Anda di halaman 1dari 24

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

KELOMPOK III Nama Anggota : P07134009015 P07134009018 P07134009023 P07134009024 P07134009025 P07134009026 P07134009027 P07134009028 P07134009029 P07134009030

1. Putu Agus Gradian Wijaya 2. Gede Hardy Surya Cipta 3. Siti Hamidah Diyah 4. Ni Komang Ayu Prathiwi 5. Gusti Agung Sinta Paramitha 6. Dwi Suarthini 7. Dewa Agus Krisna Pramana 8. Putu Novi Kharisma Dewi 9. Putu Cintya Marjayanti 10.Ni Putu Eva Wiyatni

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN TAHUN AJARAN 2010-2011


PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I.

Tujuan

1. Dapat membuat kurva hubungan konsentrasi parasetamol dan absorbansi pada panjang gelombang maksimum. 2. Dapat membuat persamaan regresi linier. 3. Dapat menentukan kadar parasetamol dalam tablet dengan spektrofotometri UV-Vis dengan kurva kalibrasi regreasi dan persamaan garis regresi linier.

II.

Dasar Teori II.1 Parasetamol Parasetamol (asetaminofen) merupakan senyawa rurunan sintetis dari paminofenol yang memberikan efek analgetik dan antipiretik. Senyawa ini mempunyai rumus kimia N-asetil-p-amonofenol atau p-asetamidofenol atau 4hidroksiasetalinid, bobot molekul 151,16 gram/mol dengan rumus kimia C8H9NO2 dan mempunyai struktur molekul sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Kimia Parasetamol Parasetamol bila diukur absorbansinya pada spektrofotometri UV akan memperlihatkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 245 nm untuk larutan asam dan 257 nm untuk larutan basa.

II.2 Sifat Fisiko Kimia Tablet parasetamol mengandung asetaminofen C8H9NO2, tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %, dari jumlah yang tertera pad etiket. Parasetamol berupa hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan berasa pahit yang larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol 95 % P, 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol P, 9 bagian propilemglikol P, dan larut dalam alkali hidroksida (Anonim, 1979). Parasetamol memiliki pKa 9,5 (25oC), kisien partisi 0,5 dan titik leleh 169o170,5oC. Larutan jenuh parasetamol memiliki pH antara 5,3-6,5 (Moffat.,2005). Parasetamol memenuhi uji identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan 1 mg per ml dalam methanol P dan fase gerak diklorometana P-methanol (4:1).

II.3 Identifikasi Spektrofotometri serap dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 190-380 nm). Meskipun daerah UV dari suatu zat yang tidak khas tetapi sangat cocok pada penetapan kuantitatif, dan untuk beberapa zat berguna untuk identifikasi. Spektrum serapan UV : Larutan asam 245 (A1 = 668a); larutan alkali = 257 nm (A1 = 715a).

Gambar 2. Spektrum UV Parasetamol

II.4 Indikasi Sekalipun ekivalen dengan aspirin sebagai agen analgetik dan antipiretik yang efektif, parasetamol berbeda karena sifat antiinflamasinya lemah. Ia tidak mempengaruhi kadar asam urat dan plateletnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain dimana aspirin tidak efektif sebagai analgesik. Untuk analgesik ringan, parasetamol adalah obat yang disukai pada pasien yang elergi terhadap aspirin atau bilamana salisilat tidak bisa ditoleransi. Ia lebih disukai daripada aspirin pada pasien dengan hemofilia atau ulkuks peptikum. Berbeda dengan aspirin, parasetamol tidak mengantagonis efek-efek agen-agen urikosurik; parasetamol dapat dipergunakan bersama dengan probenecid dalam pengobatan pirai. Parasetamol lebih disukai daripada aspirin pada anak-anak dengan infeksiinfeksi virus.

II.5 Farmakokinetika

Parasetamol diberikan secara oreal. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan perut dan konsentrasi darh puncak biasanya tercapai dalam 30-60 menit. Parasetamol mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan glukorida acetaminopen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5 % diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor, tetapi sangat aktif (N-acetyl-p-benzoquinone) adalah penting dalam dosis besar karena efek toksinya terhadap hati danginjal. Waktu paruh parasetamol adalah 2-3 jam dan relatif tidak berpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kualitas toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih.

