke-10, data-data penelitian diperolrh dari paparan kebahasaan seperti kutipan-kutipan kalimat dan paragraph yang merepresentasikan kepribadian tokoh Zahrana dalam novel Takbir Cinta Zahrana, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analitik dengan menggunakan pendekatan psokologi sastra. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa kepribadian Zahrana dalam novel Takbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy memiliki Id yakni keinginan Zahrana untuk menikah dengan suami yang berakhlak mulia. Sosok suami yang diinginkan oleh Zahrana adalah suami yang dapat dijadikan teladan bagi anak-anaknya kelak. Keinginannya ditunjukkan pada kebahagiaan yang dirasakan ketika menikah dengan Hasan. Kebahagiaan dirasakan oleh Zahrana karena Hasan adalah seorang suami yang berakhlak sesuai dengan keinginannya. Ego Zahrana tampak pada tangisan, kegelisahan, dengan keinginannya dan juga keputusannya menerima Hasan untuk menjadi suaminya. Super ego Zahrana yakni pertimbangan Zahrana dalam menerima lamaran, berpikir berdasarkan hati nurani, berhati-hati dalam bertindak, serta kesabaran Zahrana dalam menunggu lelaki saleh yang diinginkannya. Berdasarkan analisis id, ego, dan super ego yang muncul pada kepribadian Zahrana, maka dapat disimpulkan bahwa Zahrana memiliki kepribadian yang sangat istiqomah atau tetap teguh pada pendirian, penyabar, tenang, bersikap berdasarkan hati nurani, mempertimbangkan segala sesuatu sebelum dilaksanakan, lebih mengutamakan akhlak dibandingkan dengan harta atau jabatan yang dimiliki oleh calon suaminya, mampu mengendalikan emosi, dan bersikap tawakal atau menyerahkan semua takdirnya kepada Allah SWT. Kata Kunci : Kepribadian, Tokoh Zahrana, Novel Takbir Cinta Zahrana, Psikologi Sastra. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang relevan telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah ada antara lain:

1. Eka Widyawan Cahya Putranto Tahun 2009 Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul Aspek Kepribadian Tokoh Raihana dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Psikologi Sastra. Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah kepribadian Raihana melalui pendekatan psikologi sastra, sehingga hasil dari penelitian ini secara psikologi tokoh Raihana dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy, apabila dianalisis menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud; (1) tokoh Raihana dilihat dari segi insting mempunyai insting hidup atau insting seks dan insting mati, (2) Dari segi distribusi dan pemakaian energi, tokoh Raihana mempunyai energi super ego lebih besar daripada energi yang diberikan ego, (3) Tokoh Raihana mempunyai kecemasan dalam kehidupan yang dijalaninya, (4) Tokoh Raihana mempunyai pertahanan yang lebih dominan kepada pertahanan, penolakan, dan pengingkaran. 2. Lian Puluhulawa tahun 2005 dengan judul: Analisis Kejiwaan Tokoh dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini (suatu penelitian dengan pendekatan psikologi sastra). Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yakni tentang kejiwaan tokoh dalam novel Pertemuan Dua Hati yang berhubungan dengan unsur id, ego, dan super ego. Hasil penelitian novel pertemuan dua hati yakni ketiga unsur kepribadian berupa id, ego, dan super ego hanya terdapat pada tokoh Ibu Suci sedangkan unsur kepribadian berupa id hanya terdapat pada tokoh Waskito dan nenek Waskito, tokoh Ibu Suci sedangkan unsur kepribadian berupa id hanya terdapat pada tokoh Waskito dan nenek Waskito, tokoh Ibu Suci adalah tokoh yang memiliki kecerdasan emosional dan kepekaan sosial yang tinggi serta tergolong pelatih emosi karena mampu memenuhi kebutuhan kejiwaan tokoh Waskito yang tidak diperoleh dari orang tuanya. Berdasarkan penelitian di atas, disimpulkan bahwa penelitian ini ada persamaan dan perbedaan. Persamaan dengan penelitian ini pertama terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan pikologi sastra, sedangkan perbedaannya Penelitian Eka Widyawan Cahya Putranto menganalisis Tokoh Raihana menggunakan pendekatan psikologi sastra sedangkan penelitian ini memfokuskan pada kepribadian Zahrana. Adapun persamaan dengan penelitian kedua juga terletak pada pendekatan yang digunakan, perbedaannya terletak pada novel yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Lian Puluhulawa menganalisis kejiwaan tokoh dalam novel pertemuan dua hati sedangkan yang dinalisis dalam penelitian ini adalah masalah kepribadian yang ada pada tokoh Zahrana dalam novel Takbir CInta Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. 2.2 Pengertian Novel Dalam The American College Dictionary oleh (Suyitno, 2009:18) dijelaskan bahwa novel adalah sastra cerita prosa fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang mewakili dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut, sedangkan dalam The Advanced Learners Dictionary of Current

