Anda di halaman 1dari 10

2011

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERPERSPEKTIF HAM SEBAGAI SENJATA AMPUH DALAM PERANG MELAWAN HIV/AIDS

Ahimsa Padmanaba Murfi 211010001 Universitas Ma Chung 12/17/2011

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERPERSPEKTIF HAM SEBAGAI SENJATA AMPUH DALAM PERANG MELAWAN HIV/AIDS Oleh Ahimsa Padmanaba Murfi Abstrak Artikel ini dibuat untuk mengungkap diskriminasi yang dialami oleh para penderita HIV/AIDS. Diperlukan peraturan perundanga-undangan yang

berperspektif HAM yang menyokong penyuluhan/pembelajaran lebih lanjut akan deskripsi dikriminasi, serta jaminan dipenuhinya hak asasi ODHA. Fajar Jasmin, seseorang dengan HIV/AIDS yang namanya ramai dibicarakan di beberapa media masa karena tuntutannya kepada sebuah yayasan penddikan atas perlakuan diskriminatif yang diberlakukan kepada anaknya, yang diduga juga terjangkit HIV/AIDS. Fajar nampaknya sadar betul akan pentingnya keterbukaan dalam menceritakan status ODHA, kaitannya dengan pemenuhan HAM. Ia bersama dengan istrinya menggunakan jejaring sosial (twitter) sebagai salah satu alat untuk menentang opini masyarakat yang menganggap bahwa mereka tak semestinya menceritakan status ODHA yang Fajar Jasmin sandang.

Studi Kasus
Hari itu tanggal 1 Desember 2011. Hari peringatan HIV/AIDS se-dunia, saat Fajar Jasmin seketika menjadi topik pembicaraan teraktual di jejaring sosial twitter. Seorang ODHA di hari peringatan HIV/AIDS menuntut sebuah yayasan pendidikan yang menaungi SD Don Bosco Jakarta untuk meminta maaf atas perlakuan yang dianggap Jasmin sebagai perilaku diskriminatif kepada anaknya. Tindakan diskriminatif yang mengatasnamakan sebuah yayasan pendidikan ini seketika menyita begitu banyak perhatian masyarakat. Begitu banyak dari mereka yang membicarakan pantas/tidaknya keputusan Fajar Jasmin untuk secara terang-terangan membicarakan statusnya sebagai ODHA.

Fajar Jasmin adalah orang dengan HIV/AIDS yang dinyatakan positif setelah ketiga anaknya lahir. Dengan niat memberikan pendidikan layak kepada anaknya yang bernama Immi, Fajar mendaftarkan anaknya di SD Don Bosco jakarta. Pada akhir November 2011, Fajar se-keluarga mendapat surat yang

mengatakan bahwa anaknya resmi diterima sebagai siswa di SD tersebut, untuk kemudian mengikuti presentasi sekolah guna

membicarakan perihal administrasi sekolah. Pada kesempatan inilah, Fajar Jasmin dengan
SMS yang dikirim oleh pihak SD Don Bosco 1 Jakarta yang berisi pembatalan keputusan penerimaan Immi sebagai calon siswa mereka.

berani mengatakan bahwa Ia adalah seorang ODHA. Mengetahui fakta tentang Fajar ini,

pihak sekolah meminta mereka untuk menyerahkan rekaman medis Immi. Mensinyalir permintaan ini sebagai tindak diskriminasi, Fajar bersama istri memilih untuk tidak memberikan rekaman medis yang diminta. Beberapa hari berselang setelah presentasi sekolah diglear, tepatnya tanggal 1 Desember 2011 Fajar Jasmin menerima sebuah pesan singkat (sms) yang berisi pembatalan penerimaan anaknya sebgai siswa SD Don Bosco. Dengan akun twitter yang dimiliki oleh Fajar (@fajarjasmin), Ia berbagi perasaan dengan masyarakat. Mengatakan bahwa apa yang Ia lakukan (mengatakan dengan berani bahwa Ia adalah ODHA) adalah bagian dari upaya untuk menggapai kesetaraan dalam masyarakat. Bahwa sesungguhnya tak ada yang perlu ditutupi dari statusnya sebagai ODHA. Apa yang Fajar inginkan adalah persamaan perlakuan yang dapat diberikan oleh pihak sekolah/yayasan dimana anaknya akan bersekolah. Mewajibkan orangtua Immi untuk memberikan rekaman medis anaknya, tapi tidak mewajibkan hal ini kepada orangtua/wali siswa lain. Seperti pernyataan istri dari Fajar Jasmin, Leonnie Merinsca yang dikutip oleh http://www.kbr68h.com berikut:

kalau saya kasih (rekaman medis) dan hasilnya positif, bagaimana? Oh tidak boleh masuk sini. Kan dua ya, kondisinya. Walaupun satu surat itu harus dikasih dan yang diminta hanya anak saya. Diskriminatif. Dua kalau anak saya positif, dia kehilangan haknya untuk sekolah. Begitu banyak media cetak maupun elektronik yang mengangkat hal diskriminasi ini ke permukaan, hingga pada akhirnya membuat pemerintah ikut turun tangan dan menggelar pertemuan antara pihak sekolah dengan Fajar Jasmin dan istri. Pertemuan yang berbuah manis dengan permintaan maaf SD Don Bosco 1 Jakarta. Berkaca dari kasus ini, dan kasus kasus lain yang serupa menunjujkkan masih perlu perjuangan besar untuk melawan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS atau ODHA.

Analisa Kritis
Di negara-negara Eropa Timur dan Asia Tengah, jumlah orang yang terinfeksi HIV meningkat 250% dari tahun 2001 sampai tahun 2010. Di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diperkirakan 270.000 infeksi HIV baru terjadi di tahun 2010. (UNAIDS, 2011). Kenyataan tersebut menegaskan bahwa kini AIDS telah mencatat sejarah sebagai salah satu epidemi yang paling membahayakan jiwa manusia dimana 7.400 orang terinfeksi HIV tiap harinya. Di Indonesia, secara kumulatif sejak tahun 1987, kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 21.770 dan 4.128 di antaranya telah meninggal dunia (Kemkes, Juni 2010). Perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di wilayah Asia. Berdasarkan permodelan epidemik, jika pada tahun 2008 di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS tercatat mencapai 277.700 orang, maka jumlah itu akan mencapai dua kali lipatnya pada tahun 2014, yaitu berjumlah 501.400 orang. Pada kenyataannya orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak hanya memiliki masalah dari segi fsik saja namun juga banyak studi telah memperlihatkan bahwa mereka mengalami peningkatan kerentanan gejala putus asa dan rasa bersalah (Thompson et al.,1997), ansietas dan gangguan penyesuaian (Holmes et al.,1997; Rabkin et al.,1997).

Data di RSCM menunjukkan dari 100 ODHA terdapat 68% dengan gangguan depresi, 41% dengan gangguan cemas menyeluruh, 7% dengan gangguan panik dan 6 % dengan gangguan psikotik (Wibowo A, 2004). Adanya gangguan psikiatri pada penderita HIV/AIDS secara umum berkaitan dengan fungsi dan kualitas hidup yang lebih buruk (Vosvick et al.2003). Isu yang penting yang terkait dengan ODHA adalah diskriminasi dan stigmatisasi secara sosial. diskriminasi dan stigmatisasi ini membuat mereka kehilangan pekerjaan, rumah dan status sosial. Terlebih lagi mereka kehilangan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Saat ini hampir setengah ODHA adalah perempuan, sedangkan diskriminasi gender masih nyata dirasakan. Ibu rumah tangga merupakan salah satu populasi berisiko untuk mengalami HIV, namun dari segi prioritas kesehatan, perempuan bukanlah yang diutamakan. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong seseorang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV/AIDS seseorang. ODHA yang mengalami masalah psikologis merasakan stigmatisasi dua kali lebih besar. Hal ini menyebabkan mereka enggan untuk mengungkapkan masalah psikologis yang mereka alami. Masalah psikologis yang dibiarkan akan secara nyata mempengaruhi kepatuhan berobat mereka dalam mengkonsumsi antiretroviral (ARV). 95% resistensi ARV disebabkan karena kepatuhan berobat yang buruk. Diskriminasi dan stigmatisasi terhadap ODHA adalah hal nyata yang begitu mudah untuk ditemui dalam keseharian. Berkaca dari diskriminasi yang dialami oleh Fajar Jasmin dan putrinya, diskriminasi dan stigmatisasi erat kaitannya dengan pelanggaran HAM atas seseorang. Merujuk pada Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28B yang mengatakan bahwa, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sudah menjadi hak dasar bagi setiap anak di Indonesia; dalam kasus ini Immi untuk mendapat pendidikan. Menyampingkan kenyataan bahwa ayahnya, Fajar Jasmin adalah seorang ODHA, hak Immi untuk

mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya tidak dapat disangkal. Tindakan menabuh genderang perang yang dilakukan Fajar Jasmin dengan menceritakan kenyataan bahwa Ia adalah ODHA sesunguhnya adalah bagian dari tindakan memerangi diskriminasi. Banyak orang dengan HIV/AIDS yang menyembunyikan status HIV/AIDS positifnya, atau bahkan bersikap tak ambil pusing dengan statusnya. Keengganan mereka ini tak lain disebabkan oleh diskriminasi dan stigmatisasi yang mereka rasakan saat berada dalam masyarakat. Fajar Jasmin nampaknya sadar betul akan perannya sebagai ODHA dalam memerangi diskriminasi, yang memiliki kaitan erat pemenuhan hak dasar manusia, dalam hal ini ODHA. Tertuang dalam UUD 1945 pasal 28H, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan Begitu besar dampak yang diakibatkan oleh adanya diskriminasi dan stigmatisasi yang ditujukan pada ODHA, hingga menghalangi pemenuhan hak asasi ODHA dalam perolehan pelayanan kesehatan. Tertuang dalam UUD 1945 pasal 28H, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Keengganan memberi pelayanan kesehatan kepada ODHA di beberapa rumah sakit, hingga keengganan ODHA sendiri untuk mencari informasi serta pengobatan yang diakibatkan oleh ketakutan pribadi akan stigmatisasi HIV/AIDS itu sendiri. Jelas kiranya bahwa penekanan diskriminasi dan stigmatisasi yang memiliki kaitan erat dengan pemenuhan HAM adalah kunci untuk menghentikan epidemi HIV/AIDS. Kunci untuk menghentikan epidemi HIV/AIDS sekarang menurutnya tergantung pada penekanan diskriminasi terhadap HIV/AIDS (Curtis et al.,2011). Disadari atau tidak, diskriminasi dan stigmatisasi yang ditujukan kepada ODHA adalah hal nyata di depan mata yang rentan terhadap pelanggaran HAM. Banyak dari masyarakat yang tidak mengakui keberadan virus HIV ini. Berapa banyak dari masyarakat yang beranggapan tindakan Fajar Jasmin yang menceritakan