II.6 Efek-efek yang Tidak Diinginkan Dalam dosis terapetik sedikit peningkatan enzim-enzim hati kihentikan. Dengan dosis yang lebihadang-kadang bisa terjadi tanpa adanya ikterus: keadaan ini revesibel bila obat dihentikan. Dengan dosis yang lebih besar, pusing-pusing, ketegangan dan disorientasi bisa terlihat. Menelan 15 gram acetaminophen bisa fatal, kematian disebabkan oleh hepatotoksik yang hebat dengan nekrosis lobules sentral, kadang-kadang dikaitkan dengan nekrosis tubular ginjal akut. Gejalagejala awal dari kerusakan hati meliputi mual, muntah-muntah, diare dan nyeri perut. Data baru juga menunjukkan acetaminophen dalam kasus kerusakan ginjal hati yang langka dari kerusakan. Kerusakan ini telah terjadi bahkan sesudah pemberian acetaminophen dosis biasa. Terapi tidak sangat memuaskan daripada terapi untuk overdosis aspirin. Di samping terapi suportif, tindakan-tindakan yang terbukti sangat berguna adalah pemberian grup-grup sulfhydryl untuk menetralisir metabolit-metabolit yang toksik. Acetylcysteine dipakai untuk tujuan ini. Anemia hemolitik dan metemoglobinemia, pernah dilaporkan dengan pemakaian phenacetyn, jarang terlihat dengan pemakaian acetaminophen. Nefritis interstisial dan nekrosis papilla yang merupakan komplikasi serius dari phenacetyn, namun dengan pemakaian acetaminophen kronis yang luas tidak terjadi, padahal kenyataannya kurang lebih 80 % dari phenacetyn dengan cepat dimetabolisme menjadi acetaminophen. Pendarahan gastrointestinal tidak terjadi. Harus berhatihati pada penderita sakit hati.

II.7 Spektrofotometri UV-Vis Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat

digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisi zat tunggal atau analisis satu kompenen; (2) analisia kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua kompenen; dan (3) analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi kompenen).

II.7.1 Analisis Kompenen Tunggal

Jika absorpsi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masingmasing larutan diplotkan terhadap konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati sesuai dengan persamaan Hukum Lambert Beer. Grafik ini disebut dengan plot hukum Lambert Beer dan jika garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus maka dapat dikatakan bahwa hukum Lambert Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang teramati. Cara lain untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan

menggunakan perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku atau dengan menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan konsentrasi baku dengan absorbansinya. Persamaan kurva baku digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel. Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Sedangkan pada aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu-satuan luas penampang per detik. Besarnya intensitas energi REM yang diabsorpsi proporsional dengan jumlah kromofornya (konsentrasinya), dan hubungan proporsional ini dirumusan jumlah foton yang melalui satu-satuan luas penampang per

detik. Besarnya intensitas energi REM yang diabsorpsi proporsional dengan jumlah kromofornya (konsentrasinya), dan hubungan proporsional ini dirumuskan dalam bentuk persamaan Hukum Limbert Beer :
A=bc

Keterangan : A = Absorbansi = Absorptivitas molar (cm mg/mL) b = Tebal kuvet (cm) c = Konsentrasi (mg/mL) Dengan mengetahui nilai absorbansi dari larutan sampel, melaui kurva kalibrasi dapat ditentukan konsentrasinya. Penetapan kadar parasetamol juga dapat ditentukan melalui persamaan regresi linier :
y = bx + a

Keterangan : y = Absorbansi x = Konsentrasi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisa dengan spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis Hal yang perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan

merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu yaitu : 1. Reaksinya reaktif dan sensitif 2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel 3. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian masking agent, atau penggunaan teknik ekstraksi.
b. Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuan untuk mengetahui waktu pembentukan yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan. Pada saat awal terjadi reaksi, absorbansi senyawa yang berwarna ini meningkat sampai waktu tertentu hingga diperoleh absorbansi yang stabil. Semakin lama waktu pengukuran, mak ada kemungkinan senyawa yang berwarna tersebut menjadi rusak atau terurai sehingga intensitas warnanya turun akibatnya absorbansinya juga turun. Karena alasan inilah, maka untuk pengukuran senyawa berwarna (hasil suatu reaksi kimia) harus dilakukan pada saat waktu operasional.

c. Pemilihan panjang gelombang Panjamg gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatau larutan baku pada konsentrasi tertentu.

Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu : 1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga

maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. 2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert Beer akan terpenuhi. 3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil seketika digunakan panjang gelombang maksimal.

d. Pembuatan kurva baku Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x). Kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Penyimpangan dari garis lurus biasanya dapat disebabkan oleh : (i) kekuatan ion yang tinggi; (ii) perubahan suhu; dan (iii) reaksi ikutan yang terjadi.

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15 % sampai 70 % jika dibaca sebagai transmitan. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 % (kesalahan fotometrik).

II.7.2 Linieritas Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep dan koefisien korelasi. Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang dapat diterima. Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya. Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50150 % kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 200 %. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier y = a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau -1 tergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy).

Dengan menunjukkan kalkulator atau perngkat lunak komputer, semua perhitungan matematik tersebut dapat diukur :

III.

Alat dan Bahan III.1 Alat : Corong gelas

Spekrofotometer UV-Vis 13. Kuvet 14. Sendok tanduk 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Sudip

Labu takar 10 mL Labu takar 25 mL Labu takar 100 mL Pipet volume 1 mL Pipet volume 2 mL Pipet volume 5 mL Pipet volume 10 ml Gelas beaker Botol vial

Batang pengaduk Sudip Timbangan Mortar dan stamper Tisuue Lap Kertas perkamen Kertas saring

Pipet tetes

III.2 1. 2. 3. 4.

Bahan :

Tablet parasetamol 500 mg Parasetamol sebuk NaOH padat Aquadest

IV.

Prosedur Kerja IV.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N


1. Ditimbang sebanyak 2,00 gram NaOH padat 2. Dilarutkan dengan sedikit aquadest bebas CO2.

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL


4. Ditambahkan aquadest bebas CO2 hingga tanda batas

5. Dikocok hingga larut homogen. Perhitungan NaOH : Na+ + Cl-

M = NXe = 0,1 grek/L X 1 mol/grek = 0,1 mol/L M = n V n = MXV

= 0,1 mol X 1 mol/grek = 0,1 mol n = m Mr m = n X Mr = 0,05 mol X 40 gram/mol = 2 gram IV.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Parasetamol 1. Ditimbang 1,0 mg parasetamol
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml

3. Ditambahkan larutan NaOH 1 N hingga tanda batas 4. Dikocok hingga homogen Perhitungan Pengenceran : 1. 10 mg dalam 10 ml NaOh konsentrasi 1 mg/ml (1000 g/ml) 2. Untuk mendapatkan dengan kadar 10 g/ml, maka dilakukan pengenceran : V1 V1 X M1 = V2 100 ml 1 ml X X M2 10 g/ml

X 103 g/ml = V1 =

Dari larutan dengan kadar 1000 g/ml dipipet sebanyak 1 ml kemudian diadd NaOH sampai 100 ml untuk mendapatkan kadar larutan baku 10 g/ml (0,01 mg/ml). 4.3 Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol 1. Dibuat larutan dari larutan baku dengan konsentrasi yang memberikan absorbansi 0,434

2. Larutan diukur pada panjang gelombang 220 300 nm 3. Dibaca absorbansinya dan ditentukan panjang gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus A 0,434 c c c = bc = 715. 1. C = 0,434/715 = 6,07 x 10-4 % = 6,07 g/ml :

Untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi 6,07 g/ml, maka dilakukan perhitungan larutan yang harus dipipet dari larutan stok baku parasetamol 10 g/ml. Perhitungan : = V2 X N2

V1 X N1 V1

X 10 g/ml = V1 =

10 ml X 6,07 g/ml 6,07 ml

Sehingga, dari larutan dengan kadar 10 g/ml dipipet sebanyak 6,07 ml larutan kemudian diadd NaOh sampai 10 ml untuk mendapatkan kadar larutan 6,07 g/ml. Larutan ini kemudian diukur dari panjang gelombang 220-300 nm.