English dijelaskan bahwa novel adalah suatu cerita dengan suatu alur cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Novel merupakan keaslian ide dari pengarang dalam menciptakan karyanya melalui pengalaman-pengalaman manusia baik diri pengarang sendiri maupun orang lain. Dalam menciptakan sebuah novel, pengarang biasanya mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan cerita secara bebas dan lebih banyak menonjolkan permasalahan yang muncul yang seringkali tak lepas dari permasalahan manusia. 2.3 Psikologi Sastra Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara, 2008: 96). Dalam hal ini, tokoh yang ada dalam karya sastra memiliki kejiwaan maupun kepribadian yang dinamis. Kejiwaan tersebut tampak pada sikap tokoh melalui karya sastra. Ratna (2009: 343), mengemukakan bahwa psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Siswantoro (2005: 29) menyatakan bahwa secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian, gejala kejiwaaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra. Menurut Wellek dan Warren (1989: 90), istilah psikologi sastra lahmempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, adalah studi proses kreatif. Ketiga, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Roekhan (dalam Endraswara: 97-98) mengemukakan pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologi tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi

maupun wakil masyarakatnya. Berdasarkan pendapat diatas, pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikolog tokoh yang ada dalam novel. 2.4 Teori Kepribadian Sigmund Freud Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin: persona Istilah bahasa Inggris untuk kepribadian adalah personality, yang berasal dari dari kata latin persona yang artinya adalah topeng. Dulu topeng dipakai dalam teater untuk menunjukkan karakter tokoh yang dimainkan. Kepribadian (personality) adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam dalam psikologi, meskipun istilah ini digunakan sehari-hari. Bukan saja dikalangan psikologi, tetapi juga oleh awam (misalnya: kepribadian bangsa, kepribadian luhur, 10 kepribadian orang sukses dan lain-lain) (Sarwono, 2010:169). Menurut Allport (dalam Koswara, 1991: 11 Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya. Sarwono (2010: 171) menjelaskan bahwa kata-kata kunci dari definisi Allport tersebut di atas (1) sistem psikis (pikiran, perasaan, motivasi, minat, dan sebagainya) dan sistem fisik (tinggi, badan, warna kulit, sistem syaraf, pencernaan, kacamata, jerawat, gemuk/kurus dan lain-lain); (2) Organisasi dinamis yang menggabungkan semua sistem psikofisik tadi dalam suatu proses kerja yang kait-mengait dan terus berubah dari waktu-ke waktu sebagai upaya; (3) penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya; dan (4) secara unik (khas, tidak sama dengan individu lainnya). Dalam teori psikoanalisa Sigmund Freud, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego, dan super ego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi, kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-masing, namun, ketiga sistem kepribadian tersebut satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas dan tingkah laku manusia tidak lain merupakan produk interaksi antara id, ego, dan super ego (Koswara, 1991: 32). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud untuk menganalisis kepribadian tokoh Zahrana. Teori Kepribadian milik Freud memiliki tiga unsur pembentuk kepribadian. Ketiga unsur tersebut akan saling mendominasi dan akan membentuk suatu kepribadian. Ketiganya ini memiliki ciri-ciri, prinsip kerja, fungsi, dan sifat yang berbeda, namun ketiganya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dengan mempengaruhi perilaku manusia. 2.4.1 Id Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia dan penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam soal energi ini, id tidak bisa mentoleransi penumpukkan energi yang bisa menyebabkan