bahwa Ia adalah ODHA adalah hal bodoh yang tek perlu dilakukan? ODHA tak hanya memainkan peran penting dalam proses penekanan diskriminasi dan stigmatisasi atas dirinya, namun juga berperan dalam pemenuhan hak asasi bagi dirinya dan orang lain yang berada di sekitarnya. Hak asasi manusia adalah kompleksitas yang hanya bisa dirunut dengan empati. Orang dengan HIV/AIDS menutupi statusnya sebagai ODHA, hanya agar dia tetap diperlakukan sama; agar hak hak dasarnya sebagai manusia seperti yang tercantum dalam UUD 1945 dipenuhi, namun di sisi lain keengganan untuk mengakui status sebagai ODHA ini akan berakibat fatal pula pada keselamatan dirinya yang membutuhkan pengobatan rutin, serta pantauan berkala dari rumah sakit. Diskriminasi dan stigma yang tumbuh di dalam masyarakat suatu saat akan menjadi bumerang bagi masyarakat sendiri. Saat seseorang takut untuk mengakui statusnya sebagai ODHA, saat orang terdekatnyapun tak mengetahui bahwa Ia adalah ODHA, tak ada tindakan preventif untuk kemungkinan tertular yang dilakukan oleh orang orang disekitarnya, saat orang denganHIV/AIDS ini tidak mendapat pengobatan yang Ia butuhkan untuk mempertahankan hidupnya. Orang di sekitarnya tertular HIV/AIDS dan orang dengan HIV/AIDS ini akhirnya tewas tanpa pernah mendapatkan sedikitpun perawatan. Diskriminasi dan stigmatisasi ini adalah tentang pelanggaran HAM atas ODHA yang berkibat fatal pula kepada keselamatan orang orang yang ada dalam kehidupan ODHA. Oleh karenanya, dalam pencegahan dan penanganan HIV/AIDS dibutuhkan peraturan daerah maupun nasional yang berperspektif hak asasi manusia. Peraturan peraturan yang dibuat untuk mendukung penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS sebaiknya mencakup alokasi anggaran yang memadai untuk menanggulangi dan mencegah penyebaran HIV/AIDS, jaminan ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi ODHA, penyuluhan maupun sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pencegahan dan penyebaran HIV/AIDS, ketersediaan jaminan pemenuhan hak hak ODHA, diantaranya; hak untuk mendapat informasi yang jelas tentang diagnosa penyakit, pengobatan, hingga biaya, serta perlindungan kerahasiaan medis atas kondisi penderita.

Kesimpulan
Diskriminasi dan stigmatisasi yang berhubungan erat dengan pelanggaran HAM ini serupa koin uang yang memiliki dua sisi yang tak terpisahkan. Orang yang menyembunyikan statusnya sebagai ODHA karena takut kehilangan aksesnya akan hak asasi dalam pekerjaan maupun pendidikan dan menghindari tindakan diskriminatif masyarakat atas dirinya, sesungguhnya juga telah melanggar hak asasi orang lain di sekitarnya. Memberitahu orang lain akan status ODHA, adalah tindak bijaksana hingga mereka dapat melakukan tindakan preventif agar tidak tertular, hingga dapat memberi dukungan kepada si penderita. Begitu kompleks persoalan HAM dalam kasus yang melibatkan ODHA ini, hingga diperlukan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya kesadaran menghargai hak asasi ODHA yang dibarengi dengan pengetahuan yang mumpuni akan HIV/AIDS. Minimalisasi diskriminasi dan stigmatisasi sosial dapat dicapai melalui komitmen kita untuk meningkatkan akses universal yang merupakan komitmen global dengan memberikan kemudahan akses dalam pencegahan, pelayanan dan dukungan pada orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Dengan dibuatnya peraturan yang berperspektif hak asasi manusia, pemerintah dapat berkontribusi dalam penanggulangan HIV/AIDS serta pemberian jaminan serta kepastian hukum, tak hanya bagi ODHA tapi juga seluruh masyarakat.

Daftar Pustaka
Azizah N. (2011, December 7) Diskriminasi ODHA Masih Ada. Retrieved from http://www.kbr68h.com/saga/77-saga/16226-diskriminasi-odha-masih-ada Super (2011, December 6) Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2011. Retrieved from http://www.chainindonesia.org/newsarticle-14-hari-aids-sedunia-1-desember2011.html Curtis P. (2011, December 14) Doctor says HIV diagnosis still carries stigma. Retrieved from http://www.wpri.com/dpps/health/healthy_living/to-stop-aids-fightdiscrimination_4014627 Siste K. (2011, April 15). Akses Universal dan Hak Asasi Manusia dari Sudut Kesehatan Mental. Retrieved from http://pokdisusaids.wordpress.com/ Ichsan (2008, June 19). HAM dalam UUD 1945. Retrieved from

http://tunas63.wordpress.com/2008/06/19/ham-dalam-uud-1945/ SMS yang dikirim oleh pihak SD Don Bosco 1 Jakarta yang berisi pembatalan keputusan penerimaan Immi sebagai calon siswa mereka. (image). (2011). Retrieved from https://twitter.com/#!/fajarjasmin/media/slideshow?url=http%3A%2F%2Fyfrog.com %2Fklqcrvmj

Anda mungkin juga menyukai