4.4

Pembuatan Larutan Standar untuk Uji Linieritas 1. Dipipet larutan baku parasetamol 0,01 mg/ml masing-masing 3 ml; 4 ml; 5 ml; 6 ml; 7 ml; 8 ml; 9 ml; 10 ml. 2. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml

3. Ditambahkan larutan NaOH 0,1 N hingga tanda batas 4. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan ke dalam botol vial. Perhitungan :

1. Larutan induk parasetamol 10 g/ml = 0,01 mg/ml 2. Rentang konsentrasi : Absorbansi minimum = 0,2 A = bc 0,2 = 715. 1. c c = 0,2 / 715 c = 2,8 g/ml 0,0028 mg/ml = 0,003 mg/ml Absorbansi maksimum = 0,8 A = bc 0,8 = 715. 1. c c = 0,8 / 715 c = 11 g/ml 0,011 mg/ml = 0,01 mg/ml

Untuk larutan standar 0,003 mg/ml maka dipipet : V1 X M1 = = = V2 X M2

V1 X 0,003 mg/ml V1

10 ml X 0,01 mg/ml 3 ml

Untuk larutan standar 0,004 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = = = V2 X M2

0,004 mg/ml V1

10 ml X 0,01 mg/ml 4 ml

Untuk larutan standar 0,005 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = V2 X M2

0,005 mg/ml = V1 =

10 ml X 0,01 mg/ml 5 ml

Untuk larutan standar 0,006 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = V2 X M2

0,006 mg/ml = V1

10 ml X 0,01 mg/ml

= 6 ml

Untuk larutan standar 0,007 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = V2 X M2

0,007 mg/ml = V1 =

10 ml X 0,01 mg/ml 7 ml

Untuk larutan standar 0,008 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = V2 X M2

0,008 mg/ml = V1 =

10 ml X 0,01 mg/ml 8 ml

Untuk larutan standar 0,009 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = V2 X M2

0,009 mg/ml = V1 =

10 ml X 0,01 mg/ml 9 ml

Untuk larutan standar 0,01 mg/ml maka dipipet : V1 V1 X X M1 = = V2 X M2

0,01 mg/ml

10 ml X 0,01 mg/ml

V1 4.5 Membuat Kurva Kalibrasi

10 ml

1. Masing-masing kurva standar dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 2. Hasil absorbansi tersebut diplot dalam kurva konsentrasi vs absorbansi 3. Dihitung persamaan regresi linier dengan rumus Y = bx + a

4.6

Ekstraksi Parasetamol dari Tablet 1. Ditimbang dan dilarutkan 3 tablet parasetamol 2. Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 12,5 mg parasetamol
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml 4. Dilarutkan dengan NaOH sampai tanda batas

5. Dikocok dan disaring dengan kertas saring 6. Dipipet sebanyak 0,2 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml 7. Diadd dengan NaOH 0,1 N sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen. Perhitungan :

500 mg serbuk 12,5 ng parasetamol 3 tablet X X = = 500 mg 12,5 mg 0,041 mg

Ditimbag serbuk parasetamol sebanyak 0,041 mg sebanyak 3 kali.

Konsentrasi parasetamol yang dibuat V1 X N1 = V2

: X N2

0,2 ml X 12,5 mg = 25 ml N2 4.7

10 ml X N2

= 0,01 mg/ml

Menetapkan Kadar Parasetamol dalam Tablet 1. Larutan hasil ekstraksi parasetamol dimasukkan ke dalam kuvet 2. Kemudian dibaca absorbansi dnya pada panjang gelombang maksimum 3. Dimasukkan nilai absorbansinya yang dihasilkan ke dalam persamaan regresi linier sebagai fungsi Y
4. Dihitung konsentrasi parasetamol.

V.

Skema Kerja
V.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Ditimbang 2,00 g NaOH padat

Dilarutkan dengan sedikit aquadest

Dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas, kocok hingga homogen

V.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Parasetamol (10 g/mL)

Dibuat larutan dengan kadar 1 mg/ml

Dipipet 1 ml larutan dengan kadar 1 mg/ml

Di add dengan NaOH dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas

Dikocok hingga homogen

V.3 Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Dibuat larutan dari larutan baku dengan konsentrasi yang memberikan absorbansi 0,434 homogen.

Larutan diukur pada panjang gelombang 220 300 nm

VI.