meningginya taraf tegangan organisme atau individu secara keseluruhan (Koswara, 1991: 32). Das Es dalam bahasa Inggris the Id disebut System Unbewussten. Id sebagai bagian paling primitif dan orisinal dalam kepribadian manusia, id merupakan gudang penyimpanan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, seperti makan, minum, istirahat, atau rangsangan seksualitas dan agresivitas. Insting-insting ini dapat bekerja bersamaan dalam situasi yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya, seseorang dapat saja membenci dan berperilaku agresif terhadap orangtua yang dicintainya. Freud percaya bahwa dorongan ini mencari pemuasan dalam realitas ekternal. Id bekerja menurut prinsip kenikmatan, karenanya jika pemenuhan kebutuhan id terlambat, akan terjadi konflikkonflik yang menimbulkan rasa gelisah, sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan (Suryabrata: 2010:125-126). Ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul, yaitu melalui reflek atau reaksi-reaksi otomatis seperti berkedip, serta proses primer dengan membayangkan makanan pada saat lapar. Oleh sebab itu, diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi kenyataan. Sistem itu adalah Ego (Suryabrata: 2010:125-126). 2.4.2 Ego Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koswara, 1991:33-34). Keberadaan ego sendiri adalah dalam rangka membantu manusia mengadakan kontak dengan realitas. Seorang bayi yang ingin memuaskan rasa laparnya, bayi harus belajar menyesuaikan antara bayangan tentang makanan dengan makanan yang sesungguhnya. Hanya ego lah yang menjalankan fungsi ini dengan cara membedakan anatara objek yang ada pada pikiran dan objek yang ada pada dunia nyata. Ego bekerja menurut prinsip realitas. Manusia hidup tidak dalam keadaan sosial yang vakum dan tidak mudah pula merealisasikan apa yang diinginkan. Orang dewasa yang bertindak impulsif dapat disebut kekanak-kanakkan atau tidak matang. Kematangan menuntut kita untuk mengontrol impuls-impuls dalam berbagai situasi. Bagi Freud, kontrol ini bekerja ketika ego berpisah dari id. Ego mengorganisasikan aspek-aspek id dan memberi arah bagi impuls-impuls individu. Ego tidak boleh disamakan dengan apa yang dalam psikologi nonanalitis diberi nama ego atau aku. Menurut Freud, ego terbentuk dengan diferensiasi dari id karena kontaknya dengan dengan dunia luar, khususnya orang di sekitar bayi kecil seperti orang tua, pengasuh, dan kakak adik. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, seperti tampak dalam pemikiran yang objektif, yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosial, yang rasional dan mengungkapkan diri melalui bahasa. Ego mengontrol apa yang mau masuk ke kesadaran dan apa yang akan dikerjakan. Akhirnya Ego menjamin kesatuan kepribadian; dengan kata lain, berfungsi mengadakan sintesis (Bertens, 2006:33).

Ego juga menuntut penundaan tindakan sampai ia dapat menentukan apa yang harus dihadirkan sebagai objek realitas. Ego berfungsi untuk memilih rangsangan yang harus dipuaskan, kapan dan bagaimana cara memuaskannya, karena ego memuat cara-cara bagaimana kita memilih dan memutuskan pemenuhan kebutuhan id dengan cara berpikir rasional, ego dikatakan memiliki fungsi eksekutif dalam kepribadian manusia. Ego yang sadar dicirikan oleh pemikiran yang realistik. Ego bukan hanya mengatasi impuls dari id, melainkan juga terhadap tuntutan superego. 2.4.3 Super Ego Super ego (istilah Freud: das ueberich) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari super ego adalah: (a) sebagai pengendali dorongandorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; (b) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (c) mendorong individu kepada kesempurnaan (Koswara, 1991:33-34). Super ego dibentuk melalui internalisasi (internalization), artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orang tua) diolah sedemikian rupa sehingga terpancar dari dalam. Dengan kata lain, Super ego adalah buah hasil proses internalisasi, sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang asing bagi si subyek akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subyek itu sendiri. Engkau tidak boleh atau engkau harus. menjadi Aku tidak boleh. atau aku harus. Superego merupakan dasar hati nurani moral (Bertens, 2006:33-34). Secara sederhana tiga unsur kejiwaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis; 2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis; 3. Das Uber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis (Sujanto,2008:59). Apabila terdapat keseimbangan yang wajar dan stabil dari ketiga unsur (id, ego, dan super ego), maka akan diperoleh struktur kepribadian yang wajar dan biasa. Namun, apabila terjadi ketidakseimbangan antara ketiga unsur tersebut, maka akan diperoleh kepribadian yang tidak wajar dan akan muncul neurosis yang menghendaki adanya penyaluran (Suryabrata,1995:124-128). Berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Frued yang mengacu pada id, ego dan super ego diatas, maka pembahasan tentang teori psikoanalisis Sigmund Frued, hanya berlaku bagi mereka yang telah dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk dalam bertingkah laku.

Ahad 5 Juni 2011, BEM FAI UMY bekerjasama dengan Sinemart Pictures mengadakan Bedah novel cinta suci zahrana karya Habiburrahman El-Shirazi di Gedung AR Fakhruddin B Lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Acara ini dimulai pukul 09.00-11.30 dilanjutkan dengan casting filmnya pada pukul 1 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa, dan berlangsung cukup meriah. Karena dihibur pula oleh Team Nasyid Alkautsar, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Biarkan orang lain menjalani kehidupan yang kecil, tetapi kamu jangan. Biarkan orang lain memperdebatkan soal-soal kecil, tetapi kamu jangan. Biarlah orang lain menangisi kepedihan-kepedihan kecil, tetapi kamu jangan. Biarlah orang lain menyerahkan masa depan mereka kepada orang lain, tetapi kamu jangan. Kedua mata Zahrana berkaca-kaca membaca pesan itu. Ia teringat saat ia menuliskan kalimat itu di lembar biodata yang akan dijadikan album kenangan. Dari mana kau dapat kalimat bagus itu Rana. Kau sendiri yang buat atau kau memetik dari kalimat orang lain? Itu aku petik dari kalimat Jim Rohn. Lirih Zahrana. Petikan cerita dalam novel Cinta Suci Zahrana Zahrana adalah seorang penulis yang aktif menulis sehingga, keaktifannya mengantarkannya kuliah di beijing, banyak mendapatkan penghargaan. Namun kandas oleh keinginan orang tuanya. Saking sibuknya mencari ilmu, 34 tahun belum juga menikah. Sampai disinilah terjadi konflik dengan ibunya.Apakah sampai umur itu Dia mendapat seorang lelaki pemimpin rumah tangganya ? kalau mau tahu, baca novelnya ? begitu kata kang abik dalam bedal novel ini. Anda memikirkan ilmu sesaat lebih utama dari sholat dua rakaat (Imam Syafii) begitu pesan kang abik. Kang abik juga berpesan, dengan sabda yang telah diajarkan rasulullah saw, Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan baginya menuju surga . Ada penghormatan yang luar biasa oleh Allah kepada orang yang menuntut ilmu, sampai Allah mengajarkan Nabi Muhammad untuk berdoa meminta tambahan ilmu, Rabbi zidnii ilma Yaa Allah tambahkanlah aku ilmu ! Begitu pesan kang abik. Habiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976; umur 33 tahun) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Beberapa karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004), Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004),

Ketika Cinta Bertasbih 1 (Republika-Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (RepublikaBasmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari Sujud ke Sujud (kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih) Dalam bedah novel tersebut tidak jauh beda dengan ketika Ayat-ayat Cinta diluncurkan, disitu romantisme percintaan 2 sejoli dengan bumbu-bumbu konflik sangat menarik. Tidak tertutup kemungkinan Habiburrahman El Shirazy akan mengangkat Novel Cinta Suci Zahranadi layar lebar menyusul sukses karangan Habiburrahman di pasaran dengan segmen remaja. Sangat tepat bedah novel ini diadakan dilingkungan kampus seperti di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, karena tentu produser atau penerbit buku melihat dari sisi market lebih mengena.

RESENSI NOVEL
Judul Novel Pengarang Novel Penerbit Legendaris) Tebal Buku Cetakan 1 9

BUMI CINTA
: Bumi Cinta : Habiburrohman El Shirazy : Author Publishing (imprint Basmala Adikarya : vi - 546 halaman : 2010