Data hasil pengamatan 1. Tabel 1 : Pengukuran absorbansi larutan parasetamol untuk penetuan panjang gelombang maksimum panjang gelombang 240-270 nm. Panjang gelombang Absorbansi

240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267

0,365 0,372 0,380 0,388 0,396 0,405 0,412 0,416 0,419 0,422 0,425 0,430 0,436 0,441 0,444 0,447 0,449 0,451 0,450 0,447 0,443 0,437 0,431 0,423 0,416 0,409 0,401 0,392

268 269 270

0,385 0,377 0,369

Panjang gelombang maksimum yang di dapat adalah pada panjang gelombang 257 nm dengan absorbansi 0,451. 2. Tabel 2 : Data absorbansi seri kadar dibaca pada panjang gelombang maksimum 257 nm. No. Seri kadar (g/ml) (x) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Blanko NaOH 0,1 N 3 4 5 6 7 8 9 10 Absorbansi pada 257 nm (y) 0,003 0,046 0,215 0,096 0,145 0,289 0,159 0,202 0,185

3. Tabel 3 : Data absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang maksimum 257 nm. No. 1. 2. 3. Sampel I II III Absorbansi pada 257 nm 0,281 0,217 0,216

VII.

Perhitungan 7.1. Perhitungan Uji Linieritas

Rentang absorbansi dengan kesalahan terkecil pada metode validasi adalah 0,20,8. Untuk memperoleh absorbansi dengan rentang tersebut, maka di buat konsentrasi larutan standar yang digunakan untuk membuat kurva kalibrasi perlu diperhitungkan. Hal tersebut bertujuan mendapatkan konsentrasi yang tidak terlalu encer ataupun terlalu pekat. Perhitungan : a. Untuk konsentrasi rentang bawah : Absorbansi minimum = 0,2 parasetamol dalam asam = 715 cm.mg/ml b = 1 cm A = bc 0,2 = 715 cm.mg/ml . 1 cm . c c = 2,797 x 10-4 g/100 ml = 0,0028 mg/ml b. Untuk konsentrasi rentang atas : Absorbansi minimum = 0,8 parasetamol dalam asam = 715 cm.mg/ml b = 1 cm A = bc 0,8 = 715 cm.mg/ml . 1 cm . c c = 1,118 x 10-3 g/100 ml = 0,0112 mg/ml Sehingga dari data konsentrasi yang memberikan absorbansi minimum dan absorbansi maksimum dibuat larutan standar dengan konsentrasi dari rentang bawah yaitu 0,0028 mg/ml sampai konsentrasi larutan stok baku, yaitu 0,01 mg/ml. Tidak dibuatnya larutan standar dengan konsentrasi rentang atas karena tidak memungkinkan memekatkan konsentrasi larutan mencapai 0,0112 mg/ml. Dari konsentrasi larutan stok baku parasetamol yang dibuat yaitu 0,01 mg/ml, maka dilakukan pemipetan sebanyak 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml, dan 10 ml. Masing-masing larutan yang telah dipipet kemudian dilakukan pengenceran hingga volumenya menjadi 10 ml. Kadar yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut:

V1.C1=V2.C2 3 ml x 0,01 mg/ml = 10 ml x C2 C2 = 3 ml x 0,01 mg/ml 10 ml C2 = 0,003 mg/ml Dengan cara yang sama, maka diperoleh hasil sebagai berikut : 4. Tabel 4 : Perhitungan seri kadar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. V1 (ml) 3 ml 4 ml 5 ml 6 ml 7 ml 8 ml 9 ml 10 ml C2 (mg/ml) 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 V2 (ml) 10 10 10 10 10 10 10 10 C2 (mg/ml) 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009 0,01

5. Tabel 5 : Data absorbansi seri kadar dibaca pada panjang gelombang maksimum 257 nm No. Seri kadar (g/ml) (x) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 3 4 5 6 7 8 9 Absorbansi pada 257 nm (y) 0,046 0,215 0,096 0,145 0,289 0,159 0,202 X2 Y2 XY

9 16 25 36 49 64 81

0,002116 0,046225 0,009216 0,021025 0,083521 0,025281 0,040804

0,138 0,86 0,48 0,87 2,023 1,272 1,818

8. n= 8

10 52

0,185 1,337

100 380

0,034225 0,262413

1,85 9,311

Berdasarkan data di atas dapat dicari persamaan regresi liniernya dan diperoleh nilai: a=

Anda mungkin juga menyukai