Latar Belakang Pengarang Habiburrahman El Shirazy adalah fenomena multitalent Indonesia, yang dinobatkan Novelis No.1 Indonesia oleh INSANI UNDIP (Universitas Diponegoro) dan dijuluki si tangan emas oleh majalah MATABACA (Edisi Juni 2007), karena karya-karyanya yang selalu menjadi best seller, maka wajar jika penyair, sastrawan, budayawan, dan sekaligus sutradara ini mendapatkan berbagai penghargaan. Karya yang diciptakan novelis sarjana Al Azhar Unevirsity Cairo ini selalu dinanti, karena karya yang dibuat berbeda dengan kebanyakan novelis Indonesia, karyanya lebih membangun jiwa, membawa perubahan dan menumbuhkan semangat berprestasi bagi para pembacanya. Maka tidak heran novelis yang masih tergolong muda ini (31 tahun) mendapat penobatan Tokoh Perubahan Indonesia oleh Harian Republika. Serta mendapat ucapan special dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atas karya-karya El Shirazy sebagai karya anak muda kreatif Indonesia yang membanggakan, usai menonton Ayat-Ayat Cinta. Sinopsis Novel Seorang santri salaf yang bernama Muhammad Ayyas, tinggal di negara orang dalam rangka penyelesaian study dan negara itu merupakan negara paling menjunjung tinggi seks bebas dan ponografi, yaitu Rusia. Selama hidup di negara itu dia berdampingan dengan orang-orang yang akan selalu membuat dirinya harus mempertaruhkan keimanan dan kehormatannya dengan hasrat duniawi, selain godaan nonik-nonik muda Moskow yamg kecantikannya tiada tara, cerita dalam novel ini melibatkan sepenggal informasi mengenai mavia-mavia seperti apa yang terjadi di luar sana (Rusia). Yelena, Linor dan Devid

beberapa tokoh yang turut membangun cerita si Ayyas dalam pertarungan melawan musuhmusuh imannya. Lalu bagaimana dengan Pakar sejarah nan jelita, pemuda Rusia cantik sebagai pembimbing Ayyas dalam penyelesaian tugas study-nya di sana .. Analisis Unsur Instrinsik Tema Setting Alur : Bumi Cinta : Moskow, Rusia : maju mundur (flashback)

koh

: Muhammad Ayyas (tokoh utama), Devid, Yelena, Linor, Nastasia Pallazo, Profesor Tomskii, Bibi Margaret, Bibi Parlova, Pak Joko, Pak Ismet, Osmanov, Boris, Sergei, Viktor Murasov, dan Madame Eketerina (ibu Linor). : Muhammad Ayyas mempunyai watak kuat, teguh beriman, sabar, cerdas, baik hati dan ramah. Sosok yang tidak mengharapkan pujian dan mengundang rasa kasihan bagi orang-orang yang mencintai dan berempati padanya. Pun tidak sebagai tokoh yang takut dibenci dan dicaci bagi orang yang tidak menyukainya. Devid mempunyai watak yang bebas dan mudah terpengaruh, namun cukup memiliki prinsip, serta pertemanan yang sangat baik. Yelena mempunyai watak yang berkeinginan merubah suatu hal menjadi baik, lebih sopan dan mudah beradaptasi dengan orang baru. Linor mempunyai watak lebih tertutup, kurang sopan dan tidak mudah beradaptasi khususnya dengan orang baru. Nastasia Panzallo mempunyai watak yang baik hati, ramah, sopan dan cerdas, serta menjunjung tinggi kepercayaan Khatolik nya. Bibi Parlova mempunyai watak yang baik hati, jujur srta apa adanya. Boris dan Sergei mempunyai watak jahat, licik, dan bengis. Viktor Murasov mempunyai watak egois. Bibi Margaret, Pak Joko, Pak Ismet, dan Osmanov mempunyai watak baik. Madame Eketeriname mempunyai watak tertutup, baik dan penyanyang.

rwatakan

Sudut Pandang

: Pengarang sebagai orang ketiga.

manat

: Pengarang ingin membuat pembaca memberikan suatu contoh kemenangan orang orang beriman, manakala menghadapi musuh yang berat. Musuh yang bisa datang dari mana saja. Musuh yang siap meluluhlantahkan bangunan keimanan orang-orang yang beriman. Semua cerita yang diwakili tokoh utama (Ayyas) diruhkan oleh pengarang dari surat Al-Anfal 45-47 yang berisikan resep kemenangan orang-orang beriman, resep mujarab tersebut: (1) berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya; (2) taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; (3) bersabarlah; dan (4) janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampongnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.

alisis Unsur Ekstinsik Nilai Moral : Nilai moral pada novel ini sangat banyak, karena pengarang memberi banyak contoh kehidupan yang beisikan nilai moral penting, misalnya saat Ayyas menolong Yelena seorang yang pernah meragukan kebaikan Ayyas, namun Ayyas masih mau menolongnya padahal orang sekitar sudah tak ada yng menghiraukannya bagaikan bangkai jalanan. Nilai Sosial : Nilai sosial pada novel ini juga banyak, dalam cerita Ayyas digambarkan seorang yang bersosial, walau sekirtarnya banyak musuh-musuh keimanan baginya semua juga manusia, semua mereka perilakukan sama baiknya. Nilai Budaya : Dalam novel ini pun tidak lepas dari nilai budaya yang kental utamanya budaya Rusia yang bebas dan penuh pertentangan dengan budaya negara timur, Indonesia.

Keunggulan Novel Novel Bumi Cinta memiliki banyak keunggulan antara lain, gaya bahasa yang dibuat pengarang sangat mudah dipahami, ringan namun sangat berbobot. Amanat yang disampaikan pun mudah terserap, karena kecerdasan pengarang yang menuangkan karya dengan membangun jiwa para pembaca agar memiliki bekal kunci kemenangan orang-orang yang beriman, manakala musuh besar, terutama musuh yang dapat meluluhlantahkan keimanan orang-orang yang beriman. Hal ini semua pengarang tuangkan melalui tokoh utama novel tersebut. Disamping itu banyak pengenalan dan pengetahuan mengenai kehidupan di Moskow-Rusia, mulai dari bahasa-bahasa Rusia, keindahan alam dan bangunan, kebiasaan perilaku sampai sedikit informasi mengenai mavia di Rusia. Kelemahan Novel

Mungkin bagi para pembaca yang telah memahami betul cerita dan amanat dari isi novel ini, merasa ingin dilanjut kembali ceritanya, dapat dikatakan pengarang seperti sengaja membuat akhir cerita yang akan dilanjutkan. Kesimpulan Sebagai peresensi berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan novel ini, menilai bahwa Novel Bumi Cinta baik untuk dipublikasikan karena tidak lain novel ini diterbitkan bertujuan agar keimanan orang-orang yang beriman yang telah dibangun tidak mudah terluluhlantahkan di mana masa kini, masa yang semakin meluasnya kebebasan hidup (free sex). BAB II LANDASAN TEORI Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Bumi Cinta Karya Hesti Lisiawati Mahasiswa UBT A. Unsur Pembangun Novel Ahli sastra sering menyebut prosa dengan istilah fiksi, istilah fiksi dipergunakan untuk menyebut karya sastra yang isinya perpaduan antara kenyataan dan imajinasi. Fiksi yang baik menggambarkan kehidupan yang mengundang simpati pembaca, tanggapan pembaca, dan mendidik moral pembaca. Seperti sebuah novel yang merupakan suatu totalitas mempunyai bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan dengan yang lain secara erat dan saling bergantung. Unsur-unsur inilah yang kemudian menjadi pembangun sebuah novel, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra namun mempengaruhi kehadiran karya sastra sebagai karya seni. Unsur ekstrinsik karya fiksi sebagai aspek yang berada di luar sastra seolah-olah berpisah atau berdiri sendiri dan tidak memiliki kaitan dengan unsur intrinsik. Namun sebenarnya antara unsur intrinsik dan ekstrinsik itu saling berhubungan tidak terlepas antara yang satu dengan yang lain. Unsur ekstrinsik antara lain aspek historis yaitu kaitannya antara sastra dan latar belakang sejarah, aspek sosiologis berkaitan antara sastra dengan masyarakat dalam berinteraksi satu dengan yang lain, aspek psikologis yang berkaitan antara sastra dengan kejiwaan manusia, aspek budaya yang berkaitan antara sastra dengan adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, aspek agama/religius kaitannya dengan sastra sangat erat karena keyakinan adanya nilai religius dalam karya sasrta sudah ada sejak lama, keyakinan adanya nilai religius dalam karya sastra merupakan akibat logis dari kenyataan bahwa sastra dari pengarang yang homoreligius (dalam skripsi Chairiah, 2010:19-20).

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa unsur pembangun novel ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain untuk menciptakan suatu karya sastra yang bernilai seni. B. Tokoh dan Penokohan Struktur yang hendak dikaji dalam novel ini hanya akan dititikberatkan pada tokoh dan penokohan. Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan (Wiyatmi, 2006: 30). Pembicaraan mengenai penokohan dalam cerita rekaan memiliki keterkaitan dengan tokoh. Istilah tokoh menunjuk pada pelaku dalam cerita sedangkan penokohan menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang melingkupi diri tokoh yang ada. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Wiyatmi, 2006: 31). Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita. Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Oleh karena itu, tokohtokoh harus dihidupkan (Wardani, 2009: 40). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penciptaan citra atau karakter ini merupakan hasil imajinasi pengarang untuk dimunculkan dalam cerita sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Penokohan dalam cerita dapat disajikan melalui dua metode, yaitu metode langsung (analitik) dan metode tidak langsung (dramatik). Metode langsung (analitik) adalah teknik pelukisan tokoh cerita yang memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan langsung. Pengarang memberikan komentar tentang tokoh cerita berupa lukisan sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisiknya. Metode tidak langsung (dramatik) adalah teknik pengarang mendeskripsikan tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh tersebut saling menunjukkan kepribadiannya masing-masing, melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal, seperti tingkah laku, sikap dan peristiwa yang terjadi (Wiyatmi, 2006:32). Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh adalah bahan yang paling aktif menjadi penggerak jalan cerita karena tokoh ini berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu : 1. Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri-ciri muka dan ciri-ciri badani yang lain.

2. Dimensi sosiologis ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan atau peran dalam masyarakat, tingkat pendidikan, pandangan hidup, agama, sosial, suku bangsa dan keturunan. 3. Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran moral, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, IQ dan tingkat kecerdasan keahlian khusus (Wardani, 2009: 41). C. Psikologi Sastra Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi.Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Ahmadi, 2003: 1). Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Endraswara, 2008: 6). Dengan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa Psikologi sastra adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara sastra dengan kejiwaan. Dalam penelitian ini, ada beberapa peristiwakejiwaan yang perlu dipahami antara lain. a. Konflik Konflik terjadi bila ada tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Konflik terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dan kemampuan potensial. Konflik dapat diselesaikan melalui keputusan hati. Konflik dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1) Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemui temannya karena sudah berjanji. 2) Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).

3) Avoidance-avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari kelompoknya. 4) Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan studi (positif). D. Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud Psikologi lazim disebut sebagai psikoanalisa, yang menekankan penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia. Dalam ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang insting hidup yang paling berperan dalam diri manusia yaitu insting seks, dan selama tahun-tahun pertama perkembangan psikoanalisa, segala sesuatu yang dilakukan manusia dianggap berasal dari dorongan ini. Seks dan insting-insting hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya yaitu libido yang artinya syahwat yang bersifat naluri (Gardner, 1993: 73). Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id, (das es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan super ego yang ketiganya selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri. 1. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan yang menjadi pedoman id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidaknyamanan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu id mempunyai dua cara, yaitu: tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan. 2. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta caracara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali ego harus mempersatukan

pertentangan-pertentangan antara id dan super ego. Peran ego ialah menjadi perantara antara kebutuhankebutuhan instingtif dan keadaan lingkungan. 3. Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta citacita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok super ego adalah merintangi dorongan id terutama dorongan seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis, dan megejar kesempurnaan. Jadi super ego cenderung untuk menentang id maupun ego dan membuat konsepsi yang ideal. Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri dari tiga aspek yaitu id, ego dan super ego yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, ego sebagai komponen psikologisnya sedangkan super ego adalah komponen sosialnya. E. Novel Novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari bentuk karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Sedangkan dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya cerita pendek dalam bentuk prosa. Kehadiran novel sebagai bentuk salah satu karya sastra berawal dari kesusastraan Inggris pada awal abad ke-18. Timbulnya akibat pengaruh tumbuhnya filsafat yang dikembangkan John Locke (1632-1704) yang menekankan pentingnya fakta atau pengalaman (dalam skripsi Chairiah 2010:17). Suyitno (dalam skripsi Chairiah 2010: 17) menyatakan novel adalah sastra cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang mewakili dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Tarigan (2000: 164) menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan suatu alur cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang panjang dengan alur cukup panjang yang melukiskan kehidupan

pelaku mulai waktu muda sampai mereka menjadi tua yang masih memiliki nilai-nilai otentik.

Anda mungkin juga menyukai